Per.ın sistem imun dalam infeksi virus denguc adalah sebagai berikut,
• Infeksi pertama kali (primer) meıliıııbulkan kekebalan seumur
hidup untuk serotipe penyebab.
• Infeksi sekunder dengan serotipe virus yang berbeda lsecondary
lıcteı-ologous infection) pada umuııanya memberikan manifestasi
klinis yang lebih berat dibandingkan dengan infeksi primer
• Bayi yang lahir dari ibu yang meıniliki antibodi dapat menunjuk-
kan manifestasi klinis berat walaupulı pada infeksi primer
• Perembesan plasma sebagai tanda karakteristik unmk DBD
terjadi pada saat jumlah virus dalam darah menurun
• Perembesan plasma terjadi dalam waktu singkat (24—48 jam) dan
pada pemeriksaan patologi tidak ditemukan kerusakan dari sel
endotel pembuluh darah
I m unopatogenesis
»c< ara umum patogenesis infeksi virus dengue diakibatkan oleh
.at. raksi berbagai komponen dari respons imun atau reaksi inflamasi
¡ in g terjadi secara terintegrasi. Sel imuli yang paling penting dalam
:>?rinteraksi dengan virus dengue yaitu sel dendrit, monosit/makrofag,
ml endotel, dan trombosit. Akibat interaksi tersebut akan dikeluarkan
:=cr ^axai mediator antara lain sitokin, }scningkatan aktivasi sistem
/«':-iplemen, serta terjadi aktivasi limfosit T. Apabila aktivasi sel imun
-er-ebut berlebihan, akan diproduksi sitokin (terutama proinflamasi),
i.:-it^kin. dan mediator inflamasi lain dalam jumlah banyak. Akibat
produksi berlebih dari Zill-Zat tersebut akan meniinbulkan bet lsa¡;ai
kelainan yang akhirnya nacniinbulkan berbagai bentuk tanda dan 'xe}ala
infeksi virus dengue.
8
berikatan dengan reseptor Fcy yang banyak terdapat terutama pada
m•'nosit dan makrofag, sehingga memiid.tl1kan virus menginfeksi sel.
\’irils bermultiplikasi di dalam sel dan SC llijutnya virus keluar dari sel,
sehingga terjadi viremia. Kompleks iinilii juga dapat mengaktifkan
la›kade sistem kompleinen untuk mengliasilkan C3a dan C5a yang
niciiipunyai dampak langsung terhadap peningkatan permeabilitas
Ä i) >kular.
Monosit
Peningkatan
Pada infeksi sekunder oleh vii us dengue serotipe yang berbeda, terilyata
sel T memori mempunyai aviditas yang lebih besar terhadap sert›tipe
yang sebelumnya dibandiiagkan dengan serotipe virus yang l^81”U.
Fenomena ini disebut sebagai or-iginal ailtigeisic sin. Dengan denaikian,
fungsi lisis terhadap virus yang baru tidak optimal, sedangkan protluksi
sitokin berlebihan. Sitokin yang dihasilkan oleh sel T pada uiiiuiiiiiya
berperan dalam memacii respons inflamasi dan meningk.(Akan
permeabilitas sel endotel vaskrilar.
Mekanisme Autoimun
Di antara komponen protein virus dengue yang berperan d*tlaıa1
peınbentukan antibodi spesifik yaim protein E, prM, dan NS l. Prı›tc-1n
yang paling beqeran dalam ırekanisme autoimun dalam patoçcııesis
infeksi virus dengue yaltU protein NS l. Antibodi terhadap protein î'iS1
dengue menılnjukkan reaksi silang dengan sel endotel dan tronal^osit,
sehingga menimbulkan galıgguan pada kedrıa sel tersebut serta tlapat
memacu respons lnflamasi. Sel endotel yang diaktivasi oleh antibodi
terhadap protein NS l denpue temyata dapat lnengekspresikan sil‹›kin,
kemokin, dalı molekul adllesi. Selain antibodi terhadap protein NS1,
temyata antibodi terhadap prM juga dapat menyebabkan ı'caksi
autoimun. Autoantibodi te lıadap protein prM tersebut dapat bercaksi
silang dengan sel endotel. Proses autoimun ini diduga kuat kare-na
terdapat kesamaan atau keılıiripan antara protein NS l dan prM delta:111
komponen tertentu yang terdapat pada sel endotel dan trombosit vaııg
disebut sebagai ınolecular Iııiıiiicı y. Autoantibodi yang bereaksi dengan
komponen dimaksud, mengakibatkan sel yang mengandung molckul
hasil ikatan antara keduaııya akan dihancurkan oleh makrofag ataıl
mengalami kerusakan. Akibatnya, pada trombosit terjadi penghancııran
sehingga menyebabkan trombositopenia dan pada sel endotel terjadi
peningkatan permeabilitas yang mengakibatkan perembesan plasma.
10
Pt'ran Sitokin dan Mediator Infiamasi Lain
Ssiokin merupakan suam molekul protein dengan fungsi yang sangat
bcragam dan berperan penting dalam rcspons imun tubuh melawan
in tâksi. Dalam lingkup respons infiaiaaasi, secara umum sitokin
mempunyai sifat proinfiainasi dan antiinflamasi. Pada keadaan respons
fi›iologis, terjadi keseimbangan antara kedua jenis sitokin tersebut.
.\;›abila sitokin diproduksi dalam jtiml.th yang sangat banyak dan
re.iksinya berlebihan, akan merugikan pcjainu.
Faktor Pejamu
Beberapa faktor pejamu dılil Orkan dapat menjadi faktor risiko r1»ttık
terkena infeksi dengue yang berat, antara lain usta, status gizi, f.ıktor
genetik, dan penyakit teccııtrı khususnya penyakit yang berhrıbtlllj*.lu
dengan sistem imun. Anak-anak umumnya mempunyai perjala aan
penyakit yang lebih berat dibandingkan dengan dewasa. Mengı'nai
mekanisme yang ıvlendasarinya belum jelas, tetapi didUgâ ill)aJ
mempunyai sistem mikrovasktılar yang leblh mudah untuk meng:ll.ıll2l
peningkatan permeabilitas. Hayi usta 6-12 bulan mempunyai risiko lebih
berat, ıneskipun pada inIt-ksi primer. Hal tersebut diduga nael:timi
mekanisme ADE yang santa dengan infeksi sekunder pada pej.uxu
dengan usia lebih dari sattı tahun. Antibodi (IgG) antidengue jang
bersifat nonnc•ıctı-alising ditransfer dari ibu pada saat kehamilâlJ.
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko yang pernah dilaporkan.
Faktor genetik sebagai faktor risiko telah banyak diteliti,pada umumnya
berhubungan dengan /›ır/»ı*ı lcnıcocyte antigeıı (HLA) tertentu, jang
menjadi faktor risiko untuk lcbih rentan atau sebaliknya lebih ktbill
terhadap infeksi virus dengue. Beberapa penelitian juga telall balıyak
melaporkan hubungan antara faktor genetik dengan derajat peııJ:1kit
dengue. Faktor genetik lain cli luar pengkode HLA adalah gen pengkode
sitokin TNF-a, IFN-y, dan I L- 1, serta gen yang mengkode reseptor lgG,
reseptor vitamin D, dan mo›tı/r›«o binding lectin.
12