Anda di halaman 1dari 50

Pneumonia

Nama : Irvan Reza

Pembimbing : dr. Sri Indayati SpA(K)


Definisi
Pneumonia adalah inflamasi yang
mengenai parenkim paru

Sebagian besar disebabkan oleh


mikroorganisme (virus/bakteri) dan
sebagian kecil disebabkan oleh faktor lain
Pembagian Berdasarkan Lokasi
Pneumonia Lobaris
Pneumonia Interstitial
Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia)
Tempat Terjadinya..
Pneumonia-masyarakat (community-
acquired pneumonia), bila infeksinya
terjadi di masyarakat

Pneumonia-RS atau pneumonia


nosokomial (hospital-acquired
pneumonia).
Pneumonia Tipik vs Atipik
Pneumonia tipik
o Disebabkan oleh bakteri yang responsif
terhadap pengobatan dengan antibiotik
beta-laktam
Pneumonia atipik
o Tidak responsif dengan antibiotik beta-
laktam
o Terutama disebabkan oleh Mycoplasma
pneumoniae dan Chlamydia pneumoniae
Pengaruh Usia
Usia pasien merupakan faktor yang
memegang peranan penting pada
perbedaan dan kekhasan pneumonia anak

Terutama dalam spektrum


o Etiologi
o Gambaran klinis
o Strategi pengobatan
Etiologi
Neonatus dan bayi kecil
o Streptokokus grup B
o Bakteri gram negatif seperti E. Colli,
Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp
o Chlamydia trachomatis
Bayi yang lebih besar dan anak balita
o Streptococcus pneumoniae
o Haemophillus influenzae tipe B
o Staphylococcus aureus
Etiologi
Anak yang lebih besar dan remaja
o Mycoplasma pneumoniae
o Streptococcus pneumoniae

Kelompok anak berusia 2 tahun ke atas


mempunyai etiologi infeksi bakteri yang
lebih banyak daripada anak berusia di
bawah 2 tahun.
Viral Pneumonia
Penyebab utama pneumonia di negara
maju
Etiologi virus tersering :
o Respiratory Syncytial Virus (RSV)
o Rhinovirus
o Virus Parainfluenzae
Secara klinis, umumnya pneumonia bakteri
sulit dibedakan dengan pneumonia virus.
Usia Etiologi yang sering Etiologi yang jarang

Lahir – 20 hari Bakteri Bakteri

E. colli Bakteri anaerob

Streptoccus group B Streptoccous group D

Listeria monocytogenes Haemophilllus influenzae

Streptococcus pneumoniae

Ureaplasma urealyticum

Virus

Virus sitomegalo

Virus Herpes simpleks

3 minggu – 3 bulan Bakteri Bakteri

Chlamydia trachomatis Bordetella pertusis

Streptococcus pneumoniae Haemophilus influenzae tipe B

Virus Moraxella catharalis

Virus Adeno Staphylococcus aureus

Virus Influenza Ureaplasma urealyticum

Virus Parainfluenza 1,2,3 Virus

Respiratory Syncytial Virus Virus sitomegalo

4 bulan – 5 tahun Bakteri Bakteri

Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae tipe B

Mycoplasma pneumoniae Moraxella catharalis

Streptococcus pneumoniae Neisseria meningitidis

Virus Staphylococcus aureus

Virus Adeno Virus

Virus Influenza Virus Varisela-Zoster

Virus Parainfluenza

Virus Rino

Respiratory Syncytial virus

5 tahun – remaja Bakteri Bakteri

Chlamydia pneumoniae Haemophillus influenzae

Mycoplasma pneumoniae Legionella sp

Streptococcus pneumoniae Staphylococcus aureus

Virus

Virus Adeno

Virus Epstein-Barr

Virus Influenza

Virus Parainfluenza

Virus Rino

Respiratory Syncytial Virus

Virus Varisela-Zoster
Etiologi (lanjutan)
Spektrum etiologi pneumonia pada anak
di negara maju tidak dapat begitu saja di
terapkan di Indonesia

Di negara maju pelayan kesehatan dan


akses ke pelayanan kesehatan sangat baik

Vaksinasi dengan vaksin konyugat HiB


dan vaksin konyugat Pneumokokus telah
mempunyai cakupan yang luas
Saluran Pernapasan Atas
Rongga hidung
Bulu hidung
Lapisan mukus
Gerakan silia
Antibodi IgA dalam sekret mukosa
saluran pernapasan.
Enzim lisozim.
Reflek batuk.
Organ-organ sistem RES
Saluran Pernapasan Bawah
Reflek epiglotis
Gerakan silia dari epitel traktus respiratorius.
Sekret dari mukosa traktus respiratorius
Aliran limfe dari bronchus terminalis ke
bronchiolus.
Adanya sel-sel fagosit pada dinding alveoli.
Flora normal dari saluran pernapasan
Ukuran droplet
Ukuran droplet memainkan peranan
penting dalam menentukan lokasi yang
dicapai oleh bakteri yang terinhalasi
Ukuran 10 µ biasanya tidak dapat
melewati faring
3 - 10 µ dapat berjalan sampai ke saluran
napas yang besar
Ukuran 0.5 – 3 µ dapat mencapai sistem
alveolaris
Patofisiologi
Kuman masuk ke saluran Mekanisme pertahanan
napas atas terganggu

Terbentuk sekret virulen

Sekret berlebih turun


Inflamasi ke alveoli
Stadium Inflamasi
Stadium Kongesti
o Kapiler kongesti dan melebar

Hepatisasi merah
o Terjadi reaksi jaringan yang mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan
sekitarnya.
o Bagian paru yang terkena mengalami
konsolidasi
o Ditemukan kuman di alveoli
Stadium Inflamasi
Hepatisasi Kelabu
o Deposisi fibrin semakin bertambah
o Terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli
o Terjadi proses fagositosis yang cepat

Resolusi
o Jumlah makrofag meningkat di alveoli
o Sel akan mengalami degenerasi
o Fibrin menipis
o Kuman dan debris menghilang
Patogenesis Virus
Nekrosis atau apoptosis dari sel yang
terinfeksi

Kerusakan silia

Menyerang pneumosit tipe I ataupun II


Manifestasi Klinis
Sebagian besar gambaran klinis
pneumonia pada anak berkisar antara
ringan hingga sedang, sehingga dapat
berobat jalan saja

Hanya sebagian kecil yang berat,


mengancam kehidupan, dan mungkin
terdapat komplikasi sehingga memerlukan
perawatan di RS.
Gejala Infeksi Umum
Demam
Sakitkepala
Gelisah
Malaise
Penurunan napsu makan
Keluhan gastrointestinal seperti mual,
muntah, atau diare
Gejala Gangguan Respiratori
Batuk
Sesak napas
Retraksi dada
Takipnea
Napas cuping hidung
Air hunger
Merintih
Sianosis
Pneumonia Pada Neonatus dan Bayi
Kecil
Sering terjadi akibat transmisi vertikal
ibu-anak yang berhubungan dengan
proses persalinan

Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan


sumber infeksi dari ibu, misalnya melalui
aspirasi mekonium, cairan amnion, atau
dari serviks ibu.
Pneumonia Pada Neonatus dan Bayi
Kecil
Serangan apnea
Sianosis
Merintih
Napas cuping hidung
Takipnea
Letargi, muntah
Tidak mau minum
Takikardi atau bradikardi
Retraksi subkosta
Demam
Pneumonia Pada Neonatus dan Bayi
Kecil

Sepsis pada pneumonia neontus dan bayi


kecil sering ditemukan sebelum 48 jam
pertama
Angka mortalitas sangat tinggi di negara
maju, yaitu dilaporkan 20-50%
Angka kematian di Indonesia dan di
negara berkembang lainnya diduga lebih
tinggi
Chlamydia trachomatis
Merupakan infeksi perinatal dan dapat
menyebabkan pnemonia pada bayi
dibawah 2 bulan
Port d’ entree infeksi meliputi mata,
nasofaring, saluran respiratori, dan vagina
 Gejala timbul pada usia 4-12 minggu ,
pada beberapa kasus dilaporkan terjadi
pada usia 2 minggu, tetapi jarang terjadi
setelah usia 4 bulan.
Pneumonia Pada Balita dan Anak
yang Lebih Besar
Takipnea

Retraksi subkosta (chest indrawing)


Napas cuping hidung
Ronki

Sianosis
Pneumonia Pada Balita dan Anak
yang Lebih Besar
Ronki hanya ditemukan bila ada infiltrat
alveolar
Retraksi dan takipnea merupakan tanda
klinis pneumonia yang bermakna
Kadang-kadang timbul nyeri abdomen bila
terdapat pneumonia lobus kanan bawah
yang menimbulkan infiltrasi diafragma
Nyeri abdomen dapat menyebar ke
kuadran kanan bawah dan menyerupai
apendisitis.
Pemeriksaan Mikrobiologik
Conclusive
o Darah
o Cairan pleura
o Spesimen yang didapat melalui open lung
biopsy atau lung puncture
Occasionally conclusive
o Bronchoscopy
o Kultur dari sekret setelah tracheotomi
o Aspirasi transtracheal
Pemeriksaan Mikrobiologik
Dubious
o Aspirasinasotrakeal
o Apus tenggorokan

Pada pasien yang diduga menderita


pneumonia, pemeriksaan mikrobiologik
dari sedian conclusive dapat
menyimpulkan etiologi penyebab
Pemeriksaan Sputum
Sulit dilakukan karena sulitnya
mendapatkan spesimen yang memuaskan,
terutama pada anak-anak dibawah usia 8
tahun

Syarat sampel sputum yang baik:


o > 25 sel polinuklear per lapang pandang
o Mukus
o Sel squamosa <10 per lapang pandang
Darah Perifer Lengkap
Leukositosis yang berkisar antara 15.000-
40.000/mm3 dengan predominan PMN
Leukopenia (<5.000mm3)
Pada infeksi Chlamydia pneumonia
kadang-kadang ditemukan eosinofilia
Hasil pemeriksaan darah perifer lengkap
dan LED tidak dapat membedakan antara
infeksi virus dan infeksi bakteri secara
pasti
C-Reactive Protein (CRP)
Suatu protein fase akut yang disintesis
oleh hepatosit. Sebagian respons infeksi
atau inflamasi jaringan

Secara klinis CRP digunakan sebagai alat


bantu diagnostik untuk membedakan
antara faktor infeksi dan noninfeksi,
infeksi virus dan bakteri, atau infeksi
bakteri superfisialis dan profunda
Uji Serologis
Uji serologik untuk mendeteksi antigen
dan antibodi pada infeksi bakteri tipik
mempunyai sensitivitas dan spesifitas
yang rendah
Bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi
bakteri atipik seperti Mikoplasma dan
Klamidia, serta beberapa virus seperti
RSV, Sitomegalo, campak, Parainfluenza
1, 2,3, Influenza A dan B, dan Adeno
Pemeriksaan Rontgen Toraks
Direkomendasikan pada pneumonia berat
yang dirawat

Ulangan foto rontgen toraks diperlukan


bila gejala klinis menetap, penyakit
memburuk, atau untuk tidak lanjut.
Pemeriksaan Rontgen Toraks
Infiltrat
interstitial, ditandai dengan
peningkatan corakan bronkovaskuler,
peribronchial cuffing, dan hiperaerasi

Infiltrat
alveolar, merupakan konsolidasi
paru-paru dengan air bronchogram
Pemeriksaan Rontgen Toraks
Bronkopneumonia, ditandai dengan
gambaran difus merata pada kedua paru,
berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat
meluas hingga daerah perifer paru,
disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial.
Pemeriksaan Rontgen Toraks
Diagnosis
Predikator paling kuat pneumonia adalah
demam, sianosis, dan lebih dari satu
gejala respiratori sebagai berikut :
o Takipnea
o Batuk
o Napas cuping hidung
o Retraksi
o Ronki
o Suara napas melemah
Klasifikasi Takipnea

Usia Frekuensi
< 2 bulan ≥ 60 x/mnt
2 – 12 bulan ≥ 50 x/mnt
1 – 5 tahun ≥ 40 x/mnt
5-12 tahun ≥ 30 x/mnt
Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana
Untuk Pelayanan Kesehatan Primer
Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun
Pneumonia berat
o Bila ada sesak napas
o Harus dirawat dan diberikan antibiotik
Pneumonia
o Bila tidak ada sesak napas
o Ada napas cepat
o Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral
Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana
Untuk Pelayanan Kesehatan Primer
Bukan pneumonia
o Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas
o Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik,
hanya diberikan pengobatan simptomatis seperti
penurun panas
Pedoman Diagnosis dan Tata Laksana
Untuk Pelayanan Kesehatan Primer
Bayi berusia dibawah 2 bulan
Pneumonia
o Bila ada napas cepat atau sesak napas
o Harus dirawat dan diberikan antibiotik
 
Bukan pneumonia
o Tidak ada napas cepat atau sesak napas
o Tidak perlu dirawat, cukup diberikan
pengobatan simptomatis
Tatalaksana
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap
adalah pengobatan kausal dengan
antibiotika yang sesuai, serta tindakan
suportif
Antibiotik dipilih berdasarkan
pengalaman empiris, yaitu kemungkinan
etiologi penyebab dengan
mempertimbangkan usia dan keadaan
klinis pasien serta faktor epidemiologis
Pneumonia rawat jalan
Pada pneumonia rawat jalan diberikan
antibiotik lini pertama secara oral
misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol
Dosis amoksisilin yang diberikan adalah
25 mg/KgBB
Dosis kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB
TMP – 20 mg/kgBB sulfametoksazol).
Pneumonia rawat inap
Pilihan antibiotika lini pertama dapat
menggunakan beta-laktam atau
kloramfenikol
Pada pneumonia yang tidak responsif
terhadap obat diatas, dapat diberikan
antibiotik lain seperti gentamisin,
amikasin, atau sefalosporin
Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10
hari pada pasien dengan pneumonia tanpa
komplikasi
Pneumonia rawat inap
Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal
antibiotik intravena harus dimulai sesegera
mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis
atau meningitis
Antibiotik yang direkomendasikan adalah
antibiotik spektrum luas seperti kombinasi
beta-laktam/klavunalat dengan
aminoglikosid, atau sefalosporin generasi
ketiga
Bila keadaan sudah stabil, antibiotik dapat
diganti dengan antibiotik oral selama 10 hari
Peran Makrolid Pada Pneumonia
Atipik
Bakteri atipik umumnya tidak responsif
terhadap antibiotik golongan beta-laktam

Mycoplasma pneumoniae tidak


mempunyai dinding sel

Chlamydia spp merupakan bakteri


intraselular.
Peran Makrolid Pada Pneumonia
Atipik
Makrolid merupakan antibiotik pilihan
utama pada pneumonia atipik
Eritromisin mempunyai efektivitas klinis
yang baik pada infeksi Mycoplasma
pneumoniae, tetapi tidak efektif dalam
mengeradikasikan mikroorganisme dari
jaringan.
Dosis eritromisin untuk anak berkisar
antara 30-50 mg/kgBB/hari, diberikan
setiap 6 jam selama 10-14 hari.
Komplikasi
Empiema torasis
Perikarditis purulenta
Pneumotoraks, atau infeksi

Meningitis purulenta
Miokarditis
TERIMA KASIH…

Anda mungkin juga menyukai