Anda di halaman 1dari 41

Mengenal Macam-Macam

Infeksi Saluran Pernapasan Akut


(ISPA)
Pembimbing :
dr. Dhian Endarwati, Sp. A

Disusun Oleh :
Sana Ghita Fauziah
G4A019033

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD. PROF. DR. RSUD MARGONO SOEKARJO
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2021
Pendahuluan
• ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA adalah infeksi
saluran pernafasan akut, yang dapat menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung
kurang lebih 14 hari.
• Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak
dan balita di negara berkembang, termasuk di Indonesia. Pada tahun 2017 , dilaporkan 808.694 / 15 %
anak usia <5 tahun meninggal karena pneumonia.
• ISPA dibagi menjadi 2 bagian, yaitu ISPA Atas dan ISPA Bawah.
• Gejala ISPA yang sering dikeluhkan adalah Batuk dan Flu
ISPA ATAS
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by Flaticon
and infographics & images by Freepik.
RINITIS ETIOLOGI
Berdasarkan kekerapannya
• Rinitis / Common Cold /
Coryza adalah satu dari
penyakit ISPA tersering pada
anak.
• Insidensi rinitis bergantung
pada musim, pada daerah
tropis meningkat pada
musim hujan.
MANIFESTASI KLINIS
 Sekret hidung, demam adalah gejala tersering yang ditemukan dalam 3 hari pertama
 Sekret hidung yg encer dan jernih  Kental dan purulen
 Gejala lain : Batuk, Nyeri tenggerokkan, rewel, gangguan tidur, nafsu makan menurun
 Pemeriksaan Fisik : dapat ditemukan edema / eritema mukosa hidung, teraba benjolan
pada KGB servikalis anterior
TATALAKSANA KOMPLIKASI
(SUPORTIF)

 Dekongestan ( Pseudoephedrine  Otitis Media


Hydrochloride, Phenylepherine dan  Rinosinusitis
Phenylepropanolamide)  Epistaksis
 Paracetamol  Konjungtivitis
 Vitamin  Faringitis
 Antibiotik  ISPA – Bawah (pneumonia)
 Antivirus (Amantadin, oseltamivir,
zanamivir)

PENCEGAHAN
Mencucii tangan, Makan – makanan
bergizi dan bersih, Imunisasii
Influenza.
FARINGITIS,TONSILOFARINGITIS,TONSIL
ETIOLOGI
TIS
• Istilah Faringitis
menunjukkan infeksi akut
pada faring / tonsil yang
berlangsung hingga 14
hari.
• Faringitis insidensi
meningkat seiring
bertambahnya usia,
mencapai punvaknya pada
usia 4-7 tahun.
MANIFESTASI KLINIS
 Faringitis akibat streptokokus : nyeri tenggorokkan dengan awitan mendadak , disfagia,
dan demam.
 Anak > 2 tahun : nyeri kepala, nyeri perut, muntah, demam (39-40 C)
 Disebabkan virus : Rinore, suara serak, batuk, konjungtivitis, diare.
 Pada pemerifksaan fisik : faring hiperemis, tonsil bengkak dengan eksudasi, uvula
hiperemis/edema,pembesaran KGB pada servikal anterior, eksoriasi hidung, petekie
palatum mole, ruam skarlatina.
TATALAKSANA KOMPLIKASI
 Antibiotik  Otitis Media purulen
( Penisilin 15-30 mg/KgBB/hari  Ulkus kronik yg luas
dibagi 3 dosis selama 10 hari.  Rinosinusitis
Amoksisilin 50 mg/KgBB/Hari  Mastoiditis
dibagi 2 selama 6 hari,dll)  Abses retrofaringeaal/parafaringeal
 Tonsilektomi : dilakukan pada  ISPA – Bawah (pneumonia)
kasus tonsilofsringitis
kronis/berulang/ terjadi obstruktif
sleep apneu (dihindari pada anak
dibawah 3 tahun)
 Terapi symptom
ISPA
BAWAH
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by Flaticon
and infographics & images by Freepik.
Pneumonia

• Inflamasi yang mengenai


parenkim paru disebabkan oleh Mercury is the closest planet to the
mikroorganisme (virus/bakteri) Sun and the smallest one in the Solar
System. The planet’s name has
dan sebagian kecil disebabkan nothing to do with the liquid metal
oleh aspirasi, radiasi dan lain- since it was named after the Roman
messenger god, Mercury
lain.
• Etiologi tersering Strepptococcus
Pneumoniae, H.Influenza, RSV.
(Said, 2010)
Bakteri Bakteri
Chamydia pneumoniae Haemophillus influenzae

Etiologi
tipe B
Mycoplasma Moraxella catharalis
pneumoniae
Streptococcus Neisseria meningitidis
pneumoniae
4 bulan – 5 tahun
Virus Staphylococcus aureus
Etiologi yang Etiologi yang Virus Adeno
Usia Virus
sering jarang Virus Influenza Virus Varisela-Zoster
Virus Rino  
Bakteri Bakteri Respiratory Synctial  
E. colli Bakteri anaerob Virus
Sterptococcus group B Sterptococcus group D
Bakteri Bakteri
Listeria monocytogenes Haemophillus influenzae
Chamydia pneumoniae Haemophillus influenzae
  Streptococcus pneumoniae
Lahir – 20 hari
  Ureaplasma urealyticum Mycoplasma Legionella sp
  pneumoniae
Virus
Streptococcus Staphylococcus aureus
  Virus Sitomegalo
pneumoniae
  Virus Herpes Simpleks
Bakteri Bakteri   Virus
Chlamydia trachomatis Bordetella pertussis 5 tahun – remaja   Virus Adeno
Streptococcus pneumoniae Haemophillus influenzae Virus Epstein-Barr
tipe B
 
  Virus Influenza
Virus Moraxella catharalis
3 minggu–3 bulan Virus Adeno Staphylococcus aureus   Virus Parainfluenza
Virus Influenza Ureaplasma urealyticum   Virus Rino
Virus Parainfluenza 1,2,3 Virus   Respiratory Syncytial
Respiratory Syncytial virus Virus Sitomegalo Virus
  Virus Varisella-Zoster
KLASIFIKASI

01 ANATOMI
03 •
LINGKUNGAN
• Pneumonia Lobaris Community-acquired (P. Komunitas)
• Pneumonia Lobularis (bronkopneumonia) • Hospital-acquired (P. Nosokomial)
• Pneumonia interstitialis (bronkiolitis) • Immunocompromised

02 •
ETIOLOGIS
04 GEJALA KLINIS
Bakteri • Klasik (adanya batuk produktif)
• Virus • Atipik (mempunyai ciri batuk
• Jamur nonproduktif)
• Aspirasi
(Misnadiarly, 2008; Alatas dan Hassan, 2007).
MANIFESTASI KLINIS
 Gambaran klinis pada bayi dan anak secara umum:
 Gejala infeksi umum
 Demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
napsu makan, keluhan gastrointestinal, gejala infeksi
ekstrapulmoner.
 Gejala gangguan respiratori
 Batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas
cuping hidung, air hunger, merintih, dan sianosis.

Said, 2010
MANIFESTASI KLINIS
Tanda pneumonia:
• Retraksi dinding dada, fremitus vokal meningkat, pekak
perkusi, suara napas melemah, dan terdengar
crackles/rales (kadang mengi).
• nyeri dada, friction rub, dan nyeri abdomen.

Said, 2010
MANIFESTASI KLINIS

Usia dibawah 2 bulan Usia 2 bulan sampai kurang 5 tahun


• Frekuensi pernapasan 60 kali • Batuk (disertai kesulitan bernapas)
per menit atau lebih • Napas sesak atau penarikan
• Penarikan kuat pada dinding dinding dada sebelah bawah ke
dada sebelah bawah ke dalam dalam (severe chest indrawing).
• Dahak berwarna kehijauan atau
seperti karet.
Said, 2010
DIAGNOSIS BANDING

Said, 2010
TATALAKSANA
Penatalaksanaan Umum

• Pasien dengan saturasi oksigen <92% pada saat bernapas dengan udara kamar harus
diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup
• Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan intravena dan
dilakukan balans cairan ketat.
• Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan pasien dan
mengontrol batuk
• Nebulisasi β2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk memperbaiki mucocilliary
clearance
• Pasien yang mendapat terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap 4 jam sekali,
termasuk pemeriksaan oksigen.
TATALAKSANA
Pemberian Antibiotik
• Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotik oral pada anak < 5 tahun.
o Alternatifnya adalah co-amoxiclav, ceflacor, eritromisin, claritomisin, dan azitromisin.
• Makrolid diberikan sebagai pilihan pertama secara empiris pada anak > 5 tahun.
• Antibiotik yang dianjurkan adalah ampisilin dan kloramfenikol, co-amoxiclav, cefriaxone,
cefuroxime dan cefotaxime.
• Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat perbaikan setelah
mendapat antibiotik intravena.
TATALAKSANA
Rawat Jalan

• Pada pneumonia ringan rawat jalan dapat diberikan antibiotik lini pertama secara oral,
misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol.
• Pada pneumonia ringan berobat jalan, dapat diberikan antibiotik tunggal oral dengan
efektifitas yang mencapai 90%.
• Dosis amoksisilin 25 mg/kgBB, sedangkan kotrimoksazol 4 mg/kgBB .
• Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid baru, dapat digunakan sebagai terapi
alternatif beta-laktam untuk pengobatan inisial pneumonia.
PENCEGAHAN

• Hindari pencetus bahan polusi  asap rokok


• Hidup bersih  mencuci tangan & tidak jajan sembarangan
• Menjaga kebersihan lingkungan
• Memberikan ASI selama 6 bulan pertama
• Menjaga keseimbangan nutrisi anak
• Pemberian vaksin
• Menjaga daya tahan tubuh anak  cukup istirahat dan
olahraga
• Mengusahakan tempat tinggal dengan ventilasi baik
Kartasasmita, 2010
Pertusis
Pertusis (batuk rejan) dapat diderita oleh semua
orang tetapi penyakit ini lebih serius bila terjadi pada
bayi – anak, terutama pada bayi yang tidak di
imunisasi. Penyakit pertusis terlebih dahulu
menyerang saluran pernapasan bagian atas melalui
droplet ataupun benda yang terkontaminasi.
Disebut juga :
Whooping cough / Tusis quinta / Violentcough.
Sindrom yang terdiri dari batuk yang spasmodik dan
paroksismal , disertai nada yang tinggi.
(Upaya keras menarik nafas)

(Sumiyati,2015).
Etiologi
Pertusis disebabkan oleh Bordetella Pertussis adalah suatu
kuman (bakteri) yang kecil dengan ciri-ciri organisme ini
antara lain:
1. Berbentuk batang (coccobacilus).
2. Tidak dapat bergerak.
3. Bersifat gram negatif.
4. Tidak berspora, mempunyai kapsul.
5. Mati pada suhu 55 C selama ½ jam, dan tahan pada suhu
rendah (0- 10 C).
6. Dengan pewarnaan Toluidin blue, dapat terlihat granula
bipolar metakromatik.
7. Tidak sensitif terhadap tetrasiklin, ampicillin, eritomisisn,
tetapi resisten terhdap penicillin.
MANIFESTASI KLINIS
 Masa inkubasi 6 – 20 hari, rata – rata 7 hari.
 Stadium Kataralis
 Stadium ini berlangsung 1 – 2 minggu ditandai dengan
adanya batuk-batuk ringan, terutama pada malam hari,
pilek, serak, lakrimasi, dan demam ringan. Stadium ini
menyerupai influenza.
 Sangat Infeksius
MANIFESTASI KLINIS
 Stadium Spasmodik
 Berlangsung 2 – 4 minggu, batuk semakin berat sehingga pasien
gelisah dengan muka merah dan sianotik. Batuk terjadi
paroksismal berupa batuk-batuk khas. Serangan batuk panjang
dan tidak ada inspirasi di antaranya dan diakhiri dengan whoop
(tarikan nafas panjang dan dalam berbunyi melengking). Sering
diakhiri muntah disertai sputum kental. Akibat tekanan saat batuk
dapat terjadi perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis. Tampak
keringat, pembuluh darah leher dan muka lebar.
 Stadium Konvalesen
 Berlangsung selama 2 minggu sampai sembuh. Jumlah dan
beratnya serangan batuk berkurang, muntah berkurang, dan nafsu
makan kembali membaik
Komplikasi
Sistem respirasi
Pneumonia (aspirasi,sekunder infeksi), TBC dari latent jadi aktif,
Atelektasis, Ruptur alveoli,emfisema,pneumothoraks

Sistem Pencernaan
Muntah-muntah yang berat dapat menimbulkan emasiasi,
prolaps rectum atau hernia, ulkus pada ujung lidah dan stomatitis.

Sistem saraf pusat


Kejang, Koma, Ensefalitis.
TATALAKSANA
Terapi suportif

a. Menghindari faktor yg timbulkan batuk


b. Mengatur hidrasi dan nutrisi
c. Oksigen ( atas indikasi)
d. Pengelolaan jalan napas: mencegah aspirasi, bersihkan sekret hidung dan
tenggorok
e. Perawatan penunjang:hidari suction, antitusif, sedatif, mukolitik,
antihismin, obati demam, lanjutkan ASI atau cairan oral
f. Pemantauan: tiap 3 jam oleh perawat, dokter 1 kali sehari
TATALAKSANA
Medikamentosa

 Antibiotik
a. Eritromisin: 50 mg/kgBB/hari oral selama 10 hari, Ampisilin dengan
dosis 100 mg / kg BB / hari, dibagi dalam 4 dosis. Bila disertai
demam berikan kloramfenikol oral selama 5 hari, Lain-lain :
Rovamisin, kotrimoksazol, dan tetrasiklin.
 Simtomatik
a. Bronkodilator, Antipiretik.
b. oksigen: pada apnoeu, sianosis, batuk paroksismal berat.
PENCEGAHAN
 Imunisasi Aktif:
DPT, dasar : 3 kali dimulai dari umur 2,3,4 bulan.
DPT ulang/booster: umur 18 bulan, umur 5-7 tahun

Kartasasmita, 2010
Bronkitis
Bronkitis adalah infeksi pada bronkus pernafasan dengan penyempitan atau hambatan jalan
nafas di tandai peningkatan produksi sputum mukoid. Gejala bronkitis di awali dengan batuk
dan pilek, akan tetapi infeksi ini telah menyebar ke bronkus, sehingga menjadikan batuk akan
bertambah parah dan berubah sifatnya.

(Hidayat, 2011).
Etiologi
 Virus : influenza virus, parainfluenza virus,
respiratory syncytialvirus (RSV), adenovirus,
coronavirus, rhinovirus, dan lain-lain.
 Bakteri : Bordatella pertussis, Bordatella
parapertussis,Haemophilus influenzae,
Streptococcus pneumoniae, atau bakteri atipik
(Mycoplasma pneumoniae, Chlamydia pneumonia,
Legionella).
 Non-Infeksi : polusi udara, rokok, dan lain-lain.

Penyebab bronkitis akutyang paling sering adalah


infeksi virus yakni sebanyak 90% sedangkan infeksi
bakteri hanya sekitar < 10%.
MANIFESTASI KLINIS
 Stadium Prodromal
 1-2 hari : demam, batuk, nyeri tenggorokan
 Stadium Trakeobronkial
 4-6 hari : demam (biasanya tdk tinggi), batuk non produktif
 produktif
 Stadium Rekonvalesen
 Panas turun, batuk berkurang  sembuh
 Dapat terjadi infeksi sekunder oleh bakteri
MANIFESTASI KLINIS
 Demam 37,8⁰ -39⁰ C
 Sering nyeri dada waktu batuk
 Gejala rinitis sebagai menifestasi pengiring
 Sesak
 Muntah
 Pada pemeriksan fisik : Faring hiperemis, Ronki basah
kasar/halus, wheezing
Komplikasi
Otitis

Terutama pada kasus dengan


Sinusitis status gizi buruk.

Pneumonia
Bronkiolitis
Bronkhiolitis adalah inflamasi
bronkioli pada bayi <2 tahun.
Penyakit Seosonal Viral yang
ditandai dengan panas, batuk,
pilek, dan mengi. Penyakit ini 90%
membutuhkan perawatan di
rumah sakit denga insidens
tertinngi terjadi pada usia 3-6
bulan.

(Wohl,2008)
Etiologi
Virus yang umum menyebabkan Bronkiolitis adalah
Respiratory Syncytial Virus (RSV). Infeksi RSV tidak
memberikan kekebalan jangka panjang, sehingga
dapat terjadi infeksi berulang. Selain RSV, Rhiovirus,
Parainfluenza Virus, Enterovirus, dan Influenza Virus
dapat menyebabkan Bronkiolitis.
MANIFESTASI KLINIS
 Demam / Riwayat demam. Demam pada bronkioloitis jarang
terjadi demam tinggi.
 Pilek sering timbul sebelum gejala lain seperti batuk, napas
cepat, sesak napas, atau kesulitan makan.
 Batuk yang muncul pada bronkiolitis yaitu khas batuk kering
dan juga mengi. Dapat disertai muntah setelah batuk.
 Tampak pucat, letargi, gelisah, atau lemas/somnolen.
 Retraksi dinding dada
 Dapat ditemukan Wheezing
TATALAKSANA
Infeksi virus RSV biasanya bersifat self limiting, sehingga pengobatan biasanya hanya suportif

 Oksigenasi : kadar oksigen 30 – 40%. Terapi oksigen diteruskan sampai


tanda hipoksia hilang.
 Cairan : mencegah dehidrasi akibat keluarnya cairan melalui mekanisme
penguapan tubuh (evaporasi) karena pola pernapasan cepat dan kesulitan
minum. Jika tidak terjadi dehidrasi, dapat diberikan cairan rumatan.
 Posisi miring 30 – 40 derajat, kepala dan dada sedikit tinggi
 Antibiotik, bila terdapat pneumonia bakteri sekunder
Thank
You!
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by Flaticon
and infographics & images by Freepik.

Please, keep this slide for attribution


Daftar Pustaka
Watts KD, Goodman DM. Wheezing in infants: Bronchiolitis. In: Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM, editors. Nelson
textbook of pediatrics. 19th ed. Philadelphia: WB Saunders; 2011. p. 1456-9.
World Health Organization. Pocket book of hospital care for children: Guidelines for the management of common childhood
illnesses. 2nd ed. 2013.
Said, M. 2010. Pengendalian pneumonia anak-balita dalam rangka pencapaian MDG4. Buletin Jendela Epidemiologi. Jakarta:
Kemenkes RI.
Sumiyati. Hubungan Jenis Kelamin Dan Status Imunisasi Dpt Denganpneumonia Pada Bayi Usia 0-12 Bulan, Jurnal
Kesehatan Metro Sai Wawai. 2015; Volume VIII No.2. Halaman : 63-69.
Alatas, H., & Hassan, R. (2007). Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, cetakan 11. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
WHO. 2014. Pneumonia. http://www.who.int/en/. Diakses tanggal 12 Juli 2021 pukul 10.00 WIB
Gabutti, G., & Rota, M. C. (2012). Pertussis: A review of disease epidemiology worldwide and in Italy. International Journal
of Environmental Research and Public Health, 9(12), 4626–4638.
Ralston SL, Lieberthal AS, Meissner HC, Alverson BK, Baley JE, Gadomski AM, et al. Clinical practice guideline: The
diagnosis, management, and prevention of bronchiolitis. American Academy of Pediatrics 2014; 134(5):1474-502.

Anda mungkin juga menyukai