Anda di halaman 1dari 8

Ratu Balqis Anasa | Abses Illiopsoas

Judul : Abses Iliopsoas

Jenis Artikel : Artikel Review

Penulis : Ratu Balqis Anasa

Affiliasi (setiap penulis) : Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Korespondensi Penulis :
Nama : Ratu Balqis Anasa
Alamat Lengkap : Jl. Untung Suropati Perum Puri Suropati Estate Blok E1, Kedaton
Bandar Lampung
Telepon : 081279005080
E-mail : ratubalqisanasa@gmail.com

J MAJORITY | Volume X Nomor X | Juli 2017 | XX


Ratu Balqis Anasa | Abses Illiopsoas

[ ARTIKEL REVIEW ]

ABSES ILIOPSOAS

Ratu Balqis Anasa


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Abses iliopsoas adalah suatu kondisi dimana terbentuknya pus pada organ retroperitoneal yang melibatkan muskulus
iliopsoas. Muskulus psoas memiliki vaskularisasi yang kaya sehingga diyakini sebagai salah satu predisposisi terhadap
penyebaran hematogen dari daerah yang terinfeksi. Abses psoas juga dapat terjadi akibat dari infeksi sekunder dari keadaan
patologis organ sekitarnya, seperti organ gastrointestinal atau renal. Abses ini jarang terjadi khususnya pada negara barat
dengan insidensi 0,4 per 100 000 di UK. Walaupun demikian, abses iliopsoas menjadi masalah kessehatan utama di banyak
negara-negara tropis. Pemeriksaan radiologi modern seperti USG, CT-Scan, dan MRI dapat mendiagnosa secara cepat dan
tepat serta dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Penatalaksanaan meliputi penggunaan antibiotik yang
sesuai bersamaan dengan tindakan drainase abses.

Kata kunci: Abses, Illiopsoas, Pielonefritis Kronis

ILIOPSOAS ABSCESS

Abstract
A psoas (or Iliopsoas) abscess is a collection of pus in a retroperitoneal organ which contains the iliopsoas and iliacus
muscles. The psoas muscle has a rich vascular supply that is believed to predispose it to hematogenous spread from sites of
occult infection. Psoas abscess can also be secondary to gastrointestinal or renal pathology through direct infection of
adjacent structures. This abscess is rare especially in Western with a reported incidence of 0.4/100,000 in the UK. However,
it becomes the first healthy problem in many country especially tropical. Modern radiology examination such as
ultrasonography (USG), Computed Tomography Scan (CT-Scan), and Magnetic Resonance Imaging (MRI) can diagnose
specifically and decrease its morbidity and mortality. Treatment involves the use of appropriate antibiotics along with
drainage of the abscess.

Keywords: Abscess, Illiosoas, Pyelonefritic Chronic

...
Korespondensi: Ratu Balqis Anasa, Bandar Lampung, 081279005080, ratubalqisanasa@gmail.com

PENDAHULUAN dari daerah terinfeksi. Abses psoas juga dapat


Abses iliopsoas (Iliopsoas Abscess/IPA) sebagai infeksi sekunder dari keadaan
adalah suatu kondisi dimana terbentuknya pus patologis organ sekitar, contohya organ
pada organ retroperitoneal yang melibatkan gastrointestinal atau renal.3
muskulus iliopsoas. Pertama kali ditemukan Abses ini jarang terjadi khususnya pada
oleh Mynter pada tahun 1881 yang negara barat dengan insidensi 0,4 per 100.000
dinamakan psoitis. Abses iliopsoas dapat angka kejadian di U.K. Walaupun demikian,
terjadi melalui 2 cara, yaitu akibat penyebaran abses iliopsoas menjadi masalah kesehatan
infeksi oleh organ disekitar otot iliopsoas atau utama di banyak negara-negara tropis.
secara hematogen dari sumber infeksi yang Sebelum terapi antituberkulosis modern
mengandung banyak vaskularisasi pada otot. 1,2 ditemukan, abses iliopsoas dikenali sebagai
Muskulus psoas memiliki vaskularisasi komplikasi dari tuberkulosis spinal. Dengan
yang kaya sehingga diyakini sebagai salah satu menurunnya angka tuberkulosis, abses
predisposisi terhadap penyebaran hematogen iliopsoas menjadi jarang ditemukan.4,5,6,7,8

J MAJORITY | Volume X Nomor X | Juli 2017 | XX


Ratu Balqis Anasa | Abses Illiopsoas

Abses iliopoas adalah fenomena klinis Gambar 1. Anatomi Normal Kompartmen


yang jarang. Pemeriksaan radiologi modern Iliopsoas
seperti USG, CT-Scan, dan MRI dapat Origo otot ini berasal dari batas lateral
mendiagnosis abses ini secara cepat dan vertebra T12 sampai L5. Otot ini berjalan
tepat. Abses Iliopsoas harus ditatalaksana menurun melewati bibir pelvis mayor,
dengan management yang tepat sehingga semakin mengecil, melewati ligamentum
dapat menurunkan angka morbiditas dan inguinalis dan berakhir sebagai tendon di
mortalitas pasien. depan kapsul sendi panggul. Tendon ini
memiliki hampir seluruh fibrosa muskulus
iliaca dan memiliki insersi di trochanter minor
DISKUSI os femoralis.2, 8,9, 10
Definisi Abses Illipsoas

Abses adalah infeksi akut yang


terlokalisir pada rongga yang berdinding tebal,
terjadi sebagai akumulasi dari pus dalam
suatu rongga patologis yang dapat terjadi di
bagian tubuh manapun sebagai reaksi
pertahan tubuh terhadap benda asing. Abses
iliopsoas adalah abses yang terjadi pada
kompartmen iliopsoas.1,3,5

Anatomi Kompartmen Iliopsoas

Kompartmen iliopsoas adalah rongga


ekstraperitoneal yang berawal dari
mediastinum posterior hingga sendi panggul. Gambar 2. Anatomi Muskulus Iliopsoas
Kompartmen ini berisi muskulus psoas major,
muskulus psoas minor, dan muskulus iliaca, Muskulus iliaca berawal dari dari fossa
yang berfungsi sebagai otot flexor utama iliaca superior dan juga memasuki paha lewat
panggul dan batang tubuh. Muskulus psoas ligamentum inguinalis. Memiliki insersi di
major adalah otot berbentuk panjang yang trochanter minor os femoralis melalui tendon
terletak di sisi regio lumbal kolumna vertebral iliopsoas terutama eminensia iliopubica dan
dan bibir pelvis minor. kemudian ke daerah kecil di femoral shaf
dibawah trochanter minor. Permukaan otot
diselubungi oleh fascia psoas yang kuat,
dimulai dari vertebra lumbal ke eminensia
iliopubica. Di balik fascia inilah abses iliopsoas
terbentuk. Muskulus psoas minor assesorius
ditemukan pada 10-65% manusia.2,8,9
Vaskularisasi psoas mayor berasal dari
arteri L4 ipsilateral dan aliran balik melalui
vena lumbalis. Iliaca menerima suplai arteri
dari arteri femoralis sirkumfleksi medial dan
cabang iliaca dari arteri iliolumbar, cabang
posterior pertama arteri iliaca interna.8,9,10,11
Muskulus psoas mayor dan iliaca
terkadang dianggap sebagai satu otot yang
dinamakan iliopsoas. Otot ini dipersarafi oleh
cabang L2, L3, dan L4. Fungsi otot ini sebagai
otot fleksor utama dari sendi panggul.8,9,10

J MAJORITY | Volume X Nomor X | Juli 2017 | XX


Ratu Balqis Anasa | Abses Illiopsoas

mendasari. Abses iliopsoas primer terjadi


kemungkinan akibat penyebaran secara
hematogenik akibat dari proses infeksi yang
terjadi dari sumber tertentu di dalam tubuh.
Penyakit-penyakit yang dapat menjadi
penyebab terjadinya abses iliopsoas primer
diklasifikasi pada tabel 1. Sedangkan, abses
iliopsoas sekunder terjadi akibat penyebaran
infeksi oleh organ yang berada di dekat dan
sekitar otot iliopsoas. Penyebab abses
iliopsoas sekunder yang paling umum terjadi
adalah Crohns disease. Penyebab lainnya
dapat dilihat pada tabel 1.1,3
Pasien yang pernah menjalani prosedur
operasi di regio lumbal, panggul, maupun
selangkangan memiliki risiko tinggi untuk
menjadi abses iliopsoas. Bartolo et al
Gambar 3. Hubungan antara abses iliopsoas dan melakukan penelitian selama 10 tahun, dan
pembuluh darah femoralis didapatkan insidensi sebesar 0,4/100.000
kasus di United Kingdom. Dalam 367 kasus,
Muskulus psoas terletak sangat dekat Ricci et al mencatat berbagai macam
dengan beberapa organ seperti kolon sigmoid, perbedaan etiologi dari seluruh dunia. Di Asia
appendiks, jejenum, ureter, aorta abdominalis, dan Africa, lebih dari 99% abses iliopsoas
renal, pakreas, spinal, dan nodus limfe iliaca. merupakan abses primer, dimana pada Eropa
Oleh karena itu, infeksi dari organ-orang ini hanya 17% dan di Amerika Utara sekitar 61%.
dapat menyebar ke muskulus iliopsoas. Suplai Abses iliopsoas sering terjadi pada pasien
darah yang berlimpah pada otot ini juga muda dibanding pasien lansia. Dilaporkan juga
diyakini sebagai predisposisi dari penyebaran bahwa keadaan ini lebih umum dialami oleh
secara hematogenik dari sumber tempat pria dibanding wanita.1,3,4
infeksi.,9,10,11 Penelitian lain dilakukan oleh Bresee et

al yang meneliti 142 kasus pasien anak


Etioepidemiologi dengan abses iliopsoas. Ia menemukan
sebanyak 57% abses terjadi pada bagian
Abses iliopsoas dapat diklasifikasi menjadi kanan, 40% bagian kiri, dan 3% abses terjadi
primer dan sekunder, tergantung dari pada keduanya atau bilateral. Angka
kehadiran ada atau tidaknya penyakit yang mortalitas pada abses iliopsoas primer lebih

J MAJORITY | Volume X Nomor X | Juli 2017 | XX


Ratu Balqis Anasa | Abses Illiopsoas

rendah (2,4%) dibandingkan dengan abses Pemeriksaan fisik yang rutin sangat
iliopsoas sekunder (19%). Ricci et al penting untuk penegakkan diagnosa pada
mengatakan bahwa pasien dengan abses penyakit ini. Diagnosa dapat ditegakkan jika
iliopsoas yang tidak mendapatkan terapi pasien diminta untuk memposisikan diri
apapun memiliki angka mortalitas sebesar dengan posisi paling nyaman. Posisi ini adalah
100%.3,6 posisi supine dengan lutut cukup fleksi dan
panggul agak rotasi eksternal. Ada tanda-
Mikrobiologi tanda jelas untuk memperoleh diagnosa
pasien dengan abses iliopsoas, walaupun
Bakteri penyebab terbanyak pada abses sangat tidak spesifik pada konsisi ini. Prinsip
iliopsoas primer adalah Staphylococcus aureus dari tes ini adalah muskulus psoas sebagai
sebanyak lebih dari 88%. Sedangkan abses fleksor utama panggul.5,10
iliopsoas sekunder disebabkan oleh Ada 2 macam test yang dapat dilakukan.
Streptococcus sp. (4,9%) dan E. coli (2,8%).2,3 Pertama, pemeriksa meletakkan tangannya di
Mycobacterium tuberculosis sebagai bagian proksimal ipsilateral lutut pasien dan
penyebab abses iliopsoas sebenarnya tidak pasien diminta untuk mengangkat paha
umum di negara barat, tapi sangat umum di melawan tangan pemeriksa. Tindakan ini akan
negara berkembang. Bakteri penyebab lain menyebabkan kontraksi otot psoas dan
antara lain: Proteus sp., Pasteurella multocida, menimbulkan nyeri. Kedua, posisikan pasien
Bacteroides sp., Clostridium sp., Yersinia berbaring dalam posisi normal. Hiperekstensi
enterocolitica, Klebsiella sp., methicillin pada panggul yang terinfeksi akan
resistant Staphylococcus aureus (MRSA), menyebabkan nyeri otot psoas yang teregang.
Salmonella sp., Mycobacterium kansasii, dan Namun, pemeriksaan ini juga dapat
Mycobacterium xenopi.6,7 menghasilkan hasil yang positif pada

Manifestasi Klinis penderita appendisitis dimana sama-sama


terdapat inflamasi pada otot iliopsoas namun
Presentasi klinis abses iliopsoas sering tanpa terbentuknya abses.5,10,11
bervariasi dan tidak spesifik. Trias klinis pada Pada pasien dengan abses iliopsoas,
kondisi ini dimana demam, nyeri punggung pasien mungkin mengeluhkan gejala
dan tungkai hanya terjadi pada 30% pasien. pembengkakan tanpa rasa nyeri dibawah
Dikarenakan muskulus psoas dipersarafi oleh ligamentum inguinalis (gambar 2). Hal ini
L2, L3, dan L4, nyeri dapat menyebar hingga akan sulit dibedakan dengan hernia femoralis
panggul dan paha. Gejala lain antara lain nyeri atau nodus limfatikus inguinal yang
abdomen samar, malaise, nausea, dan membesar. Pada keadaan abses iliopsoas,
penurunan berat badan.5,11 massa/benjolan yang membesar di daerah
Tabel 3. Gejala klinis yang sering terjadi inguinal ini akan keluar saat batuk dan dapat
Gejala Klinis masuk kembali.10,11
Nyeri punggung/panggul Abses iliopsoas sekunder Karena
Nyeri abdominal samar Chrons disease dapat menekan ureter dan
Demam menyebabkan hidronefrosis. Tumor yang
Lemas
berasal dari organ dalam rongga pelvis atau
Malaise
Penurunan berat badan regio lumbalis juga dapat tumbuh menyerupai
Benjolan di selangkangan abses iliopsoas. Abses iliopsoas yang besar

J MAJORITY | Volume X Nomor X | Juli 2017 | XX


Ratu Balqis Anasa | Abses Illiopsoas

dapat muncul bersamaan dengan deep vein


thrombosis (DVT). Penyebab thrombosis
dikarenakan kompresi ekstrinsik vena iliaca
oleh karena abses iliopsoas.5,10,11

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dapat berupa


pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, C-
reactive protein/CRP, LED, kultur darah),
pemeriksaan radiologis: BNO-IVP, Barium
Enema, USG, CT-Scan, MRI11,12,13
Pada pemeriksaan laboratorium, Gambar 5. Hasil CT-Scan Abdomen dan Pelvis
didapatkan hasil peningkatan leukosit, menunjukkan abses psoas kanan
peningkatan CRP, anemia, dan peningkatan
Laju Endap Darah (LED). Pada pemeriksaan CT-Scan (Computed Tomography)
kultur darah dapat ditemukan organisme seharusnya dilakukan untuk diagnose
penyebab abses. Pemeriksaan radiologis awal definitive dan merupakan gold standard untuk
antara lain radiografi pada renal, ureter, dan pasien dengan keadaan abses iliopsoas. CT-
vesica urinaria (BNO), dapat pula digunakan scan dapat berguna untuk menentukan batas
IVU/IVP (Intravenous urogram/pyelogram) abses, walaupun tidak dapat dibedakan antara
atau barium enema. Namun, pemeriksaan abses atau hematoma. Namun, CT-Scan dapat
radiologi tidak begitu spesifik ataupun sensitif memberikan gambaran negatif palsu bila
dan tidak banyak membantu untuk abses tidak mengandung udara, atenuasi
mendiagnosa abses iliopsoas. Terkadang, rendah.
abses yang berbentuk gas dapat terlihat Beberapa peneliti meyakini bahwa MRI
sebagai bayangan gas yang berbintik di rongga (Magnetic Resonance Imaging) lebih efektif
retroperitoneum.11,12,13,14 dibandingkan dengan CT-Scan karena tingkat
Pemeriksaan USG (Ultrasound spesifitas dan sensitifitas yang sangat tinggi
Sonograf) terjangkau, tidak memiliki efek untuk membedakan berbagai soft tissue dan
samping radiasi, dan mudah digunakan. kemampuannya untuk memperlihatkan abses
Namun, pemeriksaan ini sangat operator dinding dan struktur disekitarnya tanpa
dependent. Abses iliopsoas dapat terdiagnosa memerlukan media kontras intravena. MRI
dengan USG hanya pada 60% kasus. Rongga retroperitoneal dapat digunakan untuk
retroperitoneal sulit untuk dilihat secara mendiagnosa Crohns disease dan sumber
ultrasonic dan dapat dikaburkan oleh gas infeksi utama lainnya.12,14
usus.13,14
Penatalaksanaan

Penatalaksanaan meliputi penggunaan


antibiotik yang sesuai bersamaan dengan
drainasi abses. Pengetahuan yang adekuat
terkait organisme penyebab abses dapat
menjadi panduan untuk memilih terapi
antibiotik berdasarkan hasil kultur bakteri
yang dilakukan. Kultur bakteri dilakukan
dengan sampel cairan abses dan dilakukan uji
kepekaan untuk melihat sensitifas antibiotik
terhadap bakteri. Pada pasien yang diduga
Gambar 4. Hasil CT-Scan Abses Iliopsoas Bilateral menderita abses iliopsoas primer, antibiotic
disertai Abses Paha antistaphylococcal harus diberikan terlebih
dahulu sebelum hasil kultur keluar. Pada abses

J MAJORITY | Volume X Nomor X | Juli 2017 | XX


Ratu Balqis Anasa | Abses Illiopsoas

iliopsoas sekunder, pasien dapat diberikan abses psoas.


antibiotic spektrium luas seperti clindamycin, Muscle strain: biasanya dikarenakan
penicillin antistaphylococcal, dan golongan trauma otot pada pasien. Pola radiaton
aminoglikosa.12,13,14 pain yang terlihat pada abses psoas
Drainase abses dapat dilakukan secara biasanya tidak ada. Pada keadaan ini juga
drainase perkutan dengan bantuan CT-scan tidak ada gejala sistemik.
(PCD/Percutaneous Drainage) atau lewat Meralgia paresthetica: sering
prosedur pembedahan (surgical drainage). menyebabkan parestesia namun juga
PCD lebih tidak invasif dan telah menjadi dapat menyebabkan nyeri tembak ke paha
teknik drainase pilihan. Mueller et al anterior dan lateral karena kompresi dari
melaporkan aplikasi PCD pertama pada abses nervus cutaneous femoralis lateral
iliopsoas di tahun 1984. Pada sebuah studi disekitar selangkangan.
dari 22 pasien dimana 20 pasien mengalami Sciatica: nyeri punggung akibat iritasi
abses iliopsoas primer dan 2 pasien nervus lumbal atau sacral yang menyebar
mengalami abses iliopsoas sekunder, ke posterior atau lateral paha, lutut, atau
Cantasdemir et al menemukan bahwa PCD tungkai. Dan juga, dapat meliputi dorsal
efektif pada 21 dari 22 pasien. Prosedur ini kaki, jari kaki I atau II dan III (L5), atau
juga memiliki angka morbiditas dan mortalitas plantar kaki dan jari kaki ke IV dan V (S1)
yang rendah.14,15 membuat tidak terlihat seperti abses
Tindakan operatif dapat dilakukan atas iliopsoas. Keadaan parestesi di sepanjang
indikasi:14 nyeri dapat mengarah ke sciatica.
1. Tindakan PCD gagal untuk Renal colic/pyelonephritis: kondisi ini
menghilangkan pus; menyebabkan nyeri flank yang dapat
2. Pasien memiliki kontraindikasi dari menyebar ke selangkangan bersamaan
tindakan PCD, antara lain kelainan dengan mual dan muntah yang menjadi
pembekuan darah; gejala umum. Demam dan malaise jarang
3. Terdapatnya keadaan patologis terjadi kecuali bila terdapat infeksi renal
intraabdominal lainnya yang yang berhubungan.
membutuhkan operasi. Endometriosis: pada wanita,
Pada pasien dengan Crohns disease, endometriosis retroperitoneal dapat
dilakukannya tindakan operasi tunggal untuk timbul bersamaan dengan nyeri abdominal
mendrainase abses dan reseksi usus dan pinggul kiri.
diperlukan. Terkadang, PCD dapat berguna Primary Ewing sarcoma: jarang berasal
sebagai terapi inisial untuk memperbaiki dari kolumna spinalis namun karena Ewing
kondisi pasien sebelum operasi dilakukan. sarcoma adalah tumor tulang yang sangat
Pemberian antibiotik dapat dilanjutkan hingga agresif dengan proliferasi yang tinggi dan
2 minggu setelah drainase abses selesai.14,15 juga invasif, gejala klinik yang muncul dan
pemeriksaan radiologi yang ada dapat
Diagnosa Banding menyerupai penemuan patologis dan
penyakit infeksius.
Diagnosa banding abses iliopsoas11: Septic Arthritis of Hip: baik abses iliopsoas
Diverticulitis: Biasanya pada sisi sebelah maupun septic arthritis of hip dapat timbul
kiri. Manifestasi klinis berupa rasa nyeri di dengan gejala lemas dan nyeri pinggul.
area serupa, tapi jarang memberikan Nyeri abdominal lebih mengarah ke
gangguan saraf sensoris di akar L1-L3 diagnose abses iliopsoas, namun nyeri alih
Appendicitis: terjadi pada keadaan yang ke paha dan punggung dapat terjadi pada
sama dengan abses psoas. Namun dapat keduanya. Keduanya juga sama-sama
dibedakan dengan melihat riwayat memiliki gejala sistemik seperti demam.
migrating pain dan McBurneys sign yang Abdominal Aortic Aneurysm: aneurisme
positif. Walaupun demikian, psoas sign aorta abdominalis yang meluas atau
dapat terjadi baik pada apendisitis maupun rupture menunjukkan onset yang

J MAJORITY | Volume X Nomor X | Juli 2017 | XX


Ratu Balqis Anasa | Abses Illiopsoas

berbahaya, nyeri abdomen samar, atau 2004. Iliopsoas abscesses. BMJ Journal. 80:459-
nyeri punggung/flank. Diferential diagnosa 462
penyakit ini tidak boleh terlewat. 10. Ozgur C., Ozayar A., Uzun T., Tuna Y. 2012.
SIMPULAN Psoas abscess due to appendicitis; case report
and review of the literature. Journal of Clinical
and Analytical Medicine. 3(3): 344-346
USG, CT-Scan, dan MRI dapat 11. Shields D., Robinson P., Crowley T.P. 2012.
membantu untuk membuat diagnosis definitif Iliopsoas abscess a review and update on the
dari abses iliopsoas. Abses muskulus psoas literature. International Journal of Surgery.
adalah kondisi yang sangat jarang dengan 10(2012):466-469
presentasi klinis yang samar, sehingga menjadi 12. Singal R., Mittal A., Gupta S., Naredi B., Singh
tantangan dalam menegakkan diagnosis. M. 2013. Giant primary psoas abscess:
Peran CT-Scan sangat penting dalam masquerading peritonitis-for diagnosis and
menegakkan kasus ini. Jika pasien hanya di treatment. Acta Medica Indonesiana. 45(2):
136-140
USG untuk menegakkan diganosa, maka lokasi
13. Tabrizan P., Nguyen S., Greenstein A.,
insisi pada drainase bisa saja berbeda. Namun,
Rajhbeharrysingh U., Divino C.M. 2009.
bila dilakukan CT-Scan, maka operator akan Management and treatment of iliopsoas
dapat menentukan lokasi secara tepat untuk abscess. The Journal of The American Medical
melakukan drainase. Pasien dapat diobati Association. 144 (10):946-949
dengan drainase baik secara perkutan dengan 14. Mueller P.R., Ferrucci J.T. Jr., Wittenberg J., et al.
bantuan CT-Scan (PCD) ataupun dengan 1984. Iliopsoas abscess: treatment by CT-
prosedur pembedahan. Selanjutnya pasien guided percutaneous catheter drainage. Am J
dapat diberikan terapi antibiotik untuk Roentgenol. 142:359-362
mencegah infeksi kembali. 15. Cantasdemir M., Kara B., Cebi D, et al. 2003.
Computed tomography-guided percutaneous
catheter drainage of primary and secondary
iliopsoas abscesses. Clin Radiol. 58:811-815
DAFTAR PUSTAKA
1. Yadav R.P., Agrawal C.S., Andhikary S., Kumar
M., Regmi R., Amatya R., Gupta R.K. 2007.
Iliopsoas abscess: analysis and perspective
from an endemic region of Eastern Nepal.
Kathmandu University Medical Journal.
5(4):497-500
2. Bagul N.B., Abeysekara A.M.S. 2008. Primary
psoas abscess due to Streptococcus milleri. Ann
Clin Microbiol Antimicrobials. 7:7
3. Ricci M.A., Rose F.B., Meyer K.K. 1986. Pyogenic
psoas abscess: worldwide variations in etiology.
World J Surg. 10:834-843
4. Bartolo D.C., Ebbs S.R., Cooper M.J. 1987. Psoas
abscess in Bristol: a 10 year review.
International Journal Colorectal Disease. 2:72-6
5. Todkar M. 2005. Case report: psoas abscess
unusual etiology of groin pain. MedGenMed.
7(3):10.
6. Lopez N.V., Ramos J.M., Meseguer V., et al.
2009. Microbiology and outcome of iliopsoas
abscess in 124 pasien. Medicine. 88(2): 120-30
7. Bresee J.S., Edward M.S. 1990. Psoas abscess in
children. Pediatric Infection Disease Journal.
9:201-206
8. Elliott C. 2013. Paediatric iliopsoas abscess: a
case report. Australasian Journal of Ultrasound
in Medicine. 16(4):198-201
9. Mallick I.H., Thoufeeq M.H., Rajendran T.P.

J MAJORITY | Volume X Nomor X | Juli 2017 | XX

Anda mungkin juga menyukai