Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS DI RUANG VK
RUMAH SAKIT TK. III 03.06.01 CIREMAI
KOTA CIREBON

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Departemen Keperawatan Maternitas
Dosen Pengampu: TIM

Disusun Oleh :

Gina Fadila Sari JNR0200106

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ABORTUS

A. Konsep Penyakit
I. Definisi Penyakit
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau
sebelum kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan
tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di
luar kandungan (Praworihardjo, 2006)
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin
mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010)
Abortus kompletus adalah keguguran lengkap di mana semua hasil konsepsi
(desidua dan fetus) telah keluar tanpa membutuhkan intervensi medis.
II. Etiologi
Penyebab – penyebab terjadinya abosrtus spontanea adalah :
1. Usia di bawah 20 tahun, ibu yang terlalu muda sering kali secara fisik
maupun emosional belum matang. selain pendidikan pada umumnya
rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang lain.
Keguguran sebagian dilakukan dengan sengaja untuk menghilangkan
kehamilan remaja yang tidak dikehendaki.

2. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang


dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang
baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan
karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang
melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di
bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan resiko
terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk
karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini
serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
3. Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan
pertumbuhan janin dan perdarahan saat persalinan karena
keadaan rahim biasanya sudah lemah. Paritas 2-3 merupakan
paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka
kematian maternal lebih tinggi. Risiko pada paritas 1 dapat
ditangani dengan asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan
risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan
keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi
adalah tidak direncanakan.
a. Penyebab secara umum:
Penyebab dari segi martenal :
Infeksi akut

1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.


2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.
Infeksi kronis
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya :
a) hipertensi
b) nephritis
c) diabetes
d) anemia berat
e) penyakit jantung
f) toxemia gravidarum
5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6. Trauma fisik.
b. Penyebab yang bersifat lokal:
1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga
menyebabkan hiperemia dan abortus.

Penyebab dari segi Janin


- Kematian janin akibat kelainan bawaan.
- Mola hidatidosa
Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi Adapun
etiologi dari abortus prokatus adalah :

Abortus Provokatus Medisinalis

Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang


terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
1. Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
2. Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
3. Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker
serviks atau jika dengan adanya kehamilan akan menghalangi
pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti
kanker payudara.
4. Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
5. Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
6. Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya
penyakit jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi,
nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang
berat.
7. Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak
terkontrol yang disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan
lain-lain.
8. Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
9. Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
10. Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus
seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan
dengan psikiater.
Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak
dikehendaki. Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:

1. Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.


2. Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak
mau untuk punya anak lagi.
3. Kehamilan di luar nikah.
4. Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi
keluarga.
5. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
6. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest
(hubungan antar keluarga).
7. Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan
kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang tidak
diinginkan.
III. Manifestasi Klinis
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga sering
terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah. (Mitayani, 2009)
Secara umum terdiri dari:
1. Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat
dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.
Ciri-ciri abortus kompletus adalah :
perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada
keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.
IV. Penatalaksanaan
Penanganan abortus imminens terdiri atas:
1. Istirahat-baring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik.
2. Tentang pemberian hormon progesteron pada abortus imminens belum ada
persesuaian faham. Sebagian besar ahli tidak menyetujuinya, dan mereka yang
menyetujui menyatakan bahwa harus ditentukan dahulu adanya kekurangan
hormon progesteron. Apabila dipikirkan bahwa sebagian besar abortus didahului
oleh kematian sel hasil konsepsi dan kematian ini dapat disebabkan oleh banyak
faktor, maka pemberian hormon progesteron memang tidak banyak manfaatnya.
3. Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
4. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3 x 30 mg. Berikan preparat
hematinik misalnya sulfas ferosus 600 / 1.000 mg
5. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
6. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah
infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat
7. Bila perdarahan
a. Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi
perdarahan lagi.
b. Berlangsung lama: nilai kembali kondisi janin. Konfirmasikan kemungkinan
adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).
V. Klasifikasi
Klasifikasi abortus digolongkan menjadi 2 yaitu:
1. Abortus spontaneous yaitu abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-
faktor mekanis atau medisinalis, tetapi karena faktor alamiah. Aspek klinis
abortus spontaneus meliputi:
a. Abortus Imminens
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus,
dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan
apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan.
Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam
sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus
mungkin terasa di anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa
nyeri punggung bawah yang menetap disertai perasaan tertekan di
panggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah
suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa
minggu.
b. Abortus insipiens
Abortus Insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat
tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules
menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah.
c. Abortus inkompletus
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Apabila plasenta
(seluruhnya atau sebagian) tertahan di uterus, cepat atau lambat akan
terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkompletus.
Pada abortus yang lebih lanjut, perdarahan kadang-kadang sedemikian
masif sehingga menyebabkan hipovolemia berat.
d. Abortus kompletus
Pada abortus kompletus semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan
uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil
konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah
keluar dengan lengkap.
e. Abortus Servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh
ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya
terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang
lebih bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan
serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan.
Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk
mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
f. Missed Abortion
Missed abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi
janin yang telah mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga pengaruh hormone
progesterone. Pemakaian Hormone progesterone pada abortus imminens
mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
g. Abortus Habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut turut. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi
kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu

2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat) yaitu menghentikan


kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya
dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai umur 28 minggu, atau berat badanbayi belum 1000 gram, walaupun
terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup. Abortus ini
terbagi menjadi dua yaitu :
a. Abortus medisinalis (abortus therepeutika)
adalah abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila
kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu ( berdasarkan
indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan dua sampai tiga
tim dokter ahli
b. Abortus kriminalis
adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakan – tindakan yang tidak
legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
VI. Komplikasi
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi,
laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada
uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
c. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat.
d. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri yang
merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi
paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci
anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
VII. Pathway

Infeksi akut Gangguan Gangguan Trauma Gangguan faal


endokrin Gizi/Anemia organ

Abortus (mati janin


<20 minggu)

Abortus Abortus Spontan Retensi Janin Abortus Resiko


Infeksiosa (missed abortion) tinggi

Abortus Perdarahan, bercak ada


Imminens ancaman kehamilan

Perdarahan Nyeri abdomen Kurang


pengetahuan

Nyeri akut ansietas


Shock

Risiko infeksi

Kekurangan
volume cairan
B. Pengkajian
I. Wawancara
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
Biodata
mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat
Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
pervaginam berulang
Riwayat kesehatan, Riwayat pembedahan
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan ,
kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung ,
hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-
penyakit lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat
dalam keluarga.
Riwayat kesehatan reproduksi
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,
warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluahan yang menyertainya
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
Pola aktivitas sehari-hari
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat
tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
II. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi 
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya
Palpasi 
Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
Perkusi 
1. Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
2. Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada
tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks
kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
Auskultasi 
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.

III. Pemeriksaan Diagnostik


Pemeriksaan Ginekologi
1. Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium.
3. Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
Pemeriksaan Penunjang :
1. Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3
minggu setelah abortus.
2. Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
3. Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomali kongenital.
4. BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
gangguan glandula thyroidea.
5. Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
IV. Analisa Data

Data Fokus Diagnosa Keperawatan


DS : klien mengatakan nyeri pada Nyeri berhubungan
bagian bawah perut dengan dilatasi
serviks, trauma
P : Saat gerak jaringan dan
Q : Seperti di remes - remes kontraksi uterus
R : Bagian bawah perut
S : Keluar darah sedikit, skala nyeri 5
(sedang)
T : kurang lebih 5 menit
DO : klien tampak meringis menahan
nyeri
DS : klien mengatakan keluar darah dari Kekurangan
jalan rahim, klien mengatakan sering volume cairan
berhubungan
haus dengan kehilangan
vaskuler dalam
jumlah berlebih
DO : Klien tampak lemah dan agak
pucat, turgor kulit jelek, kelembaban
kulit kering, mukosa bibir kering, TD:
110/80 mmHg, N : 83 x/ menit, SPO2 :
98 % S: 36,6’ C.
DS : klien mengatakan lemas dan cepat Intoleransi aktifitas berhubungan
lelah saat beraktifitas dengan kelemahan umum

DO : pasien tampak menahan kesakitan,


terpasang infus TD: 110/80 mmHg, N :
83 x/ menit, SPO2 : 98 % S : 36,6’ C.

C. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler dalam
jumlah berlebih
2. Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan dan kontraksi uterus
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian diri sendiri dan janin

D. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Keperawatan Hasil
1. Kekurangan Tujuan:    Observasi TTV      Mengetahui
volume cairan Setelah dilakukan keadaan umum
berhubungan tindakan keperawatan    Posisikan ibu klien
dengan kehilangan selama 3 x 24 jam dengan tepat (semi      Menjamin
vaskuler berlebih volume cairan fowler) keadekuatan
terpenuhi dengan darah yang
kriteria hasil: Berikan sejumlah tersedia untuk
   Pasien cairan pengganti otak, peninggian
mengungkapkan tidak harian panggul
lemah, dan tidak menghindari
merasa haus lagi    Laporkan serta kompresi vena
   Mukosa bibir lembab catat jumlah dan      Pendarahan dapat
   Turgor kulit normal sifat kehilangan berhenti dengan
   Mata tidak cekung darah reduksi aktivitas
     Untuk
mengetahui
perkiraan banyak
nya kehilangan
darah
2. Nyeri Tujuan:      Observasi TTV      Untuk
berhubungan Setelah dilakukan mengetahui
dengan dilatasi tindakan 3 x 24 jam Lakukan pengkajian keadaan umum
serviks, trauma nyeri teratasi dengan nyeri klien
jaringan dan kriteria hasil:      Meningkatkan
kontraksi uterus    Pasien tidak mengeluh.   Ajarkan metode koping klien
nyeri lagi distraksi dalam mengatasi
   Skala nyeri berkurang nyeri
(<3) Kolaborasi      Untuk
     Berikan analgetik mengetahui lokasi
nyeri, skala, dan
intensitasnya

     Untuk
mengurangi nyeri

     Analgetik
berfungsi untuk
mengurangi nyeri
3. Resiko tinggi Tujuan:      Observasi TTV      Mengetahui
infeksi Setelah dilakukan keadaan umum
berhubungan tindakan 3 x 24 jam      Terangkan pada klien
dengan trauma pasien tidak klien pentingnya
jaringan mengalami infeksi vulva hygiene      Untuk mencegah
dengan kriteria hasil: terjadinya infeksi
   Tidak merasa nyeri      Lakukan teknik berkelanjutan
pada daerah vulva. vulva hygiene
   Tidak merasa gatal      Inkubasi kuman
   TTV dalam batas      Tingkatkan teknik pada area genital
normal cuci tangan yang yang relatif cepat
benar untuk dapat
meningkatkan menyebabkan
personal hygiene infeksi
klien
     Membantu
mencegah
penularan bakteri
4. Ansietas Tujuan :      Jelaskan prosedur     Pengetahuan
berhubungan Setelah dilakukan dan arti gejala dapat membantu
dengan ancaman tindakan 3 x 24 jam menurunkan rasa
kematian diri pasien tidak takut dan
sendiri dan janin mengalami kecemasan meningkatkan
dengan ktriteria hasil:      Berikan informasi rasa kontrol
     Klien mendiskusikan dalam bentuk terhadap situasi
ketakutan mengenai verbal dan tertulis     Pengetahuan akan
diri janin dan masa serta beri membantu ibu
depan kehamilan, juga kesempatan klien untuk mengatasi
mengenai ketakutan untuk mengajukan apa yang sedang
yang sehat dan tidak pertanyaan terjadi dengan
sehat lebih efektif.
     Klien tampak tenang      Pantau respon Informasi
     Klien tidak terlihat verbal dan non sebaiknya tertulis,
cemas lagi verbal ibu dan agar nantinya
pasangan. memungkinkan
ibu untuk
     Libatkan ibu dalam mengulang
perencanaan dan informasi akibat
berpatisipasi dalam tingkat stress.
perawatan
sebanyak mungkin      Menandai tingkat
kecemasan yang
sedang dialami
ibu atau
pasangan.
     Menjadi mampu
melakukan
sesuatu untuk
membantu
mengontrol
situasi sehingga
dapat
menurunkan rasa
takut
DAFTAR PUSTAKA
1. Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: PT. Salemba Medika
3. Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetric. Yogyakarta: Nuha Medika
4. Praworihardjo, S. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka
5. http://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/asuhan-keperawatan-kehilangan-dan-berduka/,
diakses tanggal 20 November 2011
6. http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com, diakses tanggal 20 November 2011
7. Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
8. Jhonson, Marion dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). St. Louise, Misouri:
Mosby, Inc.
9. McCloskey, Joanne C, 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). St. Louise,
Misouri: Mosby, Inc.
10. Affandi B, Adriaansz G, Gunardi ER, Koesno H. Buku panduan praktis kontrasepsi
pelayanan kontrasepsi. Edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai