Definisi
Bronkhopneumonia merupakan salah satu bagian dari penyakit Pneumonia.
Bronchopneumonia (penumonia lobaris) adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut
bagian bawah dari parenkim paru yang melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa
distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy distribution) yang disebabkan oleh
bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan benda asing.
Epidemiologi
Insiden penyakit ini pada negara berkembang termasuk indonesia hampir 30%
pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan risiko kematian yang tinggi,
sedangkan di Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit
pada anak di bawah umur 2 tahun. Insiden pneumonia pada anak ≤5 tahun di negara
maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan dinegara berkembang 10-20
kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian pertahun
pada anak balita dinegara berkembang.
Patogen viral adalah penyebab predominan dari infeksi saluran nafas bawah pada
balita dan anak yang kurang dari 5 tahun. Tidak seperti bronkiolitis yang puncak laju
serangannya adalah pada umur 1 tahun, puncak laju serangan pneumonia adalah pada
umur 2-3 tahun, kemudian berkurang setelahnya
Etiologi
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh
adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme
pathogen. Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh
terhadap organ pernafasan yang terdiri atas :
1. Reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus, gerakan silia yang menggerakan
kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral setempat.
2. Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
mikrobakteri, mikoplasma, dan riketsia antara lain:
A. Bakteri : Streptococcus, Staphylococus,H. Influenza, Klebsiella.
B. Virus : Legionella pneumonia
C. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
D. Aspirasi makanan, sekresi orofariengal atau isi lambung kedalam paru
E. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
3 minggu - 3
Usia Bakteri yang Sering
Etiologi Bakteri yang Jarang
Etiologi
Lahir-20 Chlamydia
Bakteri Bordetella pertussis
Bakteri
4bulan
bulan - 5 Bakteri Bakteri
hari trachomatis
Chlamydia
E. colli Haemophillus
Bakteri anaerob influenzae
tahun
Streptococcus
Streptococcus Haemophillus influenzae
pneumoniae group B Streptococcus
tipe B group D
pneumoniae
Mycoplasma
Listeria tipe B
Moraxella catharalis
Haemophillus influenzae
Virus Moraxella catharalis
pneumoniae
moonocytogenes
Virus Adeno Staphylococcus aureus
Streptococcus Neisseria meningitidis
Streptococcus pneumoniae
Virus Influenza Ureaplasma urealyticum
Virus
pneumoniae Parainflueza Virus
Virus Staphylococcus
Ureaplasma aureus
urealyticum
1,2,3
Virus Adeno Virus
Respiratory Syncytial Virus Sitomegalo
Virus
Virus Influenza Virus Varisela-Zoster
virus Parainfluenza
Virus Virus Sitomegalo
Virus Rino Virus Herpes Simpleks
Respiratory Syncytial
virus
Faktor Non Infeksi. Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus
meliputi: Bronkopneumonia hidrokarbon yang terjadi oleh karena aspirasi selama
penelanan muntah atau sonde lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah
dan bensin).
Bronkopneumonia lipoid biasa terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung
minyak secara intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu
mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi
horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang
sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi.
Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak
Faktor Resiko
Faktor resiko pneumonia pada anak
1. Faktor anak
Umur, jenis kelamin, riwayat bayi berat lahir rendah (BBLR), pemberian ASI,
status gizi, status imunisasi, defisiensi vitamin A dan pemberian makanan terlalu
dini
2. Faktor orang tua
Pendidikan ibu, pengetahuan ibu dan sosial ekonomi
3. Faktor lingkungan
Polusi udara di dalam rumah, kepadatan hunian, ventilasi rumah dan kondisi fisik
rumah
Anak dengan daya tahan atau imunitas terganggu akan menderita
bronkopneumonia berulang atau bahkan bisa anak tersebut tidak mampu mengatasi
penyakit ini dengan sempurna. Selain faktor imunitas, faktor iatrogen juga memicu
timbulnya penyakit ini, misalnya trauma pada paru, anastesia, pengobatan dengan
antibiotika yang tidak sempurna.
Patofisiologi
Klasifikasi
Berdasarkan derajat keparahan penyakit
1. Bronkopneumonia sangat berat: bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup
minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
2. Bronkopneumonia berat: bila dijumpai retraksi tanpa sianosis dan masih sanggup
minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotik.
3. Bronkopneumonia: bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat
yakni >60 x/menit pada anak usia kurang dari dua bulan; >50 x/menit pada anak
usia 2 bulan-1 tahun; >40 x/menit pada anak usia 1-5 tahun.
4. Bukan bronkopneumonia: hanya batuk tanpa adanya gejala dan tanda seperti di
atas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotik.
Gejala Klinis
Bronkopneumonia ditegakkan berdasarkan gejala klinis. Gejala-gejala klinis tersebut
antara lain:
a. Adanya retraksi epigastrik, interkostal, suprasternal
b. Adanya pernapasan yang cepat dan pernapasan cuping hidung
c. Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari
d. Demam, dispneu, kadang disertai muntah dan diare
e. Batuk biasanya tidak pada permulaan penyakit, mungkin terdapat batuk, beberapa
hari yang mula-mula kering kemudian menjadi produktif
f. Pada auskultasi ditemukan ronkhi basah halus nyaring
g. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan adanya leukositosis dengan predominan
PMN
h. Pada pemeriksaan rontgen thoraks ditemukan adanya infiltrat interstitial dan
infiltrat alveolar serta gambaran bronkopneumonia
Cara Mendiagnosis
Penderita datang dengan keluhan utama sesak nafas. Dari keluhan ini dapat
dipikirkan adanya kelainan pada paru-paru, jantung, kelainan metabolik seperti
asidosis maupun uremia, atau adanya kelainan pada otak. Dari alloanamnesis tidak
didapatkan keluhan buang air kecil, sehingga kemungkinan kelainan metabolik dapat
disingkirkan.
Dari pemeriksaa fisik tidak didapatkan penurunan kesadaran ataupun kejang
sehingga kelainan di sentral dapat disingkirkan. Selain itu, dari hasil pemeriksaan
jantung didapatkan dalam batas normal sehingga kelainan pada jantung dapat
disingkirkan. Oleh karena itu, dapat dipastikan kelainan sesak yang terjadi
diakibatkan oleh kelainan pada paru-paru. Dari alloanamnesis, didapatkan pasien
mengalami batuk serta demam, sehingga dipikirkan adanya suatu infeksi. Selain itu,
dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan suara nafas tambahan berupa rokhi basah
halus nyaring yang khas untuk bronkhopneumonia.
Diagnosis bronkhopneumonia ditegakkan berdasarkan pedoman diagnosis klinis
bronkhopneumonia WHO, dimana gejala yang muncul pada pasien ini adalah sesak
nafas dengan nafas cuping hidung, riwayat demam batuk pilek, sianosis, dan dari
auskultasi didapatkan suara nafas tambahan berupa ronkhi basah halus nyaring.
Diagnosis Banding
Diagnosis kerja pada kasus ini adalah pneumonia yang terletak pada lobularis
paru, yang disebut bronkopneumonia. Dengan diagnosis banding adalah bronkhitis
dan bronkiolitis.
Tatalaksana Umum
Pasien dengan saturasi <92% pada saat bernapas dengan udara kamar
harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup
untuk mempertahankan saturasi oksigen >92%.
- Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan
intravena dan dilakukan balans cairan ketat
- Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan untuk anak
dengan pneumonia
- Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyamanan
pasien dan mengontrol batuk
- Nebulisasi dengan β2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk
memperbaiki mucocilliary clearance
- Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya
setiap 4 jam sekali, termasuk pemeriksaan saturasi oksigen
Pemberian Antibiotik
- Amoksisilin merupakan pilihan pertama untuk antibiotic oral pada anak <5
tahun karena efektif melawan sebagian besar pathogen yang menyebabkan
pneumonia pada anak, ditoleransi dengan baik, dan murah. Alternatifnya
adalah co-amoxiclav, ceflacor, eritromisin, claritromisin, dan azitromisin
- M. pneumoniae lebih sering terjadi pada anak yang lebih tua maka
antibiotic golongan makrolid diberikan sebagai pilihan pertama secara
empiris pada anak >5 tahun
- Makrolid diberikan jika M. pneumoniae atau C. pneumonia dicurigai
sebagai penyebab
- Amoksisilin diberikan sebagai pilihan pertama jika S. pneumonia sangat
mungkin sebagai penyebab
- Jika S. aureus dicurigai sebagai penyebab, diberikan makrolid atau
kombinasi flucloxacillin dengan amoksisilin
- Antibiotik intravena diberikan pada pasien pneumonia yang tidak dapat
menerima obat per oral (missal karena muntah) atau termasuk dalam
derajat pneumonia berat
- Antibiotic intravena yang dianjurkan adalah : ampisilin dan kloramfenikol,
co-amoxiclav, ceftriaxone, cefuroxime, dan cefotaxime
- Pemberian antibiotik oral harus dipertimbangkan jika terdapat perbaikan
setelah mendapat antibiotic intravena
Penatalaksanaan pada pasien ini, yaitu terapi suportif berupa pemberian
O2 1 L/menit sudah tepat. Oksigen diberikan untuk mengatasi hipoksemia,
menurunkan usaha untuk bernapas, dan mengurangi kerja miokardium.
Oksigen penting diberikan kepada anak yang menunjukkan gejala adanya
tarikan dinding dada (retraksi) bagian bawah yang dalam; SpO2 <90%;
frekuensi napas 60 x/menit atau lebih; merintih setiap kali bernapas untuk bayi
muda; dan adanya head nodding (anggukan kepala). Pemberian Oksigen
melalui nasal pronge yaitu 1- 2 L/menit atau 0,5 L/menit untuk bayi muda.
Untuk kebutuhan cairan, sesuai dengan berat badan yaitu 7 Kg, sehingga
pasien diberikan cairan N4D5 melalui mikrodrip infus dengan 25-30 tetes per
menit. N4D5 terdiri dari 100 cc D5% dengan 25 cc NaCl, dimana kandungan
dekstrosa 50 g (200 kkal), Na 38,5 mEq/L, Cl 38,5 mEq/L, Ca 200 mg/dL, dan
total Osm 353. Sedangkan untuk mengatasi demamnya pasien diberikan
antipiretik parasetamol yang diberikan selama pasien demam. Dosis yang
digunakan adalah 10-15 mg/kgBB/kali pemberian. Dapat diulang
pemberiannya setiap 4-6 jam.
Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan
manifestasi klinis. Pada kasus ini, dipilih antibiotik ceftriaxone yang
merupakan antibiotik sefalopsorin generasi ketiga dengan aktivitas yang lebih
luas terhadap bakteri gram negatif. Dosis ceftriaxone yaitu 50-100
mg/KgBB/hari, dalam dua dosis pemberian. Antibiotik ceftriaxone diberikan
sebanyak 350 mg dua kali sehari secara intra vena.
Komplikasi
Komplikasi dari pneumonia biasanya merupakan hasil dari penyebaran langsung
bakteri pada kavum toraks (seperti efusi pleura, empiema, dan perikardiis) atau
penyebaran bakteremia dan hematologis. Meningitis, artritis supuratif, dan
osteomyelitis adalah contoh komplikasi yang jarang dari penyebaran secara
hematologis.
S. aureus dan S. pneumoniae adalah penyebab utama dari empiema. Pengobatan
empyema didasarkan pada stadium penyakit (seperti eksudatif, fibropurulen, atau
organizing).
Prognosis
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat yang dimulai dari secara
dini pada perjalanan penyakit tersebut maka mortalitas selama masa bayi dan kanak-
kanak dapat di turunkan sampai kurang 1 % dan sesuai dengan kenyataan ini
morbiditas yang berlangsung lama juga menjadi rendah. Anak dalam keadaan
malnutrisi energi protein dan yang datang terlamat menunjukkan mortalitas yang lebih
tinggi.
SKDI
SKDI 4A yaitu setelah lulus menjadi dokter mampu membuat diagnosis klinik
dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.
Daftar Pustaka
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/
Kliegman, R. M. et al. 2015. Nelson Textbook of Pediatrics, 20th Ed. Philadelphia:
Elsevier
Mason RJ, et al. 2005. Murray and Nadel’s text book of respiratology medicine
volume1 Ed 1. Netherland : Elseiver Saunders.
Pudjiadi, A. H., et al. (2011). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak
Indonesia (IDAI). Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Rahajoe, N., Supriyatno, B., & Setyanto, D. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak Edisi
1 Cetakan 2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Pertanyaan
Anmal 1
a. bagaimana mekanisme batuk tidak berdahak yang dialami pasien?
Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk melindungi saluran napas
bawah terhadap benda asing/iritan yang masuk dan menjaga agar tetap steril.
Benda asing/ iritan pada saluran nafas bawah → impuls aferen dari nervus vagus
ke otak → inspirasi udara cepat dan dalam → epiglottis dan pita suara menutup
untuk menjerat udara dalam paru → otot abdomen berkontraksi mendorong
diafragma serta otot pernafasan juga berkontraksi → pita suara dan epiglottis
membuka tibatiba → udara bertekanan tinggi keluar dari paru-paru dengan cepat.
b. Bagaimana mekanisme demam yang dialami pasien?
Infeksi merangsang pengeluaran mediator inflamasi seperti IL-1, IL6, dan TNF
α asam arakhidonat sintesis prostaglandin homeostasis tubuh meningkatkan
suhu tubuh dengan meningkatkan set point di hipothalamus untuk melawan
infeksi.
c. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin terhadap kasus tersebut?
Pneumonia dapat terjadi pada semua umur, namun Pneumonia merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah 5 tahun (balita)
karena usia tersebut masuk ke dalam faktor risiko dimana lebih rentan terinfeksi
kuman, dan perkembangan imun yang belum sempurna. Pada jenis kelamin risiko
anak laki-laki cenderung menderita pneumonia 1,5 kali daripada anak perempuan
dikarenakan diameter saluran napas anak laki-laki lebih sempit dan perbedaan
daya tahan tubuh dengan anak perempuan.
d. Apa saja yang dapat menyebabkan timbulnya gejala gejala tersebut?
Secara umum individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen.
e. Bagaimana tatalaksana awal pada pasien?
1. Pneumonia berat : dirawat dirumah sakit, diberikan antibiotik parenteral dan
penambahan oksigen.
2. Pneumonia ringan : diberikan antibiotik kotrimoksasol oral, ampisilin atau
amoksilin.
3. Bukan pneumonia : perawatan dirumah saja tanpa terapi antibiotik. Bila demam
berikan paracetamol. Bersihkan hidung anak yang mengalami pilek dengan
menggunakan lintingan kapas yang diolesi air gram. Jika mengalami nyeri
tenggorokan berikan penicilin dan dipantau selama 10 hari.
Anmal 2
a. Mengapa sesak yang timbul tidak disertai mengi?
Anmal 3
d. bagimana hubungan antara ayah yang merokok dengan kasus?
penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah 5 tahun (balita)
karena faktor lingkungan tersebut masuk ke dalam faktor risiko dimana lebih
rentan terinfeksi kuman, dan perkembangan imun yang belum sempurna. Perokok
pasif lebih rentan mengalami gangguan kesehatan akibat paparan kombinasi asap
rokok dari asap yang keluar dari rokok perokok aktif dan juga asap yang
dihembuskan dari perokok aktif. Asap yang terpapar pada perokok pasif
mengandung lebih dari 7.000 kandungan bahan kimia yang membahayakan
kesehatan mengganggu daya tahan tubuh untuk melawan bakteri atau virus yang
menjadi penyebab pneumonia.
e. Diagnosis banding apa saja yang dapat disingkirkan dari informasi tambahan ini?
Makna tidak adanya riwayat atopi dapat membantu menyingkirkan kemungkinan
adanya penyakit alergi seperti asma bronkhial, rinitis alergi, dermatitis atopi, alergi
obat dan alergi makanan.
Makna dari anak tidak mendapatkan imunisasi dan ASI ekslusif merupakan faktor
risiko bagi anak untuk menderita pneumonia.
Makna dari ayah perokok menunjukkan adanya penyakit pada saluran pernapasan.
Makna dari hasil tes Covid19 untuk menyingkirkan kemungkinan Covid19 karena
adanya beberapa gejala yang sama.