Disusun Oleh:
REVITA AYU SELVIANA
JNR0200117
B. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi palsu yang terjadi pada respon neurobiologis yang
maladatif, klien mengalami distorsi yang nyata dan responnya, namun dalam halusinasi
rangsangan interna (pikiran) dan rangsangan eksterna (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata.
Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal padahal tidak ada orang yang
Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indera
seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun, dasarnya mungkin organik,
C. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor perkembangan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah
Seseorang yang merasa tidak diterima oleh lingkungan nya sejak bayi (unwanted
child) akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor biokimia
dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat
dopamin.
3) Faktor psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penggunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depan nya. Klienlebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofernia
ini(Farida,Yudi,2018)
b. Faktor Presipitasi
1) Dimensi Fisik
Halusinasi dapat timbul oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan yang luar
2) Dimensi Emosional
Perasaaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusinasi terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah
3) Dimensi Intelektual
halusinasi merupakan usaha dari ego itu sendiri untuk melawan implus yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien.
4) Dimensi Sosial
Dalam dimensi sosial ini klien mengalami gangguan interaksi sosial dan
5) Dimensi Spriritual
berupaya secara spriritual untuk menyucikan diri. Klien sering memaki takdir
tetapi lemah dalam upaya menjemput rejeki, menyalahkan lingkungan dan orang
1. Tahap 1 (Comforting)
c. Bicara lambat
2. Tahap 2 (Condeming)
a. Cemas
b. Kosentrasi menurun
3. Tahap 3
d. Efek labil
4. Tahap 4 (Controlling)
E. Pohon Masalah
G. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pendengaran d.d klien mendengar suara
bisikan, berbicara dan tertawa sendiri (D.0085)
2. Risiko harga diri rendah kronis b.d ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan
(D.0101)
H. Rencana Tindakan Keperawatan
2. Risiko harga diri rendah kronis Setelah dilakukan intervensi Intervensi : Dukungan pengungkapan
b.d ketidakefektifan mengatasi keperawatan selama 1 x 24 jam perasaan
masalah kehilangan diharapkan harga diri meningkat atau
(D.0101) pasien dapat percaya diri dengan Observasi :
kriteria hasil : 1. Identifikasi tingkat emosi
Definisi : 1. Meningkatkan menerima 2. Identifikasi isyarat verbal dan non
Beresiko mengalami evaluasi kehilangan verbal
atau perasaan negatif terhadap 2. Meningkatkan verbalisasi harapan 3. Identifikasi perasaan saat ini
diri sendiri sendiri atau 3. Meningkatkan perasaan berguba 4. Identifikasi hubungan antara apa yang
kemampuan klien yang 4. Meningkatkan konsentrasi dirasakan dan perilaku
berlangsung dalam waktu lama 5. Meningkatkan imunitas Terapeutik :
dan terus meneus. 6. Menurunkan perasaan sedih 1. Fasilitasi mengungkapkan pengalaman
7. Menurunkan perasaan bersalah emosional yang menyakitkan
Faktor Risiko : 8. Tidak lagi bersedih (menangis) 2. Fasilitasi mengidentifikasi asumsi
1. Gangguan psikiatrik 9. Menurunkan perasaan marah interpersonal yang melatarbelakangi
2. Kegagalan berulang 10.Pola tidur membaik pengalaman emosional
3. Ketidaksesuaian budaya 3. Fasilitasi pertimbangan menunda
4. Ketidaksesuaian spiritual perilaku dalam merespons emosi yang
5. Ketidakefektifan koping menyakitkan
terhadap kehilangan 4. Fasilitasi membedakan pengungkapan
6. Kurang mendapat kasih ekspresi emosi yang kuat diperbolehkan
sayang dan yang merusak hubungan
7. Kurang keterlibatan dalam 5. Fasilitasi menetralkan kembali emosi
kelompok/masyarakat yang negative
8. Kurang penghargaan dari Edukasi :
orang lain 1. Ajarkan mengekspresikan perasaan
9. Ketidakmampuan secara asertif
menunjukkan perasaan 2. Informasikan menekan perasaan dapat
10. Perasaan kurang didukung mempengaruhi hubungan interpersonal
orang lain
11. Pengalaman traumatik
Kondisi Klinis
1. Gangguan Mental
I. Trend Issue Keperawatan Jiwa Di Masa Pandemi
Permasalahan kesehatan mental menjadi isu yang tidak terelakkan di tengah pandemi
Indonesia akibat pandemi Covid-19 dan upaya pemerintah dalam mencegah serta
mengatasinya. Permasalahan kesehatan mental seperti cemas, depresi, dan trauma karena
akibat pandemi Covid-19. Selain itu, pemerintah juga meluncurkan Pedoman mengenai
Dukungan Kesehatan Jiwa dan Psikososial pada Pandemi Covid-19, di samping berupaya
mengembangkan Desa Siaga Covid-19. Dalam hal ini, DPR RI, khususnya Komisi IX,
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Indikator Diagnostik. Ed. 1.
Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriterian Hasil Keperawatan.
Ed. 1. Jakarta : DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tibdakan Keperawatan.
Ed. 1. Jakarta : DPP PPNI.
Winurini (2020). Permasalahan Status Mental Akibat Covid-19. Journal Pusat Penelitian Badan
Keahlian DPR RI. Vol. XII No. 15
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XII-15-I-P3DI-
Agustus-2020-217.pdf