Disusun Oleh:
(Kelompok 2)
FAHRUR ROZI
FEBRI AFRIANI PUTRI
REGA DIAN SARI
VEGI VERA SUKMA
WIWIK SANTI SARTIKA
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan, keluarga yang berkunjung ke RSJ Prof.
HB . SAANIN PADANG mampu memahami apa perannya dalam mencegah kekambuhan
penderita gangguan jiwa dengan halusinasi.
3. Metode
1. Prolog
2. Ceramah
3. Tanya jawab
4. Media
1. Laptop
2. Infocus
3. Leaflet
7. Setting tempat
Moderator
Klien
Penyaji
Observer
Fasilitator
8. Kegiatan Penyuluhan
N KEGIATAN PENYULUH PESERTA WAKTU
O.
1. Pembukaan -Menyampaikan salam -Menjawab salam 09.00-09.05
dan salam -menjelaskan tujuan -Mendengar WIB
penyuluhan -Memberi respon
-Tanya jawab
- Menyimpulkan hasil
materi yang di diskusikan
-Menyampaikan salam
9. Lampiran Materi:
1. Pengertian
Halusinasi adalah terjadnya persepsi dalam kondisi sadar tanpa adanya rangsang yang
nyata terhadap indera. Kualitas dari persepsi itu dirasakan penderita sangat jelas, substansial,
dan berasal dari luar ruang nyatanya. Defines ini dapat membedakan halusinasi dengan
mimpi, berhayal, ilusi, dan pseudohalusinasi ( tidak sama dengan persepsi sesungguhnya,
namun tidak dalam keadaan terkendali ). Contoh dari fenomena ini adalah dimana seseorang
mengalami gangguan penglihatan , dimana ia merasa melihat suatu objek , namun indera
penglihatan orang lain tidak bisa menangkap objek yang sama.
Halusinasi juga harus dibedakan dengan delusi pada persepsi, dimana indera
menangkap rangsang nyata, namun persepsi nyata yang diterimanya itu diberikan makna
yang dan berbeda (bizzare). Sehingga orang yang mengalami delusi lebih percaya kepada
hal-hal yang atau tidak masuk logika. Halusinasi dapat dibagi berdasarkan indera yang
bereaksi saat persepsi ini terbentuk, yaitu:
a. Halusinasi visual
b. Halusinasi auditori
c. Halusinasi olfaktori
d. Halusinasi gustatori
e. Halusinasi taktil
b. Fase Kedua
Disebut juga fase condemming atau ansietas berat. Pengalaman sensori yang
menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali dan mungkin
mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang diekspresikan.
Fase ini bersifat psikotik ringan.
Perilaku klien : meningkatkan tanda-tanda system saraf otonom akibat
ansietas seperti peningkatan denyut jantung, pernafasan, dan tekanan darah.8
Rentang perhatin menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan
kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
c. Fase Ketiga
Adalah fase controlling. Klien mengalami ansietas berat dan pengalaman
sensorik menjadi berkuasa. Klien berhenti menghentikan perlawanan kesepian
jika sensori halusinasi berhenti. Fase ini bersifat psikotik.
Perilaku klien : kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih
diikuti, kesukaran berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya
beberapa detik atau menit.
d. Fase Keempat
Disebut juga fase Conquering. Klien mengalami panik dan umumnya menjadi
melebur dalam halusinasi. Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Karakteristik : halusinasi berubah menjadi
mengancam, memerintah, dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak
berdaya, hilang kontrol.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, menarik diri.Cara mengatasi pasien dengan halusinasi
11. Penutup
Disetujui Oleh:
Ns. Jumilia M.Kep Ns.Taufik Hidayat S.Kep Ns. Cindy Cleodora S.Kep
Padang, 2019
Ketua Kelompok