Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

Asuhan Keperawatan Pada Tn.B Dengan Masalah Utama : Halusinasi


Pendengaran Di Wisma Abiyasa Rsj Prof. Dr. Soerojo Magelang

Disusun Oleh:

AFIF UBAIDILLAH

NPM: 417.C.0021

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA

PROGRAM PROFESI NERS

CIREBON

2018
BAB I

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi yang salah atau persepsi sensori yang tidak
sesuai dengan kenyataan seperti melihat bayangan atau suara suara yang
sebenarnya tidak ada (Hartono, 2012).
Menurut fontaine, (2009) halusinasi adalah terjadinya penglihatan,
suara, sentuhan , bau maupun rasa tanpa situmulus ekternal terhadap organ-
organ indra.
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah
(Stuart, 2007).

B. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi


1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a. Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada
daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan
perilaku psikotik.
2) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

C. Tanda dan Gejala


Tanda gejala bagi klien yang mengalami halusinasi adalah sebagai berikut:
1. Bicara,senyum dan tertawa sendiri
2. Mengatakan mendengar suara
3. Merusak diri sendiri/orang lain/lingkungan
4. Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan yang mistis
5. Tidak dapat memusatkan konsentrasi
6. Pembicaraan kacaw terkadang tidak masuk akal
7. Sikap curiga dan bermusuhan
8. Menarik diri,menghindar dari orang lain,
9. Sulit membuat keputusan
10. Ketakutan
11. Mudah tersinggung
12. Menyalahkan diri sendiri/orang lain
13. Tidak mampu memenuhu kebutuhan sendiri
14. Muka merah kadang pucat
15. Ekspresi wajah tegang
16. Tekanan darah meningkat
17. Nadi cepat
18. Banyak keringat (Hartono, 2012).

D. Psikopatologi
Terjadinya Halusinasi dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan
faktor presipitasi. Menurut Dermawan dan Rusdi (2013), faktor
predisposisi yang mempengaruhi masalah halusinasi yaitu; faktor biologis,
faktor psikologis, faktor sosial budaya. Menurut Stuart (2007), faktor
presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah faktor biologis, stress
lingkungan, pemicu gejala dan sumber koping (Rahmawati, 2014).
Menurut Stuart & Laraia (2005) dalam Suwardiman (2011), proses
halusinasi terjadi melalui empat tahapan, antara lain :
1. Tahap dirasakan oleh klien sebagai pengalaman yang memberi rasa
nyaman, dengan perilaku yang sering ditampilkan pada tahapan ini
adalah tersenyum atau tertawa sendiri, menggerakan bibir tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, respon verbal lambat, diam, dan
berkonsentrasi.
2. Tahap menyalahkan, pada tahap ini dikarakteristikan sebagai
pengalaman sensori dan isolasi diri.
3. Tahap mengontrol, perilaku yang ditampilkan pada tahap ini adalah
perintah halusinasi dituruti, sulit berhubungan dengan orang lain, dan
rentang perhatian hanya beberapa detik.
4. Tahap menguasai, perilaku yang sering dimunculkan pada tahap ini
adalah perilaku panik, perilaku mencederai diri sendiri atau orang lain,
dan potensial bunuh diri.
E. Penatalaksanaan
Keperawatan kesehatan mental psikiatri adalah suatu bidang
spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia
sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terpauti sebagai kiatnya.
Halusinasi visual sering terjadi pada saat klien bangun tidur / saat akan
tidur ataupun saat klien tidak ada pekerjaan dan termenung / melamun.
Dalam penatalaksanaan mengenal tuk-tuk proses keperawatan klien
dengan halusinasi yaitu :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Menjelaskan pada klien tentang apa yang dialami sekarang, jelaskan
bahwa itu merupakan halusinasi, baik itu pengertian ataupun sebabnya.
3. Menjelaskan cara-cara mengatasi (menghardik, nonton tv dan
melakukan pekerjaan tertentu yang menyembunyikan.
4. Menjelaskan pada keluarga tentang gangguan jiwa yang dialami klien
bagaimana cara mengontrolnya juga dukungan dari keluarga.
5. Menjelaskan pada klien tentang obat yang di minum baik jenis, dosis,
kegunaan maupun efek samping (Rasmun, 2010).

F. Diagnosa Keperawatan
Gangguan perepsi sensori: halusinasi pendengaran.
G. Fokus Intervensi

Tanggal / Diagnosis Tujuan / kriteria Intervensi Rasional


jam hasil
06 Gangguan 1. Klien mampu 1. Diskusikan dengan 1. Untuk mengetahui
Februari persepsi mengenali klien tentang isi, tentang: isi,
2018 sensori:
masalah frekuensi, waktu frekuensi,waktu
Halusinasi
pendengara halusinasi dan terjadi, situasi terjadi, situasi
n klien mampu pencetus dan respon pencetus dan
mengontrol terhadap halusinasi. respon klien
halusinasi terhadap
dengan cara 2. Jelaskan dan melatih halusinasi.
menghardik. mengontrol
halusinasi dengan 2. Untuk
2. Klien mampu menggunakan obat. mengajarkan cara
mengontrol mengontrol
hausinasi 3. Diskusikan cara halusinasi saat
dengan cara menggunakan obat halusinasi datang.
menggunakan secara teratur dab
obat. pentingnya 3. Dapat
penggunaan obat. menyebutkan
3. Klien mampu dosis, frekuensi
mengontrol 4. Latih klien bercakap- dan manfaat
halusinasi cakap dengan orang penggunaan obat.
dengan cara lain untuk
bercakap-cakap. mengontrol 4. Untuk
halusinasi. menghilangkan
4. Klien mampu halusinasi ketika
mengontrol datang.
halusinasi
dengan 5. Untuk melatih dan
aktivitas. mengetahui
aktivitas yang
dilakukan oleh
klien.
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Identitas
1. Identitas pasien
Nama : Tn. B
Umur : 60 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
Alamat : Wonosobo
Tanggal pengkajian : 06 februari 2018
Rm. No : 158XXX
2. Identitas penanggung jawab
Nama : Tn. S
Alamat : Wonosobo
Pekerjaan : Pedagang
Umur : 43 tahun

B. Alasan Masuk
Klien mengatakan keluarga membawanya ke RSJ dengan alasan klien
sempat memukul orang dan mengalami susah tidur serta sering berbicara
sendiri. Keluarga sudah memberikan obat tidur namun bekum berrhasil
untuk mengatasi gangguan tersebut.

C. Faktor-Faktor
1. Faktor Predisposisi
Klien tidak mempunyai riwayat gangguan jiwa sebelumnya. Klien
memiiki riwayat aniya fisik yaitu sebagai pelaku sekitar 1 bulan yang
lalu karena merasa kesal pada seseorang. Tidak memiliki riwayat
aniaya seksual, tidakan kriminal dan kekerasan dalam rumah tangga.
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mengalami
gangguan jiwa dan dirawat di RSJ.
2. Faktor Presipitasi
Memiliki riwayat pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu istri
meninggal dunia 2 tahun lalu sehingga klien merasa kesepian,
akibatnya klien menjadi sering murung dan banyak diam.

D. Pengkajian Fisik
Keadaan umum :
Vital sign : Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 81 x/ menit
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 36,5°c
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 50 kg

E. Psikososial
1. Genogram

: Laki-laki

: Klien

: Perempuan

: meninggal
Penjelasan : Klien merupakan anak pertama dari sembilan bersaudara,
kedua orang tua klien sudah meninggal. Klien mempunyai istri 1 dan 6
orang anak. Istri klien sudah meninggal. Saat terjadi masalah di
keluarga akan dipecahkan dengan musyawarah dan klien berlaku
sebagai pembuat keputusan. Pola komunikasi baik, sumber
pembiayaan dari klien dan anak klien.

2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai. Salah
satu anggota tubuh mengalami penurunan fungsi yaitu fungsi
pendengaran. Klien tetap bersyukur walaupun mengalami hal
tersebut.
b. Identitas diri
Klien mengatakan dirinya sebagai laki-laki dan sudah berkeluarga
dengan 6 orang anak. Klien mengatakan puas dengan dirinya dan
kehidupan berkeluarganya walaupun sekarang sudah tidak bekerja.
c. Peran
Klien mengatakan dirinya sebagai laki-laki yang mampu
menghidupi dirinya dan keluarganya. Klien dapat menjadi salah
satu bagian dari masyarakat saat ada acara di lingkungan tempat
tinggalnya, namun sekarang karena dirinya dirawat di rumah sakit
khawatir keluarganya terjadi sesuatu.
d. Ideal diri
Klien berharap bisa cepat sembuh dan kembali ke rumah untuk
bertemu keluarganya. Klien juga berharap ingin kembali bisa
bekerja saat pulang nanti serta bisa ikut serta dalam kegiatan di
lingkungan rumahnya.
e. Harga diri
Klien merasa sedih dan malu karena orang-orang menganggap
dirinya gila dan tidak waras, sehingga klien terlihat banyak diam,
murung, tidak ceria serta sering menyendiri.
3. Hubungan sosial
a. Di rumah
Klien mengatakan orang yang paling berarti adalah istri dan
anaknya walau sang istri sudah meninggal dunia. Mereka dijadikan
tempat untuk meminta bantuan saat terjadi masalah. Klien sering
ikut dalam kegiatan masyarakat walau hanya bersih-bersih. Klien
memiliki hambatan berhubungan dengan orang lain karena
mengalami gangguan pendengaran sehingga saat bekomunikasi
harus dengan suara keras.
b. Di rumah sakit
Orang yang paling berarti yaitu para petugas kesehatan karena
merka yang bisa dimintai pertolongan saat membutuhkan bantuan.
Klien bisa ikut berperan dalam setiap kegiatan di ruangan.
Hambatan komunikasi dengan klien lain dan perawat karena
gangguan pendengaran.
4. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan gangguan jiwa adalah suatu penyakit yang
dialami oleh seseorang yang di yakini sebagai cobaan dari Alloh
SWT. Pasien mengatakan beragama Islam.
2. Kegiatan beribadah
Pasien mengataan kegiatan ibadah yaitu menjalankan sholat 5
waktu secara individu saat di rumah terkadang secara berjamaah.
F. Status Mental
1. Penampilan
Penampilan umum kurang rapih terlihat dengan memakai celana yang
terbalik, badan sedikit bau, mulut bau, dan kukunya panjang serta
kotor.
2. Pembicaraan
Klien saat berbicara susah dipahami, pembicaraan pasien lambat, saat
berkomunikasi seperti orang kebingungan, saat berkomunikasi
pembicaraan klien berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain
yang tidak ada kaitanya
3. Aktivitas motorik
Klien terlihat lesu dan sering tersenyum sendiri. Saat diajak
komunikasi terlihat sedikit gelisah.
4. Alam perasaan
Klien mengatakan sedih karena kangen dengan keluarganya. Klien
terlihat murung dan banyak diam.
5. Afek
Tumpul, klien dapat menjawab pertanyaan dengan tepa setelah
diberikan stimulus yang kuat (bicara dengan keras)
6. Interaksi selama wawancara
Saat di kaji pasien kooperatif, kontak mata mudah beralih. Pasien tidak
bermusuhan dan tidak mudah tersinggung.
7. Persepsi
Klien terlihat banyak diam dan senyum-senyum sendiri. Klien
mengatakan mendengar suara-suara darri langit. Klien berkata itu
adalah suara malaikat dan suara orang dewasa. Waktu munculnya
padapagi, sore dan malah hari selama kurang lebih 30 menit tidak
mementu, klien merasa senang dengan suara tersebut karena bisa
mengobrol dengan malaikat.
8. Proses pikir
Pembicaraan klien sirkumtansial, yaitu klien akan menjawab
pertanyaan yang diberikan dengan megubah ke topik lain terlebih
dahulu.
9. Isi pikir
Waham agama, klien mengaku bisa mendengar serta mengobrol
dengan para malaikat.
10. Tingkat kesadaran
Klien tampak masih bingung, mudah lupa dengan orang-orang.
Disorientasi waktu dan orang.
11. Memori
Gangguan daya ingat saat ini pasien tidak dapat mengingat kejadian
yang baru saja terjadi.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Perhtian pasien mudah berganti dari satu objek ke objek lain, klien
sulit berkonsentrasi. Klien mampu berhitung.
13. Kemampuan penilaian
Pasien mengalami gangguan kemampuan penilaian ringan dapat
mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain.
14. Daya tilik diri
Klien tidak menyadari gejala penyakit (emosi) pada dirinya, dan
merasa tidak perlu pertolongan

G. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
Pasien makan 3xsehari dengan menu nasi sayur lauk pauk, pasien
menyukai semua sayuran dan makanan yang disediakan tidak ada
pantangan, pasien mampu menyiapkan dan membereskan alat makan.

2. Defekasi/ berkemih
Klien mampu mengontrol BAK dan BAB di wc, klien mampu
membersihkan wc, klien mampu membersihkan diri.
3. Mandi
Klien mengataan mandi 2 kali sehari, gosok gigi menggunakan jari dan
keramas tidak menggunakan sampo. Kuku pasien terlihat hitam dan
panjang, pasien terlihat menggaruk- garung kakinya, klien
menggunakan alas kaki.
4. Berpakaian
Klien mengenakan baju, celana terbalik. Dilakukan tanpa bantuan.
5. Istirahat dan tidur
Klien mengatakan susah tidur pulas, pasien juga tampak tidiur siang,
menggunakan obat tidur.
6. Penggunaan obat
Klien tampak meminum obat secara teratur dan sesuai jadwal yang
ada.
7. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan jika paisen sakit keluarga selalu membawa pasien
ke pelayanan kesehatan terdekat untuk berobat
8. Aktifitas di dalam rumah
Klien bisa memakai pakaian sendiri dan bisa merapikan tempat makan
sendiri tetapi kadang masih dimotivasi oleh perawat.
9. Aktifitas di luar rumah
Klien tidak bisa belanja untuk kebutuhan sehari-hari, pasien mampu
melakukan perjalanan mandiri dengan jalan kaki.

H. Mekanisme Koping
Saat ada masalah klien selalu menceritakan dan menyelesaikan masalah
tersebut bersama keluarganya.

I. Masalah Psikososial Dan Lingkungan


Klien mengatakan takut masih dianggap orang gila oleh masyarakat. Klien
mengatakan takut tidak diterima oleh keluarganya. Klien ingin bisa
bekerja kembali.
J. Pengetahuan
Pasien tidak tahu tentang penyakitnya.
K. Aspek Medik
1. Diagnosa medik
Demensia
2. Terapi yang diberikan
a. Haloperidol 1,5 mg 2x1 diberikan secara oral
b. THP 2mg 2x1 diberikan secara oral
c. Clozapin 100mg diberikan secara oral

L. Analisa Data

Waktu Data Fokus Masalah Keperawatan paraf


06 Februari Ds: Gangguan persepsi sensori:
2018 Klien mengatakan halusinasi pendengaran
mendengar suara dari
langit yaitu suara malaikat
dan orang dewasa. Suara
muncul saat pagi, sore dan
malam mari.
Do:
Terlihat berbicara sendiri,
senyum-senyum sendiri,
sering mondar-mandir.
Gangguan konsep diri :
06 Februari Ds: Harga diri rendah
2018 Klien mengatakan merasa
sedih dan malu karena
takut dainggap gila oleh
orang lain
Do:
Terlihat banyak diam, suka
menyendiri, tidak ceria dan Isolasi sosial: Menarik diri
tidak bersemangat
06 Februari Ds:
2108 Klien mengatakan tidak
ada yang mengajak ngobrol
Do:
Tidak mampu memulai
pembicaraan, sering
menyendiri, banyak diam,
suara pelan dan lambat.
M. Rencana Tindakan Keperawatan

Tanggal /jam Diagnosis Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional


06 Februari Gangguan 5. Klien mampu mengenali 5. Diskusikan dengan klien tentang 6. Untuk mengetahui tentang:
2018 persepsi sensori: masalah halusinasi dan isi, frekuensi, waktu terjadi, isi, frekuensi,waktu terjadi,
Halusinasi klien mampu mengontrol situasi pencetus dan respon situasi pencetus dan respon
pendengaran halusinasi dengan cara terhadap halusinasi. klien terhadap halusinasi.
menghardik.
6. Jelaskan dan melatih 7. Untuk mengajarkan cara
6. Klien mampu mengontrol mengontrol halusinasi dengan mengontrol halusinasi saat
hausinasi dengan cara menggunakan obat. halusinasi datang.
menggunakan obat.
7. Diskusikan cara menggunakan 8. Dapat menyebutkan dosis,
7. Klien mampu mengontrol obat secara teratur dab frekuensi dan manfaat
halusinasi dengan cara pentingnya penggunaan obat. penggunaan obat.
bercakap-cakap.
8. Latih klien bercakap-cakap 9. Untuk menghilangkan
8. Klien mampu mengontrol dengan orang lain untuk halusinasi ketika datang.
halusinasi dengan aktivitas. mengontrol halusinasi.
10. Untuk melatih dan
mengetahui aktivitas yang
dilakukan oleh klien.
N. Implementasi dan evaluasi

Waktu Diagnosis Implementasi Evaluasi Paraf


06 Februari 2018 Gangguan persepsi 1. Melakukan sp 1 mendiskusikan S:
sensori: kepada klien tentang isi, frekuensi, Klien mengatakan mendengar suara-
Halusinasi situasi pencetus, serta respon suara malaikat dari langit,
pendengaran terhadap halusinasi. frekuensinya 3x sehari, suara-suara
2. Melatih cara mengontrol halusinasi tersebut seperti sedang menceramahi
dengan cara menghardik. klien.
3. Mengikutsertakan klien dalam O:
kegiatan terapi aktivitas kelompok Nampak berbicara sendiri, senyum-
(TAK) dengan tema orientasi senyum sendiri, berbicara pelan,
waktu. kooperatif saat diajarkan cara
4. Mengikutsertakan klien dalam menghardik halusinasi, saat TAK dan
kegiatan pemberian pendidikan penkes respon cukup baik namun
kesehatan tentang cara 6 langkah sering mengantuk, klien mau minum
cuci tangan. obat tanpa dipaksa.
5. Memasukan kegiatan pasien A:
kedalam jadwal harian Masalah keperawatan gangguan
6. Memberikan terapi obat persepsi sensori halusinasi
(kolaborasi) pendengaran teratasi.
- Haloperidol 1,5mg 2x1 (oral) P:
- THP 2 mg 2x1 (oral) Lanjutkan intervensi, evaluasi cara
- Clozapin 100mg 1x1 (oral) mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik dan berikan bimbingan
dalam setiap aktivitasnya.
07 Februari 2018 Gangguan persepsi 1. Mengobservasi dan mengevaluasi S:
sensori: SP 1: mengontrol halusinasi Klien mengatakan masih mendengar
Halusinasi dengan cara menghardik suara-suara malaikat, frekuensinya 2x
pendengaran 2. Mengulang kembali SP 1 sore dan malam hari, suara datang
3. Melibatkan klien dalam kegiatan saat klien melamun dan menghilang
TAK dengan tema orientasi orang. dengan cara menghardik serta berdoa.
4. Melibatkan klien dalam kegiatan O:
pendidikan kesehatan dengan tema Klien bicara sendiri, sering melamun
syarat pulang. dan menyendiri, dapat mengontrol
5. Memberikan terapi obat halusinasi dengan cara menghardik
(kolaborasi) dan berdoa minta perlindungan. Saat
- Haloperidol 1,5mg 2x1 (oral) kegiatan TAK dan penkes klien sering
- THP 2 mg 2x1 (oral) mengantuk, klien minum obat dengan
- Clozapin 100mg 1x1 (oral) teratur.
A:
Masalah gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi, lanjutkan SP 2
tentang latihan mengontrol halusinasi
dengan obat.
08 Februari 2018 Gangguan persepsi 1. Melatih SP 2 tentang cara S:
sensori: mengontrol halusinasi dengan obat. Klien mengatakan sudah melakukan
Halusinasi 2. Melibatkan klien dalam TAK dan cara menghardik untuk
pendengaran penkes. menghilangkan suara-suara dan sudah
3. Menjelaskan manfaat dan kerugian mulai berkurang mendengar suara-
jika tidak minum obat dan suara tersebut. Klien mengatakan
menjelaskan 5 benar dalam akan minum obat dengan teratur.
menggunakan obat. O:
4. Memberikan terapi obat Sering mengantuk, sering duduk
(kolaborasi) sendiri, kooperatif dalam kegiatan
- Haloperidol 1,5mg 2x1 (oral) TAK dan penkes, mampu
- THP 2 mg 2x1 (oral) menyebutkan cara minum obat dan 5
- Clozapin 100mg 1x1 (oral) benar obat.
A:
Masalah gangguan persepsi sensori
halusinasi pendengaran teratasi.
P:
Evaluasi SP 2, lanjutkan SP 3 melatih
kontrol halusinasi dengan bercakap-
cakap. Libatkan klien dalam setiap
kegiatan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kesesuaian Antara Kasus Dengan Teori


1. What (Apa)
Pasien Tn.B dengan masalah keperawatan utama halusinasi, yaitu saat
dirumah sebelum dibawa keluarga ke RSJ Magelang pasien sulit tidur,
bicara dan tertawa sendiri, suka keluyuran, dan sempat memukul seseorang.
Hal ini sejalan dengan pendapat Yusnipah, (2012) bahwa tanda dan gejala
halusinasi adalah bicara dan tertawa sendiri, mengatakan melihat dan
mendengar sesuatu padahal objek sebenarnya tidak ada, menarik diri,
mondar-mandir, dan mengganggu lingkungan juga sering ditemui pada
pasien dengan halusinasi..
2. Why (Mengapa)
Masalah keperawatan utama pada Tn.B yaitu halusinasi karena
masalah yang paling menonjol dan aktual sekarang “here and now” adalah
halusinasi dengan riwayat pasien dirumah sulit tidur, bicara dan tertawa
sendiri, suka keluyuran, mudah tersinggung. Hal ini sesuai dengan pendapat
Stuart & Laraia (2005) dalam Suwardiman (2011), bahwa pasien masuk
dalam tahap gangguan persepsi sensori : halusinasi pada tahap 1: tahap
memicu dimana pasien sulit tidur, bicara dan tertawa sendiri, suka
keluyuran, mudah tersinggung.
3. When (Kapan)
Pada pasien Tn.B gejala halusinasi mulai muncul sejak kurang lebih 1
tahun lalu. Halusinasi merupakan respon persepsi yang paling maladaptif.
Jika klien sehat, persepsinya akurat mampu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui
panca indera, sedangkan klien dengan halusinasi mempersepsikan suatu
stimulus panca indera walaupun sebenarnya stimulus tidak ada (Keliat,
2011).
4. Where atau Dimana
Pasien Tn.B mempunyai riwayat di rumah sulit tidur, bicara dan
tertawa sendiri, suka keluyuran, mudah tersinggung
Halusinasi dapat mempengaruhi ambang toleransi terhadap stress
yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku. Perilaku tersebut mengakibatkan pasien mudah
tersinggung dan melilih untuk sendiri (Stuart, 2007).
5. Who (Siapa)
Tn.B mengalami gangguan persepsi pendengaran, dimana tidak
terdapat stimulus, individu merasa ada stimulus yang sebetulnya tidak ada,
pasien merasa ada suara padahal tidak ada stimulus suara, bisa juga berupa
suara-suara bising dan mendengung, tetapi paling sering berupa kata- kata
yang tersusun dalam bentuk kalimat yang mempengaruhi tingkah laku klien,
sehingga klien menghasilkan respon tertentu seperti bicara sendiri. Suara
bisa berasal dari dalam diri individu atau dari luar dirinya. Isi suara tersebut
dapat memerintahkan sesuatu pada klien atau seringnya tentang perilaku
klien sendiri, klien merasa yakin bahwa suara itu dari Tuhan, sahabat dan
musuh (Rahmawati, 2014).
6. How atau Bagaimana
Riwayat Tn.B muncul sejak kurang lebih 1 tahun lalu. Penanganan
dirumah saat pasien mendengar suara-suara yang membuat pasien bicara
sendiri kemudian keluarga tidak mengijinkan pasien keluar rumah sendirian.
Tindakan yang dilakukan oleh keluarga dengan melarang pasien keluar
rumah sendiri yaitu tindakan untuk mencegah perilaku panik, perilaku
mencederai diri sendiri atau orang lain, dan potensial bunuh diri. Apabila
tanda gejala halusinasi muncul secara berkelanjutan maka lebih baik bawa
klien untuk konsultasi ke pelayanan kesehatan jiwa di puskesmas, RSU
bagian psikiatri atau RSJ.
B. Kekuatan/ Kemudahan Dan Kelemahan/ Kesulitan
1. Kekuatan
Tn.B mau bekerjasama saat diberikan terapi obat sehingga terjadi perubahan
dalam tingkah laku pasien dari rentang maladaptif beralih ke rentang respon
adaptif. Pasien mampu membersihkan tempat dan alat sesudah makan.
2. Kemudahan
Pasien kooperatif, komunikasi baik dan mau diajak berkerjasama serta
konsentrasi sehingga pemberian SP 1 sampai SP 2 bisa berjalan lumayan
lancar. Pasien juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan terapi aktivitas
kelompok dan pendidikan kesehatan.
3. Kelemahan
Pasien masih menyangkal dengan suara-suara yang didengar di rumah
yang membuat pasien sering keluyuran sendiri.
4. Kesulitan
Tn.B memiliki gangguan pendengaran sehingga saat melakukan
interaksi harus dengan suara yang keras dan diulang-ulang. Setelah minum
obat pagi pasien mengatakan mengantuk karena ada efek dari obat yang
diminum yang membuat efek mengantuk yaitu clozapine 25 mg. Sehingga
terkadang saat pemberian SP pasien kurang konsentrasi, sering menguap
dan pandangan mata mudah beralih.
BAB IV
IMPLIKASI KEPERAWATAN

A. Simpulan
Berdasarkan proses dan hasil pemberian asuhan keperawatan pada Tn.B
selama 3 hari dengan halusinasi pendengaran di wisma Abiyasa RSJ Magelang
dapat ditarik kesimpulan yaitu klien:
1. Telah diberikan dan diajarkan cara mengontrol halusinasi dengan SP 1:
mengetahui masalah halusinasi (isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon) dan mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik.
2. Telah diberikan dan diajarkan cara mengontrol halusinasi dengan SP 2: cara
kontrol halusinasi dengan cara menggunakan obat
3. Telah diberikan terapi obat farmakologi : Clozapine 100mg diberikan
dengan cara oral, Trithexipenidil 2mg dan Haloperidol 1,5mg diberikan
secara oral.
Klien mengalami perubahan perilaku yang menunjukkan perubahan menjadi
lebih baik.
B. Saran
1. Rumah sakit
Bagi rumah sakit diharapkan kedepannya pihak rumah sakit dapat
mendorong kepada setiap ruangan untuk mengaplikasikan terapi sesuai
dengan teori yang ada dan menerapkan aplikasi tersebut sesuai dengan
masalah keperawatan yang ada.
2. Perawat
Diharapkan perawat ruangan melakukan SP setiap hari yang bertujuan
untuk mengurangi tanda dan gejala yang dialami oleh pasien.
3. Pasien
Bagi pasien semoga dapat memberikan manfaat dalam menurunkan
penyebab halusinasi sehingga pasein mampu mengontrol halusinasi secara
mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A., (2011) Model praktik keperawatan professional. Jakarta: EGC


Lelono, S.K. (2011). Efectivitas cognitive behaviour therapy (cbt) dan rational
emotive behaviour therapy (rebt) pada perilaku kekerasan, halusinasi dan
harga diri rendah di rumah sakit marzoeki mahdi bogor. Tesis FIK-UI.
Tidak dipublikasikan.
Rahmawati. (2014). Pengaruh Persepsi Pelaksanaan Fungsi Manajerial Asuhan
Keperawatan Kepala Ruang Terhadap Kepuasan Perawat Pelaksana
Diruang Ranap Inap
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Jakarta: EGC.
Suwardiman, Deni. (2011). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Beban Keluarga Untuk Mengikuti Regimen Terapeutik Pada Keluarga
Klien Halusinasi di RSUD Serang. Jakarta : Universitas Indonesia
Townsend, M.C (2009). Psychiatrich mental health nursing. Concepts of care in
evidence-based practice. Ed. Philadelphia: F.A. Davis Company

Anda mungkin juga menyukai