Oleh:
NI PUTU SANDRA WIDIARSANI
1902621010
2. Penyebab
Menurut Yusuf, Fitryasari dan Nihayati (2015), faktor penyebab dari halusinasi adalah
sebagai berikut:
Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan. Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal yang dapat meningkatkan stres dan ansietas yang dapat berakhir
dengan gangguan persepsi. Pasien mungkin menekan perasaannya sehingga
pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya. Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang
merasa disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga timbul
akibat berat seperti delusi dan halusinasi.
c. Faktor psikologis. Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran ganda
atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat terakhir dengan
pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
d. Faktor biologis. Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan
orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran ventikal,
perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik.
e. Faktor genetik. Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya ditemukan
pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup tinggi pada keluarga yang
salah satu anggota keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika
kedua orang tua skizofrenia.
Faktor Presipitasi
a. Stresor sosial budaya. Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau diasingkan dari
kelompok dapat menimbulkan halusinasi.
b. Faktor biokimia. Berbagai penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, serta
zat halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas termasuk
halusinasi.
c. Faktor psikologis. Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkembangnya
gangguan orientasi realitas. Pasien mengembangkan koping untuk menghindari
kenyataan yang tidak menyenangkan.
d. Perilaku. Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan orientasi realitas
berkaitan dengan perubahan proses pikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.
3. Jenis-Jenis
Halusinasi dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu sebagai berikut (Yusuf, Fitryasari,
& Nihayati, 2015):
4. Fase Halusinasi
Tahapan halusinasi terdiri dari empat tahap yaitu, comforting, condemming, controlling,
dan conquering.
III.A. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji
Menurut Prabowo (2015) pada proses pengkajian, data penting yang perlu dikaji disesuaikan
dengan jenis halusinasinya yaitu, sebagai berikut :
1. Isi halusinasi. Data dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila
halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar, atau apa bentuk bayangan yang dilihat
oleh klien bila jenis halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa yang tercium
untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi pengecapan, atau
merasakan apa di permukaan tubuh bila halusinasi perabaan.
2. Waktu dan frekuensi halusinasi. Data dikaji dengan menanyakan kepada klien kapan
pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu atau bulan, pengalaman
halusinasi itu muncul, bila mungkin klien diminta menjelaskan kapan persisnya waktu
terjadi halusinasi tersebut.
3. Situasi pencetus halusinasi. Data dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien peristiwa
atau kejadian yang dialami sebelum halusinasi muncul. Selain itu, juga bisa
mengobservasi apa yang dialami klien menjelangkan muncul halusinasi untuk
memvalidasi pernyataan klien.
4. Respon klien. Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah mempengaruhi klien bisa
dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh klien saat mengalami pengalaman
halusinasi. Apakah klien masih bisa mengontrol stimulus halusinasi atau sudah tidak
berdaya lagi.
B. Pohon Masalah
Akibat :
Risiko perilaku kekerasan : mencederai
diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Core Problem :
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Defisit Perawatan Diri
Etiologi:
Isolasi sosial
IV. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan sensori persesi: Halusinasi
Prabowo, E. (2015). Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Yusuf, A., Fitryasari, R., dan Nihayati, H.E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.