Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI


DI RUANG KUNTI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

Oleh:
NI PUTU SANDRA WIDIARSANI
1902621010

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI

I. Kasus (Masalah Utama)


Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

II. Proses Terjadinya Masalah (dalam bentuk narasi)


1. Pengertian
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek tanpa adanya rangsangan
dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi
merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori
persepsi, serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan,
atau penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Yusuf, Fitryasari,
& Nihayati, 2015).

2. Penyebab
Menurut Yusuf, Fitryasari dan Nihayati (2015), faktor penyebab dari halusinasi adalah
sebagai berikut:
Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan. Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal yang dapat meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir
dengan gangguan persepsi. Pasien mungkin menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya. Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang
merasa disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul
akibat berat seperti delusi dan halusinasi.
c. Faktor psikologis. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda
atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir dengan
pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
d. Faktor biologis. Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan
orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran ventikal,
perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik.
e. Faktor genetik. Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan
pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang
salah satu anggota keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika
kedua orang tua skizofrenia.
Faktor Presipitasi
a. Stresor sosial budaya. Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari
kelompok dapat menimbulkan halusinasi.
b. Faktor biokimia. Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta
zat halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk
halusinasi.
c. Faktor psikologis. Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya
gangguan orientasi realitas. Pasien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang tidak menyenangkan.
d. Perilaku. Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas
berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.
3. Jenis-Jenis
Halusinasi dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut (Yusuf, Fitryasari,
& Nihayati, 2015):

4. Fase Halusinasi
Tahapan halusinasi terdiri dari empat tahap yaitu, comforting, condemming, controlling,
dan conquering.
III.A. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
Menurut Prabowo (2015) pada proses pengkajian, data penting yang perlu dikaji disesuaikan
dengan jenis halusinasinya yaitu, sebagai berikut :
1. Isi halusinasi. Data dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila
halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar, atau apa bentuk bayangan yang dilihat
oleh klien bila jenis halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa yang tercium
untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi pengecapan, atau
merasakan apa di permukaan tubuh bila halusinasi perabaan.
2. Waktu dan frekuensi halusinasi. Data dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan
pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu atau bulan, pengalaman
halusinasi itu muncul, bila mungkin klien diminta menjelaskan kapan persisnya waktu
terjadi halusinasi tersebut.
3. Situasi pencetus halusinasi. Data dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien peristiwa
atau kejadian yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu, juga bisa
mengobservasi apa yang dialami klien menjelangkan muncul halusinasi untuk
memvalidasi pernyataan klien.
4. Respon klien. Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa
dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak
berdaya lagi.
B. Pohon Masalah

Akibat :
Risiko perilaku kekerasan : mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Core Problem :
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Defisit Perawatan Diri
Etiologi:
Isolasi sosial
IV. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan sensori persesi: Halusinasi

V. Rencana Tindakan Keperawatan


(terlampir)
DIAGNOSA RENCANA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI PASIEN INTERVENSI KELUARGA
Gangguan TUM : Tidak terjadi perilaku Setelah diberikan a) Bina hubungan saling SP 1 Keluarga :
Persepsi sensori : kekerasan yang diarahkan Tindakan keperawatan percaya dengan klien dan 1.1 Diskusikan masalah yg
halusinasi kepada diri sendiri, orang lain ..... x pertemuan selama 4 keluarga dengan dirasakan dalam merawat
dan lingkungan hari dimana setiap menggunakan komunikasi pasien
Pertemuan lamanya 30 terapeutik, yaitu sapa dengan 1.2 Jelaskan pengertian, tanda
TUK : menit diharapkan: ramah, baik secara verbal & gejala, dan proses
1. Klien dapat membina 1.1 Klien dapat membina maupun non verbal, terjadinya halusinasi
hubungan saling percaya hubungan saling perkenalkan nama perawat, (gunakan booklet)
2. Klien dapat mengenal percaya di mana tanyakan nama lengkap klien 1.3 Jelaskan cara merawat
halusinasnya ekspresi wajah dan panggilan yang disukai. halusinasi
3. Klien dapat mengontrol bersahabat, klien Jelaskan tujuan pertemuan 1.4 Latih cara merawat
halusinasi tampak tenang, mau jujur dan menepati janji, halusinasi: hardik
4. Klien dapat memanfaatkan berjabat tangan, bersikap empati dan 1.5 Anjurkan membantu
obat dalam mengontrol membalas salam, serta menerima klien apa adanya. pasien sesuai jadwal dan
halusinasinya mau duduk dekat b) Dorong klien memberi pujian
5. Klien mendapat sistem perawat mengungkapkan
pendukung keluarga dalam 1.2 Klien dapat perasaannya
mengontrol halusinasinya. membedakan antara c) Dengarkan klien dengan
nyata dan tidak nyata penuh perhatian dan empati
SP 1 Pasien :
1.1 Identifikasi halusinasi: isi,
frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan,
respon.
1.2 Jelaskan cara mengontrol
halusinasi: hardik, obat,
bercakap-cakap, melakukan
kegiatan.
1.3 Latih cara mengontrol
halusinasi dengan
menghardik
1.4 Masukan pada jadwal
kegiatan untuk latihan
menghardik
2.1 Klien dapat SP 2 Pasien : SP 2 Keluarga :
menyebutkan situasi 2.1 Evaluasi kegiatan 2.1 Evaluasi kegiatan keluarga
yang menimbulkan dan menghardik. Beri pujian dalam merawat/melatih
tidak menimbulkan 2.2 Latih cara mengontrol pasien menghardik. Beri
halusinasi halusinasi dengan obat pujian
(jelaskan 6 benar: jenis, 2.2 Jelaskan 6 benar cara
guna, dosis, frekuensi, cara, memberikan obat
kontinuitas minum obat) 2.3 Latih cara
2.3 Masukkan pada jadwal memberikan/membimbing
kegiatan untuk latihan minum obat
menghardik dan minum obat 2.4 Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal dan
DAFTAR PUSTAKA

Prabowo, E. (2015). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Yusuf, A., Fitryasari, R., dan Nihayati, H.E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai