Anda di halaman 1dari 59

Bronkopneumonia

BAB I
Latar Belakang
Bronkopenumonia
peradangan dari saluran pernapasan yang
terjadi pada bronkus sampai dengan
alveolus paru.

Bronkopneumonia lebih sering dijumpai pada anak


kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh
bakteri streptokokus pneumonia dan Hemofilus
influenza.

Berdasarkan data WHO, kejadian infeksi


pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan
antara 10-20% pertahun
Faktor Risiko Bronkopneumonia
Bronkopneumonia masalah kesehatan yang mencolok
• Anak dengan daya tahan atau walaupun ada berbagai kemajuan dalam
bidang antibiotik
imunitas terganggu
• Faktor iatrogen  trauma pada
paru, anastesia, pengobatan
dengan antibiotika yang tidak
sempurna organisme nosokomial yang resisten
terhadap antibiotik

memperluas spektrum dan derajat


kemungkinan terjadinya
bronkopneumonia
• Tujuan Penulisan
CRS ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman mengenai bronkopneumonia.
• Batasan Masalah
Case Report Session (CRS) ini membahas mengenai
definisi, etiologi, epidemiologi, patogenesis, gejala • Metode Penulisan
klinis, pemeriksaan, diagnosis, diagnosis banding, tata
laksana, komplikasi dan prognosis bronkopneumonia Metode penulisan dari CRS ini berupa hasil
pemeriksaan pasien, rekam medis pasien, tinjauan
kepustakaan yang mengacu pada berbagai literatur
termasuk buku teks dan artikel ilmiah.
BAB II
Tinjauan Pustaka
Defenisi Bronkopenumonia
Peradangan dari saluran pernapasan yang terjadi
pada bronkus atau bronkiolus sampai dengan
alveolus paru yang berupa distribusi berbentuk
bercak-bercak (patchy distribution)
Epidemiologi Bronkopneumonia Insiden pneumonia pada anak ≤5 tahun di
negara maju adalah 2-4 kasus/100
anak/tahun, sedangkan dinegara berkembang
10-20 kasus/100 anak/tahun
di Amerika pneumonia dengan
presentase13% dari seluruh
penyakit pada anak < 2 tahun
Insiden penyakit ini pada negara
berkembang termasuk indonesia
hampir 30% pada anak-anak < 5 tahun

Pneumonia > 5 juta kematian


pertahun pada anak balita dinegara
berkembang
Klasifikasi Pneumonia Komunitas

Bronkopneumonia Pneumonia infeksius pada seseorang yang tidak


menjalani rawat inap di rumah sakit

Pneumonia Nosokomial

Berdasarkan klinis dan Pneumonia yang diperoleh selama perawatan


epidemiologi di rumah sakit atau sesudahnya

Pneumonia Aspirasi
Pneumonia hasil aspirasi oral atau bahan dari
lambung, baik ketika makan atau setelah muntah

Pneumonia pada
Immunocompromised
Pneumonia yang terjadi pada penderita yang
mempunyai daya tahan tubuh lemah
Klasifikasi
Bronkopneumonia Pneumonia Lobaris
Pneumonia yang melibatkan seluruh atau satu bagian
besar dari satu atau lebih lobus paru

Pneumonia Lobularis

Berdasarkan letak Pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang
anatomi tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk
bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya.

Pneumonia Interstisial
Pneumonia yang terjadi di dalam dinding alveolar
(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular
Etiologi

Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang

Bakteri
Streptococcus group D
Haemophillus influenzae
Bakteri
Streptococcus pneumoniae
Lahir-20 E. Colli
hari Ureaplasma eralyticum
Streptococcus group B
 
Listeria monocytogenes
Virus
Virus sitomegalo
Virus herpes simpleks
Etiologi

Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang


3 Bakteri Bakteri
minggu Clamydia trachomatis Bordetalla pertussis
-3 Sterptococcus Haemophillus influenzae
bulan penumoniae Tipe B
  Moraxella catharalis
Virus Staphylococcus aureus
Virus Adeno Ureaplasma urealyticum
Virus Influenza  Virus
Virus parainfluenza Virus sitomegalo
Respiratory Synctial  
Virus
Etiologi

Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang


4 bulan- Bakteri Bakteri
5 tahun Clamydia pneumoniae Haemophillus influenzae
Mycoplasma pneumoniae Tipe B
Sterptococcus penumoniae Moraxella catharalis
  Neisseria meningitidis
Virus Staphylococcus aureus
Virus Adeno  
Virus Influenza Virus
Virus parainfluenza Virus varicella zoster
Virus Rino  
Respiratory Synctial Virus
 
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang
Bakteri Bakteri
Clamydia pneumoniae Haemophillus influenzae
Mycoplasma pneumoniae Tipe B
Sterptococcus penumoniae Legionella sp
  Staphylococcus aureus
 
Etiologi 5 tahun- Virus
remaja Virus Adeno
Virus Epstein barr
Virus Influenza
Virus parainfluenza
Virus Rino
Respiratory Synctial Virus
Virus varicella zoster 
Faktor Risiko

Usia
• pada balita lebih rentan terkena penyakit bonkopneumonia
dibandingkan orang dewasa  kekebalan tubuhnya masih belum sempurna
1
Status Gizi
Faktor Host
• Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi phatogen lebih kuat
sehingga mendukung proses infeksi

Riwayat Penyakit Dahulu


• Penyakit terdahulu yang sering muncul dan bertambah parah karena
penumpukan sekresi yang berlebih  bronkopneumnia
Faktor Risiko

Rumah
• Kondisi fisik rumah  risiko infeksi bronkopneumonia
2
Kepadatan Hunian
Faktor
• Kepadatan hunian seperti luar ruang per orang, jumlah anggota keluarga,
Lingkungan dan masyarakat diduga merupakan faktor resiko penularan pneumonia
Status Sosioekonomi
• Kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah
mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat.
Manifestasi Klinis
Pada anak < 5 tahun :
• Batuk dan/atau sulit bernapas
• Demam dan menggigil akibat proses • dengan atau tanpa demam
peradangan
• Batuk yang sering produktif dan purulen Pneumonia didiagnosis dengan adanya napas
• Sputum berwarna merah karat atau kehijauan cepat atau retraksi dinding dada
dengan bau khas
• Rasa lelah akibat reaksi peradangan dan
hipoksia apabila infeksinya serius Pada Bayi :
yang sakit parah mungkin tidak dapat makan atau
minum dan mungkin juga mengalami
ketidaksadaran, hipotermia, dan kejang-kejang
Patogenesis
Mekanisme sistem pertahanan
saluran pernapasan

• Susunan anatomis rongga hidung


• Jaringan limfoid di naso-oro-faring.
• Bulu getar yang meliputi sebagian besar
• Epitel traktus respiratorius dan sekret
• Refleks batuk
• Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret
yang terinfeksi
• Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe
regional.
• Fagositosis, aksi enzimatik, dan respon immuno-humoral
terutama dari immunoglobilin A (IgA).
Patogenesis
Perjalanan penyakit bronkopneumonia

Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka


mikroorganisme penyebab terhisap ke paru
perifer melalui saluran napas menyebabkan
reaksi jaringan berupa edema yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran
kuman
Patogenesis
Stadium Kongesti (4- 12 jam pertama)

• Berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi


• Pelepasan mediator inflamasi (histamin &
prostaglandin) dari sel mast  peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler
• Perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang
interstitial sehingga terjadi edema antar
kapiler dan alveolus  penurunan saturasi
oksigen- hb
Patogenesis

Stadium Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)

• Lobus dan lobulus yang terkena menjadi


padat tidak mengandung udara, warna
menjadi merah dan pada perabaan seperti
hepar.
• Dalam alveolus didapatkan fibrin, leukosit
netrofil, eksudat, dan banyak sekali eritrosit
dan kuman.
Patogenesis

Stadium Hepatisasi Kelabu (3- 8 hari)

• Lobus masih tetap padat dan warna merah


berubah menjadi pucat kelabu terjadi karena
sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah
paru yang terinfeksi
• Permukaan pleura suram karena diliputi oleh
fibrin
• Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat
terjadi fagositosis pneumococcus, kapiler
tidak lagi kongestif
Patogenesis

Stadium Resolusi (7- 11 hari)

• Respon imun dan peradangan mereda, sisa-


sisa sel fibrin dan dan eksudasi lisis
• Eksudat berkurang
• Dalam alveolus, makrofag bertambah dan
leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi
lemak
• Fibrin diresorbsi dan menghilang
• Proses kerusakan yang terjadi dapat di batasi
dengan pemberian antibiotik sedini mungkin
agar sistem bronkopulmonal yang tidak
terkena dapat diselamatkan.
Diagnosis

• Anamnesis

Pada anamnesis akan didapatkan :


- Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari
- Anak demam, dispneu, kadang disertai muntah dan diare
- Batuk biasanya tidak pada permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk, beberapa
hari yang mula-mula kering kemudian menjadi produktif
Diagnosis

• Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan :


- Adanya retraksi epigastrik, interkostal, suprasternal
- Adanya pernapasan yang cepat dan pernapasan cuping hidung
- Pada auskultasi ditemukan ronkhi basah halus nyaring
Pedoman Diagnosa dan Tatalaksana Menurut WHO

Bronkpneumonia sangat berat


sianosis sentral & anak tidak sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit & diberi antibiotik

Bronkpneumonia berat
retraksi tanpa sianosis dan masih sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi
antibiotik

Bronkpneumonia
pernafasan yang cepat yakni >60 x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan; >50 x/menit pada anak
usia 2 bulan-1 tahun; >40 x/menit pada anak usia 1-5 tahun.

Bukan Bronkpneumonia
hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda seperti di atas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi
antibiotik
Pemeriksaan
Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium
• Leukosit
- Pneumonia virus, jumlah WBC bisa normal atau meningkat tetapi biasanya tidak lebih tinggi
dari 20.000/mm3, dengan dominasi limfosit
- Pneumonia bakteri sering dikaitkan dengan peningkatan jumlah WBC, dalam kisaran 15.000-
40.000/mm3, dan dominasi leukosit polimorfonuklear

• Biomarker Infeksi
LED meningkat, prokalsitonin, C-reaktif protein meningkat
Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis bronkopneumonia dapat menggunakan foto polos toraks
atau CT- Scan.
Foto thorax yang digunakan dapat berupa posteroanterior /
anteroposterior.

Gambaran yang akan didapatkan pada bronkopneumonia adalah:


• Bercak opaque pada paru yang dapat berbentuk nodul-
nodul/ retikulonoduler dan dapat berkonfluens.
• Distribusi dari bercak ini jarang bilatral dan lebih sering
asimetris/mengenaisatu hemitoraks saja namun dapat mengenai
beberapa lobus.
• Bercak kesuraman lebih sering muncul di daerah inferior paru.
Pemeriksaan
Penunjang

Diagnosis Defenitif
Diagnosis pasti dilakukan dengan idientifikasi kuman
penyebab pneumonia.
Identifikasi kuman penyebab dapat dilakukan melalui:
a. Kultur sputum/bilasan cairan lambung
b. Kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab),
terutama virus
c. Deteksi antigen bakteri
Tatalaksana
1 Pemberian antibiotika berdasarkan derajat penyakit

• Pneumonia ringan • Pneumonia berat


- Amoksisilin 25 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis sehari - Kloramfenikol 25 mg/kgBB setiap 8 jam
selama 3 hari.Diwilayah resistensi penisilin yang tinggi - Seftriakson 50 mg/kgBB i.v setiap 12 jam
dosis dapat dinaikan sampai80-90 mg/kgBB. - Ampisilin 50 mg/kgBB i.m sehari empat kali,
- Kotrimoksazol (trimetoprim 4 mg/kgBB – dan gentamisin 7,5 mg/kgBB sehari sekali
sulfametoksazol 20mg/kgBB) dibagi dalam 2 dosis - Benzilpenisilin 50.000 U/kgBB setiap 6 jam,
sehari selama 5 hari dan gentamisin 7,5 mg/kgBB sehari sekali

Pemberian antibiotik diberikan selama 10 hari pada pneumonia tanpa komplikasi, sampai saat ini
tidak ada studi kontrol mengenai lama terapi antibiotik yang optimal
Tatalaksana
2 Pemberian antibiotika berdasarkan umur

• Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan)


- ampicillin + aminoglikosid
- amoksisillin-asam klavulanat
- amoksisillin + aminoglikosid
• Anak usia sekolah (> 5 tahun)
- sefalosporin generasi ke-3
- amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin,
azitromisin)
• Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bulan - 5 tahun)
- tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)
- beta laktam amoksisillin
- amoksisillin-amoksisillin klavulanat
- golongan sefalosporin
- Kotrimoksazol
- makrolid (eritromisin)
Tatalaksana
3 Tatalaksana Suportif

Bila penyakit bertambah berat atau tidak menunjukkan


- Pemberian oksigen 2-4 L/menit sampai sesak perbaikan yang nyata dalam 24-72 jam ganti dengan
nafas hilang atau PaO 2pada AGD≥ 60 antibiotik lain yang lebih tepat sesuai dengan kuman
- Rehidrasi dan koreksi elektrolit; penyebab yang diduga
- Asidosis diatasi dengan pemberian bikarbonat
intravena dengan dosis awal 0,5 x 0,3 x defisit basa x
BB (kg). Selanjutnya periksa ulang analisis gas darah
setiap 4-6 jam. Bila AGD tidak bisa dilakukan maka 4 Tatalaksana Bedah
dosis awal bikarbonat 0,5 x 2-3 mEq x BB (kg)
- Obat penurun panas dan pereda batuk
tidak ada tindakan bedah kecuali bila terjadi komplikasi
sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam pertama
pneumotoraks atau pneumomediastinum
karena akan mengaburkan interpretasi reaksi
antibiotik awal
Komplikasi Prognosis
Sejumlah kemungkinan harus dipertimbangkan ketika
• Efusi pleura pasien tidak membaik dengan terapi antibiotik yang tepat:

• Empiema 1. komplikasi, seperti efusi pleura atau empiema


• Abses Paru 2. resistensi bakteri
• Pneumotoraks 3. etiologi nonbakterial seperti virus atau jamur dan
aspirasi benda asing atau makanan
• Gagal napas 4. obstruksi bronkus akibat lesi endobronkial, benda
• Sepsis. asing, atau sumbat lendir
5. penyakit yang sudah ada sebelumnya seperti
imunodefisiensi, diskinesia silia, fibrosis kistik,
sekuestrasi paru, atau malformasi jalan napas paru
bawaan
6. penyebab tidak menular lainnya
BAB III
Laporan Kasus
Identitas Pasien

Nama : An. AAA


No MR : 01.02.74.27
Umur : 1 tahun 1 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama ibu kandung : Ny. A

Keluhan utama
Sesak nafas semakin meningkat sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang

• Batuk sejak 6 hari yang lalu, berdahak warna putih, tidak


dipengaruhi cuaca
• Demam sejak 4 hari yang lalu, demam dirasakan sepanjang
hari, terus menerus, tidak menggigil, peak 38,5C
• Sesak nafas sejak 5 hari yang lalu, sesak semakin meningkat
saat batuk, tidak menciut, tidak dipengaruhi oleh cuaca atau
makanan,
• Sesak nafas semakin meningkat sejak 3 hari yang lalu.
• Pilek sejak 4 hari yang lalu, warna lendir putih kekuningan
Riwayat Penyakit Sekarang

• Muntah sejak 3 hari yang lalu, 3 kali sehari, isi sisa


makanan/minuman, sekitar 1 gelas kaki lima.
• Diare sejak 1 hari yang lalu, 3 kali sehari, konsistensi lembek,
jumlah 1 gelas, ampas ada sedikit, tidak berlendir, tidak
berdarah, tidak berbau busuk atau asam.
• Riwayat kontak dengan pasien positif covid 19 tidak ada
• Riwayat berpergian ke luar kota tidak ada
• Pasien merupakan rujukan dari RS Aisyiyah dan sudah
mendapatkan tatalaksana awal berupa pemberian O2 nasal
kanul 1 lpm. Pasien dirujuk karena hasil swab antigen positif
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah menderita keluhan seperti ini sebelumnya

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat batuk karena alergi dingin pada ibu
Riwayat hipertensi pada ibu

Riwayat persalinan dan kehamilan


Lama hamil : 34-35 Minggu
Cara lahir : SC
Berat badan lahir : 2400 gram
Panjang badan : 50 cm
Saat lahir langsung menangis kuat
Riwayat Makanan dan Minuman

ASI : 0 – 4,5 bulan


Buah biskuit : 8 bulan
Nasi tim : 1 tahun
Bubur susu : 6 bulan
Susu formula : 4,5 bulan- sekarang
Makanan utama 3 kali/hari, habis 1 porsi
Daging : 2 kali / minggu
Ikan : 2 kali / minggu
Telur : 2 kali / minggu
Sayur : 5 kali / minggu
Buah : 3 kali / minggu
Anak lebih sering makan bubur instan dibanding bubur yang
dimasak
Kesan : Kuantitas makanan baik, kualitas kurang baik
Riwayat Imunisasi

BCG: usia 0 bulan


DPT : usia 2 bulan (I), 3 bulan (II), 4 bulan (III)
Polio : usia 2 bulan (I), 3 bulan (II), 4 bulan (III)
Hep= B : Saat lahir (0), usia 2 bulan (I), 3 bulan (II), 4
bulan (III)
Campak : -
Booster : Belum ada

Kesan : imunisasi dasar lengkap sesuai usia


Riwayat Tumbuh- Kembang

Kesan: pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia


Riwayat Keluarga
Riwayat perumahan dan lingkungan:

Rumah : Permanen
Perkarangan : cukup luas
Buang air besar : jamban di dalam rumah
Sampah : TPS
Sumber air minum : Aqua kemasan
Ventilasi : Baik
Kesan : Sanitasi lingkungan dan
higiene kurang
Pemeriksaan Fisik Keadaan umum
Pemeriksaan Umum
: Sakit sedang
Kesadaran : Sadar, rewel
Tekanan darah: 90/50 mmHg
Frekuensi nadi : 100 x/menit
Frekuensi nafas : 35 x/menit
Suhu : 36,8oC
Edema : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Anemis : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Berat badan :9 kg
Tinggi badan : 77 cm
BB/U : Z score (2 SD) – (-2 SD) normal
TB/U : Z score (2 SD) – (-2 SD) normal
BB/TB : Z score (2 SD) – (-2 SD) gizi baik
Status gizi : Gizi baik
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Umum

Kulit: turgor kembali lambat


Kepala : Bulat, simetris, lingkar kepala 47,8 cm
(normocephal), ubun-ubun besar cekung
Rambut : Hitam dan tidak mudah dicabut
Mata : Tampak cekung, air mata ada, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, pupil hitam dan isokor Ø
2mm/2mm
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Nafas cuping hidung tidak ada
Tenggorokan: Tonsil T1-T1 tidak hiperemis, faring tidak
hiperemis
Gigi dan mulut : Mukosa mulut basah, sianosis pada bibir tidak
ada, candidiasis oral di mucosa bucal
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Pemeriksaan Fisik

Thoraks
Paru
• Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, retraksi
epigastrium Jantung
• Palpasi : Fremitus kanan=kiri • Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
• Perkusi : tidak dilakukan • Palpasi : iktus kordis teraba di LMCS
• Auskultasi : Suara nafas bronkovesikuler, Rhonki RIC IV
basah halus nyaring di kedua lapangan paru, wheezing • Perkusi : tidak dilakukan
tidak ada • Auskultasi : Irama reguler, tidak ada bising
Pemeriksaan Fisik

Abdomen
• Inspeksi : Tidak ada distensi
• Palpasi : turgot kembali lambat, supel, hepar
dan lien tidak teraba
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi : Bising usus (+) meningkat

 Punggung : Tidak ditemukan kelainan


 Alat kelamin : status pubertas A1P1G1
 Anus : eritema natum tidak ada
 Ekstremitas : akral hangat, CRT <2”
Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 12,2 g/dl
Hematokrit : 34%
Trombosit : 307.000/mm3
Leukosit : 20.570/mm3
Hitung jenis : 0/0/1/52/32/15
Natrium : 132 mmol/L
Kalium : 4,9 mmol/L
Klorida : 96 mg/dl

Kesan : Leukositosis dengan neutrofilia, natrium dan


klorida menurun
Pemeriksaan Radiografi
Pemeriksaan Rontgen Thoraks

Kesan : Tampak infiltrat pada kedua lapang paru


DIAGNOSIS KERJA
Bronkopneumonia
Candidiasisoral
Diare akut tanpa dehidrasi
 
RENCANA PEMERIKSAAN EDUKASI
Pemeriksaan CRP dan Procalsitonin Jelaskan mengenai penyakit anak kepada orang tua
  Edukasi orang tua mengenai tatalaksana
TATALAKSANA Edukasi orang tua tanda dehidrasi
O2 nasal canul 2 lpm Edukasi orang tua untuk rutin membersihkan mulut anak
Cairan KAEN 1 B 100cc/kgBB/24 jam Edukasi orang tua pentingnya menjaga hygine dan sanitasi
Susu Formula 8x100 cc
Ceftriaxone 2x450 mg
Paracetamol 100 mg (jika demam)
Zinc 1x20 mg
Oralit 100 cc (jika BAB cair)
Follow- Up
BAB IV
Diskusi
Berdasarkan anamnesis
• Pasien datang dengan keluhan sesak yang
Diagnosis bronkopneumonia pada pasien ini meningkat
ditegakkan berdasarkan : • Awalnya pasien mengalami batuk sejak 6 hari
• Anamnesis SMRS, berdahak warna putih, pasien
• Pemeriksaan fisik kemudian mengalami sesak 5 hari SMRS
• Pemeriksaan penunjang sesak semakin meningkat saat batuk, tidak
menciut, tidak dipengaruhi oleh cuaca atau
Pada teori, bronkopneumonia adalah inflamasi pada makanan
bronkiolus dan parenkim paru dengan gejala trias pneumonia • Pasien kemudian mengalami demam sejak 4
berupa sesak, batuk atau pilek, demam, dan didapatkan hari SMRS demam dirasakan sepanjang hari,
ronchi serta wheezing pada paru apabila sudah terjadi terus menerus, tidak menggigil, peak 38,5C,
inflamasi pada bronkiolus. pasien juga mengalami pilek sejak 4 hari yang
lalu, warna lendir putih kekuningan
Pasien juga mengeluhkan muntah sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit dengan frekuensi 3 kali sehari, isi sisa
makanan/minuman, sekitar 1 gelas kaki lima.
Diagnosis bronkopneumonia pada Diare sejak 1 hari yang lalu, 3 kali sehari, konsistensi
pasien ini ditegakkan berdasarkan : lembek, jumlah 1 gelas, ampas ada sedikit, tidak
• Anamnesis berlendir, tidak berdarah, tidak berbau busuk atau asam.
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan penunjang

Berdasarkan teori, mual dan muntah dapat


menyertai anak dengan penyakit
bronkopneumonia
Temuan klinis pada pasien:
• sakit sedang Sesuai dengan teori :
• kesadaran composmentis pada pemeriksaan fisik pasien dengan
• nadi 100x/menit bronkopneumonia, pada inspeksi dapat ditemukan
• nafas 35x/menit adanya peningkatan frekuensi nafas, nafas cuping
• suhu 36,8 oC hidung, retraksi otot (epigastrium, interkostal,
• nafas cuping hidung(+) suprasternal), dan pada auskultasi paru ditemukan
• retraksi epigastrium (+) adanya rhonki basah halus
• rhonki basah halis di kedua lapang paru (+)
Pada pasien ini juga ditemukan bercak putih pada mucosa
buccal kanan dan  candidiasis oral.
Candidiasis oral merupakan infeksi jamur pada mulut dan lidah
yang disebabkan oleh Candida Albicans yang terakumulasi pada
lapisan mulut  sering terjadi pada bayi karena sistem
kekebalan tubuh yang belum berkembang sempurna, sehingga
ketahanan tubuh melawan infeksi masih rendah
Berdasarkan pemeriksaan Berdasarkan teori pada pneumonia bakteri sering dikaitkan
dengan peningkatan jumlah WBC, dalam kisaran 15.000-
penunjang pada pasien ini,
40.000/mm3, dan dominasi leukosit polimorfonuklear.
didapatkan leukositosis
(20.570/mm3) dengan neutrofilia. Hasil pemeriksaan rontgen thorax pada kasus pneumonia
pada umumnya ditemukan adanya gambaran infiltrate pada
lapang paru.

Pada kasus dilakukan pemeriksaan rontgen thoraks AP dan


didapatkan adanya bercak-bercak infiltrate pada kedua lapang
paru, terutama kanan, dan kesan mendukung
bronkopneumonia
Terapi
Teori
• Bayi dan anak usia pra sekolah (3 bulan - 5 tahun)
- beta laktam amoksisillin
- amoksisillin-amoksisillin klavulanat Terapi pada Pasien
- golongan sefalosporin • Antibiotik sebagai terapi kausatif yaitu
- Kotrimoksazol
berupa Ceftriaxone 2 x 450 mg
- makrolid (eritromisin)
• Terapi suportif berupa pemasangan IV line
• Pneumonia berat dengan cairan infus KAEN 1 B
- Kloramfenikol 25 mg/kgBB setiap 8 jam 100cc/kgBB/24 jam
- Seftriakson 50 mg/kgBB i.v setiap 12 jam • Terapi simptomatik
- Ampisilin 50 mg/kgBB i.m sehari empat kali, • Zinc  status imunitas.
dan gentamisin 7,5 mg/kgBB sehari sekali
- Benzilpenisilin 50.000 U/kgBB setiap 6 jam,
dan gentamisin 7,5 mg/kgBB sehari sekali
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai