Anda di halaman 1dari 41

ULKUS KORNEA

Oleh:
Firhod Purba 1940312102
Fitriani Afifah 1940312129
Vania Sufi 1940312132

Preseptor :
dr. Ardizal Rahman, SpM (K)
PENDAHULUAN

Ulkus kornea: keadaan dimana kornea kehilangan sebagian


permukaannya sampai ke lapisan stroma akibat kematian
jaringan kornea.

Insiden ulkus kornea tahun 2013 adalah 5,5 persen dengan


prevalensi tertinggi di Bali (11 ,0%), diikuti oleh DI Yogyakarta
(10,2%) dan Sulawesi Selatan (9,4%), dan predisposisi
terjadinya ulkus kornea antara lain infeksi, trauma, pemakaian
lensa kontak dan kadang idiopatik.
BATASAN MASALAH

Makalah ini membahas tentang :

- Anatomi dan fisiologi kornea - Manifestasi klinis ulkus kornea


- Definisi ulkus kornea - Diagnosis ulkus kornea
- Epidemiologi ulkus kornea - Diagnosis diferensia ulkus
- Etiologi dan faktor risiko ulkus kornea kornea
- Klasifikasi ulkus kornea - Tatalaksana ulkus kornea
- Patogenesis dan patofisiologi ulkus
kornea - Komplikasi ulkus kornea
- Prognosis ulkus kornea.
Tujuan Penelitian
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai
ulkus kornea

Metode penelitian
menggunakan metode tinjauan pustaka yang merujuk dari
berbagai literatur

Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
menambah informasi dan pengetahuan tentang ulkus
kornea.
ANATOMI MATA
STRUKTUR KORNEA
EPIDEMIOLOGI

 ulkus kornea bakteri lebih banyak terjadi pada wanita


umur 25 hingga 34 tahun sedangkan kejadian ulkus
kornea virus 5-20 kasus dari 10000 penduduk pertahun.
Sedangkan kejadian ulkus kornea jamur jarang
ditemukan
 Semua umur → prevalensi tinggi → kelompok usia
dibawah 30 tahun (risiko pemakaian lensa kontak dan
trauma okular) dan diatas 50 tahun (risiko menjalani
operasi mata)
KLASIFIKASI

Morfologi
 Lokasi, yaitu ulkus kornea sentral dan perifer
 Purulensi, yaitu ulkus kornea purulen dan non -purulen
 Hipopion, yaitu ulkus kornea sederhana dan hipopion
 Kedalaman ulkus, yaitu ulkus kornea superfisial,
profunda, impending per foration dan perforasi
Etiologi
 Infeksi, yaitu disebabkan bakterial, viral, fungal,
chlamydial, potozoal dan spirochaetal
 Non-infeksi, termasuk alergi, tropik, terkait penyakit kulit
dan membran mukosa, terkait kelainan sistemik kolagen
vaskular, traumatik dan idiopatik.
KLASIFIKASI BERDASARKAN LOKASI

1 .Ulkus kornea sentral


Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus kornea fungi
Ulkus Kornea Virus
Ulkus Kornea Acanthamoeba
2. ULKUS KORNEA PERIFER

Ulkus Marginal Ulkus Mooren

A
ETIOLOGI
Abnormalitas kornea Keratopati Bulosa
nontraumatik Membran mukosa pemphigus ( menyebabkan trikiasis dan defek epitel kornea yang
persisten karena kegagalan stem sel epitel kornea
Keratitis herpes simpleks dengan infeksi bakteri sekunder
Dry eyes primer
Dry eyes sekunder (seperti keratitis neurotrofik)
Trakoma ( dengan trikiasis sekunder)

Trauma kornea Abrasi kornea


Trauma penetrasi kornea
Benda asing kornea

Abnormalitas kelopak mata Blefaritis kronik


Entropion
Eksposur kornea
Trikiasis

Defesiensi Nutrisi Defisiensi protein


Defisiensi vitamin A
PATOGENESIS DAN
PATOFISIOLOGI

Infiltrasi Progresif

Ulserasi Aktif

Regresi

Sikatrik
PATOGENESIS DAN
PATOFISIOLOGI
 Infeksi seringkali berkaitan dengan
gangguan integritas epitel kornea
 Beberapa faktor predisposisinya berupa :
pemakaian lensa kontak , trauma,
kontaminasi pada pengobatan mata,
gangguan mekanisme per tahanan, dan
kerusakan struktur permukaan kornea.
 Organisme patogen -> menempel pada kornea
-> menginvasi dan berproliferasi di lapisan
stroma kornea-> dihasilkannya sitokin dan
kemokin, ser ta sel inflamatori dari tear film
dan pembuluh darah limbus, diser tai sekresi
matriks metaloprotein -> nekrosis korne a.
 Kornea punya banyak serabut saraf ->
menimbulkan rasa sakit dan fotofobia.
MANIFESTASI KLINIS
Gejal Edema palpebra
a Tanda
Merah pada kelopak mata
dan konjungtiva Infiltrat

Nyeri Hipopion

Sekret mukopurulen Inflamasi sekitar infiltrat

Merasa ada benda asing di


mata Injeksi siliar dan konjungt

Pandangan kabur dan Hilangnya sebagian jaring


fotofobia kornea

Mata berair Edema stroma

Bintik putih pada kornea Peningkatan tekanan


MANIFESTASI KLINIS
•ulkus kornea sentral, disertasi hipopion dan s
Ulkus kornea infiltral pada kornea sekitar.
Staphylococcus •seringkali superfisial dan dasar ulkus terasa p
saat dikerok.

•biasanya muncul 24-48 jam setelah inokulasi


Ulkus kornea kornea yang mengalami abrasi.
•Ulkus kelabu dengan batas cukup tegas,
S.pneumoniae cenderung menyebar secara tidak teratur,dise
hipopion

•infiltrat kelabu atau kuning di epitel kornea ya


Ulkus Kornea retak, dapat menyebar ke seluruh kornea ->
Pseudomonas: perforasi dan infeksi intraocular yang berat.
Infiltratnya mungkin berwarna kehijauan.
MANIFESTASI KLINIS
• berupa infiltrat kelabu, batas ireguler yang halus, k
Ulkus kornea juga ada infiltrate multifokal atau satelit. Perluasan
infeksi ke COA sering ditemukan dan dapat mengin
jamur iris dan COP -> glaucoma sudut tertutup akibat blok
pupil.

Ulkus kornea
acanthamoeb • ulkus kornea indolen, cincin stromal, dan infiltrat
perineural
a

Ulserasi • Bentuk progresif dari keratitis dendritic karena infe


HSV dengan bentuk penyakit dendritik kronik , lesi
geografik dendritik halus, bentuknya lebih lebar dan tepian u
tidak terlalu kabur.
Riwa DIAGNOSIS
yat Riwayat
Lensa
kontak trau Anamnesis
Kortik Riwa Riway penyakit
osteroi at sistemik
(beren ma, yat (DM,
d
riway mata peny cacar sakit
ang) AIDS,
konta at jangka akit atau
keganas
minasi bend an,
panjan mat herpes terapi
cairan
lensa a g a zoster imunosu
asin presi)
Pemeriksaan g
Vis
(lesiPemeriksaan Fisik Oftalmologi
eksternal
kulit, us
Tes Ker Ref Flu
tanda da Slit
inflamasi, air ato lek ore
n la
posisi ma me pu sen
kelopak refr mp
ta tri pil si
mata, siliar, aks
supersiliar,
dll) i
DIAGNOSIS

Pemeriksaan
Pemeriksaan agar
Laboratorium
darah, sabouraud’s Biopsi
dextrose agar tanpa jaringan
cyclohexamide
Kerokan kornea da
untuk fungi,
trigikolat untuk kornea diwarnai
bakter aerobic atau dengan
anaerobik, dan agar dan periodik ac
coklat untuk pemeriks Schiff untu
melihat
haemophilus aan KOH melihat
species, dan acanthamo
Neisseria
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pewarnaan gram
Pemeriksaan giemsa
KOH
Kultur
TERAPI
Organisme Antibiotik Dosis Topikal

Gram-positive cocci Cefazolin 50 mg/ml


Contoh: Vancomycin 25-50 mg/ml
Staphylococcus Moxifloxacin, gatifloxacin, levofloxacin 5-6 mg/ml
Streptococcus

Gram-negative rods Tobramycin 9-14 mg/ml


Contoh: Ceftazidime 50 mg/ml
Pseudomonas Ciprofloxacin, ofloxacin, moxifloxacin, gatifloxacin, levofloxacin 3-6 mg/ml
Klebsiella
Haemophilus

Gram-negative cocci Ceftriaxone 50 mg/ml


Contoh: Ceftazidime 50 mg/ml
Neisseria Ciprofloxacin, ofloxacin, moxifloxacin, gatifloxacin, levofloxacin 3-6 mg/ml
Moraxella
Acinetobacter

Mycobacteria Clarithromycin 10 mg/ml 0,03%


Moxifloxacin, gatifloxacin 5-6 mg/ml
Amikasin 20-40 mg/ml

Fungal filamentous Natamycin 5%

Fungal yeast Amphotericin B (0,15-0,30%) 1,5-3 mg/ml


Pengobatan dihentikan bila sudah terjadi
epitelisasi dan mata terlihat tenang
Keratoplasti merupakan jalan terakhir
yang dapat dilakukan jika terapi obat
tidak memberikan hasil yang
memuaskan dan apabila terdapat
jaringan parut yang mengganggu
penglihatan
KOMPLIKASI

Sikatriks kornea
Perforasi ulkus
Endoftalmitis
Glaukoma sekunder
Descemetocele
Prolaps iris
PROGNOSIS

Quo ad vitam : Bonam


Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
ILUSTRASI KASUS

Identitas Pasien
Nama : Maswardi
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kp. Dewa Jorong Galagah,
Tanah Kuniang, Bukit Sundi, Muaro Paneh,
Solok
Keluhan Utama
Telah diperiksa di poli RSUP Dr. M. Djamil
Padang pada tanggal 27 Februari 2020
seorang pasien dengan keluhan utama
yaitu mata merah dan perih sejak sekitar
20 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh kedua mata merah dan
perih sejak 20 hari yang lalu.
Keluhan penglihatan kabur, mata nyeri, dan
ada sensasi benda asing
Penglihatan ganda tidak ada
Mata gatal tidak ada
Riwayat trauma (-)
Riwayat memakai kontak lensa (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat keratopati bulosa dan keratitis
viral ODS sejak 2 tahun yang lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang
mengalami keluhan yang sama seperti
yang dialami pasien.
PEMERIKSAAN UMUM

 Kesadaran : Composmentis
 Tekanan darah : 130/90 mmHg
 Nadi : 80 kali/menit
 Suhu : 36,7C
 Pernafasan : 17 kali/ menit
 Sianosis : Tidak ada
 Ikterus : Tidak ada
 Keadaan umum : Baik
 Keadaan gizi : Over weight
 Tinggi badan : 160 cm
 Berat badan : 68 kg
 Edema : Tidak ada
 Anemis : Tidak ada
STATUS GENERALISATA

 Kulit : Dalam batas normal


 Kelenjar getah bening : Dalam batas normal
 Kepala : Dalam batas normal
 Rambut : Dalam batas normal
 Mata : Dalam batas normal
 Telinga : Dalam batas normal
 Hidung : Dalam batas normal
 Tenggorokan : Dalam batas normal
 Gigi dan mulut : Dalam batas normal
 Leher : Dalam batas normal
 Dada : Dalam batas normal
 Perut : Dalam batas normal
 Anggota gerak : Dalam batas normal
STATUS OPHTALMIKUS
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan gram: Tidak ada bakteri
gram positif dan gram negatif
Pemeriksaan giemsa: MN > PMN
KOH: Tidak ditemukan hifa
Diagnosa Kerja
Ulkus kornea ODS ec keratitis viral
dengan keratopati bulosa ODS dan
hipopion OD
Anjuran Terapi
 Ceftriaxone 2x1 gr (iv)
 Asiklovir 5x400 mg
 Hervis eo 5x1 ODS
 SA ed 3x1 ODS
 LFX ed 6x1 ODS
 Timol 0,5% 2x1 OS
 Rencana graft AMT OD + keratektomi

Anjuran dan Edukasi pada Pasien


 Anjuran rawat bangsal
 Edukasi penggunaan obat secara efektif dan teratur
Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
DISKUSI

 Pasien laki-laki berusia 60 tahun datang ke poli mata RSUP


Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 27 Februari 2020 dengan
diagnosis ulkus kornea ec keratitis viral disertai keratopati
bulosa ODS.
 Pasien mengeluhkan mata merah dan terasa perih sejak
sekitar 20 hari yang lalu. Keluhan lain juga dirasakan seperti
adanya sensasi benda asing pada mata dan penglihatan yang
kabur.
 Pasien tidak mengalami diplopia dan tidak ada rasa gatal
pada mata.
 Pasien tidak memiliki riwayat trauma, riwayat memakai
kontak lensa dan juga tidak pernah menetes air daun-daun
pada mata.
DISKUSI

 Pasien memiliki riwayat keratopati bulosa dan keratitis viral


ODS sejak 2 tahun yang lalu.
 Keratopati bulosa disebabkan oleh udem pada kornea sebagai
akibat dari kegagalan endotel kornea untuk mempertahankan
keadaan kering pada kornea.
 Bula akan terbentuk di subepitel kornea yang bila terjadi
terus menerus akan menyebabkan pembengkakan sampai ke
lapisan stroma sehingga dapat terjadi penurunan ketajaman
penglihatan, fotofobia.
 Ketika bula rupture akan terasa nyeri dan sensasi benda asing
pada mata. Bakteri atau virus dapat masuk sehingga terjadi
ulkus kornea.
DISKUSI

Pewarnaan gram tidak ditemukan bakteri


gram positif dan negatif -> bukan disebabkan
oleh bakteri.
Pada pemeriksaan Giemsa ditemukan bahwa
sel mononuklear lebih banyak daripada sel
PMN -> kemungkinan penyebab penyakit
adalah virus.
Pada pemeriksaan KOH tidak ditemukan hifa
yang menandakan bahwa jamur bukan
penyebab penyakit ini
DISKUSI

Penderita ini menderita ulkus kornea ODS ec


keratitis viral dengan keratopati bulosa ODS
dan hipopion OD

Keratopati bulosa -> bula pecah -> ulkus


kornea
Infeksi pada kornea -> toksin menyebar ke
COA -> kekeruhan COA dan penumpukan sel
radang & fibrin -> hipopion
DISKUSI

 Penderita diberikan obat ceftriaxone iv, asiklovir


oral, hervis salep mata, sulfat atropin tetes mata,
levofloxacin tetes mata, dan timolol maleate tetes
mata.

 Asiklovir oral dan hervis salep mata -> infeksi virus


 Sulfat atropin tetes mata -> mengurangi nyeri akibat
peradangan
 Timolol maleate tetes mata -> kemungkinan
terjadinya glaukoma sekunder

Anda mungkin juga menyukai