KOMPLIKASI INTRATEMPORAL
OTITIS MEDIA
Pembimbing :
dr. Nuch Sabunga, Sp. THT-KL
Disusun oleh :
Asnan Azis Fatoni, S.Ked
FAB 118 017
1
PENDAHULUAN
Intratemporal
2
ANATOMI TELINGA
3
ANATOMI OS TEMPORAL
4
KOMPLIKASI OTITIS MEDIA
Epidemiologi
Komplikasi OMSK
Dep. THT-KL dr. Soetomo dari 88 pasien
53,41%
2007-2008 OMSK
(47 penderita)
1) Hematogen
2) Erosi Tulang
3) Jalan yang sudah ada
6
KOMPLIKASI OTITIS MEDIA
Souza dkk Shambough dkk
Intratemporal
7
(1) MASTOIDITIS
Diawali dengan otitis media
Anak-anak lebih sering
terkena
Faktor: Penyakit campak,
demam, nutrisi kurang, atau
penyakit sistemik seperti
diabetes.
Etiologi: Streptococcus β-
hemolitikus
Gejala: Otore dan otalgia,
tak ada perbaikan setelah
pengobatan antibiotika
8
....MASTOIDITIS
Pemeriksaan fisik : Pemeriksaan
Penunjang
X-Ray mastoid
Kultur mikrobiologi
CT-scan kepala dan
MRI-kepala.
eritema mastoid, pembengkakan telinga
perforasi membran timpani
abses / fistel retroaurikula
abses ke rongga dalam leher sekitar
mastoid seperti m.digastrikus, m. Sterno-
kleidomastoideus (Bezold’s mastoiditis)
9
....MASTOIDITIS
Tatalakasana
Antibiotik ~ sesuai dengan hasil kultur.
(Jika tidak dilakukan kultur) → mulai dengan pemberian antibiotik
amoxicilin atau ampisilin.
Apabila penyebabnya bakteri anaerob diberikan kloramfenikol
atau metronidazol.
dirujuk ke spesialis THT untuk mempertimbangkan tindakan insisi
dan drainase abses mastoid atau mastoidektomi.
10
(2) PARESIS NERVUS FASIALIS
Patofisiologi
Akut → Penyebaran OMA langsung ke kanalis fasialis
Kronik → Erosi tulang oleh kolesteatom atau granulasi + infeksi ke
dalam kanalis fasialis
Manifestasi Klinis
Adanya infeksi telinga tengah
Kelemahan otot-otot yang dipersarafi nervus fasialis, (mengerutkan
kening, menutupnya kelopak mata, mengerutkan hidung, tertawa
lebar dan meringis).
11
....PARESIS NERVUS FASIALIS
Tatalaksana
Dekompresi untuk membebaskan saraf N. fasialis.
OMA → Dekompresi tidak perlu. Beri antibiotik dosis tinggi
dan tindakan drainase untuk mengurangi tekanan kavum
timpani.
OMSK → Perlu dekompresi (operasi mastoiditis) dan
eksplorasi kanalis fasialis.
Antibiotik sesuai kultur.
12
(3) PETROSITIS
13
....PETROSITIS
Tanda dan Gejala
1. Diplopia karena kelemahan N.VI
2. Rasa nyeri di daerah parietal, temporal,
Trias
Sindrom Gradenigo
oksipital oleh karena terkenanya N.V
3. Otore yang persisten
Tatalakasana
Operasi (mastoidektomi) serta pemberian antibiotika protokol
komplikasi intrakranial
Setelah operasi, harus diberikan antibiotik sesuai dengan kultur
sekret telinga
14
(4) LABIRINITIS
Sirkumskripta
Serosa
Difus
Labirinitis
Akut
Supuratif
Kronis
15
....LABIRINITIS
(1) LABIRINITIS SEROSA SIRKUMSKRIPTA
Infeksi atau inflamasi suatu bagian dari labirin (biasanya kanalis lateralis)
Etiologi :
o Kolesteatom yang mengorosi kanalis lateralis → fistel
o Post-Mastodiektomi
Tanda dan Gejala :
o Rasa sempoyongan
o Nausea berulang yang memberat dengan gerakan badan atau kepala
o Nistagmus spontan ke arah sisi yang sakit
o Suhu badan dan pendengaran masih normal atau tuli (temporer)
o Tes fistel (+)
16
....LABIRINITIS
....LABIRINITIS SEROSA SIRKUMSKRIPTA
TATALAKSANA
Ditujukan terutama pada otitis media kronik dan/ kolesteatatomnya
Tindakan bedah → antibiotik secara adekuat
Matriks kolestestom harus diangkat dari fistel
17
....LABIRINITIS
(2) LABIRINITIS SEROSA DIFUS
Sekunder dari labirinitis sirkumskripta atau primer dari otitis media
Etiologi :
o Absorpsi produk bakteri di telinga dan mastoid ke labirin
o Post-op telinga dalam
Tanda dan Gejala :
o Vertigo spontan
o Nistagmus rotatoar, ke arah telinga yang sakit
o Mual, muntah, ataksia
o Tes fistel (+/-)
o Riw. gejala labirintis
o Suhu badan normal
18
....LABIRINITIS
....LABIRINITIS SEROSA DIFUS
TATALAKSANA
Akut → pasien harus beristirahat (baring) total.
Dapat diberikan sedatif ringan.
Stadium lanjut dari OMA → mastoidektomi.
Bila terdapat kolesteatom dengan fistel → Timpanomastoidektomi
19
....LABIRINITIS
(3) LABIRINITIS SUPURATIF AKUT
Labirinitis serosa → Labirinitis supuratif akut
Abses subdural, meningitis → infeksi menyebar ke dalam labirin →
labirinitis
Otitis media akut / kronik atau mastoiditis → labirinitis
Tanda dan Gejala :
o Tuli total pada telinga yang sakit
o Vertigo berat
o mual, muntah, ataksia dan
o nistagmus horizontal ke arah telinga yang sehat
o Fase akut (khas): Pasien akan berbaring pada sisi yang sehat dan
matanya mengarah ke sisi yang sakit
20
....LABIRINITIS
....LABIRINITIS SUPURATIF AKUT
TATALAKSANA
Istirahat baring total selama fase akut (sampai 6 minggu)
Sedatif ringan pada periode awal (Fenobarbital 32 mg 3-4x sehari)
Dosis antibiotik yang adekuat jangka panjang, untuk mencegah
komplikasi intrakranial atau untuk mengobati labirinitisnya
Kultur untuk identifikasi kuman dan uji sensitivitas kuman
Sebelum hasil tes keluar → antibiotik penisilin ataupun tetrasiklin
Komplikasi intrakranial dan respons antibiotik (-) → Drainase atau
membuang sebagian labirin yang rusak
21
....LABIRINITIS
(4) LABIRINITIS SUPURATIF KRONIK
Mulai dari 2-6 minggu sesudah awal periode akut
Tanda dan Gejala :
o Tuli total di sisi yang sakit
o Vertigo ringan
o Nistagmus spontan biasanya kearah telinga yang sehat
o Tes kalori tidak menimbulkan respons di sisi yang sakit
o Tes fistel (-)
22
....LABIRINITIS
....LABIRINITIS SUPURATIF KRONIK
TATALAKSANA
Terapi lokal harus ditujukan terhadap setiap infeksi
Drainase bedah atau eksentrasi labirin
Mastoidektomi
Bila dicurigai ada fokus infeksi di labirin atau di petrosa, dapat
dilakukan drainase labirin dengan salah satu operasi labirin
Terapi bedah harus diberikan antibiotik yang adekuat
23
KESIMPULAN
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa
telinga bagian tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel
mastoid → komplikasi.
Komplikasi otitis media : (1) intratemporal, (2) intrakranial, (3)
ekstratemporal
Komplikasi intratemporal : perforasi membran timpani, mastoiditis
akut, paresis nervus fasialis, labirinitis, dan petrositis.
Diagnosis dan penatalaksanaan yang tepat sedini mungkin dapat
mengurangi morbiditas dan dapat mencegah terjadinya komplikasi.
24
DAFTAR PUSTAKA
Wijaya Sopardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, dan Restuti RD. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi
ke-7. FKUI Jakarta. 2012.
Santoso BS, dan Ahadiah TH. Komplikasi Ekstrakranial Otitis Media Supuratif Kronik Maligna di Departemen THT-KL RSUD dr. Soetomo
Surabaya Tahun 2004 - 2006. SMF Ilmu Kesehatan THT Bedah Kepala dan Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. 2010; 3(1): 20-26.
Ghanie A. Penatalaksanaan Otitis Media Akut Pada Anak. Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Rumah
Sakit Umum Pendidikan Mohammad Hoesin Palembang. 2010.
Nugroho PS dan Wiyadi HMS. Anatomi dan Fisiologi Pendengaran Perifer. Jurnal THT-KL. 2009; 2(2): 76-85.
Siregar DR. Gambaran Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) dengan Kolesteatoma pada Pemeriksaan Foto Polos Mastoid Proyeksi Schüller dan
Mayer yang Dibandingkan dengan Temuan Saat Operasi di RSUP. H. Adam Malik Medan. Ilmu Kesehatan THT Bedah Kepala Leher. Universitas
Sumatera Utara Medan. 2014.
Anggreani A. Identfikasi dan Uji Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotika pada Sekret Telinga Penderita Otitis Media di Poliklinik THT RSUD
Prof. Dr. Margono Soekardjo Purwokerto. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. 2016.
Munilson J, Edward Y, dan Yolazenia. Penatalakasanaan Otitis Media Akut. Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher (THT-KL)
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. 2013.
Nursiah S. Pola Kuman Aerob Penyebab OMSK dan Kepekaan terhadap Beberapa Antibiotika di Bagian THT FK USU / RSUP H. Adam Malik
Medan. Universitas Sumatera Utara. 2003.
Metrikasanti HB, Megawati, dan Rivai RR. Case Report Session: Otitis Media Supuratif Kronis. Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. 2014.
Widodo A dan Harmadji S. Komplikasi Intrakranial Otitis Media Supuratif Kronik Maligna. Jurnal THT-KL. 2009; 2(1): 1-6.
Sari JTY, Edward Y, dan Rosalinda R. Otitis Media Supuratif Kronis Tipe Kolesteatom dengan Komplikasi Meningitis dan Paresis Nervus Fasialis
Perifer. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018; 7(4): 88-95.
Dhingra PL. Disease of Ear, Nose, and Throat. 4th Edition. New Delhi: Elsevier. 2007.
25
26