Anda di halaman 1dari 6

Nama : Azahrah Azusena

NIM : 04011381924189
LI Regulasi kardiovaskular dan cairan tubuh
Air merupakan komponen terbesar tubuh kita, yaitu sekitar 60% berat badan. Komposisi cairan
tubuh terdiri dari cairan intraseluler 65% dan cairan ekstraseluler yang terdiri dari cairan
interstisial dan plasma sebesar 35%. Air harus diperoleh dari makanan dan minuman setiap hari
karena air yang dihasilkan dari metabolisme tubuh saja tidak cukup.
Kehamilan cukup bulan menyebabkan peningkatan berat badan sekitar 12,5 kg, sebagian besar
terdiri dari air, sehingga total cairan tubuh meningkat 6-8 liter, yang terdapat di cairan amnion,
plasenta dan cairan ekstraseluler dan intraseluler. Volume plasma maternal akan meningkat 40-
45%, menyebabkan penurunan osmolalitas plasma 10 mosm/kg air, dari 290 menjadi 280
mosm/kg air. Nilai ambang osmolalitas plasma terhadap rasa haus dan sekresi hormon
antidiuretik menurun, terjadi pada awal kehamilan kemudian konstan pada kehamilan lanjut,
menyebabkan peningkatan retensi cairan, hal ini dibutuhkan ibu untuk mempertahankan
keseimbangan cairan tubuh. Kebutuhan cairan sangat tergantung terhadap asupan energi dari
makanan, yaitu 1-1.5 ml cairan untuk setiap kilogram kalori asupan energi. Kebutuhan energi
saat kehamilan rata-rata meningkat 300 kkal/hari, oleh karena itu ibu hamil memerlukan
setidaknya 300 ml asupan air tambahan. Pada umumnya ibu hamil dianjurkan untuk minum
minimal 8-10 gelas air setiap harinya.
Volume cairan amnion yang adekuat adalah syarat untuk perkembangan janin intra uteri dan
keluaran neonatus yang baik.Perkiraan volume cairan amnion dengan menggunakan sonografi
merupakan pemeriksaan yang paling sensitif dan komponen penting untuk menilai profil biofisik
janin. Beberapa studi telah mempelajari hubungan antara volume intravaskular ibu dan volume
cairan amnion. Kilpatrick et al. dan Kilpatrick dan Safford melaporkan bahwa hidrasi air pada
ibu meningkatkan indeks cairan amnion baik pada oligohidramnion maupun normoamnion. Fait
et al. menunjukkan bahwa 75% ibu oligohidramnion yang mengkonsumsi air dua liter per hari,
memperlihatkan peningkatan indeks cairan amnion sebesar 50%. Mekanismenya masih belum
jelas, mungkin berhubungan dengan perbaikan perfusi uteroplasenta atau perubahan osmolalitas
plasma ibu dan janin, yang meningkatkan aliran urin janin. Oosterhof et al. menunjukkan
peningkatan asupan air pada ibu hamil oligohidramnion akan meningkatkan aliran darah ke
uterus dan plasenta, meningkatkan produksi urin janin sehingga meningkatkan valume cairan
amnion.
Kesimpulan :
Pada masa kehamilan volume darah meningkat sebesar 30% dan sistem kardiovaskular berespon
terhadap peningkatan kebutuhan oleh masa plasenta yang terus tumbuh. Penambahan berat badan
kehamilan hanya sebagian yang disebabkan oleh berat janin. Sisanya terutama disebabkan oleh
peningkatan berat uterus termasuk plasenta dan bertambahnya volume darah.
Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan
dan pertumbuhan janin dalam rahim.
b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter.
c. Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat. Akibat dari faktor tersebut
dijumpai beberapa perubahan peredaran darah, yaitu:
1) Volume darah Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar
dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi),
dengan puncaknya pada hamil 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah
sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Curah jantung akan
bertambah sekitar 30%. Bertambahnya hemodilusi darah mulai tampak sekitar umur
hamil 16 minggu, sehingga pengidap penyakit jantung harus berhati-hati untuk hamil
beberapa kali. Kehamilan selalu memberatkan kerja jantung sehingga wanita hamil
dengan sakit jantung dapat jatuh dalam dekompensasio kordis. Pada postpartum terjadi
hemokonsentrasi dengan puncak hari ketiga sampai kelima.

2) Sel darah Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi
pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan
peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis.
Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan
hemodilusi dan anemia maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapi 4 kali
dari angka normal.
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar,
dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan
pemberian ASI. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg.
Sebgaian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya.
Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular. Pada kehamilan normal
akan terjadi hipoglikemia puasa yang disebabkan oleh kenaikan kadar insulin,
hiperglikemia postprandial dan hiperinsulinemia. Zinc (Zn) sangat penting untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin. Beberapa peneliatian menunjukkan kekurangan
zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat. (Prawirohardjo, 2008)
Hemoglobin Ibu Hamil
Kehamilan memicu perubahan-perubahan fisiologis yang sering mengaburkan diagnosis
sejumlah kelainan hematologis serta pengkajiannya. Hal ini terutama berlaku pada
anemia. Salah satu perubahan yang paling bermakna adalah ekspansi volume darah
dengan peningkatan volume plasma yang tidak sepadan sehingga hematokrit biasanya
menurun (Cunningham dkk, 2005). Pada ibu hamil terjadi penurunan kadar Hb karena
penambahan cairan tubuh yang tidak sebanding dengan massa sel darah merah.
Penurunan ini terjadi mulai sejak usia kehamilan 8 minggu sampai 32 minggu. Selain itu
anemia kehamilan juga dapat disebabkan karena berkurangnya cadangan besi untuk
kebutuhan janin (Pudjiadi, 1990). Berdasarkan data penelitian Scott (1967) dan Pritchard
(1967), tentang konsentrasi hemoglobin pada 85 wanita sehat yang terbukti memiliki
cadangan besi, maka anemia pada wanita tidak hamil didefenisikan sebagai konsentrasi
hemoglobin yang kurang dari 12 g/dl dan kurang dari 10 g/dl selama kehamilan atau
masa nifas. Konsentrasi hemoglobin lebih rendah pada pertengahan kehamilan. Pada
awal kehamilan dan kembali menjelang aterm, kadar hemoglobin pada sebagian besar
wanita sehat yang memiliki cadangan besi adalah 11 g/dl atau lebih. Atas alasan tersebut,
Centers for Disease Control (1990) mendefenisikan anemia sebagai kadar hemoglobin
kurang dari 11 g/dl pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dl pada
trimester kedua (Cunningham dkk, 2005).
Menurut Manuaba (1998), anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat
besi, jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Anemia pada
kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan social
ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas sumber daya
manusia. Anemia ibu hamil disebut “potensial danger to mother and child” (potensial
membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari
semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan pada lini kedepan. Kadar
Hemoglobin (Hb) ibu sangat mempengaruhi berat bayi yang akan dilahirkan. Ibu hamil
yang anemia karena Hbnya rendah bukan hanya membahayakan jiwa ibu tetapi juga
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan serta membahayakan jiwa janin. Hal ini
disebabkan karena kurangnya suplai nutrisi dan oksigen pada placenta yang akan
berpengaruh pada fungsi placenta terhadap janin. Anemia pada ibu hamil akan
menambah risiko mendapatkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), risiko perdarahan
sebelum dan pada saat persalinan, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya,
jika ibu hamil tersebut menderita anemia berat (Depkes RI, 2008). Untuk mengetahui
apakah seseorang mengalami anemia atau tidak maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar
hemoglobin. Salah satu cara cara yang dapat digunakan adalah pemeriksaan hemoglobin
metode Sahli, metode ini masih banyak digunakan di laboratorium dan paling sederhana.
Menurut Depkes RI (2008), batasan anemia adalah:
1. Laki-laki Dewasa > 13 gram %
2. Wanita Dewasa > 12 gram %
3. Anak-anak > 11 gram %
4. Ibu Hamil > 11 gram %
Kadar Hemoglobin (Hb)
Kadar hemoglobin (Hb) ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang dilahirkan.
Seorang ibu hamil dikatakan menderita anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah 11
gr/dl. Hal ini jelas menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi
immaturitas, prematuritas, cacat bawaan, atau janin lahir dengan berat badan yang rendah
(Depkes RI, 2008). Keadaan ini disebabkan karena kurangnya suplai darah nutrisi akan
oksigen pada placenta yang akan berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap janin.

Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara untuk menilai status gizi ibu hamil.
Ukuran antropometri ibu hamil yang paling sering digunakan adalah kenaikan berat
badan ibu hamil dan ukuran lingkar lengan atas (LLA) selama kehamilan. Sebagai ukuran
sekaligus pengawasan bagi kecukupan gizi ibu hamil bisa di lihat dari kenaikan berat
badannya. Ibu yang kurus dan selama kehamilan disertai penambahan berat badan yang
rendah atau turun sampai 10 kg, mempunyai resiko paling tinggi untuk melahirkan bayi
dengan BBLR. Sehingga ibu hamil harus mengalami kenaikan berat badan berkisar 11-
12,5 Kg atau 20% dari berat badan sebelum hamil. Sedang Lingkar Lengan Atas (LLA)
adalah antropometri yang dapat menggambarkan keadaan status gizi ibu hamil dan untuk
mengetahui resiko Kekurangan Energi Kalori (KEK) atau gizi kurang. Ibu yang memiliki
ukuran Lingkar Lengan Atas (LLA) di bawah 23,5 cm berisiko melahirkan bayi BBLR
(Depkes RI, 2008).

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan meningkatkan
fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga
menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan
setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36
jam sesudah melahirkan

Hal yang berkaitan dengan fungsi sistem perkemihan, antara lain:

1. Hemostatis internal.
2. Keseimbangan asam basa tubuh.
3. Pengeluaran sisa metabolisme.
Hemostatis Internal
Tubuh, terdiri dari air dan unsur-unsur yang larut di dalamnya, dan 70% dari cairan tubuh
terletak di dalam sel-sel, yang disebut dengan cairan intraselular. Cairan ekstraselular terbagi
dalam plasma darah, dan langsung diberikan untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial.
Beberapa hal yang berkaitan dengan cairan tubuh antara lain edema dan dehidrasi. Edema adalah
tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh.
Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang terjadi pada tubuh karena pengeluaran
berlebihan dan tidak diganti
Keseimbangan Asam Basa Tubuh
Keasaman dalam tubuh disebut PH. Batas normal PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40. Bila PH
>7,4 disebut alkalosis dan jika PH < 7,35 disebut asidosis.

Pengeluaran Sisa Metabolisme, Racun dan Zat Toksin Ginjal


Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolisme protein yang mengandung nitrogen
terutama urea, asam urat dan kreatinin.

Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses involusi uteri
dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil.

Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post partum, antara lain:

1. Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi retensi urin.
2. Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi dalam tubuh,
terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
3. Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi
muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun, hilangnya peningkatan
tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan,
hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut
dengan diuresis pasca partum. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6
minggu.

Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin menyebabkan penurunan berat
badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun
selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil (reversal of
the water metabolisme of pregnancy).

Rortveit dkk (2003) menyatakan bahwa resiko inkontinensia urine pada pasien
dengan persalinan pervaginam sekitar 70% lebih tinggi dibandingkan resiko serupa
pada persalinan dengan Sectio Caesar. Sepuluh persen pasien pasca persalinan menderita
inkontinensia (biasanya stres inkontinensia) yang kadang-kadang menetap sampai beberapa
minggu pasca persalinan. Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan
pada otot dasar panggul.

Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca persalinan mungkin


ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower kateter selama 24 jam. Bila kemudian keluhan
tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam, lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu > 200 ml
maka kemungkinan ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4
jam kemudian , bila volume urine < 200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat
berkemih seperti biasa.
Referensi
Ambarwati, 2008. Asuhan  Kebidanan  Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 81)
Dessy, T., dkk. 2009. Perubahan Fisiologi Masa Nifas. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum
Surakarta.
scribd.com/doc/16287636/ASUHAN-KEPERAWATAN-MATERNITAS
scribd.com/doc/24817163/Postpartum-Normal
Kuliahbidan. 2008. Perubahan dalam Masa  Nifas.
Saleha, 2009. Asuhan  Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 59).
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 80-82).
Widjanarko, B. 2009. Masa Nifas. obfkumj.blogspot.com/
Zietraelmart. 2008. Perubahan Fisiologi Masa Nifas.
zietraelmart.multiply.com/journal/item/22/PERUBAHAN_FISIOLOGIS_MASA_NIFAS

a. Berapa batas normal penurunan berat badan ibu pasca melahirkan?


b. Mengapa berat badan pasca melahirkan pada kasus belum banyak berkurang?
Kemungkinan berat badan belum berkurang karena Ny. Moli pada kasus tersebut baru
1 minggu melahirkan dan masih dalam masa pueperium dini, sedangkan penurunan
berat badan yang lumayan signifikan baru terlihat setelah 6 minggu pasca melahirkan.
c. Apa yang berubah apada ibu hamil saat mengalami pertambahan berat badan?
d. Bagaimana kondisi cairan tubuh sebelum hamil, saat hamil, dan sesudah melahirkan?
e. Bagaimana kadar haemoglobin sebelum hamil, saat hamil, dan sesudah melahirkan?
f. Bagaimana perubahan system kardiovaskuler sebelum hamil, saat hamil, dan sesudah
melahirkan?

Anda mungkin juga menyukai