OBAT TRADISIONAL
Oleh :
KELAS
G4NR-2
KENDARI
2018
LAPORAN
FORMULASI SEDIAAN
Oleh :
KELAS
G4NR-2
KENDARI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Ketentuan Umum
A. Landasan
Obat tradisional diperlukan oleh masyarakat untuk memelihara kesehatan,
mengobati gangguan kesehatan dan untuk memulihkan kesehatan namun
untuk mencapai tujuan itu maka keamanan dan mutu obat tradisional
tergantung pada bahan baku, bangunan, prosedur dan pelaksanaan proses
pembuatan, peralatan yang digunakan, pengemas termasuk bahannya serta
personalia yang terlibat dalam pembuatan obat tradisional. (Menkes, 1991)
maka dikeluarkannya Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
659/Men.Kes/SK/X/1991 tentang CARA PEMBUATAN OBAT
TRADISIONAL YANG BAIK. (BPOM, 1994)
B. Tujuan CPOTB
Agar obat tradisional yang dibuat aman, bermanfaat dan bermutu sesuai
dengan persyaratan yang berlaku. (BPOM, 1994)
C. Waktu Pelaksanaan
IOT, IKOT wajib melaksanakan CPOTB sejak dari perencanaan
membangun sarana produksi hingga tahap akhir.
D. Sertifikat CPOTB
Semua obat tradisional yang akan didaftarkan harus sudah melampirkan
sertifikat CPOTB sebagai bukti pemenuhan persyaratan yang berlaku.
2. Personalia
Personalia hendaklah mempunyai pengetahuan, pengalaman,
ketrampilan dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan
tersedia dalam jumlah yang cukup. Mereka hendaklah dalam keadaan sehat
dan mampu menangani tugas yang dibebankan kepadanya.
3. Bangunan
Bangunan untuk pembuatan obat tradisional selain harus terhindar dari
pencemar juga hendaklah memiliki rancangan, ukuran dan konstruksi yang
memadai agar:
4. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan produk hendaklah memiliki
rancang bangun konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta
ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk
terjamin secara seragam dari bets ke bets, serta untuk memudahkan
pembersihan dan perawatannya.
Setiap proses dan peralatan harus dilakukan tindakan validasi ulang, secara
periodik untuk menjamin bahwa proses dan peralatan tersebut tetap
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan yang berlaku.
8. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara
pembuatan obat tradisional yang baik. Rasa keterikatan dan tanggung jawab
semua unsur dalam semua rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk
menghasilkan obat trasisional yang bermutu mulai dari bahan awal sampai
pada produk jadi. Untuk keperluan tersebut bagian pengawasan mutu harus
merupakan bagian yang tersendiri.
9. Inspeksi Diri
Tujuan inspeksi diri adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh
aspek pengolahan, pengemasan dan pengendalian mutu selalu memenuhi
mutu CPOTB.
Program inspeksi diri harus dirancang untuk mengevaluasi pelaksanaan
CPOTB dan untuk menetapkan tindak lanjut. Inspeksi diri ini harus
dilakukan secara teratur. Tindakan perbaikan yang disarankan harus
dilaksanakan. Untuk pelaksanaan inspeksi diri ditunjuk tim inspeksi yang
mampu menilai secara obyektif pelaksanaan CPOTB. Harus dibuat
prosedur dan catatan mengenai inspeksi diri.
10. Dokumentasi
Dokumentasi pembuatan obat tradisional merupakan bagian dari system
informasi menajemen yang meliputi: spesifikasi, label/etiket, prosedur,
metoda dan instruksi, catatan dan laporan serta jenis dokumentasi lain
yang diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta
evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat tradisional. (BPOM,
1994)
Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas
mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang
harus dilaksanakannya sehingga memperkecil resiko terjadinya salah tafsir
dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan
komunikasi lisan.
FORMULA SALEP
I. Master Formula
Ekstrak etanol daun prasman konsentrasi 50 %, 75 %, 100 %
Dosis :-
B. Zat tambahan
1. Vaselin album
Penggunaan vaselin putih tidak berbeda dengan vaselin
kuning, perbedaan hanya pada warna (Ansel, 1990). Vaselin putih
berwarna putih, tidak berasa dan tidak berbau, lebih disukai pada
pembuatan kosmetik dan produk farmasi serta jarang terjadi
inkompatibilitas. Vaselin digunakan dalam formulasi sediaan topical
karena bersifat tidak mengiritasi dan tidak toksik (Lambert, 2005).
Basis vaselin merupakan basis yang berminyak dan bebas air
sehingga dapat bertahan pada kulit untuk waktu yang lama. Oleh
karena itu efektifitasnya juga akan lebih lama. Basis vaselin juga
mudah bercampur dengan bahan obat dan stabil dalam penyimpanan.
vaselin banyak digunakan sebagai basis karena mengingat
konsistensi, kelunakan dan sifatnya yang netral serta kemampuan
menyebarnya yang mudah pada kulit (Idzon dan Lazarus, 1986).
Konsentasi sebagai basis hidrokarbon yaitu campuiran vaselin album
: cera alba yaitu 950 : 50 ( FORNAS,1979)
2. CERA ALBA
Cera alba digunakan sebagai pengeras dan agen peningkat
viskositas, pada sediaan salep cera alba berfungsi untuk menaikan
konsistensi salep.penggunaan kombinasi vaselin album dan cera alba
sebagai basis salep sangatlah baik karena vaselin album memiliki
sifat yang lunak sehingga dengan penambahan cera alba dapat
memperbaiki konsistensi sediaan khususnya sediaan salep. (kibbe,
2006), Konsentasi sebagai basis hidrokarbon yaitu campuiran vaselin
album : cera alba yaitu 950 : 50 ( FORNAS,1979)
3. Propil paraben
Propil paraben merupakan serbuk kristalin putih, tidak berbau
dan tidak berasa serta berfungsi sebagai pengawet. Konsentrasi
propil paraben yang digunakan pada sediaan topikal adalah 0,01-
0,6%. Propil paraben efektif sebagai pengawet pada rentang pH 4-8.
(Rowe, 2009).
IV. Uraian Bahan
1. Daun prasman
a. Klasifikasi :
Kingdom : Plantarum
Divisio : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Orde : Asteroles
Famili : Asteraceae
Genus : Eupotorium
Species : Eupotorium triplinerue (Dalimrtha, 1999 : 107)
b. Morfologi
Daun prasman merupakan tumbuhan liar berupa rerumputan
yang biasa dipakai untuk tanaman pagar. Dimana daun prasman ini
memiliki batang dan tangkai bercabang-bercabang berukuran kecil,
memiliki betuk daun bergerigi, ujung dan runcing dan (ocutus)
berwarna hijau berdaun tunggal.
c. Kandungan dan khasiat
Pada pengujian fitokimia, golongan senyawa yang terdeteksi
pada daun prasman yaitu senyawa fenolik, flavonoid, Alkaloid, dan
tanin (Hamzah dkk, 2014). Secara empiris rebusan daun prasman
sering digunakan sebagai obat herbal dalam penyembuhan penyakit
peluruh kencing, penambah nafsu makan, pereda demam, penghenti
perdarahan, obat batuk, selain itu daun prasman juga berkhasiat
sebagai antioksidan (Dalimartha,1999). Menurut penelitian Munte
(2015), daun prasman terdeteksi memiliki kandungan senyawa
fenolik, flavonoid, alkaloid dan tanin yang diduga memiliki efek
penghambat terhadap pertumbuhan bakteri.
2. vaselin album (,Handbook of Excipients 6th edition hal. 331)
Nama resmi : VASELINUM ALBUM
Rumus molekul : C7H6O3
Pemerian : Putih atau kekuningan, massa berminyak, transparan
dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu
0
C.
Kelarutan : tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin,
atau panas dan dalam etanol mutlak dingin, mudah
larut dalam benzene, karbon disulfit, dalam
kloroform, larut dalam heksan dalam sebagian besar
minyak lemak dan minyak atsiri.
Kegunaan : basis salep.
OTT : merupakan bahan inert yang tidak dapat bercampur
dengan banyak bahan.
Stabilitas : jika teroksidasi dapat menimbulkan warna dan bau
yang tidak dikehendaki. Untuk mencegah
ditambahkan antioksidan.
Penyimpanan : di tempat tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk dan kering.
V. PERHITUNGAN BAHAN
Tiap 30 gram deka salep mengandung :
75
1. Ekstrak daun prasman 75% = x 30 = 22,5 9
100
0,02
2. Propil paraben 0,02 % = x 30 = 0,006 g + 10% = 0,0066 g
100
50
3. Cera alba 50 = 1000 x 7,494 = 0,3747 g + 0,03747=0,41217 g
950
4. Vaselin album950 = 1000 x 7,494 = 7,1193 g + 0,71193 =7,8386 g
Formulasi krim ekstrak daun prasman (eupatorium triplinerve vahl. ) sebagai anti
inflamasi
I. Master formula
Omega agral dkk “ pharmacon jurnal ilmiah farmasi- unsrat vol. 2
Formula basis krim
R/ asam stearat 7,25 gram
TEA 0,75 gram
Adeps lanae 1,5 gram
Nipagin 0,05 gram
Aquades ad 50 gram
II. Rancangan formula
Ekstrak daun prasman 15 %
Basis krim ad 20 gram
III. Alasan penggunaan bahan
A. Penggunaa baha aktif
Digunakan ekstrak daun prasmansebagai bahan aktifyang
mengandung minyak atsiri, saponin, flavonoid, dan polifenol. Kandungan
utama daun prasman adalah flavonoid dan polifenol. Flavonoid memiliki
berbagai macam bioaktifitas. Bioaktivitas yang ditunjukan antara lain eek
antipiretik, analgetik, dan anti inflamasi (wijaya kusuma, 2001).
Flavonoid bekerja sebagai inhibitor cycloxygenase (COX) yang berfungsi
memicu pembentukan prostagglandin yang berperan dalam proses
inflamasi (andriana, 2007).
Menurut liliyanti munte, dkk,2015 dalam jurnal ilmiah farmasi-
UNSTRAT Vol- 4 “ aktivitas anti oksidan dari ekstrak daun prasman
(eupatorium triplinerve vahl.)”. ekstrak daun prasman memiliki aktivitas
antioksidan yang paling baik dengan konsentrasi 80 % dan 60 %.
B. Penggunaan bahan tambahan
1. Asam stearat
Digunakan sebagai basis krim yaitu bahan untuk melembutkan
krim, dan juga digunakan sebagai pengemulsi. Batas konsentrasi
penggunaan bahan yaitu 1-20 % (rowe, 2009).
Dalam penelitia omega agral dkk, 2013 : digunakan asam stearat
sebagai basis krim dengan konsentrasi 7,25 gram dalam 50 gram atau
14,5 %
2. TEA
TEA ( triaethanolamin )digunakan sebagai emulgator dengan
konsentrasi penggunaan bahan 2-4 % (rowe 2009)
Dalam penelitian omegga agral dkk, 2013 : digunakan TEA
sebagai emulgator dengan konsentrasi 0,75 gram dalam 50 gram basis
atau 1,5 %.
3. Adeps lanae
Adeps lanae adalah cholestotesters yang yang dibersihkan dari bulu
domba mentah. Banyak digunakan dalam pembuatan kosmetik
topikalyaitu krim tipe A/M. Adeps lanae baik digunakan bersama
minyak nabati atau dengan parafinkarena dapat menghasilkan krim
yang lembut, dan mudah diserap. Adeps lanae digunakan sebagai
bahan emolient, atau agent pengemulsi (rowe, 2009).
4. Parafin cair
digunakan sebagai agen pengemulsi, basis dalam penggunaan
topikal yaitu krim dan salep. Parafin juga dapat meningkatkan titik
lebur sediaan dan meningkatkan kekuatan (rowe, 2009).
Dalam penelitian omega agral, dkk, 2013 : parfin cair digunakan
dalam pembuatan krim yaitu 12,5 dalam 50 gram atau dengan
konsentrasi 25 %.
5. Nipagin
Digunakan sebagai bahan pengawet dengan konsentrasi atau batas
pengunaan untuk sediaan topikal yaitu 0,02 %- 0,3 %.
Dalam penelitian omega agral, dkk, 2013 : nipagin digunakan
sebanyak 0,05 gram dalam 50 gram.
6. Aquadest
Digunakan sebagai pelarut fase air
IV. Uraian bahan
1. Daun prasman
Nama latin : Eupatorium triplinerve vahl
Kandungan : mengandung senyawa minyak atsiri, ayapanin, saponin,
flavonoid, dan polifenol.
Kegunaan : memiliki aktivitas antioksidan yang dapat bersifat sebagai
antiinflamasi,
Memiliki senyawa flavonoid yang memiliki berbagai
macam bioaktivitas yang berperan dalam proses inflamasi
2. ASAM STEARAT (FI Edisi III Hal. 57)
Konsentrasi : 2-4%
5. Parafin
Nama Resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM (FI. Ed.III hal. 474)
Nama Lain : Parafin Cair
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi,
tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P, larut dalam kloroform P dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
V. Perhitungan
Formula
Ekstrak daun prasman 15%
Basis Ad 20 gram
Perhitungan bahan
15
1. Ekstrak daun prasman = 𝑥 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 3 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
2. Basis = 20-3 = 17 gram
Formula basis
Asam stearat 14%
TEA 1.5%
Adeps lanae 3%
Paraffin cair 25%
Nipagin 0.1%
Aquadest 17 gram
Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan yaitu daun Prasman
(Eupotorium triplinerue), dimana daun Prasman terlebih dahulu di ekstraksi.
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan yang tidak saling larut yang berbeda, biasanya
air dan yang lainnya pelarut organic, atau singkatnya penyarian zat aktif dari
bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu menarik semua
komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.
Cairan penyari akan masuk kedalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan
larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dan di luar
sel. Dimana larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti
oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa ini
berulang kali dilakukan sampai terjadi keseimbangan konsentrasi larutan diluar
sel dan didalam sel, dan selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan
pergantian cairan penyari setiap hari, dengan perbandingan 1:7,5 bagian, dengan
diaduk berkala tiap 4 jam endapan yang diperoleh dipisahkan dan titratnya
dipekatkan.
SENYAWA KIMIA
Oleh :
KELAS
G4NR-2
KENDARI
BAB I
FRAKSINASI
A. Landasan teori
Komponen-komponen yang terdapat dalam bahan organik seperti
yang terdapat didalamtumbuh-tumbuhan sangat diperlukan oleh kebutuhan
hidup manusia, baik komponen senyawa tersebut digunakan untuk keperluan
industry maupun untuk bahan obat-obatan komponen tersebut dapat diperoleh
dengan metode ekstraksi dimana ekstraksi merupakan perose pelarutan
komponen kimia yang sering digunakan dalam senyawa organik untuk
melarutkan senyawa tersebut dengan menggunakan pelarut.
Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau
disebut ekstraksi cair merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
populer, alas an utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik
dalam tingkat mikro dan makro. Prinsip metode ini adalah didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang
tidak saling bercampur seperti benzene, N-Heksan, etil asetat dan klorofrom
(Khapkar, 2008).
Ekstraksi cair-cair (Corong pisah) merupakan pemisahan komponen
kimia diantara dua fase pelarut yang tidaksaling bercampur, dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase
kedua,lalukedua fase dikocok dan didiamkan sampai terjadi pemisahan
sempurna sampai terbentuk dua lapisan (Sudjadi, 2008).
Kelarutan senyawa tidak bermuatan dalam satu fase pada suhu
tertentu bergantung pada kemiripan kepolarannya dalam fase cair
menggunakan prinsip “like dissolves like”. Molekul bermuatan yang memiliki
afinitas tinggi terhadap cairan dengansejumlah besar ion bermuatan
berlawanan dan dalam kasus ini “menarik yang berlawanan” misalnya
senyawa asam akan larut dalam fase air yang basa daripada yang netral atau
asam. Rasio konsentrasi senyawa kedalam dua fase disebut koefisien partisi
(Tobo, 2011).
Senyawa-senyawa yang berbeda akan mempunyai koefisien partisi
yang berbeda pula, sehingga jika suatu atau satu senyawa polar dilarutkan,
maka koefisien partisinya relative ke fase polar lebih tinggi daripada senyawa
nonpolar (Tobo, 2011).
B. Tujuan praktikum
Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah :
1. Untuk mempelajari metode partisi cair-cair pada sampel ekstrak daun
prasman.
2. Untuk memisahkan senyawa polar dan nonpolar dengan menggunakan
pelarut aquadest dan N-Heksan pada sampel ekstrak daun Prasman
D. Prosedur Kerja
1. Ditimbang ekstrak daun Prasman sebanyak 2 gram dalam gelas kimia.
2. Ditambahkan pelarut polar aquadest sebnyak 20 mL aduk hingga larut.
3. Ditambahkan pelarut nonpolar N-Heksan sebanyak 30 mL aduk hingga
campuran tersebut larut.
4. Dimasukkan kedalam corong pisah, kemudian kocok selama 15-30 menit,
5. Dilarutkan corong pisah dalam klem dan statif, biarkan hingga terbentuk
dua lapisan.
6. Setelah terbentuk 2 lapisan, lapisan bawah dikeluarkan dan ditampung,
kemudian lapisan atas ditambahkan lagi aquadest 20 mL dan N-Heksan
30 mL, kocok kembali selama 15-30 menit.
7. Diletakkan corong pisah perlakuan kedua dalam klem dan statif hingga
terbentuk dua lapisan, setelah terbentuk dua lapisan-lapisan bawah
dikeluarkan dan ditampung.
8. Dilakukan halyang sama pada perlakuan ketiga.
9. Ditampung dan dipisahkan hasil ekstraksi antara pelarut polar dan
nonpolar.
E. PEMBAHASAN
Pelarut yang digunakan yaitu yang bersifat polar dan nonpolar. Pada
praktikum ini menggunakan pelarut polar aquadest dan pelarut non polarnya
N-Heksan, pengerjaannya dilakukan dengan menimbang ekstrak sebanyak 2
gram kemudian dilarutkan dengan aquadest sebanyak 20 mL dan N-Heksan
30 mL. Dimasukkan dalam corong pisah, dan dikocok selama 15-30 menit.
A. Landasan teori
Tumbuhan mememiliki banyak kandungan senyawa kimia yang dapt
dimanfaatkan seagai tumbuhan obat (depkes Ri 1995). Untuk mengetahui
mutu dari simplisia gunakan dapat dilakukan identifikasi agar diketahui
senyawa apa saja yang terkandung dalam ekstrak yang akan digunkan sebagai
pengobatan (depkes ri 2007).
Identiikasi kandungan senyawa kimia merupakan tahap awal yng
bertujuan untuk mengetahui berbagai macam kandungan kimia yang terdapat
dalam bahan ekstrak. Dengan pereaksi yang spesifik maka zat- zat yang
terkandung dalam bawaan tersebut akan memberikan warna yang spesifik
pula atau endapan yang mudah pula diketahui atw di deteksi.
Identifikasi kandungan senyawa kimia atau skrining fitokima merupkan
suatu metode untuk mengetahui golongan senyawa kimia pada suatu sampel
atau ekstrak dengan menggunakan uji kualitati.
Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam simplisia pada umumnya
dapat dikelompokan sebagai berikut misalnya : minyak atsiri, karatenoid,
asam folat antarkuinon, saponin karbohidrat, tanin dan lain- lain.
Minyak menguap disebut minyak atsiri adalah substansi yang
menimbulkan bau yang khas dan mempunyai sifat mudah menguapyang
mengandung gula.
Alkaloid merupakan senyawa merupakan senyawa bersifat bassa yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen dengan rasa pahit.
B. Tujuan praktikum
Untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dalam
ekstrak daun prasman.
C. Alat dan bahan
1. Alat yang digunakan
a. Botol semprot
b. Bunsen
c. Cawan porselin
d. Corong
e. Gelas kimia
f. Pipet tetes
g. Tabung reaksi
h. Gegep kayu
i. Plat tetes
j. Pipet
Agral Omega, fatimawali, dkk, 2013. Formulasi Dan Uji Kelayakan Sediaan
Krimm Anti Inflamasi Getah Tanam Patah Tulang (Euphorbia tirucalli)
Kalay Stefany, Widdhi Budhi dan Paulina, 2014. Uji Efek Antipiretik Ekstrak
Etanol Daun Prasman ( Eupatorium triplinerve vahl. ) pada Tikus Jantan
Galur Wistar ( Rattus norvegius).