Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

“RISIKO BUNUH DIRI”

Disusun Oleh:

Rizki Nurbaiti

P07220420026

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS KELAS A REGULER SAMARINDA
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama:
Risiko Bunuh Diri
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien untuk
mengakhiri kehidupannya. Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000),
bunuh diri memiliki 4 pengertian, antara lain:
 Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
 Bunuh diri dilakukan dengan intensi
 Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
 Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung (pasif),
misalnya dengan tidak meminum obat yang menentukan kelangsungan hidup atau
secara sengaja berada di rel kereta api.
2. Tanda dan gejala :
Tanda dan gejala menurut Fitria, Nita (2009):
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusan.
d. Impulsif.
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
h. Status emosional(harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah dan
mengasingkan diri).
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis
dan menyalahgunakan alkohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
k. Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier).
l. Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.
m. Status perkawinan(mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n. Pekerjaan.
o. Konflik interpersonal.
p. Latar belakang keluarga.
q. Orientasi seksual.
r. Sumber-sumber personal.
s. Sumber-sumber sosial.
t. Menjadikan korban perilaku kekerasan saat kecil.
3. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Mal-


adaptif

Self Growth Indirect Self Self Suicide


Enchancement Promoting Destructive Injury
Risk Taking Behavior

Rentang respons, Yosep, Iyus (2009)


a. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri
secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai
contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
b. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja
ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan
pekerjaan secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang
tepat(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya
tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja
seenaknya dan tidak optimal.
d. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan
diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
e. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.
4. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-
diri sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut:
Sifat Kepribadian
 Diagnosis Psikiatrik Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya
dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan
jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh
diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
 Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.
 Lingkungan Psikososial Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri,
diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial,
kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau
bahkan perceraian. Kekuatan dukungan sosial sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui
penyebab maslah, respon seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan
lain-lain.
 Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan faktor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
 Faktor biokimia Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri
terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotinin
dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekaman
gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor
lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media
mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi
individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.
5. Sumber Koping
Pasien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali pasien secara sadar
memilih untuk bunuh diri.
6. Mekanisme Koping
Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme pertahanan ego yang
berhubungan dengan perilaku destruktif-diri tidak langsung adalah penyangkalan,
rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi.

C. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan Akibat

Resiko Bunuh Diri Core Problem

Isolasi Sosial Penyebab

Harga Diri Rendah Penyebab

Pohon Masalah Risiko Bunuh Diri

D. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul


 Resiko Bunuh Diri (D.0135)
 Isolasi Sosial (D.0121)
 Harga Diri Rendah Kronis (D.0086)
E. Data Yang Perlu Dikaji
Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan resiko bunuh diri
Faktor Resiko
No Diagnosa
1 Resiko Bunuh Faktor Resiko
Diri  Gangguan Perilaku (mis. euforia mendadak setelah
depresi, perilaku mencari senjata berbahaya, membeli obat dalam jumlah
banyak, membuat surat warisan)
 Demografi (mis. lansia, status perceraian,
janda/duda, ekonomi rendah, pengangguran)
 Gangguan fisik (mis. nyeri kronis, penyakit
terminal)
 Masalah sosial (mis. berduka, tidak berdaya, putus
asa, kesepian, kehilangan hubungan yang penting, isolasi sosial)
 Gangguan psikologis (mis.penganiyaan masa kanak
– kanak, riwayat bunuh diri sebelumnya, remaja homoseksual, gangguan
psikiatrik, penyakit psikiatrik, penyalahgunaan zat)
Tanda Gejala Mayor
No Diagnosa
Subjektif Objektif
2 Isolasi Sosial  Merasa  Menarik
ingin sendirian diri
 Merasa  Tidak
tidak aman di tempat umum berminat/menolak berinteraksi
dengan orang lain atau lingkungan
Tanda Gejala Minor
Subjektif Objektif
 Merasa  Afek datar
berbeda dengan orang lain  Afek sedih
 Merasa  Riwayat
asyik dengan pikiran sendiri ditolak
 Merasa  Menunjuk
tidak mempunyai tujuan yang jelas kan permusuhan
 Tidak
mampu memenuhi harapan orang
lain
 Kondisi
difabel
 Tindakan
tidak berarti
 Tidak ada
kontak mata
 Perkemba
ngan terlambat
 Tidak
bergairah/lesu
Tanda Gejala Mayor
No Diagnosa
Subjektif Objektif
3 Harga Diri  Menilai  Enggan
Rendah diri negatif (mis. Tidak berguna, mencoba hal baru
Kronis tidak tertolong)  Berjalan
 Merasa menunduk
malu/bersalah  Postur
 Merasa tubuh menunduk
tidak mampu melakukan apapun
 Meremehk
an kemampuan mengatasi masalah
 Merasa
tidak memiliki kelebihan atau
kemampuan positif
 Melebih-
lebihkan penilaian negatif tentang
diri sendiri
 Menolak
penilaian positif tentang diri
sendiri
Tanda Gejala Minor
Subjektif Objektif
 Menyatak  Kontak
an Merasa sulit konsenstrasi mata kurang
 Sulit tidur  Lesu dan
 Mengungk tidak bergairah
apkan keputusasaan  Berbicara
pelan dan lirih
 Pasif
 Perilaku
tidak asertif
 Mencari
penguatan secara berlebihan
 Bergantun
g pada pendapat orang lain
 Sulit
membuat keputusan
F. Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
3 Harga Diri Harga Diri (L.09069) Manajemen Perilaku (I.12463)
  Rendah Kronis Observasi:
  (D.0086)  Identifikasi harapan untuk
  Pengertian : Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam terjadi mengendalikan perilaku
  Evaluasi atau peningkatan terhadap perasaan positif terhadap diri sendiri Terapeutik:
  perasaan negatif Kriteria Hasil:  Batasi Jumlah Pengunjung
  terhadap diri Cukup Cukup  Bicara dengan nada rendah dan tenang
Menurun Sedang Meningkat
  sendiri atau Menurun Meningkat  Hindari bersikap menyudutkan dan
  kemampuan klien 1 Penilaian Diri Positif menghentikan pembicaraan
  seperti tidak berarti, 1 2 3 4 5  Hindari sikap mengancam dan berdebat
  tidak berharga, 2 Penerimaan Penilaian Positif terhadap diri sendiri Edukasi
  tidak berdaya yang 1 2 3 4 5  Informasikan pada keluarga bahwa
berlangsung lama 3 Postur Tubuh Menampakkan wajah
  keluarga sebagai dasa pembentukan keluarga
1 2 3 4 5
dan terus menerus
4 Perasaan Malu
1 2 3 4 5 Promosi Harga Diri (I.09308)
Cukup Cukup Observasi
Meningkat Sedang Menurun  Monitor verbalisasi merendahkan diri
Meningkat Menurun
5 Perasaan bersalah sendiri
1 2 3 4 5  Monitor tingkat harga diri setiap waktu,
sesuai kebutuhan terapeutik
Terapeutik
 Motivasi terlibat dalam vervalisasi
positif untuk diri sendiri
 Diskusikan persepsi negatif diri
Edukasi
 Jelaskan kepada keluarga pentingnya
dukungan dalam perkembangan positif diri
pasien
 Latih cara berpikir dan berprilaku
positif
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Sedih, marah, putus asa, tidak berdaya, memberikan isyarat verbal maupun non
verbal
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan
a. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
b. Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
c. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
d. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik
4. Tindakan Keperawatan
a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
b. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
1) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
2) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang positif.
3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
4) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
5) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
2) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian
masalah
3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan (latihan fase orientasi, kerja dan terminasi
setiap SP)
SP 1: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri
Melindungi pasien dari percobaan bunuh diri.

1. Orientasi:
 ”Selamat pagi Pak, kenalkan saya ..............., biasa di pangil........., saya
mahasiswa Keperawatan Profesi Ners yang bertugas di ruang ini, saya dinas
pagi dari jam 7 pagi – 3 siang .”
 ”Bagaimana perasaan A hari ini? ”
 ” Bagaimana kalau kita bercakap – cakap tentang apa yang A rasakan selama ini.
Dimana dan berapa lama kita bicara?”
2. Kerja
 ”Bagaimana perasaan A setelah ini terjadi? Apakah dengan bencana ini A paling
merasa menderita di dunia ini? Apakah A pernah kehilangan kepercayaan diri?
Apakah A merasa tidak berharga atau bahkan lebih rendah dari pada orang lain?
Apakah A merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Apakah A sering
mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah A berniat unutuk menyakiti diri
sendiri? Ingin bunuh diri atau berharap A mati? Apakah A pernah mencoba
bunuh diri? Apa sebabnya, bagaimana caranya? Apa yang A rasakan?”
 ”Baiklah, tampaknya A membutuhkan pertolongan segera karena ada keinginan
untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh isi kamar A ini untuk
memastikan tidak ada benda – benda yang membahayakan A)”
 ”Karena A tampaknya mash memilikikeinginan yang kuat untuk mengakhiri
hidup A, saya tidak akan membiarkan A sendiri”
 ”Apa yang A lakukan jika keinginan bunuh diri muncul?”
 ”Kalau keninginan itu muncul, maka akan mengatasinya A harus langsung minta
bantuan kepada perawat di ruangan ini dan juga keluarga atau teman yang
sedang besuk. Jadi A jangan sendirian ya, katakan kepada teman perawat,
keluarga atau teman jika ada dorongan untuk mengakhiri kehidupan.”
 ”Saya percaya A dapat mengatasi masalah.”
3. Terminasi :
 ”Bagaimana perasaan A sekarang setelah mengetahui cara mengatasi perasaan
ingin bunuh diri?”
 ” Coba A sebutkan lagi cara tersebut!”
 ”Saya akan menemani A terus sampapi keinginan bunuh diri hilang.” (jangan
meninggalkan pasien).
Daftar Pustaka

Keliat A. Budi, Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Edisi 2. Jakarta.
EGC.

Maramis W. F.1998. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1 . Jakarta: DPP PPNI

Residen bagian Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC

Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby Company.

Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 3.Jakarta : EGC.

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 5. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai