Anda di halaman 1dari 8

LI Pemeriksaan tambahan (lab dan radiologi)

Dalam menentukan penyakit atau diagnosis, membantu diagnosis, prognosis, mengendalikan


penyakit dan memonitor pengobatan atau memantau jalannya penyakit dokter, melakukan
pemeriksaan laboratorium atau biasa disebut dengan tes laboratorium . Fungsi pemeriksaan
laboratorik adalah menganalisis secara kuantitatif atau kualitatif beberapa bahan, seperti darah,
sumsum tulang, serum, tinja, air kemih dan cairan tubuh lain.
Uji laboratorium atau tes laboratorium pemeriksaan termasuk pemeriksaan darah (hematologi)
dapat digunakan sebagai uji saring untuk mengetahui adanya adanya kelainan proses fisiologi
tubuh, membantu menetapkan diagnosis, membuat diagnosis banding, memantau perjalanan
penyakit, penatalaksanaan penderita dan menentukan prognosis. Disamping itu data laboratorik
dipakai pula sebagai pemeriksaan penyaring untuk mendapatkan populasi sehat dan tetapan nilai
rujukan. Beberapa parameter pemeriksaan hematologi yang lazim digunakan antara lain:
1. Kadar Hemoglobin (Hb)
2. Jumlah eritrosit
3. Jumlah leukosit
4. Trombosit
5. Nilai hematokrit
6. Laju Endap Darah (LED)
7. Menentukan Indeks Eritrosit yang terdiri dari MCV (Mean Cell Volume), MCH (Mean
Cell Haemoglobin) dan MCHC (Mean Cell Haemoglobin Concentration).

X-Ray Thorax

Foto thorax atau sering disebut chest x-ray (CXR) adalah suatu proyeksi radiografi dari thorax
untuk mendiagnosis kondisi-kondisi yang mempengaruhi thorax, isi dan struktur-struktur di
dekatnya. Foto thorax menggunakan radiasi terionisasi dalam bentuk x-ray.

Foto thorax digunakan untuk mendiagnosis banyak kondisi yang melibatkan dinding thorax,
tulang thorax dan struktur yang berada di dalam kavitas thorax termasuk paru-paru, jantung dan
saluran-saluran yang besar. Pneumonia dan gagal jantung kongestif sering terdiagnosis oleh foto
thorax. CXR sering digunakan untuk skrining penyakit paru yang terkait dengan pekerjaan di
industri-industri seperti pertambangan dimana para pekerja terpapar oleh debu.

Indikasi Pemeriksaan

 Infeksi traktus respiratorius bawah (cth: TBC Paru, bronkitis, pneumonia)


 Batuk kronis
 Batuk berdarah
 Trauma dada
 Tumor
 Nyeri dada
 Metastase neoplasma
 Penyakit paru akibat kerja
 Aspirasi benda asing

Proyeksi Pemeriksaan

 PA : pasien berdiri, sinar dari belakang


 AP : pasien tidur / berbaring
 Lateral
 Lateral dekubitus pasien tidur miring, foto dengan sinar AP/PA untuk melihat efusi
pleura yang minimal
 Oblique : untuk melihat posisi jantung
 Top lordotik : untuk melihat lesi di apex
AP menunjukkan pembesaran jantung dan pelebaran mediastinum. Jika memungkinkan, pasien
harus dicitrakan dalam posisi PA tegak. Tampilan AP disediakan untuk pasien yang sangat sakit
dan tidak dapat berdiri tegak .

NO Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi


Pemeriksaan
1. Hb 12,4 gr/dl 11.5-14.5 gr/dl Normal
2. Ht 37 vol% 33-43% vol% Normal
3. Leukosit 24.000/mm3 4000-12000/mm3 Meningkat
(leukositosis)
4. LED 30 mm/jam <10 mm/jam Meningkat
5. Trombosit 250.000/mm3 150.000- 400.000/mm3 Normal
6. Hitung jenis 0/2/1/80/14/3 0-0.75/1-3/3-5/54- Normal/normal/
(B,E,NB/NS/ 62/25-33/3-7 menurun/
L/M) meningkat/
menurun/normal
7. CRP 48 0.8-11.2 mg/L Meningkat
8. Radiologi infiltrat di Tidak terdapat infiltrasi Abnormal
parahilar
kedua paru

ANMAL

Kalimat Keenam
Pemeriksaan Laboratorium:

Hb: 12,4 gr/dl, Ht: 37 vol%, Leukosit: 24.000/mm3, LED: 30 mm/jam, Trombosit:250.000/mm3,
Hitung jenis: 0/2/1/80/14/3, CRP: 48

a. Bagaimana interpretasi dan nilai normal dari hasil pemeriksaan di atas?

NO Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi


Pemeriksaan
1. Hb 12,4 gr/dl 11.5-14.5 gr/dl Normal
2. Ht 37 vol% 33-43% vol% Normal
3. Leukosit 24.000/mm3 4000-12000/mm3 Meningkat
(leukositosis)
4. LED 30 mm/jam <10 mm/jam Meningkat
5. Trombosit 250.000/mm3 150.000- 400.000/mm3 Normal
6. Hitung jenis 0/2/1/80/14/3 0-0.75/1-3/3-5/54- Normal/normal/
(B,E,NB/NS/ 62/25-33/3-7 menurun/
L/M) meningkat/
menurun/normal
7. CRP 48 0.8-11.2 mg/L meningkat

b. Bagaimana mekanisme dari hasil abnormal yang didapat dari pemeriksaan laboratorium
pada pasien?
Leukosit:24.000/mm3
Ada dua tipe leukosit pada umumnya, yaitu fagosit yang bertugas memakan organisme
yang masuk ke dalam tubuh dan limfosit yang bertugas mengingat dan mengenali yang
masuk ke dalam tubuh serta membantu tubuh menghancurkan mereka. Sedangkan sel
lainnya adalah netrofil, yang bertugas melawan bakteri. Jika kadar netrofil meningkat,
maka bisa jadi ada suatu infeksi bakteri di dalamnya.
Adanya infeksi⮕tubuh memfagositosis bakteri tersebut ⮕ leukositosis.
 
LED:30mm/jam
Mekanisme:
S. pneumoniae masuk ke dalam tubuh kemudian menyebabkan terjadinya proses
inflamasi. Pada proses ini sel melepaskan berbagai sitokin antara lain IL-6. Selanjutnya
IL-6 menginduksi sel hati untuk mensintesis protein fase akut seperti C-reactive protein
dan fibrinogen yang berfungsi sebagai opsonin (antibodi yang bersifat merangsang
leukosit untuk menyerang antigen atau kuman) non spesifik pada proses fagositosis
bakteri.
Protein fase akut yang bermuatan positif menyebabkan muatan negatif zeta
potensial eritrosit menjadi netral.  Zeta potential adalah muatan negatif pada permukaan
eritrosit yang menyebabkan terjadinya gaya tolak menolak pada eritrosit. Penurunan
muatan negatif zeta potential menyebabkan gaya tolak menolak eritrosit menurun
sehingga eritrosit cepat membentuk roulleaux (gumpalan eritrosit karena tarik-menarik
diantara permukaan sel) dan proses pengendapan akan lebih cepat, sehingga nilai LED
melebihi normal.

Hitungjenis:0/2/1/80/14/3
Mekansime:
Fungsi fisiologis yang utama dari sitokin yang dihasilkan oleh makrofag adalah
merangsang inflamasi non-spesifik serta meningkatkan aktivasi limfosit spesifik oleh
antigen bakteri. Sitokin akan menginduksi adhesi neutrofil dan monosit pada endotel
vaskular pada tempat infeksi yang diikuti migrasi, akumulasi lokal serta aktivasi sel
inflamasi. Kerusakan jaringan yang terjadi adalah akibat efek samping mekanisme
pertahanan untuk eliminasi bakteri tersebut. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis
protein fase akut. Selain itu dirilisnya IL-8 akan merangsang sumsum tulang untuk
memproduksi lebih banyak neutrophil dengan cara mempercepat proses pematangan di
setiap fasenya (shift to the right). Untuk itu, precursor pembentukan leukosit akan
diutamakan dalam pembentukan leukosit fase akut sehingga limfosit yang lebih berperan
dalam fase kronis menurun. Maka dari itu, pada kasus ditemui neutrofilia dan limfopenia.

CRP:48

CRP adalah suatu protein fase akut yang disintesis oleh hepatosit. Sebagai respon infeksi
atau inflamasi jaringan, produksi CRP secara cepat distimulasi oleh sitokin, terutama IL –
6, IL – 1, dan TNF. CRP sangat mungkin berperan dalam opsonisasi mikroorganisme
atau sel yang rusak. Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostik untuk
membedakan antara faktor infeksi dan non infeksi, infeksi virus dan bakteri, atau infeksi
bakteri superfisialis dan profunda, dimana kadar CRP biasanya lebih rendah pada infeksi
virus dan infeksi bakteri superfisialis dibandingkan infesksi bakteri profunda.

Mekanisme:
Sel yang mengawali proses inflamasi pada umumnya adalah sel makrofag dan sel
monosit. Sel tersebut melepaskan sitokin seperti IL1 dan TNF yang akan mengontrol
migrasi leukosit masuk ke dalam jaringan dan menimbulkan proses inflamasi, sehingga
terjadi demam dan leukositosis. Inflamasi tersebut juga akan mempengaruhi aktivitas
hati. Sitokin pro inflamasi  seperti IL1, IL-6 dan TNF merangsang sel hepatosit untuk
meningkatkan produksi protein fase akut seperti CRP dan serum protein amiloid A.
Protein tersebut merefleksikan proses inflamasi sehingga terjadi peningkatan sampai
1000 kali dari kadar normal.

Kalimat Ketujuh

Pemeriksaan Radiologi:

Toraks AP: infiltrat di parahilar kedua paru

a. Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan radiologi?

Bronkopneumonia merupakan pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang
dapat tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam
lobus
b. Bagaimana mekanisme dari hasil abnormal yang didapat dari pemeriksaan radiologi pada
pasien?
Gambaran infiltrat pada rontgen thoraks terjadi karena adanya eksudat pada bronkus,
bronkiolus, dan alveolus disekitarnya. Cairan (eksudat) lebih padat dari udara, sehingga
ketika dirontgen daerah paru yang terisi eksudat terlihat lebih radio opaque daripada
daerah disekitarnya yang hanya terisi udara).

Infeksi mikroorganisme di alveolus → aktivasi makrofag → pelepasan sitokin-stitokin →


peningkatan permeabilitas vaskular & aktivasi dan kemotaksis neutrofil → reaksi
inflamasi di alveolus → eksudat di alveolus → bercak-bercak konsolidasi di lobuli yang
berdekatan → gambaran infiltrat pada rontgen.

Gambaran radiologis pada bronkopneumonia, biasanya ditandai dengan gambaran difus


merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah
perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.

Anda mungkin juga menyukai