Anda di halaman 1dari 14

PNEUMONIA

A. Definisi
 Pneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru dimana peradangan tidak saja
pada jaringan paru tetapi juga pada bronkioli

(sudarti (2010) kelainan dan penyakit pada bayi dan anak)

B. Etiologi

Menurut Romiyanti (2016), ada beberapa penyebab pneumonia yaitu sebagai berikut:

 Bakteri, contohnya: streptococcus pneumonia, staphylococcus aureus, enterobacter,


dan pseudomonas aeruginosa.
 Virus, contohnya: influenza, parainfluenza dan adenovirus.
 Jamur, contohnya: candida albicans, histoplasmosis, aspergifosis, dan ryptococosis.
 Aspirasi, contohnya: makanan, cairan, dan lambung.
 Inhalasi, contohnya: racun/bahan kimia, rokok, debu, dan gas.
(romiyanti (2016) 45 penyakit yang sering hinggap pada anak)

Etiologi berdasarkan usia IDAI (2013)

Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang


Lahir - 20 Hari Bakteri Bakteri
E.Colli Bakteri anaerob
Streptococcus grup B Streptococcus grup D
Listeria Monocytogenes Haemaphillus influenza
Streptococcus pneumoniae

Virus
CMV
HMV
3 Minggu – 3 Bulan Bakteri Bakteri
Clamydia trachomatis Bordetella pertussis
Streptococcus pneumoniae Haemophillus influenza tipe B
Moraxella catharalis
Virus Staphylococcus aureus
Adenovirus
Influenza Virus
Parainfluenza 1,2,3 CMV
4 Bulan - 5 Tahun Bakteri Bakteri
Clamydia trachomatis Staphylococcus aureus
Streptococcus pneumonie Haemophillus influenza tipe B
Mycoplasma pneumonia Moraxella catharalis
Neisseria meningtides
Virus
Adenovirus Virus
Rinovirus Varisela Zoster
Influenza
Parainfluenza
5 Tahun - Remaja Bakteri Bakteri
Clamydia trachomatis Haemophillus influenza
Streptococcus pneumonie Legionella sp
Mycoplasma pneumonia Staphylococcus aureus

Virus
Adenovirus
Rinovirus
Influenza
Varisela Zoster

C. Klasifikasi

Menurut Wong (2009) :

Klasifikasi pneumonia menurut letak:

1. Pneumonia lobaris : peradangan pada semua atau sebagian besar segmen paru dari
satu atau lebih lobus paru.
2. Bronkopneumonia : sumbatan yang dimulai dari cabang akhir bronkiolus oleh eksudat
mukopurulen dan berkonsilidasi di lobulus disebut juga pneumonia lobular.
3. Pneumonia interstitial : proses peradangan pada dinding alveolus dab peri bronkial
serta jaringan interlobularis.

Klasifikasi pneumonia berdasarkan kuman penyebab :

1. Pneumonia bakterial : dapat terjadi pada semua usia . bebrapa kuman mempunyai
tendensi menyerang seseorang yang peka minsalnya klebsiela pada penderita
alkoholik dan sthapylococcus pada penderita pasca infeksi influenza.
2. Pneumonia atipikal : pneumonia yang disebabkan oleh mycoplasma, legionella dan
chlamydia.
3. Pneumonia virus : pneumonia yang disebabkan pleh virus contohnya respiratory
syntical virus ( parainfluenzavirus, influenza , adenovirus).
4. Pneumonia jamur : pneumonia yang sering merupakan infeksi sekunder, terutama
pada penderita dengan daya tahan tubuh lemah.( Immunocompromised)
( buku ajar wong , 2009)

Menurut Hariadi (2010) klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemilogi serta letak
anatomi :

a. Klasifikasi pneumonia berdasarkan klinis dan epidemiologi

1. Pneumonia Komunitas (PK) adalah pneumonia infeksius pada seseorang yang tidak
menjalani rawat inap di rumah sakit.
2. Pneumonia Nosokomial (PN) adalah pneumonia yang diperoleh selama perawatan di
rumah sakit atau sesudahnya karena penyakit lain atau prosedur.
3. Pneumonia aspirasi disebabkan oleh aspirasi oral atau bahan dari lambung, baik
ketika makan atau setelah muntah. Hasil inflamasi pada paru bukan merupakan
infeksi tetapi dapat menjadi infeksi karena bahan teraspirasi mungkin mengandung
bakteri aerobic atau penyebab lain dari pneumonia.
4. Pneumonia pada penderita immunocompromised adalah pneumonia yang terjadi pada
penderita yang mempunyai daya tahan tubuh lemah.

FP Okthadea (2019). eprints.poltekkesjogja.ac.id

D. Manifestasi Klinis

Menurut Nelson, (2014)


 Bayi awal : umumnya demam
 Bayi akhir dan anak anak : Demam, menggigil, takipneu, batuk, nyeri dada,
retraksi, irritabilitas akibat sesak respiratoral
 Virus : batuk, mengi/stridor, demam tidak semenonjol
pneumonia akibat bakteri
 Bakterial : Demam tinggi, menggigil, batuk, dispneu, konsolidasi
paru (paru padat, tidak berisi udara
(Nelson. 2014. Ilmu kesehatan anak esensial ed.6)

Menurut Arief (2014)


 Penyakit dating secara mendadak
 Biasanya didahului dengen infeksi saluran pernafasan bagian atas
 Nafas cepat dan dangkal, bahkan terjadi pernafasan cuping hidung
 Suhu tubuh meningkat
 Nyeri dada saat batuk
 Batuk dengan sputum kental
 Nafsu makan turun
(Arief, 2009. Neonatus & asuhan keperawatan anak)

Menurut WHO (2009) menjelaskan gambaran klinis pneumonia dibagi dalam:

1. Pneumonia ringan
Ditandai dengan adanya batuk atau kesulitan bernafas, hanya terdapat nafas cepat
saja.
 Anak umur 2 bulan – 11 bulan adalah ≥50 kali/menit.
 Anak umur 1 tahun – 5 tahun adalah ≥40 kali/menit.
2. Pneumonia berat
Batuk dan kesulitan bernafas ditambah minimal salah satu hal berikut:
a. Kepala terangguk-angguk
b. Pernafasan cuping hidung
c. Tarikan dinding dada bagian bawah kedalam
d. Foto dada yang menunjukkan gambaran infiltrat luas konsolidasi
Selain itu bisa didapat pula tanda berikut:
a. Nafas cepat
1. Anak umur <2 bulan : ≥60 kali/menit
2. Anak umur 2-11 bulan : ≥50 kali/menit
3. Anak umur 1-5 tahun : ≥40 kali/menit
4. Anak umur >5 tahun : ≥30 kali/menit
b. Suara merintih/grunting pada bayi muda
c. Pada auskultasi terdengar crackles (ronki), suara pernapasan menurun, suara
pernapasan bronkial.
Dalam keadaan yang sangat berat dapat dijumpai bayi tidak dapat menyusu atau
minum/makan atau memuntahkan semuanya, kejang, letargis atau tidak sadar.

Menurut Wong (2008), tanda-tanda umum pneumonia pada anak yaitu:

a. Demam tinggi
b. Pernapasan : batuk tidak produktif sampai produktif dengan sputum berwarna
keputihan, takipnea, bunyi nafas ronki atau ronki kasar, pekak pada saat perkusi, nyeri
dada, pernapasan cuping hidung, pucat sampai sianosis (tergantung tingkat
keperahannya), dan frekuensi pernapasan >60 kali/menit
c. Foto toraks: infiltrasi difus atau bercak-bercak dengan distribusi peribronkial
d. Perilaku: sensitif, gelisah, dan latergik
e. Gastrointestinal: anoreksia, muntah, diare, dan nyeri abdomen
Tanda-Tanda Umum Pneumonia

1. Biasanya gejala penyakit dating mendadak, namun kadang-kadang di dahului oleh


infeksi saluran napas bagian atas.
2. Pertukaran udara di paru-paru tidak lancer dimana pernapasan agak cepat dan dangkal
(bahkan sampai pernapasan cuping hidung.
3. Dalam waktu singkat, suhu naik dengan cepat, sehingga kadang-kadang terjadi
kejang.
4. Anak merasa sakit/nyeri di daerah dada sewaktu batuk dan bernapas. Rasa nyeri ini
akibat gesekan pleura yang meradang.
5. Baktuk disertai sputum yang kental.
6. Nafsu makan berkurang.
(Sudarti,2010)

E. Patofisiologi
Sistem pertahanan tubuh terganggu menyebabkan virus masuk ke dalam tubuh setelah
menghirup kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Mekanisme pertahanan lanjut berupa
sekresi Ig A lokal dan respon inflamasi yang diperantarai leukosit, komplemen, sitokin,
imunoglobulin, makrofag alveolar, dan imunitas yang diperantarai sel.

Infeksi paru terjadi bila satu atau lebih mekanisme di atas terganggu, atau bila
virulensi organisme bertambah. Agen infeksius masuk ke saluran nafas bagian bawah melalui
inhalasi atau aspirasi flora komensal dari saluran nafas bagian atas, dan jarang melalui
hematogen. Virus dapat meningkatkan kemungkinan terjangkitnya infeksi saluran nafas
bagian bawah dengan mempengaruhi mekanisme pembersihan dan respon imun.

Ketika mikroorganisme penyebab pneumonia berkembang biak, mikroorganisme


tersebut mengeluarkan toksin yang mengakibatkan peradangan pada parenkim paru yang
dapat menyebabkan kerusakan pada membran mukus alveolus. Hal tersebut dapat memicu
perkembangan edema paru dan eksudat yang mengisi alveoli sehingga mengurangi luas
permukaan alveoli untuk pertukaran karbondioksida dan oksigen sehingga sulit bernafas.

Invasi bakteri ke parenkim paru menimbulkan konsolidasi eksudatif jaringan ikat paru
yang bisa lobular (bronkhopneumoni), lobar, atau intersisial. Pneumonia bakteri dimulai
dengan terjadinya hiperemi akibat pelebaran pembuluh darah, eksudasi cairan intra-alveolar,
penumpukan fibrin, dan infiltrasi neutrofil, yang dikenal dengan stadium hepatisasi merah.
Konsolidasi jaringan menyebabkan penurunan compliance paru dan kapasitas vital.
Peningkatan aliran darah yang melewati paru yang terinfeksi menyebabkan terjadinya
pergeseran fisiologis (ventilation-perfusion missmatching) yang kemudian menyebabkan
terjadinya hipoksemia. Selanjutnya desaturasi oksigen menyebabkan peningkatan kerja
jantung.

Stadium berikutnya terutama diikuti dengan penumpukan fibrin dan disintegrasi


progresif dari sel-sel inflamasi (stadium hepatisasi kelabu). Pada kebanyakan kasus, resolusi
konsolidasi terjadi setelah 8-10 hari dimana eksudat dicerna secara enzimatik untuk
selanjutnya direabsorbsi dan dan dikeluarkan melalui batuk. Apabila infeksi bakteri menetap
dan meluas ke kavitas pleura, supurasi intrapleura menyebabkan terjadinya empyema.
Resolusi dari reaksi pleura dapat berlangsung secara spontan, namun kebanyakan
menyebabkan penebalan jaringan ikat dan pembentukan perlekatan (Bennete, 2013).

Menurut Said (2008) dalam Gozhali (2010), ada 3 stadium dalam patofisiologi
penyakit pneumonia, yaitu :

1) Stadium hepatisasi merah.

Mula-mula terjadi edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah proliferasi dan
penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya. Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi,
yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan edema, dan ditemukannya kuman di
alveoli.

2) Stadium hepatisasi kelabu.

Selanjutnya, deposisi fibrin semakin bertambah, terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli
dan terjadi proses fagositosis yang cepat.
3) Stadium resolusi

Setelah itu, jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan mengalami degenerasi, fibrin
menipis, kuman dan debris menghilang. Sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak
terkena akan tetap normal.

(Ghozali. 2010. Hubungan antara status gizi dengan klasifikasi pneumonia pada balita di
puskesmas gGilingan kecamatan Banjarsari Surakarta)
Pathway Benneth (2013)

Bennete M.J. 2013. Pediatric Pneumonia. http://emedicine.medscape.com/article/967822-


overview. (22 Mei 2014).
F. Penatalaksanaan

Menurut Arief (2009) :

a. Atur posisi anak, misalnya posisi semi fowler


b. Mengajarkan anak cara batuk yang efektif
c. Bila terjadi kejang, tindakan yang harus dilakukan:
- Pasang spatel lidah diantara gigi geraham
- Bersihkan jalan nafas anak
- Longgarkan pakaian anak dan beri lingkungan nyaman
- Awasi anak jangan sampai terbentur tempat tidur/terjatuh
d. Bila suhu anak tinggi, turunkan dg cara:
- Kompres dingin dg air es
- Gunakan pakaian yang tipis
- Berikan ekstra minum jika memungkinkan
- Observasi suhu secara rutin
e. Bawa anak kerumah sakit bila ada tanda/gejala lanjut

(Arief. 2009. Neonatus & Asuhan keperawatan anak)

Penatalaksana medis :

1. Antibiotika diberikan sesui penyebab


2. Ekspektoran yang dapat dibantu dengan dengan postural drainase.
3. Rehidrasi yang cukup dan adekuat
4. Latihan nafas dalam dan batuk efektif sangat membantu
5. Oksigen sesuia debgan kebutuhan dan yang adekuat
6. Isolasi pernafasansesuia dengan kebutuhan
7. Diet tinggi kalori dan tinggi protein
8. Terapi lain sesuai dengan komplikasi
(buku ajar keperawatan anak)
G. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian fokus (Suyono, 2009)

1. Identitas terdiri dari identitas pasien (nama, umur, agama, jenis kelamin, status,
pendidikaan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
nomor register, dan diagnose medis), dan identitas penanggung jawab (nama,
umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan, dan alamat).
2. Riwayat penyakit sekarang
Hal yang perlu dikaji :
a) Keluhan yang dirasakan klien
b) Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
3. Riwayat Penyakit dahulu
Hal yang perlu dikaji :
a) Pernah menderita ISPA
b) Riwayat terjadi aspirasi
c) Sistem imun anak yang mengalami penurunan
d) Sebutkan sakit yang pernah dialami
4. Riwayat penyakit keluarga
a) Ada anggota keluarga yang sakit ISPA
b) Ada anggota keluarga yang sakit pneumonia
5. Demografi
a) Usia: Lebih sering pada bayi atau anak dibawah 3 tahun
b) Lingkungan: Pada lingkungan yang sering berkontaminasi dengan polusi
udara
6. Pola Pengkajian Gordon (Sudoyo, 2009)
a) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, biasanya orang tua
menganggap anaknya benar-benar sakit jika anak sudah mengalami sesak
nafas.

b) Pola nutrisi dan metabolic

Biasanya muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui kontrol saraf


pusat), mual dan muntah (peningkatan rangsangan gaster sebagai dampak
peningkatan toksik mikroorganisme).

c) Pola eliminasi

Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat perpindahan


cairan melalui proses evaporasi karena

demam.
d) Pola istirahat-tidur

Data yang sering muncul adalah anak sulit tidur karena sesak nafas, sering
menguap serta kadang menangis pada malam hari karena ketidaknyamanan.

e) Pola akitivitas-latihan

Anak tampak menurun aktivitas dan latihannya sebagai dampak kelelmahan


fisik. Anak lebih suka digendong dan bedrest.

f) Pola kognitif-persepsi

Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan biasanya


sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak.

g) Pola persepsi diri-konsep diri

Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat, tidak
suka bermain, ketakutan.

h) Pola peran-hubungan

Anak tampak malas kalau diajak bicara, anak lebih banyak diam dan selalu
bersama orang tuanya.

i) Pola seksual-reproduksi

Pada anak kecil masih sulit terkaji. Pada anak yang sudah pubertas mungkin
tergangguan menstruasi.

j) Pola toleransi stress-koping

Aktivitas yang sering tampak mengalami stress adalah anak menangis, kalau
sudah remaja saat sakit yang dominan adalah mudah tersinggung.

k) Pola nilai keyakinan

Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk


mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.

7. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: tampak lemah, sesak nafas
2. Kesadaran: tergantung tingkat keparahan penyakit bisasomnolent
3. Tanda-tanda vital:
TD: hipertensi
Nadi: takikardi
RR: takipnea, dispnea, nafas dangkal
Suhu: hipertermi
4. Kepala: tidak ada kelainan
5. Mata: konjungtiva bisa anemis
6. Hidung: jika sesak akan terdengar napas cuping hidung
7. Paru:
Inspeksi: pengembangan paru berat, tidak simetris jika hanya satu sisi paru, ada
penggunaan otot bantu nafas.
Palpasi: adanya nyeri tekan, paningkatan vocal fremitus pada daerah yang terkena
Perkusi: pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani
Auskultasi: bisa terdengar ronki
8. Jantung: jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan jantung tidak ada kelemahan
9. Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi.

Kasus Pemicu

Anak perempuan usia 5 tahun dirawat di PICU setalah dirujuk dari rumah sakit lain
akibat pneumonia. Hasil pengkajian: kesadaran apatis, tampak retraksi intercostal, suara
napas ronkhi, frekuensi napas 50 x/menit, frekuensi nadi 100 x/menit, suhu 38,5 OC.

Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DO: Obstruksi jalan nafas Ketidakefektifan bersihan
- Tampak retraksi jalan nafas
intercostal
-Suara nafas ronkhi
-RR: 50x/menit
DS:
- Dispnea
2. DO: proses inflamasi Hipertermia
-T: 38,5°C
-HR:100x/menit
3. DO: Penurunan kesadaran Risiko jatuh
-Kesadaran apatis

Diagnosa keperawatan:
1.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstrksi jalan nafas
2.Hipertermia b.d proses inflamasi
3.Risiko jatuh b.d penurunan kesadaran
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
(NOC) (NIC)
Ketidakefektifa Dalam waktu 3x24 -Monitor frekuensi atau -takipnea, terjadi karena
n bersihan jalan jam setelah diberikan kedalaman pernapasan peningkatan tekanan
nafas b.d tindakan bersihan dan gerakan dada dalam paru dan
obstruksi jalan jalan nafas kembali penyempitan bronkus.

nafas efektif dengan kriteria - Auskultasi area paru, - suara mengi

hasil: catat area penurunan mengindikasikan

-Tidak ada suara nafas atau tak ada aliran terdapatnya penyempitan
tambahan dan udara bronkus oleh sputum

ronchi(-) - Bantu pasien latihan - Batuk secara efektif

-RR kembali normal nafas dan batuk secara mempermudah


efektif. pengeluaran dahak dan
yaitu 40x/menit
mengurangi tingkat
kelelahan akibat batuk
-Suction sesuai indikasi. -mengeluarkan sputum
secara mekanik dan
mencegah obstruksi jalan
napas.
-Kolaborasi pemberian -memudahkan
obat bronkodilator dan pengenceran dan
mukolitik melalui pembuangan sekret
inhalasi (nebulizer). dengan cepat.

Hipertermi b.d. Dalam waktu 3x24 - Kaji suhu tubuh dan - untuk mengetahui
proses inflamasi jam setelah diberikan nadi setiap tingkat perkembangan
tindakan bersihan pasien.
jalan nafas kembali - Pantau warna kulit dan - sianosis menunjukkan

efektif dengan kriteria suhu. vasokontriksi atau respons

hasil: tubuh terhadap demam.

- suhu tubuh kembali -anjurkan pasien untuk - peningkatan suhu tubuh

normal minum yang banyak meningkatkan


peningkatan IWL,
sehingga banyak cairan
tubuh yang keluar dan
harus diimbangi
pemasukan cairan
- Lakukan tindakan - demam tinggi sangat
pendinginan sesuai meningkatkan kebutuhan
kebutuhan, misalnya metabolik dan kebutuhan
kompres dingin. oksigen dan menggangu
oksigenasi seluler.
- Kolaborasi pemberian - mempercepat
antipiretik yang penurunan suhu tubuh.
diresepkan sesuai
kebutuhan.
Resiko jatuh Dalam waktu 3x24 -ciptakan lingkungan - mencegah klien jatuh
b.d. kesadaran jam setelah diberikan yang aman bagi klien
apatis tindakan bersihan dengan memberitahu
jalan nafas kembali orang tua klien untuk
efektif dengan kriteria tidak memposisikan
hasil: klien terlalu pinggir
-klien terbebas dari dengan penyangga
resiko cedera bed bed terbuka
-indikasi adanya resiko
-Orang tua klien -Gunakan gelang
jatuh meningkatkan
mampu menjelaskan kuning sebagai
kewaspadaan petugas
bagaimana cara identitas resiko jatuh
dan keluarga.
mencegah cidera
-mengontrol klien
-anjurkan keluarga
untuk selalu
menemani pasien
-menghindar pasien dari
-jauhkan pasien dari
benda berbahaya
benda berbahaya.

Evaluasi:
S: sudah bisa bernafas seperti biasa
O: RR=40x/menit
HR= 100x/menit
Suhu= 37c
Sudah tidak adaretraksi intercostal

Suara nafas kembali normal

A: masalah teratasi
P:intervensi di hentikan

Anda mungkin juga menyukai