Anda di halaman 1dari 14

Rhinitis Kronik

Atrofikan (Ozaena)
Pembimbing : dr. Meyrna Heryaning Putri, Sp. THT-KL, FICS

Sharon Thesalonica Delaney


Maria Evelyn
Meyland Citra
Definisi

“Infeksi hidung kronik yang ditandai dengan


adanya atrofi progresif mukosa hidung dan
tulang konka, krusta, hidung berbau dan
perluasan rongga hidung.

Etiologi Penyebab pasti belum diketahui
Beberapa teori dugaan:
1. Faktor herediter
Terdapat >1 penderita dalam 1 keluarga yang sama)

2. Gangguan endokrin
- Pada♀ >  ♂
- Krusta dan foetor akan cenderung berhenti setelah
menopause
Etiologi
3. Infeksi Klebsiella ozaenae, bacillus foetidus, staphylococci,
streptococci

4. Defisiensi vitamin A
Sering pada penderita
malnurtrisi
5. Defisiensi Fe

6. Penyakit kolagen, yang termasuk penyakit autoimun

7. Faktor ras  bangsa kulit putih dan kuning lebih rentan


Perubahan Patologis

Metaplasia

Epitel kolumnar bersilia Epitel squamous berlapis, silia menghilang

Lapisan submucosa menipis

Kelenjar-kelenjar (seperti sel goblet) degenerasi atau atrofi


Diagnosis
Anamnesis
• Keluhan hidung berbau busuk yang dirasakan orang lain, tidak
oleh pasien karena adanya anosmia
• Keluhan hidung buntu
• Adanya ingus kental kehijauan, krusta kehijauan
• Krusta lepas  epistaksis
Diagnosis Pemeriksaan fisik
Rinoskopi anterior

• Rongga hidung sangat luas


• Konka nasi inferior dan media
tampak atrofi
• Sekret purulent kehijauan atau
krusta kering
kehijauan/kehitaman
yang banyak menutupi konka nasi
atau septum nasi
• Krusta diambil  perdarahan
Diagnosis Pemeriksaan penunjang

Nasal endoskopi

Foto rontgen sinus  Sinus paranasalis kecil, dinding tebal, berawarna opaq

Darah lengkap  temuan anemia, leukositosis

Hapusan darah  temuan hipokromik mikrositik: anemia defisiensi Fe

Protein serum  kondisi malnutrisi


Tatalaksana
Medikamentosa
“Kesembuhan secara komplit sulit dicapai,
terapi lebih ditujukan untuk menjaga
hygiene hidung, membersihkan krusta,
dan menghilangkan bau.

Lama pengobatan bervariasi
tergantung hilangnya tanda klinis berupa sekret purulen kehijauan
Tatalaksana
• Irigasi hidung  dgn obat cuci hidung (larutan garam hipertonik)
R/ NaCl
NH4Cl
NaHCO3 aaa 9
Aqua ad 300 ml
Satu sendok makan larutan dicampur 9 sendok makan air
hangat. Larutan dihirup ke dalam rongga hidung dan
dikeluarkan lagi dengan menghembuskan kuat-kuat atau yang
masuk ke nasofaring dikeluarkan melalui mulut (2x/hari)
Obat cuci hidung yang lain, bisa seperti larutan salin isotonis
Tatalaksana
• Glukosa 25% dalam gliserin  setelah krusta di ambil 
hidung diolesi 25% glukosa untuk menghambat pertumbuhan
organisme proteolitik yang menyebabkan bau busuk

• Antibiotika topical gentamisin 80-160mg dilarutkan dalam


1000 ml salin bisa diberikan untuk irigasi hidung

• Antibiotika injeksi streptomisin 1g/hari selama 10 hari efektif


untuk kuman Klebsiella
Tatalaksana Pembedahan
Jika terapi medikamentosa yang adekuat tidak ada perbaikan.
Tindakan ini diharapkan mengurangi turbulensi udara dan
pengeringan sekret, inflamasi mukosa berkurang.

1. Young’s operation  menutup kedua hidung memakai flap


selama ≥ 6 bulan
2. Modified Young’s operation  hanya menutup satu hidung
3. Menyempitkan rongga hidung  dgn implantasi silikon, jaringan
lemak, tulang rawan/tulang, memotong dinding lateral hidung
Komplikasi & Squele
Jika tidak diterapi dengan baik, dapat terjadi:
1. Rhinosinusitis
2. Faringitis
3. Laringitis atrofi
4. Dakriositis kronik
5. Deformitas hidung
6. Perforasi septum
7. Perluasan infeksi lokal atau sistemik
Thank you

Anda mungkin juga menyukai