I.
DEFINISI
Tukak adalah:
Pembentukan ulkus pada saluran pencernaan bagian atas yg diakibatkan oleh
pembentukan asam dan pepsin. (ISO Farmakoterapi). Putusnya kontinuitas mukosa
lambung yg meluas sampai di bawah epitel karena terkena getah asam lambung
(esofagus, lambung, duodenum). (Patofisiologi, sylvia A. price dan Lorraine M.
Wilson, edisi 6).
Tukak peptik berbeda dari gastritis dan erosi karena ulkus yang terbentuk lebih luas
dan dalam pada mukosa muskularis. Berdasarkan penyebabnya, tukak peptik
dibedakan menjadi 3, yaitu :
Berdasarkan tempatnya, tukak dibagi menjadi tukak lambung dan tukak duodenum.
Sedangkan berdasarkan durasi, tukak dibagi menjadi akut dan kronis.
(Dipiro 8th ed 2012, chapter 40 hal 2/32; Dipiro 7th ed hal 569)
Berdasarkan klasifikasi penyakit internasional, tukak peptik diklasifikasikan pada
K25-K27.
(http://apps.who.int/classifications/icd10/browse/2010/en#/K27 diakses tanggal 14
sept 2013 pukul 06.10 WIB)
EPIDEMIOLOGI
II.1 Tukak Peptik
Tukak peptik sangat sulit untuk diperkirakan karena adanya variabilitas prevalensi
tukak akibat infeksi H. Pylori, penggunaan NSAID, dan merokok. Studi terbaru
menyebutkan bahwa terdapat kesamaan insidensi pada pria dan wanita,
peningkatan kejadian pada individu dewasa serta penurunan pada anak-anak hingga
remaja. (Dipiro 8th ed, 2012, chapter 40 hal 3/32)
Tukak terjadi lebih sering pada laki-laki dari pada wanita (1.3 : 1). Walaupun tukak
terjadi dalam variasi umur, tukak duodenum terjadi lebih sering pada pasien antara
umur 33 55 tahun, sedangkan tukak lambung lebih sering terjadi pada pasien
antara umur 55 70 tahun. (CMDT 2013, hal 611)
Penyebaran penyakit 2 Di Indonesia .
Tingkat Mortalitas (Data mengenai kematian) Penyakit 1 : ......
II.2 ZES
Insidensi ZES di USA adalah 0,1% s/d 1% dari pasien tukak duodenum. Namun
insidensi ini belum menunjukkan angka yang sebenarnya karena adanya
heterogenitas manifestasi klinis.
(Koda Kimble & Youth 10th ed, hal 682; Dipiro 8th ed 2012 chapter 40 hal
23/32)
Mayoritas pasien didiagnosa pada usia 30-50 tahun, dimana pria lebih banyak
terkena dibandingkan wanita. Tingkat morbiditas dan mortalistas ZES telah
menurun karena peningkatan manajemen terapi dan operasi.
(Koda Kimble & Youth 10th ed, hal 682)
III.
Common causes
Helicobacter pylori infection
Nonsteroidal antiinflammatory drugs
Critical illness (stress-related mucosal damage)
Penyebab umum
Infeksi Helicobacter pylori
Obat antiinflamasi nonsteroid
Penyakit kritis (kerusakan mukosa yang terkait dengan stres)
Uncommon causes of chronic peptic ulcer
Idiopathic (non-H. pylori, non-NSAID peptic ulcer)
Hypersecretion of gastric acid (e.g., Zollinger-Ellison syndrome)
Viral infections (e.g., cytomegalovirus)
Vascular insufficiency (e.g., crack cocaine associated)
Radiation therapy
Chemotherapy (e.g., hepatic artery infusions)
Infiltrating disease (e.g., Crohn disease):
Penyebab jarang ulkus peptikum kronis
Idiopatik (non-H. Pylori, ulkus peptikum non-NSAID)
Hipersekresi asam lambung (misalnya, sindrom Zollinger-Ellison)
Infeksi virus (misalnya, sitomegalovirus)
Insufisiensi vaskular (misalnya, kokain terkait)
terapi radiasi
Kemoterapi (misalnya, infus arteri hepatik)
Infiltrasi penyakit (misalnya, penyakit Crohn):
IV.
Patofisiologi / Patogenesis
Ketidakseimbangan fisiologis antara factor agresif (asam lambung dan pepsin) dan factor
protektif (pertahanan dan perbaikan mukosa) berperan penting dalam patofisiologi tukak
lambung dan duodenum. Asam lambung disekresi oleh sel parietal, yang mengandung
reseptor histamine, gastrin, dan asetilkkolin. Asam (pada infeksi H. pylori dan penggunaan
NSAID) merupakan foktor independen yang berkontribusi pada kerusakan integritas
mukosa. Peningkatan produksi asam pada pasien tukak duodenum berkorelasi dengan
infeksi H. Pylori. Pasien dengan ZES mempunyai kondisi hipersekretori asam lambung
yang disebabkan oleh produksi gastrin akibat tumor.
Sekresi asam adalah jumlah sekresi asam dalam keadaan normal atau puasa (BAO), setelah
stimulasi maksimal (MAO), atau respon dari keberadaan makanan. BAO mengikuti ritme
circadian (ritme aktifitas sehari-hari) dimana sekresi asam tertinggi terjadi pada malam
dan terendah pada pagi. Peningkatan rasio BAO : MAO menunjukkan kondisi
hipersekretori asam seperti pada kondisi ZES.
Pepsin merupakan kofaktor penting dalam aktifitas proteolitik yang terlibat dalam
pembentukan tukak. Pepsinogen, precursor inaktif dari pepsin, disekresi oleh sel chief
yang berada pada fundus lambung. Pepsin diaktivasi pada pH asam (optimal 1.8 3.5),
inaktif secara reversibel pada pH 4, dan inaktif irreversible pada pH 7.
Mekanisme pertahanan dan perbaikan mukosa (sekresi mucus dan bikarbonat, pertahanan
sel epithelial intrinsic, dan aliran darah mucosal) melindungi mukosa gastroduodenum dari
zat endogen dan eksogen berbahaya. Kekentalan dan pH normal dari barier mucusbikarbonat melindungi lambung dari substansi asam yang terkandung pada lumen
lambung. Perbaikan mukosa setelah luka berhubungan dengan pemulihan sel epithelial,
pertumbuhan dan regenerasi. Pemeliharaan integritas dan perbaikan mukosa di mediasi
oleh pembentukan prostaglandin endogen. Prostaglandin mencegah kerusakan mukosa
yang lebih dalam.
Patofisiologi tukak akibat infeksi H pylori dan NSAID dijelaskan berikut ini :
a) H. pylori
H. pylori merupakan bakteri mikroaerofilik, berbentuk spiral, sensitive pH, gram
negative, terletak pada lapisan mucus dan permukaan sel epithelial pada lambung,
atau lokasi lain dimana terdapat sel epitel lambung. H.pylori memproduksi urease
dalam jumlah besar yang menghidrolisis urea asam lambung. Hasil hidrolisis ini
berupa amonia dan karbon dioksida, dimana amonia yang dihasilkan menciptakan
lingkungan netral di sekeliling koloni bakteri ini. Bakteri ini uga menghasilkan
protein inhibitor asam. Kerusakan mukosa terjadi karena enzim yang diproduksi
bakteri (urease, lipase, dan protease), faktor virulensi H. Pylori. Lipase dan
protease merusak mukosa lambung, amonia hasil hidrolisis urease dapat bersifat
toksik pada sel epitel lambung, dan pelekatan bakteri meningkatkan kemungkinan
uptake amonia ke dalam sel epitel. Selain itu, kerusakan juga terjadi karena adanya
respon imun seluler. Patogenensis infeksi h. Pylori tergambar dalam bagan di
bawah ini :
b) NSAID
Non-selektif NSAID (termasuk aspirin) menyebabkan kerusakan mukosa lambung
dengan dua mekanisme yaitu Iritasi langsung atau topical pada epithelium lambung
dan menghambat secara sistemik dari enzim siklooksigenase-1 (COX-1), sehingga
menurunkan sintesis prostaglandin endogen.
(Dipiro 8th ed, 2012, chapter 40 hal 5/32)
III.2. Patologi ZES
III.2.a. Etiologi/Penyebab ZES
ZES disebabkan karena keberadaan tumor yang memproduksi gastrin
(gastrinoma).
(Koda Kimble & Youth 10th ed, hal 682)
III.2.b. Faktor Resiko ZES
a. Genetik
b. Riwayat tukak duodenal berulang
c. Gastrinoma
(Dipiro 8th ed, 2012, chapter 40 hal 23/32)
III.1.c. Patofisiologi / Patogenesis
ZES merupakan suatu penyakit hipersekretori asam lambung yang tidak
umum. ZES dikarakterisasi dengan hipersekresi dan tukak peptik yang
berulang akibat gastrinoma (tumor yang memproduksi gastrin).
3.3 Kesimpulan
- Kondisi pasien berdasarkan soal
- Analisis tentang keterkaitan soal, kondisi 1 dengan kondisi 2 (bisa
diisi penilaian resiko)
V.
IV.1. b. Tanda
Tanda yang dapat dikenali tukak peptik adalah kehilangan berat badan secara
drastis, komplikasi serius seperti pendarahan, perforasi, obstruksi.
[ dipiro 8th ed 2012 chapter 40 halaman 8-9/32; dipiro 7th ed hal 574]
IV.1. c. Data Laboratorium
Untuk memastikan maka dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium,
diantaranya
I.
OBAT
V.1. Tablet Omeprazol
a. Mekanisme Kerja
penghambat pompa proton merupakan prodrug yang harus diaktivasi telebih dahulu
dalam lingkungan asam. Setelah diabsorpsi secara sistemik, prodrug akan berdifusi
ke dalam sel parietal di lambung. Kemudian terakumulasi pada kanalikuli sekretori
asam. Penghambat pompa proton kemudian diaktivasi oleh proton yang
mengkatalisi pembentukan tetracyclic sulfenamid. Bentuk ini kemudian terjebak
sehingga tidak dapat berdifusi kembali melewati membran kanalikuli dan
t=berikatan secara kovalen dengan gugus sulfhidril dari sitein pada H+, K+ATPase. Secara ireversibel menginaktivasi molekul pompa. Sekresi asam hanya
dapat terjadi apabila terbentuk molekul pompa yang baru di dalam membran
luminal.
(GG 11ith ed, 969)
b. Indikasi
PASIEN
Dewasa
DOSIS
20 mg/hari 2-4 minggu
Tukak lambung
Dewasa
40mg/hari
4-8
(AHFS 2008,
GERD
Dewasa
20 mg/hari
minggu
minggu
selama
4-8
Penyembuhan
esofagitis
erosif pada pasien dengan 20 mg/hari selama 4-16
gejala berat atau komplikasi minggu
ZES
Dewasa
Dispepsia
Dewasa
14 hari
(AHFS 2010, hal 3012)
d. Aturan Pakai
INDIKASI
PASIEN
Tukak duodenal
Dewasa
Aturan Pakai
Diminum 1 tablet (20 mg)
sekali sehari dengan segelas
air 30 menit sebelum makan
pagi. Tidak boleh dikunyah,
dihancurkan/ digerus.
Dewasa
(tidak
merespon
dengan
baik
terhadap Satu tablet (20 mg) dua kali
sehari (Pagi dan malam)
antagonis H2-reseptor)
sebelum makan. Tidak boleh
dikunyah,
dihancurkan/
digerus.
Dewasa
Regimen eradikasi
H.pylori)
(infeksi
Tukak lambung
Dewasa
GERD
Dewasa
10
e. Efek Samping
Penggunaan obat dapat menyebabkan efek samping berupa diare, mual, muntah,
konstipasi, nyeri abdominal, sakit kepala, pusing.
f. Kontraindikasi
Omeprazole dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap
omeprazole atau golongan substituted benzimidazole lainnya (AHFS 2008 hal.
3053).
g Interaksi Obat
Obat
Mekanisme
Gambaran
Klinik
Manajemen
Atazanavir
pH optimum
(asam)
dibutuhkan untuk
absorpsi, adanya
Omeprazole
meningkatkan pH
Penurunan
absorpsi
obat-obat
tersebut
Saquinavir
Masih belum
diketahui
Peningkatan
absorpsi
Saquinavir
Monitor terapi
Raltegravir
Peningkatan
Monitor terapi
Indinavir
11
absorpsi
Raltegravir
Tipranavir
Penurunan
absorpsi
Tipranavir
Monitor terapi
(Data diperoleh dari studi
Tipranavir-Rittonavir boosted)
Nelfinavir
Penurunan
absorpsi dan
konsentrasi
metabolit
aktif
Nelvinafir
Klaritromisi
n
Klaritromisin
menghambat
metabolisme
omeprazolmelalu
i sitokrom P450
isoenzim
CYP3A4
Peningkatan
kadar
omeprazole
dua kali lipat
dalam darah
Monitor terapi
Cilostazol
Inhibisi
CYP2C19
Peningkatan
biovailibilitas
dan
konsentrasi
metabolit
aktif
Cilostazol
Clopidogrel
Pengurangan
pembentukan
metabolit
aktif
Ketoconazol
e
pH optimum
(asam)
dibutuhkan untuk
absorpsi, adanya
Omeprazole
meningkatkan pH
Penurunan
absorpsi
obat-obat
tersebut
Itraconazole
12
Fluconazole
Variconazol
e
Benzodiaze
pin
Diazepam
Warfarin
Menghambat
sitokrom
CYP450
isoenzim
CYP2C19,
CYP3A4
Peningkatan
absorpsi
obat-obat
tersebut
Menghambat
sitokrom
CYP450
isoenzim
CYP2C19,
CYP3A4
Peningkatan
konsentrasi
benzodiazepi
n
Menghambat
metabolisme Rwarfarin
Peningkatan
kadar serum
warfarin
13
j. Penyimpanan
Pada wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
V.2. Obat B
V.2.a. Mekanisme Kerja
V.2.b. Indikasi
V.2.c. Dosis
V.2.d. Aturan Pakai
V.2.e. Efek Samping
V.2.f. Kontraindikasi
V.2.g. Interaksi Obat
V.2. h Toksisitas dan Penanganannya
V.2.i. Perhatian/Penggunaan pada kondisi khusus
V.2.j. Penyimpanan
(Biasanya Obat B ini adalah obat tambahan di tugas UPP 2, untuk formatnya bisa
mengacu ke jurnal UPP 1 bab II, dan jangan lupa cari benang merahnya dengan obat
A dan kasus teman2)
(AHFS, USPDI, DRUG FACTS, dll)
II. STANDAR TERAPI (ALGORITMA)
14
15
Terapi pertama pada eradikasi adalah PPI; tiga regimen yang mengandung
dua antibiotic biasanya klaritromisin dan amoksisilin, metronidazol sebagai
back-up (pada pasien yang alergi penisilin). PPI dapat diberiakn 30 60
menit sebelum makan. Walaupun 7 hari merupakan terapi pertama atau
minimal terapi yang di terima untuk eradikasi, pengobatan dengan periode
yang lama (10 14 hari) dilakukan untukeradikasi tinggi dan
meminimalkan resistensi antimikroba.
Terapi pemeliharaan dengan PPI atau H2RA direkomendasikan pada pasien
dengan resiko tinggi komplikasi tukak, pasien yang gagal eradikasi H.
pylori, dan pasien yang ttukak dengan negative H. pylori.
Penggunaan regimen 4 terapi (PPI, bismuth, metronidazole dan tetrasiklin)
sering direkomendasikan sebagai pengobatab lini ke-2, ketika klaritomisin
16
dan amoksisilin deberikan pada terapi awal. Semua obat kecuali PPI dapat
diberikan dengan makanan dan ketika tidur.
Jika terapi awal gagal pada eradikasi H. pylori, lini ke-2 dapat diberikan:
1. Tidak menggunakan antibiotic yang sama pada awal terapi
2. Tidak terdapat masalah resistensi pada antibiotic
3. Menggunakan obat yang mempunyai efek topical (seperti bismuth)
4. Terapi sampai 14 hari.
17
18
19
VI.1.b Terapi Non Farmakologi Tukak peptik (kl memang ada di guidelinenya)
Pasien tukak peptik disarankan untuk menghindari stres, makanan yang dapat
meningkatkan produksi asam lambung, dan penggunaan NSAID atau obat-obat
lain yang dapat mengiritasi lambung.
(misalnya: atur pola hidup, olahraga, konsumsi makanan tertentu, dll)
20
[ dipiro edisi halaman dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/
Applied Therapeutic (Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal
farmakoterapi terkait]
[ dipiro edisi halaman dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/
Applied Therapeutic (Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal
farmakoterapi terkait]
III.
OBAT LAIN
VII.1. Obat lain dalam 1 golongan yang sama (tulis untuk masing-masing obat
yang ada di soal)
21
(Misalnya; Obat B kita adalah golongan ACEI yang digunakan untuk mengobati
Osteoartritis, maka kita membandingkan obat B dengan obat ACEI lainnya.)
Parameter
ACEI
Lisinopri Perindopr
Captopri l
il
l
Pharmacokineti
cs
Ds
t
Extent of
absorption
(oral) (%)
Absolute
bioavailabilit
y (oral) (%)
Volume of
distribution
Tmax (h)
Protein
binding (%)
22
Onset
Durasi
Metabolism
Major
metabolites
Half-life,
elimination
(h)
Clearance,
systemic
Excreted
unchanged in
urine (%)
Excreted in
urine (%)
Excreted in
feces (%)
Farmakodinami
k
Mekanisme
Kerja
VII.2. Obat lain dengan beda golongan (tulis untuk masing-masing obat yang ada di
soal)
(Misalnya; Misalnya; Obat B kita adalah golongan ACEI yang digunakan untuk
mengobati hipertensi maka kita membandingkan obat B dengan obat golongan obat
lainnya yang bisa digunakan untuk mengobati hipertensi)
23
Parameters
Antihipertensi
Diureti
k
Betabloke
r
Alfabloke
r
AR
B
Vasodilator
langsung
Ds
t
Farmakodinamik
Mekanisme
Kerja
Contoh Obat
Pharmacokinetic
s
Extent of
absorption
(oral) (%)
(Contoh 1 obat)
Absolute
bioavailabilit
y (oral) (%)
Volume of
distribution
Tmax (h)
Protein
binding (%)
Onset
Durasi
Metabolism
Major
metabolites
24
Half-life,
elimination
(h)
Clearance,
systemic
Excreted
unchanged in
urine (%)
Excreted in
urine (%)
Excreted in
feces (%)
[ dipiro edisi halaman dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/
Applied Therapeutic (Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal
farmakoterapi terkait]
IV.
25
26
V.
27
28
[ dipiro edisi halaman dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/
Applied Therapeutic (Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal
farmakoterapi terkait]
IX.3.b. Penyakit 2
(misalnya apakah gejala penyakit akan berkurang/hilang, mengamati ES
penggunaan obat, mengamati kemajuan kualitas hidup pasien, monitor hasil
laboratorum secara teratur, mengamati fungsi organ/kondisi penyakit selama
pengobatan, dll)
[ dipiro edisi halaman dan/ Harrison /Curent Medical Diagnosis & Treatment/
Applied Therapeutic (Koda Kimbell)/ISO Farmakoterapi/ atau buku/jurnal
farmakoterapi terkait]
29
INFORMASI KE PROFESIONAL
XI.1. Obat A
XI.1.1. Mekanisme Kerja Obat
XI.1.2. Profil Biofarmasi-Farmakokinetik (ADME)
XI.1.3. Indikasi Utama
XI.1.4. Dosis dan Aturan Pakai
XI.1.5. Efek Samping
XI.1.6. Kontraindikasi
XI.1.7. Peringatan/Perhatian pada kondisi khusus
XI.1.8. Interaksi Obat
XI.1.9. Toksisitas dan Penanganan
XI.1.10. Obat yang tersedia (di pasaran)
XI.1.11. Pemilihan Obat terkait kondisi pasien
XI.1.12. Informasi Penting Terkait Penyakit dan Obat
XI.1.13. Cara Penyimpanan
(bab V.1. bisa menjadi acuan pedoman teman2 dalam menyelesaikan sub bab
ini atau bab VI Informasi Obat ke Profesional Kesehatan di UPP 1, dengan
catatan Obat A di UPP 2 sama dengan obat di UPP 1)
30
31
PUSTAKA
32