PENDAMPING
dr. Kadek Sulyastuty
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
Tabel 2.1 Etiologi penumonia pada anak sesuai dengan kelompok usia.6
Kelompok usia Penyebab Lahir
20 hari - E.colli
- Streptococcus group D
- Haemophillus influenzae
- Streptococcus pneumoniae
- Streptococcus group B
- Virus Sitomegali
- Virus Herpes simplek
Aspirasi
Kepadatan rumah
Kekurangan vitamin A.
2.5 Klasifikasi
2.6 Patognesis
Mikroorganisme penyebab pneumonia terhisap ke paru bagian perifer
melalui saluran respiratori. Pertama terjadi edema akibat reaksi jaringan yang
mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian
paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit,
cairan edema, dan ditemukan kuman alveoli. Stadium ini disebut stadium hepatisasi
merah. Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit
PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut
stadium hepatisasi kelabu, selanjutnya jumlah makrofag meningkat di alveoli, dan
sel akan mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman, dan debris menghilang.
Stadium ini disebut stadium resolusi. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang
tidak terkena akan tetap normal.9
2.8 Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeiksaan Fisik
2.10 Penatalaksanaan
Kriteria Rawat Inap9,10
Bayi:
Saturasi oksigen <92%, sianosis
Frekuensi napas >60 x/menit
Distres pernapasan, apnea intermiten, atau grunting
Tidak mau minum/menetek
Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Anak :
Saturasi oksigen <92%, sianosis
Frekuensi napas >50 x/menit
Distres pernapasan
Grunting
Terdapat tanda dehidrasi
Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Terapi Oksigen9,10
- Beri oksigen pada semua anak dengan pneumonia berat.
- Bila tersedia pulse oximetry, gunakan sebagai panduan untuk terapi
oksigen (berikan pada anak dengan saturasi oksigen < 90%, bila tersedia
oksigen yang cukup). Lakukan periode uji coba tanpa oksigen setiap
harinya
pada anak yang stabil. Hentikan pemberian oksigen bila saturasi tetap
stabil
> 90%. Pemberian oksigen setelah saat ini tidak berguna.
- Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau kateter nasofaringeal.
Penggunaan nasal prongs adalah metode terbaik untuk menghantarkan
oksigen pada bayi muda. Masker wajah atau masker kepala tidak
direkomendasikan. Oksigen harus tersedia secara terus-menerus setiap
waktu. Perbandingan terhadap berbagai metode pemberian oksigen yang
berbeda.
- Lanjutkan pemberian oksigen sampai tanda hipoksia (seperti tarikan
dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat atau napas > 70/menit)
tidak ditemukan lagi.
- Perawat sebaiknya memeriksa sedikitnya setiap 3 jam bahwa kateter atau
prong tidak tersumbat oleh mukus dan berada di tempat yang benar serta
memastikan semua sambungan baik. Sumber oksigen utama adalah
silinder. Penting untuk memastikan bahwa semua alat diperiksa untuk
kompatibilitas dan dipelihara dengan baik, serta staf diberitahu tentang
penggunaannya secara benar.
Perawatan Penunjang
Bila anak disertai demam (> 390 C) yang tampaknya menyebabkan distres,
beri parasetamol.11
Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronkhodilator kerja cepat.
Bila terdapat sekret kental di tenggorokan yang tidak dapat dikeluarkan
oleh anak, hilangkan dengan alat pengisap secara perlahan.
Pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan rumatan sesuai umur anak
tetapi hati-hati terhadap kelebihan cairan/overhidrasi.
Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral.11
Jika anak tidak bisa minum, pasang pipa nasogastrik dan berikan cairan
rumatan dalam jumlah sedikit tetapi sering. Jika asupan cairan oral
mencukupi, jangan menggunakan pipa nasogastrik untuk meningkatkan
asupan, karena akan meningkatkan risiko pneumonia aspirasi.11
Jika oksigen diberikan bersamaan dengan cairan nasogastrik, pasang
keduanya pada lubang hidung yang sama.
Bujuk anak untuk makan, segera setelah anak bisa menelan makanan. Beri
makanan sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai kemampuan anak dalam
menerimanya.11
Nutrisi
Pada anak dengan distres pernapasan berat, pemberian makanan per oral
harus dihindari. Makanan dapat diberikan lewat nasogastric tube (NGT) atau
intravena. Tetapi harus diingat bahwa pemasangan NGT dapat menekan
pernapasan, khususnya pada bayi/anak dengan ukuran lubang hidung kecil.
Jika memang dibutuhkan, sebaiknya menggunakan ukuran yang terkecil.11
Perlu dilakukan pemantauan balans cairan ketat agar anak tidak mengalami
overhidrasi karena pada pneumonia berat terjadi peningkatan sekresi hormon
antidiuretik.11
Kriteria Pulang10
Gejala dan tanda pneumonia menghilang
Asupan per oral adekuat
Pemberian antibiotik dapat diteruskan di rumah (per oral)
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana control
Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah
2.11 Komplikasi
Jika anak tidak mengalami perbaikan setelah dua hari, atau kondisi anak
semakin memburuk, lihat adanya komplikasi atau adanya diagnosis lain.
Jika mungkin, lakukan foto dada ulang untuk mencari komplikasi. Beberapa
komplikasi yang sering terjadi adalah sebagai berikut11,12 :
a) Pneumonia Stafilokokus
Curiga ke arah ini jika terdapat perburukan klinis secara cepat walaupun
sudah diterapi, yang ditandai dengan adanya pneumatokel atau pneumotoraks
dengan efusi pleura pada foto dada, ditemukannya kokus Gram positif yang
banyak pada sediaan apusan sputum. Adanya infeksi kulit yang disertai
pus/pustula mendukung diagnosis.
b) Empiema
d) Infeksi Ekstrapulmoner
2.12 Prognosis
3. 1 Kesimpulan
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru, yang
disebabkan oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, dan parasit), bahan
kimia, paparan fisik (suhu dan radiasi). S.pneumoniae merupakan penyebab
tersering pneumonia bacterial pada semua kelompok umur. Virus lebih sering
ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun. Respiratory Syncytial Virus (RSV)
merupakan rius penyebab tersering pada anak kurang dari 3 tahun. Sumber
penularan pneumonia adalah penderita pneumonia yang menyebarkan kuman
ke udara pada saat batuk atau bersin dalam bentuk droplet. Penatalaksanaan
pneumonia pada anak tergantung dari berat ringannya infeksi.
DAFTAR PUSTAKA