Anda di halaman 1dari 4

DAUN HANDEULEUM (Graptophyllum griff L)

Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional masih banyak digunakan masyarakat di


Indonesia terutama di daerah pedesaan yang masih kaya dengan keanekaragaman tumbuhan. Ada
beberapa manfaat yang dapat diambil dari penggunaan obat tradisional, diantaranya harganya
yang murah, mudah dalam mendapatkan bahan baku, bahkan tanaman obat dapat ditanam sendiri
di halaman rumah, efek samping yang ditimbulkan obat tradisional relatif kecil, sehingga aman
digunakan (Ermawati, 2010).

Tanaman obat adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan sebagai obat
dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Pengertian berkhasiat obat adalah
mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak mengandung
zat aktif tertentu tapi mengandung efek resultan / sinergi dari berbagai zat yang berfungsi
mengobati. Salah satu tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat adalah Tumbuhan
daun handeuleum. Tumbuhan ini dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai obat
antidiuretic, wasir, sembelit, penyembuh luka, pemasakan bisul, memar, pelancar haid
(Dalimartha, 1999), antiinflamasi, dan antidiare (Sumarny, 1993).

Salah satu tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai obat adalah handeuleum (dalam
bahasa sunda) dikenal juga dengan nama daun hitam atau daun ungu. Masyarakat di daerah
Cibalong, kabupaten Tasikmalaya menggunakan daun handeuleum untuk menurunkan panas
dengan cara meremas 7 lembar daun handeuleum yang telah dibasahi sedikit air kemudian
ditempelkan pada dahi penderita demam. Hasil laporan masyarakat atas penggunaan tersebut,
mampu menurunkan demam hingga suhu tubuh normal kembali.

Deskripsi Tumbuhan Handeuleum Tanaman handeuleum (Graptophyllum pictum L.


Griff.) asalnya dari Irian dan Polynesia, dapat ditemukan dari dataran rendah sampai pegunungan
dengan ketinggian 1.250 mdpl. Perdu atau pohon kecil, dengan tinggi 1,5-3 m, batang berkayu.
Kulit dan daun berlendir dan baunya kurang enak. Cabang bersudut tumpul, berbentuk galah dan
beruas rapat. Daun tunggal, bertangkai pendek, letaknya berhadapan bersilang, bulat telur sampai
lanset, ujung dan pangkal runcing, tapi bergelombang, pertulangan menyirip, panjang 8-20 cm,
lebar 3-13 cm, permukaan atas warnanya ungu mengilap. Perbungaan majemuk, keluar diujung
batang, tersusun dalam rangkaian berupa tandan yang panjangnya 3-12 cm, warnanya merah
keunguan. Buahnya buah kotak, bentuknya lonjong, warnanya ungu kecoklatan. Biji kadang-
kadang 2, bentuknya bulat, warnanya putih. Tumbuhan handeuleum sering ditemukan tumbuh
liar di pedesaan atau ditanam sebagai tanaman hias dan tanaman pagar. Tumbuh baik pada
tempat-tempat terbuka yang terkena sinar matahari, dengan iklim kering atau lembab. Ada tiga
varietas, yaitu berdaun ungu, berdaun hijau dan belang-belang putih. Yang digunakan sebagai
obat adalah varietas berdaun ungu yang dinamakan Graptophyllum pictum (L.) Griff. var
luridosanguineum Sims. Tumbuhan ini berbunga sepanjang tahun, namun di Jawa jarang sekali
menghasilkan buah. Perbanyakan dengan stek batang (Dalimartha, 1999).

Menurut Hutapea, 1993 bahwa dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan handeuleum


diklasifikasikan sebagai berikut;

Sinomin : Graptophyllum hortense. Nees.,

Kingdom : Plantae,

Divisi : Spermatophyta,

Kelas : Dicotyledonae,

Ordo : Tubiflorae,

Famili : Acanthaceae,

Genus : Graptophyllum,

Spesies : Graptophyllum pictum L. Griff.,

Nama umum : Wungu.

Menurut Tukiran dkk, (2014), Khasiat handeulum (Graptophyllum pictum Griff L)


disebabkan oleh adanya sejumlah senyawa aktif yang dikandungnya, antara lain alkaloid non
toksik, flavonoid, glikosida, steroid, saponin, tanin, kalsium oksalat, asam formiat, dan lemak.
Kandungan flavonoid yang terdapat pada daun handeuleum memiliki berbagai macam
bioaktivitas. Bioaktivitas yang ditunjukkan antara lain efek antipiretik, analgetik dan
antiinflamasi. Flavonoid bekerja sebagai inhibitor cyclooxygenase (COX). Cyclooxygenase
(COX) berfungsi memicu pembentukan prostaglandin. Prostaglandin berperan dalam proses
inflamasi dan peningkatan suhu tubuh. Apabila prostaglandin tidak dihambat maka terjadi
peningkatan suhu tubuh yang akan mengakibatkan demam (Kalay, dkk, 2014).

Data empiris penggunaan daun handeuleun dikuatkan dengan adanya hasil penelitian
ilmiah menunjukan bahwa daun handeuleum memiliki kandungan bioaktif sebagai antipiretik.
Hal ini mendorong kami untuk melakukan pengembangan sediaan daun handeuleum menjadi
sediaan patch transdermal. Untuk mendapatkan sediaan yang memiliki kualitas baik, kami
melakukan optimasi dan evaluasi formula. Pengembangan sediaan ini diharapkan dapat
mempermudah penggunaan, meningkatkan waktu kontak, dan meningkatkan nilai ekonomis dari
daun handeleum itu sendiri.

Kandungan Kimia Tumbuhan Handeuleum diantaranya alkaloid adalah bahan organik


yang mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistem heterosiklik. Sementara flavanoid
berfungsi untuk memproduksi pigmen kuning, merah, dan biru pada tanaman dan melindungi
dari serangga dan mikroba. Saponin yang merupakan surfaktan bersifat antifungi, antibakteri,
dan menurunkan kolesterol darah. Tanin merupakan senyawa polifenol dan digunakan sebagai
antidiare, homostatik, dan antiinflamasi. Selain itu tanin juga mengontrol masalah lambung serta
wasir. Triterpenoid dan steroid saponin termasuk dalam kelompok metabolit sekunder yang
toksik terhadap serangga, bakteri, dan cendawan. Daun tumbuhan ini mengandung alkaloida
yang tidak beracun, glikosida, steroida, fenol, polifenol, tannin, saponin, klorofil dan lendir.
Batang daun tumbuhan handeuleum mengandung kalsium, kalium, natrium, magnesium, oksalat,
asam formik, minyak atsiri dan lemak (Dalimartha, 1999).

Manfaat Daun tumbuhan handeuleum berkhasiat sebagai peluruh kencing (diuretik),


mempercepat pemasakan bisul, pelembut kulit (emoliens), antidiare (Sumarny, 1993).
Sedangkan bunganya berkhasiat sebagai pelancar haid (Dalimartha, 1999).
DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, S. 1999. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Cetakan 1. Jakarta: Trubus
Agriwidya. Hlm. 140.

Ermawati, E.F., 2010, Efek Antipiretik Ekstrak Daun Pare (Momordica Charantia L.) Pada Tikus
Putih Jantan, skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Hutapea, J. R. 1993. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (II). Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Kalay, S., Bodhi, W., dan Yamlean, P., 2014, Uji Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Prasman
(Eupatorium Triplinerve Vahl.) pada Tikus Jantan Galur Wistar (Rattus Norvegicus L.)
yang di induksi Vaksin Dpt Hb, ISSN 2302– 2493.

Tukiran, Suyatno, dan Hidayati, N.,2014, Skrining Fitokimia Pada Beberapa Ekstrak dari
Tumbuhan Bugenvil (Bougainvillea Glabra), Bunga Sepatu (Hibiscus Rosa-Sinensis L.),
dan Daun Ungu (Graptophylum Pictum Griff), ISBN : 978-602-0951- 00-3

Sumarny R. Evaluasi efek anti-inflamasi beberapa jamu antirematik yang beradar di pasaran.
Laporan hasil penelitan, Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas Pancasila; 1993

Anda mungkin juga menyukai