Anda di halaman 1dari 12

TUGAS INDIVIDU

FARMAKOTERAPI II

OLEH :

NAMA : IREN MEYLANI

NIM : O1A118109

KELAS :B

DOSEN : SUNANDAR IHSAN, S.Farm., M.Sc., Apt

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2021
TUGAS KASUS FARMAKOTERAPI GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN
“SIROSIS”

PENDAHULUAN
 Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. di dalam hati terjadi proses-proses
penting bagi kehidupan kita, yaitu proses penyimpanan energi, pengaturan metabolisme
kolesterol, dan penetralan racun/obat yang masuk dalam tubuh kita. sehingga dapat kita
bayangkan akibat yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Sirosis hati merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan adanya proses peradangan
nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul dan
menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur (Smeltzer, Bare, 2001).
          Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab kematian terbesar ketika pada pasien
yang berusia 45 – 46 tahun (setelah penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis
menempati urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun
akibat penyakit ini. Apabila diperhatikan, laporan di negara maju. Maka kasus Sirosis hati yang
datang berobat ke dokter hanya kira-kira 30% dari seluruh populasi penyakit in, dan lebih kurang
30% lainnya ditemukan secara kebetulan ketika berobat untuk penyakit lain, sisanya ditemukan
saat atopsi. Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki jika dibandingkan
dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30 –
59 tahun dengan puncaknya sekitar 40 – 449 tahun (Mariyani, 2003)
          Angka kejadian sirosis hati yang paling sering muncul adalah akibat alkoholisme. Namun
tidak menutup kemungkinan penyebab lainnya seperti kekurangan gizi, protein deficiency,
hepatitis dan jenis lain dari proses infeksi, penyakit saluran empedu, dan racun kimia. Gejala
yang ditimbulkan sirosis hepatis akibat perubahan morfologi dapat menggambarkan kerusakan
yang terjadi. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi seperti hematemesis melena, koma
hepatikum. Oleh karena itu dalam makalah ini bertujuan untuk mengetahui obat tepat indikasi
dan tepat dosis untuk pasien sirosis.
Kasus:
Seorang lelaki umur 45 tahun sudah menikah dengan 2 orang anak, sebagai pekerja konstruksi
masuk IGD dibawa oleh keluarganya. Menurut keluarganya dia mabuk berat sudah 4 hari sejak
kehilangan pekerjaan (karena corona?) dan terlihat tertekan dan suka uring-uringan/marah-
marah. Dia hipertensi sudah 7 tahun dan hipertrigliseridemia. Pernah operasi adenoidnya dan
alergi pensilin. Pengguna alkohol sejak masih muda. Dia juga menggunakan metoprolol tartat
dan tiap hari NSAID.
Pemeriksaan fisik:
TD 88/68 mm Hg, Nadi 76 kali/menit, S 37.3°C, Pernapasan 18 kali/menit, saturasi oksigen 98%
(0.98) di suhu ruangan. TB 175 cm, BB 76 kg, BMI 24.8 kg/m2
Pemeriksaan mata terdapat pergerakan ekstraokuler dan icterus serta jaundice.
Peurt nyeri dan tegang/keras terdengar bunyi serta pembesaran limpa dan hepar, juga ascites.
Juga terjadi pembengkakan kaki.

Hasil pemeriksaan lab:


Sodium 123 mEq/L (123 mmol/L) Albumin 1.7 g/dL (17 g/L)
Potassium 2.9 mEq/L (2.9 mmol/L) Total bilirubin 3.8 mg/dL (65.0 µmol/L)
Chloride 97 mEq/L (97 mmol/L) Alk phos 213 IU/L (3.55 µkat/L)
Bikarbonat 17 mEq/L (17 mmol/L) AST 137 IU/L (2.28 µkat/L)
BUN 8 mg/dL (2.9 mmol/L) ALT 66 IU/L (1.10 µkat/L)
SCr 0.8 mg/dL (71 µmol/L) INR 1.8
Glukosa 114 mg/dL (6.3 mmol/L) PT 19 detik
Hemoglobin 7.6 g/dL (76 g/L; 4.72 mmol/L) GGT 163 IU/L (2.72 µkat/L)
Hematocrit 23% (0.23) LDH 187 IU/L (3.12 µkat/L)
WBC 7.2 × 103/mm3 (7.2 × 109/L) Serum NH3 72 mcg/dL (42 µmol/L)
Platelets 82 × 103/mm3 (82 × 109/L) Blood alcohol content 0.08 g/dL (17 mmol/L)

Pertanyaan:
A. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PASIEN
Menentukan permasalahan (memberikan kesimpulan) khas pasien berdasarkan diagnosis dokter,
data subyektif dan obyektif pasien, data laboratorium, hasil pemeriksaan fisik serta riwayat
terapi, penyakit serta riwayat sosial pasien.
1) Apa simtom yang menunjukan sirosis dan apa faktor risiko sirosis?
2) Apa nilai lab yang menunjukan sirosis?
3) Apa yang menyebabkan perubahan mental pasien?

B. TATALAKSANA TERAPI
Penentuan rekomendasi terapi berdasarkan tujuan terapi, strategi terapi serta hasil evaluasi obat
terpilih yang akan dijadikan dasar/alasan pemilihan obat pada pasien baik terapi non farmakologi
maupun terapi farmakologi pada pasien.
4) Tentukan terapi non farmakologi dan farmakologi pasien?

C. KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI/KIE

Adalah saran dan informasi pada pasien terkait penyakit (apa yang harus dilakukan dan
dihindari), dan obat yang telah direkomendasikan bagaimana perlakuannya-cara penggunaan,
yang dihindari terkait pengobatan dsb (termasuk terapi non farmakologi itu bagaimana
realisasinya).

D. MONITORING DAN FOLLOW UP

Monitoring Efek Samping Obat/MESO yaitu obat yang telah dipilihkan pada pasien serta
monitoring efektivitas obatnya yaitu parameter keberhasilan terapi dari obat yang terpilih
tersebut dalam hal ini dengan kata lain parameter kesembuhan penyakit (dari tanda dan
gejalanya) termasuk data lab yang menjadi indikator penyakitnya.

Jawaban :

A. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PASIEN


Penyelesaian kasus dengan menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective,
Assement dan Plan) pada kasus ini adalah sebagai berikut :
 Subyektif :
Nama : Tn. -
Umur : 45 tahun
Jenis Kelamin : Pria
Riwayat sosial :
a) Pasien baru saja di pecat dengan dua orang anak dan mengkonsumsi alkohol
b) Pasien hipertensi selama 7 tahun
c) Pasien hipertrigliseridemia
d) Suka marah-marah
 Obyektif :
Pemeriksaan fisik
a) TD 88/68 mm Hg, Nadi 76 kali/menit, S 37.3°C, Pernapasan 18 kali/menit, saturasi
oksigen 98% (0.98) di suhu ruangan. TB 175 cm, BB 76 kg, BMI 24.8 kg/m2
b) Pemeriksaan mata terdapat pergerakan ekstraokuler dan icterus serta jaundice.
c) Perut nyeri dan tegang/keras terdengar bunyi serta pembesaran limpa dan hepar, juga
ascites.
Data lab
No Pemeriksaan Data Pasien Kadar Normal Ket Data
Pasien

1 Sodium 123 mEq/L 135 mEq/L Terlalu rendah

2 Bilirubin Total 3.8 mg/dL 5.1-20.5 µmol/L Terlalu rendah

3 Clorida 97 mEq/L 98-106 mEq/L Normal

4 Potasium 2.9 mEq/L 3.5-5.0 mEq/L Terlalu rendah

5 Alkalin Fosfat 213 IU/L 160 IU/L Terlalu tinggi

6 Albumin 1.7 g/dL 3.5-5.5 g/dL Terlalu rendah

7 Bikarbonat 17 mEq/L 23 – 28 mEq/L Terlalu rendah

8 AST 137 IU/L 10 – 40 IU/L Tinggi sekali

9 BUN 8 mg/dL 8 – 20 mg/dL Normal

10 ALT 66 IU/L 0 – 50 IU/L Terlalu tinggi

11 SCR 0.8 mg/dL 6 – 1.2 mg/dL Terlalu rendah


12 Glukosa 114 mg/dL 7-130 mg/dL Normal

13 Kadar hb 7.6 g/dL 13.8 – 17.2 g/dL Terlalu rendah

14 GGT 163 IU/L 0 – 51 IU/L Terlalu tinggi

15 Hematocrit 23% 40-50% Terlalu rendah

16 LDH 3.2 mikrokat/L 2.34-4.68 Normal


mikrokat/L

17 WBC 7.2 x 103 /mm3 350.000-100.000 Normal


/mm3

18 Serum NH3 72 mcg/dl(42 150 – 350 x 103 Terlalu telalu


mikromol/L) rendah

19 Platelet 0.08g/dL (17 Terlalu


mmol/L)

20 Alcohol dalam Terlalu tinggi


darah

21 PT 19 detik 10-14 detik Terlalu tinggi

Riwayat Terapi : menggunakan metoprolol tartat dan tiap hari NSAID.


Riwayat Penyakit : hipertensi sudah 7 tahun dan hipertrigliseridemia, Pernah operasi
adenoidnya dan alergi pensilin.

1. Simtom dan faktor resiko sirosis


Simtom sirosis :
 Adanya asites transudatif
 Adanya hipertensi portal
Faktor resiko dari sirosis :
 Pasien mengkonsumsi alkohol
 Pasien mengkonsumsi obat NSAID yang dapat meyebabkan hepatotoksik
2. Data lab yang menunjukan pasien sirosis
1) Tes penilaian hati rutin termasuk alkaline phosphatase, bilirubin, aspartate transaminase
(AST), alanine aminotransferase (ALT), dan γ-glutamyl transpeptidase (GGT). Penanda
tambahan untuk aktivitas sintetis hati termasuk waktu albumin dan protrombin (PT).
2) Aminotransferase, AST dan ALT, adalah enzim yang mengalami peningkatan konsentrasi
dalam plasma setelah cedera hepatoseluler. Konsentrasi tertinggi terlihat di infeksi virus akut
dan cedera hati iskemik atau toksik.
3) Kadar alkali fosfatase dan GGT meningkat dalam plasma dengan gangguan obstruktif yang
mengganggu aliran empedu dari hepatosit ke saluran empedu atau dari pohon bilier ke usus
dalam kondisi seperti sirosis bilier primer, sclerosing kolangitis, kolestasis yang diinduksi
obat, obstruksi saluran empedu, kolestatik autoimun penyakit hati, dan kanker metastasis
hati.
4) Peningkatan bilirubin terkonjugasi serum menunjukkan bahwa hati telah kehilangan
setidaknya setengahnya kapasitas ekskretorisnya. Ketika alkali fosfatase meningkat dan
aminotransferase kadar normal, peningkatan bilirubin terkonjugasi adalah tanda penyakit
kolestatik atau kemungkinan reaksi obat kolestatik.
5) Adanya ammonia akan meingkatkan penyebab hepatik
6) Albumin dan faktor koagulasi adalah penanda aktivitas sintetis hati dan digunakan untuk
memperkirakan fungsi hepatosit pada sirosis (Dipiro, 2015)
3. Penyebab perubahan mental pada pasien :
Karena adanya kadar amoniak dalam darah yang meyebabkan terjadinya perubahan
mental pada pasien dimana ammonia bekerja dengan cara menginhibitor neurotransmitter
pada reseptor GABA di system saraf pusat.

B. TATALAKSANA TERAPI
Tujuan terapi
Tujuan pengobatan adalah perbaikan klinis atau resolusi akut komplikasi, seperti
perdarahan varises, dan resolusi ketidakstabilan hemodinamik untuk episode perdarahan varises
akut. Tujuan lain adalah pencegahan komplikasi, menurunkan tekanan portal dengan terapi
medis menggunakan β-adrenergik terapi blocker, dan dukungan pantang dari alkohol.
4.1 Terapi non farmakologi
Terapi non farmakologi pada pasien sirosis yaitu dengan diet yang seimbang untuk
mencegah komplikasi asites dan hipertensi portal. Kalori yang berlebih dapat menyebabkan
disfungsi hati dan menyebabkan terjadinya penimbunan lemak. Dihentikan konsumsi alkoholnya
(Dipiro, 2015).

4.2 Terapi farmakologi


Pengobatan sirosis dilakukan dengan mengobati gejala dari terjadinya sirosis. Sehingga
gejala- gejala yang menyebabkan terjadinya sirosis dari data diatas adalah adanya asites
transudatif, adanya hipertensi portal dan adanya kadar amoniak dalam darah yang dapat
menyebabkan gangguan mental.
Pengobatan asites transudatif Pengobatan asites sekunder akibat hipertensi portal
termasuk pantang alkohol, pembatasan natrium (hingga 2 g / hari), dan diuretik. Kehilangan
cairan dan perubahan berat badan bergantung langsung pada keseimbangan natrium pada pasien
ini. Tujuan terapi adalah meningkatkan ekskresi natrium urin hingga lebih dari 78 mmol / hari.
Terapi diuretik harus dimulai dengan spironolakton dosistunggal 100 mg 1 kali sehari (Dipiro,
2015).
Pengobatan hipertensi portal diganti obat hipertensi dari metoprolol jadi propranolol
dapat diberikan 20 mg dua kali sehari (atau nadolol, 20-40 mg sekali sehari) dan dititrasi
setiap minggu untuk mencapai tujuan denyut jantung 55 hingga 60 denyut / menit atau maksimal
dosis ditoleransi.
Pengobatan amoniak diberikan Untuk mengurangi konsentrasi amonia darah di HE
episodik, laktulosa dimulai di 45 mL oral setiap jam (atau 300 mL sirup laktulosa dengan 700
mL air diberikan sebagai enema retensi diadakan selama 60 menit) sampai katarsis dimulai.
Dosisnya kemudian menurun menjadi 15 hingga 30 mL oral setiap 8 hingga 12 jam (Dipiro,
2015).

Alasan pemilihan Obat


a. Spiranolakton sebagai obat asites transudatif
Spiranolakton harus diberikan diawal terapi diuretik dengan dosis 100 mg/hari.
Kelebihan spiranoolakton adalah spiranolakton merupakan diuretic hemat kalium sehingga dapat
mengurangi terjadinya hypokalemia (Team Medikal Mini Notes, 2019).
b. Propranolol sebagai obat hipertensi portal
Propranolol adalah salah satu obat golongan beta bloker non selektif . mekanisme
kerjanya yaitu dengan memblok reseptor beta 1 dan beta 2. Blockade reseptor beta 1
menyebabkan penurunan curah jantung sedangkan blockade beta 2 menyebabkan penurunan
aliran portel melalui vasokontriktor splanknikus. Pada kasus sirosis hati dengan etiologi
penyalahgunaan alcohol maka dosis propanololl harus ditingkatkan sampai target heart rate
tercapai. Alcohol data menginduksi enzim kikrosom yang dapat meningktakan first pass
metabolism propranolol sehingga dibutuhkan dosis yang lebih besar (Purnomo, 2012).
c. Laktulosa sebagai obat untuk menurunkan kadar amoniak
Pengobatan amoniak diberikan Untuk mengurangi konsentrasi amonia darah di HE
episodik. Laktulosa merupakan lini pertama dalam penatalaksanaan HE sifatnya yang laksatif
menyebabkan penurunan sintesis uptake ammonia dengan menurunkan pH kolon dan juga
mengurangi uptake glutamin. Laktulosa juga diubah menjadi monosakarida oleh flora normal
yang digunakan sebagai sumber makanan sehingga pertumbuhan flora normal akan meningkat
dan mengaktifkan urase. Proses ini akan menghasilkan asam laktat dimana dan juga memberikan
ion H pada amionia sehingga terjadi perubahan molekul dari NH 3 mnejadi NH4. Adanya ionisasi
ini menarik ammonia darah ke dalam lumen usus (Hasan dan Araminta, 2013).

C.KIE dan monitoring


1. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
Hal-hal yang harus di KIE pada pasien yaitu :
a. Edukasi pasien mengenai bahaya konsumsi alkohol
b. Edukasi pasien penggunaan obatnya
c. Informasikan kepada pasien mengenai efek samping obatnya
2. Monitoring
Hal-hal yang harus di KIE pada pasien yaitu :
a. Monitoring kepatuhan minum obat pasien
b. Monitoring efek yang dimbulkan obatnya semakin membaik atau bertambah parah
c. Memantai hasil terapi setelah konsumsi obatnya.

DAFTAR PUSTAKA
Chilshom M.A., Terry L.S., Barbara G.W., Petrick M.M., Jill M.K. dan Joseph T.D., 2016,
Pharmacotherapy Principle and Practice, Mc Graw Hill Medical : New York.
Departemen Kesehatan RI., 2007, Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hati : Jakarta.

Dipiro, J.T., Robert, L.T., Gary, C.Y., Gary, R.M., Barbara, G.W., dan L.Michael, P., 2015,
Pharmacotherapy 9th Ed, Mc Graw Hill Medical : New York.

Purnomo, E., Djoki W. dan Dewa P.P., 2012, Akibat Penggunaan Obat Antihipertensi Portal
Terhadap Episode Kejadian Hamtemesis Melena Pada Pasien Dengan Sirosis Hati di
RSUP dr Sardjito Yogyakarta, Farmaseutika, Vol. 8 (3).

Wells B.G, DiPiro J.T, Schwinghammer T.L, dan DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy


Handbook, Ninth Edition, McGraw-Hill Education Companies: Inggris.

Wahyudo, Riyan, 2014, A 78 YEARS OLD WOMAN WITH HEPATIC CIRRHOSIS, J Medula
Unila, Vol. 3 (1)

Anda mungkin juga menyukai