Anda di halaman 1dari 28

TINNITUS

Dr. Sekti Joko S.I, Sp.THT-KL


TINITUS
(“TINITUS”=“TINITUS AURIUM”)
 Definisi
1. Suatu sensasi subyektif suara di
tellinga/kepala
2. Ada suara dalam telinga/kepala, tanpa obyek
lingkungan; lebih jelas bila lingkungan tenang
3. Suatu persepsi suara, tanpa stimulasi akustik
4. Suatu persepsi akustik, berasal dari tubuh
penerita sendiri, “unwanted”, jarang bisa
didengar orang lain
Patofisiologi
Tinnitus  terjadi aktivitas elektrik pd area auditoris yg
menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls
yg ada bukan berasal dari bunyi eksternal yg
ditransformasikan, melainkan berasal dari sumber
impuls abnormal didalam tubuh pasien sendiri.

- Impuls abnormal itu dapat ditimbulkan oleh berbagai


kelainan telinga.
- Tinitus dapat terjadi dalam berbagai intensitas (nada
rendah seperti bergemuruh atau nada tinggi seperti
berdenging)
- Tinitus dapat terus menerus atau hilang timbul.
 Ragam :
Nada murni (25%), gemuruh ombak, suara
jangkrik, suara mesin uap,
mendesu/menderu,mendengung, mendenging,
pulsatif/berdenyut
 DD :
1. Halusinasi akustik/auditorik :
• Suara lebih kompleks (orang bicara, orkestra,
lonceng gereja)
• Merupakan gejala psikiatrik
2. Autofonia :
• Mendengar suara sendiri abnormal
• Terdapat pada CHL
 Insidensi :
• Semua umur, tersering 40-80 th
• Laki perempuan sama
• 50% unilateral, 50% bilateral/ didalam kepala
• Di AS > 37 juta orang, 20% saja yang ekstrim
• Intensitas & frekuensi :
• 80% < 20 DB, 5% ≥ 40 DB; dipengaruhi tingkat
kelelahan dan kecemasan
• tersering 3000-5000 Hz; >80% “band noice” dgn
luas ≤ 2400 Hz
Fenomena umum :
• Merupakan fenomena yang dialami semua
orang
• 95% populasi normal di ruang anekoik
mengalami tinitus
• Penyebab :
• “resting discharge” sel-sel rambut koklea
• Gerakan molekuler udara di telinga tengah
• “circulating blood” di/dekat organon korti
• Sebagian besar orng tidak merasa akan efek
“masking” suara sekitar
Gejala penyerta :
• Sering disertai HL (lebih sering) & vertigo
• Meski tidak menyeluruh, pada pemeriksaan
ditemukan HL
• Biasanya, yg dgn CHL dgn frekuensi rendah, yg
dgn SNHL berfrekuensi tinggi
• Ada sedikit hubungan antara derajat HL dgn
intensitas tinitus
PEMBAGIAN

OBJEKTIVE TINNITUS

SUBJEKTIVE TINNITUS

VIBRATORY TINNITUS
“TYMPANIC”
NON-VIBRATORY “PERIPHERAL”
TINNITUS “PETROUS”
(“ALL SUBJECTIVE”) “CENTRAL”
TINITUS VIBRATORI
(“VIBRATORY TINNITUS”=VT)
• Lebih jarang, patofisiologi lebih mudah dipahami, kausa
lebih mudah diidentifikasi

• Tergantung kuat energi, lemah ->


tinitus subyektif; kuat -> tinitus objektif

• Kausa :
1. Kelainan vaskuler
- Kelainan vaskuler lokal/regional ->
peningkatan aliran & turbulensi darah -> tinitus
-Termasuk disini :
a. Malformasi kongenital arteri & vena
b. OMA / OMK / OME
c. Vasa aberantia
d. Neoplasma vaskuler
e. “AV-shunt”
f. Dilatasi aneurismal
g. Stenosis portal vasa hepar
CIRI..

• Yang oleh kelainan arteri -> pulsatif (seirama


denyut jantung)

• Yang oleh kelainan vena -> dengung konstan

• Dengan pemblokiran pemb.darah pemasok


anomali (menekan a.karotis,memutar kepala)
 tinitus hilang / kurang (bagian dari upaya
diagnostik)
2. KELAINAN NEUROMUSKULER
• Kontraksi kronik mm.tensor timpani, stapedius,
tensor/levator veli palatini -> bunyi “clicking” yang bisa
didengar penderita/pemeriksa
• “underlying cause” disini a.l : sklerosis multipel, kelainan
cerebrovaskuler, neoplasma intrakranial.

3. KELAINAN TUBA EUSTAKIUS :


• Normalnya tuba senantiasa tertutup. Keadaan tertentu ->
tuba selalu terbuka -> “abnormally patent / patulous” ->
suara pusaran udara di nasofaring akibat respirasi
ditransmisikan melalui tuba ke telinga tengah
• Dengan otoskop & timpanometer : membrana timpani
bergerak sesuai dinamika respirasi
• Akibat tuba paten, juga terjadi autofonia
• Sebab a.l :
a. Penurunan BB yang cepat (sakit/diet ketat)
b. Pil KB tertentu
c. Masa nifas
• Posisi kepala lebih rendah -> “local venous
engargement” -> tuba -> tinitus hilang
TINITUS NONVIBRATORI (“NON VIBRATORY
TINNITUS” = NVT)

• NVT mayoritas berhub. Dgn SNHL koklear

• Terjadi akibat lesi pada jalur akustik (perifer/sentral)

• Kelainan di telinga tengah juga bisa menyebabkan NVT.


Oleh Trowbridge (1949) dijelaskan : Ada hubungan erat
antara elemen neural auris media & auris interna (N.V, N.X
& saraf simpatetik TT berhub. Dgn TD -> perubahan struktur
TT & struktur sekitar, trmsk art.temporomandibula timbulkan
tinitus. Aktor sentral disini adalah pleksus timpanikus.
Iritasi/stimulasi/impuls yg mengenai pleksus ini -> bila lemah
mybbkan tinitus, bila kuat menyebabkan nyeri
• Reed (1960) dari 200 kasus : 75% sumber di
koklea, 18% di SSP, 15% di sistem konduksi,
3% vaskuler.

• Mawson (1963) membagi NVT :


- Timpanik (lesi di TT)
- Petrous (lesi di TD & N.VIII)
- Sentral (Lesi di batang otak & otak)
• Ada yang membagi :
Tinitus sentral, bila terasa di dalam kepala
Tinitus perifer, bila terasa di telinga
(uni/bilateral)

DIAGNOSIS
 Tinitus merupakan gejala, harus dicari
penyakit/kelainan penyebabnya, meski tidak
mudah, terutama NVT
 Upaya diagnosis meliputi :
1. Anamnesis, perlu menyeluruh
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang/laboratorium
1. Anamnesis
a. Berapa lama? progresivitasnya?
b. Hubungannya dg gangguan audiovisual lainnya
(HL,vertigo)?
c. Ciri-ciri lainnya :
• Lokasi di telinga uni/bilateral?
• Nada (tinggi/rendah), intensitas (keras/lemah)?
• Pola (tetap/pulsatif,”decking”,”blowing”)?
• Tingkat gangguan (ringan,sedang,berat)?
• Efek suara “ambient”(intensitas mengeras/melemah)?
• Durasi (terus-menerus/hanya waktu ttt)?
• Ragamnya (gemuruh,derung,dengung,dsb?
d. Riwayat penyakit/kelainan yg dpt menjadi
penyebab (peny. telinga,trauma
kepala,paparan bising,obat ototoksik)
e. Riwayat keluarga
2. Pemeriksaan fisik
a. Status generalis/internus
termasuk kelainan sistemik yg menyebabkan
tinitus (DM, hipertensi, hipertiroid)
b. Status lokalis/THT :
• Inspeksi aurikula, CAE, MT (otoskop
pneumatic)
• Auskultasi (mastoid,kranium,leher)
3. Pemeriksaan penunjang/laboratorium

• Pemeriksaan lab : darah rutin, gula darah,


serum tiroksin, serologi sifilis, dll)
• Pemeriksaan penunjang :
• Angiografi, untuk mencari lesi vaskuler
• Timpanometri  tuba paten, mioklonus alat
TT& palatum
• EMG  mioklonus alat palatum
• Audiometri (nada murni, Bekessy, bila perlu juga
audiometri tutur, TDT, NBLB/MLB, sisi, OAE,BERA)
• Pemeriksaan lain atas dasar “index of suspection”
(yg dibangun dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
profil audiometrik), termasuk disini :
1. Electronystagmogram (ENG)  menilai sistim
vestibuler
2. X-Foto apex petrosus (lesi angulus
serebelopontin)
3. CT-Scan kepala (lesi intrakranial)
TERAPI
• Sebisa mungkin kausal, walau hanya sebagian
kecil tinitus yg kausanya dpt diidentifikasi,
terutama NVT.

1. Operasi :
• Ragam : insersi gomet, stapedectomi,
simpatektomi ganglion stelatum, sakulotomi,
labirintektomi, neurektomi N VIII,
timpanosimpatektomi,dll
• Hasil “fifty-fifty”,lebih berhasil pd VT daripada NVT
2. Medikasi :
• Obat masuk memperbaiki/meningkatkan
sirkulasi darah : ekstrak ginkobiloba-Eqb,
cinnarizin, flunarizine, betahistin,
papaverin HCL, antihistamin
• Roboransia : vit A, B12, C, E, E, Co & Zn
• Obat penenang, antiansietas,
antidepresan
3. Tinnitus Retraining Therapy (TRT)
• Tinitus ditekan/diredam dgn memperkuat suara
sekitar/ memberikan suara buatan. Contoh :
mengatur control radio FM diantara dua stasiun
• Sangat membantu saat menjelang tidur
• Ada yg disebut “inhibisi Residual” efek supresi
thdp tinitus masih bila 30-40 menit setelah masking
dilepas
• Keterbatasan : pada penderita dg tinitus berat/fatal
• Ada pendapat, tinitus yg tidak bisa diterapi dgn
masking adalah tinitus sentral
4. “Biofeedback”
• Dgn asumsi tinitus berkaitan dgn “stres”, diberikan
psikoterapi dgn tujuan penderita bisa menerima
tinitus tersebut secara proporsional
• Disini penderita dilibatkan secara aktif sehingga
menyadari bahwa :
Pasien dapat mengendalikan relaksasinya
Relaksasi mengurangi “stres” dan gejalanya
Tinitus adlh gejala yg berhubungan dgn “stres”
• Perlu dirancang bersama otologist
psikiatrist/psikologis
5. Psikoterapi
• Tinitus merupakan gejala paling “distressing”,
penderita tinitus “do have a perflexing problem”
 cemas & depresi berat  bunuh diri
• Perlu bantuan psikiater

6.Alat bantu dengar


• Efektif untuk yg dgn HL (terutama CHL)
• Suara sekitar yg keras  tinitus teredam
7. Diet
• Diet rendah lemak & garam
• Hindari yg merangsang (kopi, kola, teh)

8. Stimulasi galvanik/elektrik
• Masih eksperimental

9. Tusuk jarum
• Masih perlu dipertanyakan

10. Hiperbarik
• Masih belum jelas

Anda mungkin juga menyukai