Disusun Oleh:
AFIF UBAIDILLAH
NPM: 417.C.0021
CIREBON
2018
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau persepsi sensori yang tidak
sesuai dengan kenyataan seperti melihat bayangan atau suara suara yang
sebenarnya tidak ada (Hartono, 2012).
Menurut fontaine, (2009) halusinasi adalah terjadinya penglihatan,
suara, sentuhan , bau maupun rasa tanpa situmulus ekternal terhadap organ-
organ indra.
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah
(Stuart, 2007).
D. Psikopatologi
Terjadinya Halusinasi dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan
faktor presipitasi. Menurut Dermawan dan Rusdi (2013), faktor
predisposisi yang mempengaruhi masalah halusinasi yaitu; faktor biologis,
faktor psikologis, faktor sosial budaya. Menurut Stuart (2007), faktor
presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah faktor biologis, stress
lingkungan, pemicu gejala dan sumber koping (Rahmawati, 2014).
Menurut Stuart & Laraia (2005) dalam Suwardiman (2011), proses
halusinasi terjadi melalui empat tahapan, antara lain :
1. Tahap dirasakan oleh klien sebagai pengalaman yang memberi rasa
nyaman, dengan perilaku yang sering ditampilkan pada tahapan ini
adalah tersenyum atau tertawa sendiri, menggerakan bibir tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, respon verbal lambat, diam, dan
berkonsentrasi.
2. Tahap menyalahkan, pada tahap ini dikarakteristikan sebagai
pengalaman sensori dan isolasi diri.
3. Tahap mengontrol, perilaku yang ditampilkan pada tahap ini adalah
perintah halusinasi dituruti, sulit berhubungan dengan orang lain, dan
rentang perhatian hanya beberapa detik.
4. Tahap menguasai, perilaku yang sering dimunculkan pada tahap ini
adalah perilaku panik, perilaku mencederai diri sendiri atau orang lain,
dan potensial bunuh diri.
E. Penatalaksanaan
Keperawatan kesehatan mental psikiatri adalah suatu bidang
spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia
sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terpauti sebagai kiatnya.
Halusinasi visual sering terjadi pada saat klien bangun tidur / saat akan
tidur ataupun saat klien tidak ada pekerjaan dan termenung / melamun.
Dalam penatalaksanaan mengenal tuk-tuk proses keperawatan klien
dengan halusinasi yaitu :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Menjelaskan pada klien tentang apa yang dialami sekarang, jelaskan
bahwa itu merupakan halusinasi, baik itu pengertian ataupun sebabnya.
3. Menjelaskan cara-cara mengatasi (menghardik, nonton tv dan
melakukan pekerjaan tertentu yang menyembunyikan.
4. Menjelaskan pada keluarga tentang gangguan jiwa yang dialami klien
bagaimana cara mengontrolnya juga dukungan dari keluarga.
5. Menjelaskan pada klien tentang obat yang di minum baik jenis, dosis,
kegunaan maupun efek samping (Rasmun, 2010).
F. Diagnosa Keperawatan
Gangguan perepsi sensori: halusinasi pendengaran.
G. Fokus Intervensi
TINJAUAN KASUS
A. Identitas
1. Identitas pasien
Nama : Tn. B
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Alamat : Wonosobo
Tanggal pengkajian : 06 februari 2018
Rm. No : 158XXX
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. S
Alamat : Wonosobo
Pekerjaan : Pedagang
Umur : 43 tahun
B. Alasan Masuk
Klien mengatakan keluarga membawanya ke RSJ dengan alasan klien
sempat memukul orang dan mengalami susah tidur serta sering berbicara
sendiri. Keluarga sudah memberikan obat tidur namun bekum berrhasil
untuk mengatasi gangguan tersebut.
C. Faktor-Faktor
1. Faktor Predisposisi
Klien tidak mempunyai riwayat gangguan jiwa sebelumnya. Klien
memiiki riwayat aniya fisik yaitu sebagai pelaku sekitar 1 bulan yang
lalu karena merasa kesal pada seseorang. Tidak memiliki riwayat
aniaya seksual, tidakan kriminal dan kekerasan dalam rumah tangga.
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa dan dirawat di RSJ.
2. Faktor Presipitasi
Memiliki riwayat pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu istri
meninggal dunia 2 tahun lalu sehingga klien merasa kesepian,
akibatnya klien menjadi sering murung dan banyak diam.
D. Pengkajian Fisik
Keadaan umum :
Vital sign : Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 81 x/ menit
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 36,5°c
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 50 kg
E. Psikososial
1. Genogram
: Laki-laki
: Klien
: Perempuan
: meninggal
Penjelasan : Klien merupakan anak pertama dari sembilan bersaudara,
kedua orang tua klien sudah meninggal. Klien mempunyai istri 1 dan 6
orang anak. Istri klien sudah meninggal. Saat terjadi masalah di
keluarga akan dipecahkan dengan musyawarah dan klien berlaku
sebagai pembuat keputusan. Pola komunikasi baik, sumber
pembiayaan dari klien dan anak klien.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai. Salah
satu anggota tubuh mengalami penurunan fungsi yaitu fungsi
pendengaran. Klien tetap bersyukur walaupun mengalami hal
tersebut.
b. Identitas diri
Klien mengatakan dirinya sebagai laki-laki dan sudah berkeluarga
dengan 6 orang anak. Klien mengatakan puas dengan dirinya dan
kehidupan berkeluarganya walaupun sekarang sudah tidak bekerja.
c. Peran
Klien mengatakan dirinya sebagai laki-laki yang mampu
menghidupi dirinya dan keluarganya. Klien dapat menjadi salah
satu bagian dari masyarakat saat ada acara di lingkungan tempat
tinggalnya, namun sekarang karena dirinya dirawat di rumah sakit
khawatir keluarganya terjadi sesuatu.
d. Ideal diri
Klien berharap bisa cepat sembuh dan kembali ke rumah untuk
bertemu keluarganya. Klien juga berharap ingin kembali bisa
bekerja saat pulang nanti serta bisa ikut serta dalam kegiatan di
lingkungan rumahnya.
e. Harga diri
Klien merasa sedih dan malu karena orang-orang menganggap
dirinya gila dan tidak waras, sehingga klien terlihat banyak diam,
murung, tidak ceria serta sering menyendiri.
3. Hubungan sosial
a. Di rumah
Klien mengatakan orang yang paling berarti adalah istri dan
anaknya walau sang istri sudah meninggal dunia. Mereka dijadikan
tempat untuk meminta bantuan saat terjadi masalah. Klien sering
ikut dalam kegiatan masyarakat walau hanya bersih-bersih. Klien
memiliki hambatan berhubungan dengan orang lain karena
mengalami gangguan pendengaran sehingga saat bekomunikasi
harus dengan suara keras.
b. Di rumah sakit
Orang yang paling berarti yaitu para petugas kesehatan karena
merka yang bisa dimintai pertolongan saat membutuhkan bantuan.
Klien bisa ikut berperan dalam setiap kegiatan di ruangan.
Hambatan komunikasi dengan klien lain dan perawat karena
gangguan pendengaran.
4. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang
dialami oleh seseorang yang di yakini sebagai cobaan dari Alloh
SWT. Pasien mengatakan beragama Islam.
2. Kegiatan beribadah
Pasien mengataan kegiatan ibadah yaitu menjalankan sholat 5
waktu secara individu saat di rumah terkadang secara berjamaah.
F. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan umum kurang rapih terlihat dengan memakai celana yang
terbalik, badan sedikit bau, mulut bau, dan kukunya panjang serta
kotor.
2. Pembicaraan
Klien saat berbicara susah dipahami, pembicaraan pasien lambat, saat
berkomunikasi seperti orang kebingungan, saat berkomunikasi
pembicaraan klien berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain
yang tidak ada kaitanya
3. Aktivitas motorik
Klien terlihat lesu dan sering tersenyum sendiri. Saat diajak
komunikasi terlihat sedikit gelisah.
4. Alam perasaan
Klien mengatakan sedih karena kangen dengan keluarganya. Klien
terlihat murung dan banyak diam.
5. Afek
Tumpul, klien dapat menjawab pertanyaan dengan tepa setelah
diberikan stimulus yang kuat (bicara dengan keras)
6. Interaksi selama wawancara
Saat di kaji pasien kooperatif, kontak mata mudah beralih. Pasien tidak
bermusuhan dan tidak mudah tersinggung.
7. Persepsi
Klien terlihat banyak diam dan senyum-senyum sendiri. Klien
mengatakan mendengar suara-suara darri langit. Klien berkata itu
adalah suara malaikat dan suara orang dewasa. Waktu munculnya
padapagi, sore dan malah hari selama kurang lebih 30 menit tidak
mementu, klien merasa senang dengan suara tersebut karena bisa
mengobrol dengan malaikat.
8. Proses pikir
Pembicaraan klien sirkumtansial, yaitu klien akan menjawab
pertanyaan yang diberikan dengan megubah ke topik lain terlebih
dahulu.
9. Isi pikir
Waham agama, klien mengaku bisa mendengar serta mengobrol
dengan para malaikat.
10. Tingkat kesadaran
Klien tampak masih bingung, mudah lupa dengan orang-orang.
Disorientasi waktu dan orang.
11. Memori
Gangguan daya ingat saat ini pasien tidak dapat mengingat kejadian
yang baru saja terjadi.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Perhtian pasien mudah berganti dari satu objek ke objek lain, klien
sulit berkonsentrasi. Klien mampu berhitung.
13. Kemampuan penilaian
Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan dapat
mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain.
14. Daya tilik diri
Klien tidak menyadari gejala penyakit (emosi) pada dirinya, dan
merasa tidak perlu pertolongan
2. Defekasi/ berkemih
Klien mampu mengontrol BAK dan BAB di wc, klien mampu
membersihkan wc, klien mampu membersihkan diri.
3. Mandi
Klien mengataan mandi 2 kali sehari, gosok gigi menggunakan jari dan
keramas tidak menggunakan sampo. Kuku pasien terlihat hitam dan
panjang, pasien terlihat menggaruk- garung kakinya, klien
menggunakan alas kaki.
4. Berpakaian
Klien mengenakan baju, celana terbalik. Dilakukan tanpa bantuan.
5. Istirahat dan tidur
Klien mengatakan susah tidur pulas, pasien juga tampak tidiur siang,
menggunakan obat tidur.
6. Penggunaan obat
Klien tampak meminum obat secara teratur dan sesuai jadwal yang
ada.
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan jika paisen sakit keluarga selalu membawa pasien
ke pelayanan kesehatan terdekat untuk berobat
8. Aktifitas di dalam rumah
Klien bisa memakai pakaian sendiri dan bisa merapikan tempat makan
sendiri tetapi kadang masih dimotivasi oleh perawat.
9. Aktifitas di luar rumah
Klien tidak bisa belanja untuk kebutuhan sehari-hari, pasien mampu
melakukan perjalanan mandiri dengan jalan kaki.
H. Mekanisme Koping
Saat ada masalah klien selalu menceritakan dan menyelesaikan masalah
tersebut bersama keluarganya.
L. Analisa Data
A. Simpulan
Berdasarkan proses dan hasil pemberian asuhan keperawatan pada Tn.B
selama 3 hari dengan halusinasi pendengaran di wisma Abiyasa RSJ Magelang
dapat ditarik kesimpulan yaitu klien:
1. Telah diberikan dan diajarkan cara mengontrol halusinasi dengan SP 1:
mengetahui masalah halusinasi (isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon) dan mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik.
2. Telah diberikan dan diajarkan cara mengontrol halusinasi dengan SP 2: cara
kontrol halusinasi dengan cara menggunakan obat
3. Telah diberikan terapi obat farmakologi : Clozapine 100mg diberikan
dengan cara oral, Trithexipenidil 2mg dan Haloperidol 1,5mg diberikan
secara oral.
Klien mengalami perubahan perilaku yang menunjukkan perubahan menjadi
lebih baik.
B. Saran
1. Rumah sakit
Bagi rumah sakit diharapkan kedepannya pihak rumah sakit dapat
mendorong kepada setiap ruangan untuk mengaplikasikan terapi sesuai
dengan teori yang ada dan menerapkan aplikasi tersebut sesuai dengan
masalah keperawatan yang ada.
2. Perawat
Diharapkan perawat ruangan melakukan SP setiap hari yang bertujuan
untuk mengurangi tanda dan gejala yang dialami oleh pasien.
3. Pasien
Bagi pasien semoga dapat memberikan manfaat dalam menurunkan
penyebab halusinasi sehingga pasein mampu mengontrol halusinasi secara
mandiri.
DAFTAR PUSTAKA