Anda di halaman 1dari 17

OZAENA/RHINITI

S ATROFI
Arum Nurzeza 1518012144
Ratu Balqis Anasa 1518012167

PERCEPTOR: dr. Hadjiman Yotosudarmo, Sp. THT

DEFINISI
Rinitis atrofi yang ditandai
dengan:

Sekret mucopurulent kental


Terbentuk krusta pada mukosa
Kavum nasal luas
Anosmia
Bau busuk

ETIOLOGI
Primer

- Coccobacilus
- Baacillus mucosus
- Coccibacillus
foetifus Ozaenae
- Diphteroid bacili
- Klebsiella Ozaena

Sekunder

Bedah
sinus
(90%)

Radiasi

Trauma

Penyakit
Infeksi

Penyakit
Granulomatosa

EPIDEMIOLOGI
Endemik di daerah
subtropics dan bersuhu
panas

Wanita : Pria = 3:1

Usia 1 35 tahun

PATOGENESIS
Gejala khas atrofi pada seluruh bagian hidung.
Trias: bau, krusta, dan atrofi nasal.
Atrof pada silia, mukosa dan kelenjar submucosa mukosa pucat,

tampak lengket, terdapat


kekuningan + scabs.

secret

yang

mengering

krusta

hijau

Bau terjadinya infeksi sekunder.


Anosmia proses atrofi juga mengenai epitel olfaktorius, sel saraf bipolar

dan serat saraf, ditambah dengan insufisiensinya udara untuk mencapai


area olfaktorius karena adanya krusta yang menghalangi.

PATOGENESIS
Mukosa hidung lapisan epitel mengalami metaplasia squamosal + kehilangan
silia kehilangan kemampuan pembersihan hidung (debris)
Glansula mukosa atrofi parah/menghilang kekeringan
Patologis:
Tipe I endarteriris + periarteritis arteriola terminal infeksi kronis
membaik dengan terapi estrogen
Tipe II vasodilatasi kapiler, memburuk dengan terapi estrogen
Sebagian besar kasus = tipe I.

PATOGENESIS
Atrof epitel bersilia + kelenjar seromusinus pembentukan krusta
tebal yang melekat.
Atrof konka saluran nafas jadi lapang.
Defsiensi surfaktan penyebab utama menurunnya resistensi hidung
terhadap infeksi pengurangan efisiensi klirens mukus pengaruh kurang
baik terhadap frekuensi gerakan silia. bertumpuknya lendir + mukosa
hidung kering + silia hilang. Mukus mengering + sel epitel yang
terkelupas krusta medium yang sangat baik untuk pertumbuhan
kuman.

MANIFESTASI
KLINIS
Obstruksi hidung
Krusta yang luas
Terasa kering pada
hidung
Bau (foeter ex nasi)

Tingkat I
Atrofi mukosa hidung
Mukosa tampak kemerahan, berlendir
Krusta sedikit
Tingkat II

GEJALA

Atrofi mukosa hidung makin jelas


Mukoa makin kering
Warna makin pudar
Krusta banyak
Keluhan anosmia belum jelas

Tingkat III
Atrofi berat mukosa dan tulang sehingga konka terlihat sebagai
garis
Rongga hidung lebar sekali
Krusta di nasofaring
Anosmia jelas

PEMERIKS
AAN FISIK

Krusta
100% kasus
Rongga hidung tampak lapang
Pelepasan krusta ulserasi perdarahan mukosa hidung

Kavum nasi lapang


Tidak ditemukannya konka inferior (atrofi) pada rhinoskopi
anterior(62% parsial, 37% total

Atrofi konka media


57% kasus

Sekret
52% kasus

Perforasi septum
10% kasus

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Radiologi ( posisi Waters, AP, Caldwell, Lateral)
1.Penebalan mukoperiostal pada SPN
2.Hipoplasia sinus maksilaris
3.Pembesaran kavum nasi dengan erosi dan bowing pada dinding lateralnya
4.Resorpsi tulang dan atrofi mukosa konka inferior dan konka media.

Mikrobiologi
Klebsiella ozaena
Pseudomonas aeroginosa

Histopatologi
Metaplasia skuamosa
Atrofi kelenjar mucus
Absensi silia
Endarteritis obliterans

Irigasi nasal (profilaksis/rumatan) mencegah terbentuknya


pengumpulan krusta dalam rongga hidung

Topikal

Nasal irrigation & douches


(Sodium bicarbonate + Sodium diborate + Sodium chloride)

1 sdt dicampur 280 mL air hangat irigasi krusta 3 4x/hari

Simultan dengan terapi topikal

TALAK

Antibiotik spectrum luas,


ex: aminoglikosida oral/streptomisi injeksi

Sistemik

Vitamin A >80%, Besi > 50%


Kortikosteroid/dekongestan kontraindikasi!
Prinsip:

Bedah

- ukurang cavum nasi turbulensi mukosa kering


- induksi regenerasi mukosa normal penyempitan hidung partial/total
- lubrikasi pada mukosa kering
- Improvisasi vaskularisasi pada cavum nasi

Prognosis

BERVARIASI
Etiologi
Progresifitas

Anda mungkin juga menyukai