Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN LENGKAP

FORMULASI & TEKNOLOGI SEDIAAN

OBAT TRADISIONAL

Oleh :

KELAS
G4NR-2

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA

KENDARI

2018
LAPORAN

FORMULASI SEDIAAN

SALEP DAN KRIM

Oleh :

KELAS
G4NR-2

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA

KENDARI
BAB I

PENDAHULUAN

1. Ketentuan Umum
A. Landasan
Obat tradisional diperlukan oleh masyarakat untuk memelihara kesehatan,
mengobati gangguan kesehatan dan untuk memulihkan kesehatan namun
untuk mencapai tujuan itu maka keamanan dan mutu obat tradisional
tergantung pada bahan baku, bangunan, prosedur dan pelaksanaan proses
pembuatan, peralatan yang digunakan, pengemas termasuk bahannya serta
personalia yang terlibat dalam pembuatan obat tradisional. (Menkes, 1991)
maka dikeluarkannya Keputusan Menteri Kesehatan RI No.
659/Men.Kes/SK/X/1991 tentang CARA PEMBUATAN OBAT
TRADISIONAL YANG BAIK. (BPOM, 1994)
B. Tujuan CPOTB
Agar obat tradisional yang dibuat aman, bermanfaat dan bermutu sesuai
dengan persyaratan yang berlaku. (BPOM, 1994)
C. Waktu Pelaksanaan
IOT, IKOT wajib melaksanakan CPOTB sejak dari perencanaan
membangun sarana produksi hingga tahap akhir.
D. Sertifikat CPOTB
Semua obat tradisional yang akan didaftarkan harus sudah melampirkan
sertifikat CPOTB sebagai bukti pemenuhan persyaratan yang berlaku.

2. Personalia
Personalia hendaklah mempunyai pengetahuan, pengalaman,
ketrampilan dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan
tersedia dalam jumlah yang cukup. Mereka hendaklah dalam keadaan sehat
dan mampu menangani tugas yang dibebankan kepadanya.
3. Bangunan
Bangunan untuk pembuatan obat tradisional selain harus terhindar dari
pencemar juga hendaklah memiliki rancangan, ukuran dan konstruksi yang
memadai agar:

 Tahan terhadap pengaruh cuaca, serta dapat mencegah masuknya


rembesan dan masuk bersarangnya serangga, binatang pengerat, burung
atau binatang lainnya;
 Memudahkan dalam pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaan.

4. Peralatan
 Peralatan yang digunakan dalam pembuatan produk hendaklah memiliki
rancang bangun konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta
ditempatkan dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk
terjamin secara seragam dari bets ke bets, serta untuk memudahkan
pembersihan dan perawatannya.
 Setiap proses dan peralatan harus dilakukan tindakan validasi ulang, secara
periodik untuk menjamin bahwa proses dan peralatan tersebut tetap
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan yang berlaku.

5. Sanitasi dan hygiene


 Dalam pembuatan produk hendaklah diterapkan tindakan sanitasi dan
higiene yang meliputi bangunan, peralatan dan perlengkapan, personalia,
bahan dan wadah serta faktor lain sebagai sumber pencemaran produk.
 Pencemaran khamir, kapang dan atau kuman non patogen terhadap produk
meskipun sifat dan tingkatannya tidak berpengaruh langsung pada
kesehatan hendaklah dicegah sekecil mungkin sampai dengan persyaratan
batas yang berlaku.
6. Penyiapan bahan baku
 Bahan baku ialah simplisia, sediaan galenika, bahan tambahan atau bahan
lainnya, baik berkhasiat maupun tidak berkhasiat, yang digunakan dalam
pengolahan obat tradisional. Walaupun tidak semua bahan tersebut masih
terdapat didalam produk ruahan.
 Setiap bahan baku yang digunakan untuk pembuatan obat tradisional
hendaklah memenuhi persyaratan yang berlaku mulai dari penerimaan
simplisia (dilakukan pemeriksaan secara organoleptik dan laboratoris),
pelabelan sesuai klasifikasi bahan baku, tanggal dan jumlah pemasukan
serta pengeluaran (metode FIFO dan FEFO), sortasi basah dan kering
bahan baku.

7. Pengolahan dan Pengemasan


 Pengolahan dan pengemasan hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti
cara yang telah ditetapkan oleh industri sehingga dapat menjamin produk
yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan yang berlaku.
 Sebelum dilakukan pengemasan harus dapat dipastikan kebenaran
identitas, keutuhan serta mutu produk ruahan dan pengemasan.
 Proses pengemasan harus dilaksanakan dengan pengawasan ketat untuk
menjaga identitas dan kulitas produk jadi.
 Untuk kegiatan pengemasan harus ada prosedur tertulis. Semua kegiatan
pengemasan harus dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan
dan menggunakan pengemasan yang tercantum pada prosedur
pengemasan tersebut.

8. Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara
pembuatan obat tradisional yang baik. Rasa keterikatan dan tanggung jawab
semua unsur dalam semua rangkaian pembuatan adalah mutlak untuk
menghasilkan obat trasisional yang bermutu mulai dari bahan awal sampai
pada produk jadi. Untuk keperluan tersebut bagian pengawasan mutu harus
merupakan bagian yang tersendiri.

9. Inspeksi Diri
 Tujuan inspeksi diri adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh
aspek pengolahan, pengemasan dan pengendalian mutu selalu memenuhi
mutu CPOTB.
 Program inspeksi diri harus dirancang untuk mengevaluasi pelaksanaan
CPOTB dan untuk menetapkan tindak lanjut. Inspeksi diri ini harus
dilakukan secara teratur. Tindakan perbaikan yang disarankan harus
dilaksanakan. Untuk pelaksanaan inspeksi diri ditunjuk tim inspeksi yang
mampu menilai secara obyektif pelaksanaan CPOTB. Harus dibuat
prosedur dan catatan mengenai inspeksi diri.

10. Dokumentasi
 Dokumentasi pembuatan obat tradisional merupakan bagian dari system
informasi menajemen yang meliputi: spesifikasi, label/etiket, prosedur,
metoda dan instruksi, catatan dan laporan serta jenis dokumentasi lain
yang diperlukan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta
evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan obat tradisional. (BPOM,
1994)
 Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap petugas
mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang
harus dilaksanakannya sehingga memperkecil resiko terjadinya salah tafsir
dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan
komunikasi lisan.

11. Penanganan terhadap Hasil Pengamatan Produk Jadi diperedaran


 Keluhan dan Laporan
Keluhan dan laporan dapat menyangkt kualitas, efek samping yang
merugikan atau masalah medis lainnya. Semua keluhan dan laporan
harus diselidiki dan dievaluasi serta diambil tindak lanjut yang sesuai.
 Tindak lanjut
Atas dasar hasil evaluasi dan penelitian dilakukan tindak lanjut berupa:
a. Tindakan perbaikan yang diperlukan
b. Penarikan kembali batch obat tradisional atau seluruh obat
tradisional yang bersangkutan (Penarikan kembali dilakukan apabila
ditemukan adanya produk yang tidak memenuhi persyaratan atau
atas dasar pertimbangan adanya efek samping yang tidak
dierhitungkn yang merugiakan kesehatan. Penarikan kembali seluruh
obat tradisional tertentu merupakan tindak lanjut penghentian
pembuatan satu jenis obat tradisional yang bersangkutan
c. Tindak lanjut lainnya yang sesuai.
BAB II

FORMULA SALEP

I. Master Formula
Ekstrak etanol daun prasman konsentrasi 50 %, 75 %, 100 %

II. Rancangan formula


Tiap 30 gram deka cream mengandung :
Ekstrak daun prasman 75 %
Propil paraben 0,02 %
Basis salep ad 30 g

III. Alasan penambahan bahan


A. ZAT AKTIF

Indikasi : Salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai antibakteri


yaitu tanaman Prasman (Eupatorium triplinerve Vahl.) dari
suku Asteraceae (Darlimartha, 1999). Menurut penelitian
Munte (2015), daun prasman terdeteksi memiliki kandungan
senyawa fenolik, flavonoid, alkaloid dan tanin yang diduga
memiliki efek penghambat terhadap pertumbuhan bakteri.

Dosis :-

Kelarutan : serbuk daun prasman dapat diekstraksi dengan menggunakan


etanol 95 % ekstrak daun prasman larut dalam aquadest.

B. Zat tambahan
1. Vaselin album
Penggunaan vaselin putih tidak berbeda dengan vaselin
kuning, perbedaan hanya pada warna (Ansel, 1990). Vaselin putih
berwarna putih, tidak berasa dan tidak berbau, lebih disukai pada
pembuatan kosmetik dan produk farmasi serta jarang terjadi
inkompatibilitas. Vaselin digunakan dalam formulasi sediaan topical
karena bersifat tidak mengiritasi dan tidak toksik (Lambert, 2005).
Basis vaselin merupakan basis yang berminyak dan bebas air
sehingga dapat bertahan pada kulit untuk waktu yang lama. Oleh
karena itu efektifitasnya juga akan lebih lama. Basis vaselin juga
mudah bercampur dengan bahan obat dan stabil dalam penyimpanan.
vaselin banyak digunakan sebagai basis karena mengingat
konsistensi, kelunakan dan sifatnya yang netral serta kemampuan
menyebarnya yang mudah pada kulit (Idzon dan Lazarus, 1986).
Konsentasi sebagai basis hidrokarbon yaitu campuiran vaselin album
: cera alba yaitu 950 : 50 ( FORNAS,1979)
2. CERA ALBA
Cera alba digunakan sebagai pengeras dan agen peningkat
viskositas, pada sediaan salep cera alba berfungsi untuk menaikan
konsistensi salep.penggunaan kombinasi vaselin album dan cera alba
sebagai basis salep sangatlah baik karena vaselin album memiliki
sifat yang lunak sehingga dengan penambahan cera alba dapat
memperbaiki konsistensi sediaan khususnya sediaan salep. (kibbe,
2006), Konsentasi sebagai basis hidrokarbon yaitu campuiran vaselin
album : cera alba yaitu 950 : 50 ( FORNAS,1979)
3. Propil paraben
Propil paraben merupakan serbuk kristalin putih, tidak berbau
dan tidak berasa serta berfungsi sebagai pengawet. Konsentrasi
propil paraben yang digunakan pada sediaan topikal adalah 0,01-
0,6%. Propil paraben efektif sebagai pengawet pada rentang pH 4-8.
(Rowe, 2009).
IV. Uraian Bahan
1. Daun prasman
a. Klasifikasi :
Kingdom : Plantarum
Divisio : Spermatophyta
Class : Monocotyledoneae
Orde : Asteroles
Famili : Asteraceae
Genus : Eupotorium
Species : Eupotorium triplinerue (Dalimrtha, 1999 : 107)
b. Morfologi
Daun prasman merupakan tumbuhan liar berupa rerumputan
yang biasa dipakai untuk tanaman pagar. Dimana daun prasman ini
memiliki batang dan tangkai bercabang-bercabang berukuran kecil,
memiliki betuk daun bergerigi, ujung dan runcing dan (ocutus)
berwarna hijau berdaun tunggal.
c. Kandungan dan khasiat
Pada pengujian fitokimia, golongan senyawa yang terdeteksi
pada daun prasman yaitu senyawa fenolik, flavonoid, Alkaloid, dan
tanin (Hamzah dkk, 2014). Secara empiris rebusan daun prasman
sering digunakan sebagai obat herbal dalam penyembuhan penyakit
peluruh kencing, penambah nafsu makan, pereda demam, penghenti
perdarahan, obat batuk, selain itu daun prasman juga berkhasiat
sebagai antioksidan (Dalimartha,1999). Menurut penelitian Munte
(2015), daun prasman terdeteksi memiliki kandungan senyawa
fenolik, flavonoid, alkaloid dan tanin yang diduga memiliki efek
penghambat terhadap pertumbuhan bakteri.
2. vaselin album (,Handbook of Excipients 6th edition hal. 331)
Nama resmi : VASELINUM ALBUM
Rumus molekul : C7H6O3
Pemerian : Putih atau kekuningan, massa berminyak, transparan
dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada suhu
0
C.
Kelarutan : tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dingin,
atau panas dan dalam etanol mutlak dingin, mudah
larut dalam benzene, karbon disulfit, dalam
kloroform, larut dalam heksan dalam sebagian besar
minyak lemak dan minyak atsiri.
Kegunaan : basis salep.
OTT : merupakan bahan inert yang tidak dapat bercampur
dengan banyak bahan.
Stabilitas : jika teroksidasi dapat menimbulkan warna dan bau
yang tidak dikehendaki. Untuk mencegah
ditambahkan antioksidan.
Penyimpanan : di tempat tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk dan kering.

3. Cera Alba (Excipient 6th edition hal 558)


Nama resmi : CERA ALBA
Pemerian : padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya
dalam keadaan lapis tipis, bau khas lemah dan bebas
bau tengik.
Kelarutan : Tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol
dingin. Larut sempurna dalam kloroform dan eter
juga minyak lemak.
Kegunaan : basis salep
OTT : Inkompatibel dengan zat pengoksidasi.
Stabilitas : Stabil jika disimpan pada wadah tertutup dan
terlindung dari cahaya.
4. propill paraben (Exicipient 6th,, 2009 :713)
Nama resmi : PROPILYS PARABENUM
Rumus Molekul : C10H13O3
Pemerian : Serbuk hablur puith, tidak berbau dan tidak berasa.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3,5 bagian
etanol (95%), dalam 3 bagian aseton, dalam 140
bagian gliserol dan dalam 40 bagian minyak lemak.
Kegunaan : Antimikroba/pengawet
Inkompabilitas : Reaksi oksidasi seperti pottasium permanganate

V. PERHITUNGAN BAHAN
Tiap 30 gram deka salep mengandung :
75
1. Ekstrak daun prasman 75% = x 30 = 22,5 9
100
0,02
2. Propil paraben 0,02 % = x 30 = 0,006 g + 10% = 0,0066 g
100
50
3. Cera alba 50 = 1000 x 7,494 = 0,3747 g + 0,03747=0,41217 g
950
4. Vaselin album950 = 1000 x 7,494 = 7,1193 g + 0,71193 =7,8386 g

VI. CARA KERJA


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Ditimbang semua bahan sesuai perhitungan
3. Dimasukan vaselin album dan cera alba ke dalam cawan porselin lalu
dipanaskan hingga melebur, setelah itu masukan propil paraben diaduk
hingga homogen.
4. Diangkat campuran tersebut lalu dimasukan kedalam lumpang, dan gerus
himgga homogen
5. Dimasukkan ekstrak daun prasman sedikit demi sedikit sambildigerus
hingga terbentuk masa salep.
6. Dimasukkan kedalam wadah
BAB III
FORMULA KRIM

Formulasi krim ekstrak daun prasman (eupatorium triplinerve vahl. ) sebagai anti
inflamasi

I. Master formula
Omega agral dkk “ pharmacon jurnal ilmiah farmasi- unsrat vol. 2
Formula basis krim
R/ asam stearat 7,25 gram
TEA 0,75 gram
Adeps lanae 1,5 gram
Nipagin 0,05 gram
Aquades ad 50 gram
II. Rancangan formula
Ekstrak daun prasman 15 %
Basis krim ad 20 gram
III. Alasan penggunaan bahan
A. Penggunaa baha aktif
Digunakan ekstrak daun prasmansebagai bahan aktifyang
mengandung minyak atsiri, saponin, flavonoid, dan polifenol. Kandungan
utama daun prasman adalah flavonoid dan polifenol. Flavonoid memiliki
berbagai macam bioaktifitas. Bioaktivitas yang ditunjukan antara lain eek
antipiretik, analgetik, dan anti inflamasi (wijaya kusuma, 2001).
Flavonoid bekerja sebagai inhibitor cycloxygenase (COX) yang berfungsi
memicu pembentukan prostagglandin yang berperan dalam proses
inflamasi (andriana, 2007).
Menurut liliyanti munte, dkk,2015 dalam jurnal ilmiah farmasi-
UNSTRAT Vol- 4 “ aktivitas anti oksidan dari ekstrak daun prasman
(eupatorium triplinerve vahl.)”. ekstrak daun prasman memiliki aktivitas
antioksidan yang paling baik dengan konsentrasi 80 % dan 60 %.
B. Penggunaan bahan tambahan
1. Asam stearat
Digunakan sebagai basis krim yaitu bahan untuk melembutkan
krim, dan juga digunakan sebagai pengemulsi. Batas konsentrasi
penggunaan bahan yaitu 1-20 % (rowe, 2009).
Dalam penelitia omega agral dkk, 2013 : digunakan asam stearat
sebagai basis krim dengan konsentrasi 7,25 gram dalam 50 gram atau
14,5 %
2. TEA
TEA ( triaethanolamin )digunakan sebagai emulgator dengan
konsentrasi penggunaan bahan 2-4 % (rowe 2009)
Dalam penelitian omegga agral dkk, 2013 : digunakan TEA
sebagai emulgator dengan konsentrasi 0,75 gram dalam 50 gram basis
atau 1,5 %.
3. Adeps lanae
Adeps lanae adalah cholestotesters yang yang dibersihkan dari bulu
domba mentah. Banyak digunakan dalam pembuatan kosmetik
topikalyaitu krim tipe A/M. Adeps lanae baik digunakan bersama
minyak nabati atau dengan parafinkarena dapat menghasilkan krim
yang lembut, dan mudah diserap. Adeps lanae digunakan sebagai
bahan emolient, atau agent pengemulsi (rowe, 2009).
4. Parafin cair
digunakan sebagai agen pengemulsi, basis dalam penggunaan
topikal yaitu krim dan salep. Parafin juga dapat meningkatkan titik
lebur sediaan dan meningkatkan kekuatan (rowe, 2009).
Dalam penelitian omega agral, dkk, 2013 : parfin cair digunakan
dalam pembuatan krim yaitu 12,5 dalam 50 gram atau dengan
konsentrasi 25 %.
5. Nipagin
Digunakan sebagai bahan pengawet dengan konsentrasi atau batas
pengunaan untuk sediaan topikal yaitu 0,02 %- 0,3 %.
Dalam penelitian omega agral, dkk, 2013 : nipagin digunakan
sebanyak 0,05 gram dalam 50 gram.
6. Aquadest
Digunakan sebagai pelarut fase air
IV. Uraian bahan
1. Daun prasman
Nama latin : Eupatorium triplinerve vahl
Kandungan : mengandung senyawa minyak atsiri, ayapanin, saponin,
flavonoid, dan polifenol.
Kegunaan : memiliki aktivitas antioksidan yang dapat bersifat sebagai
antiinflamasi,
Memiliki senyawa flavonoid yang memiliki berbagai
macam bioaktivitas yang berperan dalam proses inflamasi
2. ASAM STEARAT (FI Edisi III Hal. 57)

Nama resmi : ACIDUM STEARICUM

Nama sinonim : asam stearat

Pemerian : zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan


hablur, putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin

Kelarutan : praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian


etanol (95%)p, dalam 2 bagian kloroform p, dan
dalam 3 bagian eter p

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

kegunaan : digunakan sebagai agen pengemulsi basis krim

3. Trietanolamin (TEA) (Hope 6th hal. 663)

Pemerian : Berwarna sampai kuning pucat, cairan kental.

Kelarutan : bercampur dengan aseton, dalam benzene 1 : 24,


larut dalam kloroform, bercampur dengan etanol.

Konsentrasi : 2-4%

Kegunaan : Zat pengemulsi

OTT : akan bereaksi dengan asam mineral menjadi


bentuk garam kristal dan ester dengan adanya
asam lemak tinggi.

Stabilitas : TEA dapat berubah menjadi warna coklat dengan


paparan udara dan cahaya.
4. Adeps Lanae (FI. EDISI III, hal 61)
Nama Resmi : ADEPS LANAE
Sinonim : Lemak Bulu Domba
Pemerian : Zat serupa lemak, liat, lekat, kuning muda
atau kuning pucat, agak tembus cahaya,
bau lemah dan khas.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, agak sukar
larut dalam etanol (95%) P, mudah larut
dalam kloroform P dan dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya ditempat sejuk.
K/P : Zat tambahan.

5. Parafin
Nama Resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM (FI. Ed.III hal. 474)
Nama Lain : Parafin Cair
Pemerian : Cairan kental, transparan, tidak berfluoresensi,
tidak berwarna, hampir tidak berbau, hampir tidak
mempunyai rasa.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol
(95%) P, larut dalam kloroform P dan dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
V. Perhitungan
Formula
Ekstrak daun prasman 15%
Basis Ad 20 gram

Perhitungan bahan

15
1. Ekstrak daun prasman = 𝑥 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 3 𝑔𝑟𝑎𝑚
100
2. Basis = 20-3 = 17 gram

Formula basis
Asam stearat 14%
TEA 1.5%
Adeps lanae 3%
Paraffin cair 25%
Nipagin 0.1%
Aquadest 17 gram

Perhitungan bahan untuk basis


1. Asam stearat = 14.5 % x 17 garam = 2.465 gram
2. Tea = 1.5% x 17 garam = 0.225 garam
3. Adeps lanae = 3% x 17 garam = 0.551 garam
4. Paraffin cair = 25% x 17 garam = 4.25 garam
5. Nipagin = 0.1% x 17 garam = 0.017 garam
6. Aquadest = 17 – (2.465 + 0.225 + 0.551 + 4.25 + 0.017) = 17 –
7.497= 9.503 garam
VI. Prosedur kerja
1. Pengembilan sampel
a. Daun prasman dipetik atau dipanen pada pukul 09.00 – 11.00
b. Dipisahkan tangkai dan daunnya
2. Penyiapan simplisia
a. Dibersihkan daun dengan air mengalir
b. Dianginkan biar airnya berkurang atau hampir kering
c. Dirajang atau dipotong hingga menjadi bagian-bagian yang kecil
d. Dikeringkan simplisia daun dibawah matahari dengan ditutup kain
hitam di atasnya
e. Disortasi kering, dipisahkan dari bagian simplisia yang rusak
f. Diserbukan simplisia
3. Ekstraksi daun prasman dengan cara maserasi
a. Ditimbang simplisia daun prasman sebnyak 50 gram, dimasukan
dalam benjana maserasi
b. Ditambahkan cairan penyari etanol 96% dengan perbandingan 1 :
7.5 ml
c. Diaduk, kemudian didiamkan pada suhu kamar selama 3- 5 hari
dengan diaduk secra berkala yaitu setiap 4 jam sekali
d. Disaring mengguanakn kain flanel dilapisi dengan kertas saring.
e. Dipisahkan residu yang diperoleh dan dilakukan remaserasi kembali
jika masih banyak mengandung zat
f. Dipekatkan ekstrak menggunakan alat rotavavor hingga diperoleh
ekstrak kental.
4. Cara pembuatan krim
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbanag masing- masing bahan :
a. Ekstrak daun prasman 3 gram
b. Asam stearat 2.465 gram
c. Tea 0.225 garam
d. Adeps lanae 0.551 garam
e. Paraffin cair 4.25 garam
f. Nipagin 0.017 garam
g. Aquadest 9.503 garam
3. Dipisahkan fase air dan fase minyak, fase air ( tea, nipagin dan
aquadest), fase minyak (asam stearat, adeps lanae, parafin cair)
4. Dipanaskan fase air dan fase minyak diatas penangashingga suhu 70
derajat celcius, kemudian dicampur dalam lumping secra bersamaan
dan gerus kuat hingga terbentuk massa krim
5. Ditambahkan ekstrak daun prasman sedikit demi sedikit, dan gerus
hingga homogeny
6. Dilakukan evaluasi stabilitas fisik pada sediaan yang dibuat
7. Dikemas dalam wadah krim tertutup rapat, beri etiket dan brosur
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini sampel yang digunakan yaitu daun Prasman
(Eupotorium triplinerue), dimana daun Prasman terlebih dahulu di ekstraksi.
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan yang tidak saling larut yang berbeda, biasanya
air dan yang lainnya pelarut organic, atau singkatnya penyarian zat aktif dari
bagian tanaman obat. Adapun tujuan dari ekstraksi yaitu menarik semua
komponen kimia yang terdapat dalam simplisia.

Adapun metode ekstraksiyang digunakan pada praktikum ini yaitu


ekstraksi dengan cara maserasi (ekstraksi dingin) metode maserasi ini merupakan
metode yang paling sederhana, sering digunakan dan praktis. Prinsip kerja dari
maserasi ini adalah penyarian zat aktif yang dilakukan dengan merendam serbuk
simplisia (daun Prasman) dalam cairan penyari yang sesuai yaitu etanol 96%
selama 4 hari 3 malam, pada temperatur kamar terlindung dari cahaya.

Cairan penyari akan masuk kedalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan
larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dan di luar
sel. Dimana larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti
oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa ini
berulang kali dilakukan sampai terjadi keseimbangan konsentrasi larutan diluar
sel dan didalam sel, dan selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan
pergantian cairan penyari setiap hari, dengan perbandingan 1:7,5 bagian, dengan
diaduk berkala tiap 4 jam endapan yang diperoleh dipisahkan dan titratnya
dipekatkan.

Kemudian dilanjutkan dengan proses fraksinasi yaitu filtrat sampel


dipekatkan pada rotavapor, dimana cairan penyari yang digunakan etanol 96%,
dengan sampel disimpan pada labu alas bulat, dengan adanya pemanasan yang
dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan penyari dapat menguap 5-100C
dibawah titik didih pelarutnya, disebabkan karena adanya penurunan tekanan
dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke
kondensor dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut
murni yang ditampung dalam labu alas bulat. Pada praktikum diperoleh ekstrak
kental daun prasman sebanyak 32,46 gram. Sehingga diperoleh rendemen dari
ekstrak daun prasman yaitu 14,11%

Ekstrak daun prasman memiliki bioaktivitas terhadap bakteri


staphylococcus aureus dan E. Coli pada konsentrasi 75% yaitu memiliki aktivitas
kemampuan antimikroba, selain itu pada konsentrasi 10% dapat menyembuhkan
luka pada mencit diabetes. Sehingga pada formula digunakan ekstrak daun
prasman dengan konsentrasi 75% sebagai bahan aktif krim dan salep.

Pada pembuatan salep digunakan vaselin album (basis salep hidrokarbon)


dan adeps lanae (Basis salep absortif anhydrous) basis salep merupakan
faktor/komponen yang penting dalam pembuatan salep yang menentukan
baik/buruknya sediaan salep tersebut. Basis salep ini (vaselin album dan adeps
lanae) berfungsi sebagai pembawa pelindung, pelunak kulit, sehingga dapat
melepaskan obat secara optimum yang nantinya akan mempengaruhi
khasiat/keberhasilan terapi.

Adapun bahan pengawet sebagai antimikroba yang digunakan dalam


praktikum ini yaitu nipagin (metal paraben) dan nipasol (propil paraben) untuk
mencegah kontaminasi mikroba pada saat pembuatan hingga pengemasan serta
penyimpanan. Salep dibuat dengan metode peleburan/pelelehan yaitu bahan-
bahan yang dicampurkan dengan melebur bersama-sama dan didinginkan dengan
pengadukan yang konstan sampai mengental. Bahan tambahan dilelehkan terlebih
dahulu, sebelum dicampur, basis yang akan digunakan juga dilebur pada suhu
700C lalu digerus hingga membentuk basis salep (mengental).

Bahan aktif daun prasman dicampur di trakhir pengerjaan untuk mencegah


kerusakan bahan aktif akibat pemenasan, agar tidak terurai, setelah jadi
dimasukkan kedalam wadah salep, dandi beri penandaan etiket biru (untuk
pemakaian luar).
LAPORAN

FRAKSINASI DAN IDENTIFIKASI

SENYAWA KIMIA

Oleh :

KELAS
G4NR-2

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA

KENDARI
BAB I

FRAKSINASI

A. Landasan teori
Komponen-komponen yang terdapat dalam bahan organik seperti
yang terdapat didalamtumbuh-tumbuhan sangat diperlukan oleh kebutuhan
hidup manusia, baik komponen senyawa tersebut digunakan untuk keperluan
industry maupun untuk bahan obat-obatan komponen tersebut dapat diperoleh
dengan metode ekstraksi dimana ekstraksi merupakan perose pelarutan
komponen kimia yang sering digunakan dalam senyawa organik untuk
melarutkan senyawa tersebut dengan menggunakan pelarut.
Diantara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau
disebut ekstraksi cair merupakan metode pemisahan yang paling baik dan
populer, alas an utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik
dalam tingkat mikro dan makro. Prinsip metode ini adalah didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang
tidak saling bercampur seperti benzene, N-Heksan, etil asetat dan klorofrom
(Khapkar, 2008).
Ekstraksi cair-cair (Corong pisah) merupakan pemisahan komponen
kimia diantara dua fase pelarut yang tidaksaling bercampur, dimana sebagian
komponen larut pada fase pertama dan sebagian larut pada fase
kedua,lalukedua fase dikocok dan didiamkan sampai terjadi pemisahan
sempurna sampai terbentuk dua lapisan (Sudjadi, 2008).
Kelarutan senyawa tidak bermuatan dalam satu fase pada suhu
tertentu bergantung pada kemiripan kepolarannya dalam fase cair
menggunakan prinsip “like dissolves like”. Molekul bermuatan yang memiliki
afinitas tinggi terhadap cairan dengansejumlah besar ion bermuatan
berlawanan dan dalam kasus ini “menarik yang berlawanan” misalnya
senyawa asam akan larut dalam fase air yang basa daripada yang netral atau
asam. Rasio konsentrasi senyawa kedalam dua fase disebut koefisien partisi
(Tobo, 2011).
Senyawa-senyawa yang berbeda akan mempunyai koefisien partisi
yang berbeda pula, sehingga jika suatu atau satu senyawa polar dilarutkan,
maka koefisien partisinya relative ke fase polar lebih tinggi daripada senyawa
nonpolar (Tobo, 2011).
B. Tujuan praktikum
Adapun tujuan dalam praktikum ini adalah :
1. Untuk mempelajari metode partisi cair-cair pada sampel ekstrak daun
prasman.
2. Untuk memisahkan senyawa polar dan nonpolar dengan menggunakan
pelarut aquadest dan N-Heksan pada sampel ekstrak daun Prasman

C. Alat dan bahan


1. Alat yang digunakan
a. Corong pisah
b. Gelas kimia
c. Gegep kayu
d. Cawan porselin
e. Sudip
f. Klem dan Statif
g. Timbangan digital
2. Bahan yang digunakan
a. Aquadest
b. N-Heksan
c. Ekstrak daun Prasman

D. Prosedur Kerja
1. Ditimbang ekstrak daun Prasman sebanyak 2 gram dalam gelas kimia.
2. Ditambahkan pelarut polar aquadest sebnyak 20 mL aduk hingga larut.
3. Ditambahkan pelarut nonpolar N-Heksan sebanyak 30 mL aduk hingga
campuran tersebut larut.
4. Dimasukkan kedalam corong pisah, kemudian kocok selama 15-30 menit,
5. Dilarutkan corong pisah dalam klem dan statif, biarkan hingga terbentuk
dua lapisan.
6. Setelah terbentuk 2 lapisan, lapisan bawah dikeluarkan dan ditampung,
kemudian lapisan atas ditambahkan lagi aquadest 20 mL dan N-Heksan
30 mL, kocok kembali selama 15-30 menit.
7. Diletakkan corong pisah perlakuan kedua dalam klem dan statif hingga
terbentuk dua lapisan, setelah terbentuk dua lapisan-lapisan bawah
dikeluarkan dan ditampung.
8. Dilakukan halyang sama pada perlakuan ketiga.
9. Ditampung dan dipisahkan hasil ekstraksi antara pelarut polar dan
nonpolar.
E. PEMBAHASAN

Ekstraksi cair-cair merupakan pemisahan satu atau lebih dengan


menggunakan dua pelarut yang tidak bercampur dimana senyawa tersebut
akan terdispersi diantara dua fase sesuai dengan derajat kelarutannya sehinga
masing-masing jenuh dengan perbandingan konsentrasi tertentu dan terjadi
pemisahan.

Proses partisi sebenarnya dapat dilakukan dengan partisi cair-cair dan


partisi cair-padat, namun pada praktikum kali ini hanya dilakukan patisi cair-
cair. Prinsip proses partisi yaitu digunakannya dua pelarut yang tidak saling
bercampur untuk melarutkan zat-zat yang ada dalam ekstrak. Ekstrak yang
digunakan dalam percobaan ini adalah ekstrak daun prasman.

Pelarut yang digunakan yaitu yang bersifat polar dan nonpolar. Pada
praktikum ini menggunakan pelarut polar aquadest dan pelarut non polarnya
N-Heksan, pengerjaannya dilakukan dengan menimbang ekstrak sebanyak 2
gram kemudian dilarutkan dengan aquadest sebanyak 20 mL dan N-Heksan
30 mL. Dimasukkan dalam corong pisah, dan dikocok selama 15-30 menit.

Proses pemisahan akan telihat ketika corong pisah diletakkan di klem


dan statif maka setelah beberapa saat akan terjadi pemisahan 2 fase, dimana
fase non polar berada diatas dan fase polar berada dibawah.

Proses pemisahan terjadi karena disebabkan oleh perbadaan kepolaran


antara kedua pelarut tersebut selain itu yang paling berpengaruh dalam proses
pemisahan tersebut adalah perbedaan bobot jenis antara kedua pelarut
tersebut, karena aquadest memiliki bobot jenis yang lebih besar dibanding N-
Heksan maka aquadest berada dibawah dan N-Heksan berada diatas ketika
proses pemisahan terjadi, proses frakasinasi ini dilakukan secara triplo.
BAB II

IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA

A. Landasan teori
Tumbuhan mememiliki banyak kandungan senyawa kimia yang dapt
dimanfaatkan seagai tumbuhan obat (depkes Ri 1995). Untuk mengetahui
mutu dari simplisia gunakan dapat dilakukan identifikasi agar diketahui
senyawa apa saja yang terkandung dalam ekstrak yang akan digunkan sebagai
pengobatan (depkes ri 2007).
Identiikasi kandungan senyawa kimia merupakan tahap awal yng
bertujuan untuk mengetahui berbagai macam kandungan kimia yang terdapat
dalam bahan ekstrak. Dengan pereaksi yang spesifik maka zat- zat yang
terkandung dalam bawaan tersebut akan memberikan warna yang spesifik
pula atau endapan yang mudah pula diketahui atw di deteksi.
Identifikasi kandungan senyawa kimia atau skrining fitokima merupkan
suatu metode untuk mengetahui golongan senyawa kimia pada suatu sampel
atau ekstrak dengan menggunakan uji kualitati.
Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam simplisia pada umumnya
dapat dikelompokan sebagai berikut misalnya : minyak atsiri, karatenoid,
asam folat antarkuinon, saponin karbohidrat, tanin dan lain- lain.
Minyak menguap disebut minyak atsiri adalah substansi yang
menimbulkan bau yang khas dan mempunyai sifat mudah menguapyang
mengandung gula.
Alkaloid merupakan senyawa merupakan senyawa bersifat bassa yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen dengan rasa pahit.

B. Tujuan praktikum
Untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terkandung dalam
ekstrak daun prasman.
C. Alat dan bahan
1. Alat yang digunakan
a. Botol semprot
b. Bunsen
c. Cawan porselin
d. Corong
e. Gelas kimia
f. Pipet tetes
g. Tabung reaksi
h. Gegep kayu
i. Plat tetes
j. Pipet

2. Alat yang digunakan


a. HCL 2 N
b. Preaksi dragendrof
c. Preaksi mayer
d. Kloforom
e. Asam sulfat
f. Aquadest
g. FeCl3 10 %
h. Asam borat P
i. Eter P
j. Asam oksalat
D. Pembuatan reagen
1. Larutan Hcl 2 N, 100 ml
a. Dipipet 16, 58 ml Hcl 2 N kedalam labu yang telah berisi sedikit
aquadest, kosok homogen
b. Ditambahkan dengan aquadest hingga tada batas (100 ml)
c. Kocok dan dinginkan
d. Masukan dalam botol reagen berwarna gelap, beri etiket.
2. Larutan H2So4 2 N, 100 ml
a. Dipipet 7,20 ml H2So4 2N kedalam labu yang telah berisi ¾ aquadest
b. Kocok sampai homogen
c. Disukupkan dengan hingga tanda batas
d. Dinginkan kemudian pindahkan dalam botol reagen berwarna gelap,
beri etiket
3. Pereaksi dragendrof 100 ml
a. 1,36 gram, HgCl2 dilarutkan dalam 60 ml air (larutan)
b. 5 gram KI dilarutkan dalam 10 ml air (larutan 2)
c. Dicampurkan larutan 1 dan 2 ke dalam labu ukur, kocok sampai
homogen
d. Dicukupkan volumenya dengan aquadest, beri etiket.
E. Prosedur kerja
a. Alkaloid
1. Larutan 1 gram ekstrak dengan 5 ml Hcl 2 N
2. Larutan dibagi dalam 3 tabung reaksi
3. Tabung 1 ditambahkan dengan Hcl 2 N digunakan untuk blanko,
tabung 2 ditambahkan 3 tetes pereaksi dragendrof, dan tabng 3
ditambahkan pereaksi mayer.
4. Amati perubahan yang terjadi, jika terbentuk endapan jingga pada
tabung 2 dan endapan putih hingga kekuningan pada tabung 3
menunjukan adanya alkaloid.
b. Steroid dan terpenoid
1. Larutan ekstrak dalam 0,5 ml kloroforom
2. Tambahkan 0,5 ml asam asetat anhidrat
3. Teteskan 2 ml asam sulfat pekat kedalam endapan
4. Jika terbentuk warna hijau kebiruan, berati positif steroid, dan jika
terbentuk cincin kecoklatan atau violet positif terpenoid
c. Saponin
1. Masukan ekstrak dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 10 ml air panas
3. Didinginan, kocok kuat selama 10 detik
4. Terbentuk buih setinggi 1-10 cm selama < 10 meniit
5. Penambahan Hcl 2 N buih tidak hilang menunjkan positif saponin
d. Polifenol dan tanin
1. Larutan uji sebanyak 1 ml tambahkan dengan FeCl3 10 %
2. Jika terbentuk warna biru tua, biru kehitaman menunjukan positi
polifenol atau tanin
e. Flavonoid
1 gram ekstrak masukan dalam tabung reaksi ditambahkan H2So4 4 N
sebnyak 2 tetes, positif flavonoid jika mengalami perubahan warna merah
atau kuning atau coklat.
F. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi golongan senyawa
kimia, Adapun senyawa-senyawa yang diidentifikasi, yaitu alkaloid,steroid,
terpenoid, saponin, polifenol, tanin dan flavonoid. Uji ini dilakukan dengan
menggunakan pereaksi kimi dan warna, diantaranya adalah pereaksi mayer,
dragendrof, Hcl, larutan aseton p, asam oksalat, asam asetan dan FeCl3 10 %.
Pada pengujian senyawa alkaloid diambil 1 gram ekstrak dan di pisahkan
menjadi 3 bagian (tabung ) dan selanjutnya adalah blanko sampel. Dari hasil
pengujian yang diperoleh, dari 3 tabung tidak menunjukan adanya alkaloid
dari ekstrak daun prasman, karena tidak terbentuknya endapan putih hingga
kekuningan pada tabung reaksi ini berarti alkaloid pada ekstrak daun prasman
negatif (-).
Pada pengujian steroid dan terpenoid, dimana digunakan larutan
kloroforom sebanyak 0,5 ml, kemudian ditambahkan 0,5 ml asam asetat
anhidrat dan 2 ml asam sulfat pekat, namun hasinya tidak menunjukan
terbentuknya warna hijau kebiruan ( steroid ) dan terbentuknya cicin
kecoklatan (violet pada perbatasan 2 pelarut ( terpeneoid) ini menunjukan
kandungan sterol maupun terpenoid pada ekstrak daun prasman tidak ada (-).
Pada pengujian saponin, dimana ekstrak uji di tambahkan 10 ml air
panas lalu dikocok larut selama 10 detik terbentuk buih tidak kurang dari 10
menit, dan pada saat ditambahkan HCL 2 N buih tidak hialang. Hal ini
menujukan bahwa pada ekstrak daun prasman positif mengandung senyawa
saponin.
Pada pengujian polifenol dan tanin dimana ekstrak uji sebanyak 1 ml
ditambahkan FeCl3 10 %, 3 tetes, maka nampak jelas warna ekstrak berubah
menjadi hitam kehijauan, hal ini menunjukan positif adanya senyawa
polifenol dan tanin pada ekstran daun prasman.
Pada pengujian flavonoid tidak dilakukan dengan yang ada dalam
buku penuntun namun dilakukan dengan cara lain yaitu mengambil 1 ml
ekstrak ditambahkan H2SO4 4 N sebanyak 2 tetes lalu dikocok larut, dan
hasilnya mengalami perubahan warna kecoklatan. Hal ini menunjukan postif
mengandung flavonoid pada ekstrak daun prasman.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.1979, Farmakope Indonesia, Edisi ketiga, Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Agral Omega, fatimawali, dkk, 2013. Formulasi Dan Uji Kelayakan Sediaan
Krimm Anti Inflamasi Getah Tanam Patah Tulang (Euphorbia tirucalli)

Dhalimartha setiawan.1999. I atlas tumbuhan obat jilid I. Jakarta : Trubus


Agriwidya.vc

Departemen Kesehatan RI. 2014. FarmakopeIndonesia, Edisi V. Jakarta : Depkes


RI

Kalay Stefany, Widdhi Budhi dan Paulina, 2014. Uji Efek Antipiretik Ekstrak
Etanol Daun Prasman ( Eupatorium triplinerve vahl. ) pada Tikus Jantan
Galur Wistar ( Rattus norvegius).

Munte, L. 2014. Aktivitas Antioksidan Dari Ekstrak Daun Prasman (Eupatorium


triplinerve Vahl.). [Skripsi]. Fakultas MIPA Universitas Sam Ratulangi,
Manado.

Rowe, R C., Sheskey, P.J., Queen,M.E., 2009, Handbook of Pharmaceutical


Excipients, sixth edition, Pharmacheutical Press, London.

Anda mungkin juga menyukai