Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PENATALAKSANAAN

DISTRESS SPIRITUAL

Disusun Oleh :
Riski Aprianti
(202207031)

STIKES IMC BINTARO


PROGRAM PROFESI NERS
Tahun 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Masalah Utama
Distress spiritual (gangguan kebutuhan spiritual )
1. Definisi
adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip- prinsip kehidupan, keyakinan,
atau kegamaan dari pasien yang menyebabkangangguan pada aktivitas spiritual, yang
merubuan akibat dari masalah -masalah fisik atau psikososial yang dialami.
(Dochterman, 2004: 120).Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam
mengalami danmengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang
lain, seni,musik, literature, alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
(Nanda,2005).Distress spiritual adalah gangguan pada prinsip hidup yang meliputi
aspek dari seseorang yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis seseorang.
(Wilkinson, Judith M., 2007: 490).Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres
spiritual adalahkegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya.
2. Karakteristik
Meliputi empat hubungan dasar yaitu :
1. Hubungan dengan diri.
a. Ungkapan kekurangan
1) Harapan
2) Arti dan tujuan hidup
3) Perdamaian/ketenangan
b. Penerimaan
c. Cinta
d. Memaafkan diri sendiri
e. Keberanian
1) Marah
2) Kesalahan
3) Koping yang buruk
2. Hubungan dengan orang lain
a.Menolak berhubungan dengan tokoh agama
b.Menolak interaksi dengan tujuan dan keluarga
c.Mengungkapkan terpisah dari sistem pendukungd.Mengungkapkan pengasingan diri
3.Hubungan dengan seni, musik, literatur, dan alam

1
a.Ketidakmampuan untuk mengungkapkan kreativitas (bernyanyi,mendengarkan
musik, menulis)
b.Tidak tertarik dengan alam
c.Tidak tertarik dengan bacaan keagamaan
4. Hubungan dengan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
a. Ketidakmampuan untuk berdo’a
b. Ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan
c. Mengungkapkan terbuang oleh atau karena kemarahan Tuhan
d. Meminta untuk bertemu dengan tokoh agama
e. Tiba-tiba berubah praktik agama
f. Ketidakmampuan untuk introspeksi
g. Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita
Mengungkapkan hidup tanpa harapan, menderita
3. Penyebab / Etiologi
Menurut Vacarolis (2000) penyebab distres spiritual adalah sebagai berikut :
a. Pengkajian Fisik Abuse
b. Pengkajian Psikologis Status mental, mungkin adanya depresi,
marah,kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah,dan
pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).
c. Pengkajian Sosial Budaya dukungan sosial dalam memahamikeyakinan klien
(Spencer, 1998).
4. Proses terjadinya masalah
1.Faktor Predisposisi
Gangguan pada dimensi biologis akan mempengaruhi fungsi kognitif seseorang
sehingga akan mengganggu proses interaksi dimana dalam prosesinteraksi ini akan
terjadi transfer pengalaman yang penting bagi perkembanganspiritual seseorang
Faktor predisposisi sosiokultural meliputi usia, gender, pendidikan, pendapatan,
okupasi, posisi sosial, latar belakang budaya, keyakinan, politik, pengalaman sosial,
tingkatan sosial.
2. Faktor Presipitasi
a.Kejadian Stresfull Mempengaruhi perkembangan spiritual seseorang dapat terjadi
karena perbedaan tujuan hidup, kehilangan hubungan dengan orang yang
terdekatkarena kematian, kegagalan dalam menjalin hubungan baik dengan dirisendiri,
orang lain, lingkungan dan zat yang maha tinggi.

2
b.Ketegangan Hidup Beberapa ketegangan hidup yang berkonstribusi terhadap
terjadinyadistres spiritual adalah ketegangan dalam menjalankan ritual keagamaan,
perbedaan keyakinan dan ketidakmampuan menjalankan peran spiritual baik dalam
keluarga, kelompok maupun komunitas
5. Penilaian Terhadap Stressor :
Respon Kognitif
Respon Afektif
Respon Fisiologis
Respon Sosial
Respon Perilaku
6. Mekanisme Koping :
Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan sosial bagi distres spiritual :
1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada
kepentingan orang lain.
2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif thingking,
mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain
3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan pelayanan
langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.
4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan
umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan
spiritualnya.
5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan
kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003) menambahkan
dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk meningkatkan pemahaman
terhadap stresor spiritual dalam mencapai keterampilan koping yang efektif.

3
5. Pohon Masalah

FAKTOR PENYAKIT AKUT,


PREDISPOSISI KRONIS, TERMINAL

HARGA DIRI ISOLASI DIRI


RENDAH

VERBALISASI
STRESS
PERASAAN BERSALAH, PERUBAHAN
RASA TAKUT, DEPRESI PERILAKU

ANSIETAS
KETIDAKEFEKTIFA
KEPUTUSAN
N KOPING

DISTRESS SPIRITUAL

6. Masalah dan data yang harus dikaji


1. Afiliasi Agama :
a) partisipasi klie dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara aktif atau tidak aktif
b) jenis partisipasi dalam kegiatan agama
2. Keyakinan agama atau spiritual mempengaruhi :
a) praktik kesehatan diet, mencari dan menerima terapi, ritual, atau upacara agama
b) persepsi penyakit hukuman cobaan terhadap keyakinan
c) strategi koping
3. Nilai agama atau spiritual mempengaruhi :
a) tujuan dan arti hidup
b) tujuan dan arti kematian
c) kesehatan dan pemeliharaannya
d) hubungan dengan tuan, diri sendiri dan orang lain

7. Doagnosa Keperawatan

4
Distress spiritual (D0082)

8. Rencana tindakan keperawatan


a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
b. kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien
c. bantu klien mengungkapkan perasaan dan fikiran akan terhadap spritual yang
diyakininya
d. bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam
kehidupannya
e. fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sesuai keyakinan agama yang dianut
f. fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain
g. bantu klien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan
h. bantu klien meng evaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadah atau kegiatan
spiritual lainnya

9. Sumber
https://docuri.com/download/spiritual_58c1cc43f561710b2861b8dd_pdf
Nuraif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA. Jogjakarta: MediAction.

5
STRATEGI PENATALAKSANAAN

Proses keperawatan :
Kondisi Klien Ny. L berusia 40 tahun merasa tidak berguna setelah mengalami banyak
masalah dirumah. Ny. L merasa marah dengan tuhan karena menurutnya tuhan tidak
membantu dan menolongnya saat dia banyak masalah, akibatnya ia tidak mau beribadah
(sholat,dzikir dan sholawatan). Ny. L juga mengatakan ia kehilangan teman dan orang-orang
terdekatnya. Ny. L terlihat marah, kecewa, dan merasa hidupnya tidak berguna lagi.

Kondisi Klien :
Ny. L merasa marah dengan tuhan karena menurutnya tuhan tidak ada untuk
menolongnya saat ia membutuhkan bantuan dan tuhan tidak mengabulkan doa nya akibatnya
ia tidak mau beribadah (sholat,dzikir dan sholawatan).

Diagnosa keperawatan :
Distress Spiritual

Tujuan Khusus :
a. Klien mampu membina hubungan saling percaya dengan perawat
b. Klien mampu mengungkapkan penyebab gangguan spiritual
c. Klien mampu mengungkapkan perasaan dan pikiran tentang spiritual yang diyakininya
d. Klien mampu mengembangkan skill untuk mengatasi masalah atau penyakit atau
perubahan spiritual dalam kehidupan
e. Klien dapat aktif melakukan kegiatan spiritual atau keagamaan

Tindakan keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada pasien
c. Bantu klien mengungkapkan perasaan dan pikiran akan terhadap spiritual yang
diyakininya
d. Bantu klien mengembangkan skill untuk mengatasi perubahan spiritual dalam
kehidupan
e. Fasilitasi klien dengan alat – alat ibadah sesuai keyakinan atau agama yang dianut oleh
pasien
f. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain g. Bantu klien
untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan
h. Bantu klien mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan ibadah atau kegiatan
spiritual lainnya.

Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI
a. Salam terapeutik :
“Assalamu’alaikum, selamat pagi Ny. L. Saya perawat dwi fira, ibu bisa memanggil saya
suster fira. Saya perawat yang dinas pagi hari ini dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti dan
saya yang akan merawat ibu. Ibu sebelumnya namanya siapa? ibu senangnya dipanggil apa?”
b. Evaluasi / validasi:
“Baiklah ibu, bagaimana keadaan ibu hari ini?”
c. Kontrak :

6
1) Topik :
“Kalau begitu, bagaimana jika kita berbincang-bincang sebentar tentang keadaan ibu?
Tujuannya supaya ibu bisa lebih tenang dalam menghadapi keadaan ini, dengan ibu mau
berbagi cerita dengan saya, kesedihan ibu mungkin bisa berkurang.”
2) Waktu :
“ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?”
3) Tempat :
“ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.” 
2. Tahap kerja :
“Apa masalah yang ibu rasakan saat ini?”
“Coba ibu sampaikan apa yang menyebabkan ibu tidak sholat dan mengaji seperti dulu?”
“Selain itu, faktor apalagi yang menyebabkan ibu tidak sholat dan mengaji?”
“Coba ibu sampaikan pendapat ibu tentang agama atau keyakinan ibu yang anut selama ini?”
“Menurut ibu, apakah agama yang bapak anut bisa membawa kedamaian dan ketenangan
dalam kehidupan ibu saat ini?”
“Apakah hal tersebut yang mempengaruhi ibu sehingga kurang aktif melakukan sholat dan
mengaji?”
“Apa saja kegiatan ibadah yang ibu jalankan?”
“Yang mana kira-kira yang ingin ibu jalankan?”
“Ya, bagus sekali bu, seperti itu.”
“Mari ibu coba misalnya sholawat atau zikir.”
“Apa keuntungan giat beribadah yang pernah ibu rasakan?”
“Betul sekali, setelah beribadah kita merasa tenang.”

3. Tahap terminasi :
a. Evaluasi :
(Subjektif ):
“Bagaimana perasaan bapak sekarang? Apa ibu sudah mulai memahami kondisi yang
sebenarnya terjadi?”
(Objektif) :
“Kalau begitu, coba ibu jelaskan lagi, hal-hal yang ibu dapatkan dari perbincangan kita tadi
dan coba ibu ulangi zikir atau sholawat yang telah kita lakukan.”

b. Tindak Lanjut :
“Apa keuntungan giat beribadah yang pernah ibu rasakan?”
“Ya, bagus sekali bu, seperti itu.”
“Mari ibu coba misalnya sholawat atau zikir.”
“Yang mana kira-kira yang ingin ibu jalankan?”
“Apa saja kegiatan ibadah yang ibu jalankan?”
“Apakah hal tersebut yang mempengaruhi ibu sehingga kurang aktif melakukan sholat dan
mengaji?”
“Menurut ibu, apakah agama yang bapak anut bisa membawa kedamaian dan ketenangan
dalam kehidupan ibu saat ini?”
“Coba ibu sampaikan pendapat bapak tentang agama atau keyakinan ibu yang anut selama
ini?”
“Selain itu, faktor apalagi yang menyebabkan ibu tidak sholat dan mengaji?”
“Coba ibu sampaikan apa yang menyebabkan ibu tidak sholat dan mengaji seperti dulu?”
“Apa masalah yang ibu rasakan saat ini?” berkurang.”

2) Waktu :

7
“ibu maunya berapa lama kita berbincang-bincang?”

3) Tempat :
“ibu mau kita berbincang-bincang dimana? Di sini saja? Baiklah.”

2. Tahap kerja

“Nanti ibu jangan lupa mengisi buku kegiatannya ya”


“Apakah ibu paham?”
“Cara mengisi buku kegiatan ini: jika bapak melakukannya tanpa dibantu atau diingatkan
oleh orang lain bapak tulis “M” disini, jika bapak di bantu atau diingatkan bapak tulis “B”
dan jika bapak tidak melakukannya bapak tulis “T”
“Kira-kira jam berapa ibu nanti melakukan zikir atau sholawat?”
“ibu bisa mengisi kegiatan zikir dan sholawat pada kolom kegiatan.”
“Nah, Disini ada kolom kegiatan, tanggal, waktu dan keterangan.”
“Apakah ibu setuju?”
“Bagaimana kalau kegiatan zikir atau sholawat ibu masukkan kedalam jadwal kegiatan ibu?”
“ibu, ini ada buku kegiatan untuk ibu.”

c. Kontrak yang akan datang:

Baiklah, kalau tidak ada, saya permisi dulu ya bu. Assalamu’alaikum.”


“Sebelum saya kembali ke ruangan apakah ada yang mau ibu tanyakan?”
“Nah, sekarang ibu istirahat dulu.”
“ibu maunya dimana?”
“Bagaimana kalau kita besok membicarakan tentang alat – alat ibadah yang ibu anut?”
“bu, kapan ibu mau kita melanjutkan perbincangan kita?”
“Sesuai dengan kontrak kita tadi kita berbincang-bincang selama 15 menit dan sekarang
sudah 15 menit bu!”

8
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA

Implementasi Evaluasi
DS : S:
-klien mengatakan banyak beban pikiran -klien mengatakan menarik diri dari
- klien mengatakan mengatakan sudah tidak kegiatan keagamaan seperti
mengikuti kegiatan keagamaan seperti mengaji (mengaji,shalat, dan banyak beban pikiran )
shalat dll
- klien mengatakan kesepian dan tidak punya teman
O:
cerita
- merasa diasingkan, merasa bersalah, merasa - klien terlihat sering menyendiri dan
diabaikan menolak untuk berinteraksi dengan orang
sekitar
DO :
- klien terlihat murung dan sedih, dan emosi tidak A:
terkontrol - terjadi perubahan perilaku pada klien yang
- klien terlihat sering menyendiri membuatnya menutup diri dan
- klien terlihat tidak mengikuti kegiatan keagamaan mengasingkan diri
dan menarik diri dari lingkungan sekitar
- tidak mampu menolak berinteraksi pada orang

Diagnosis Keperawatan :
distress spiritual P : rencana tindakan dilanjutkan

Tindakan Keperawatan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
b. Kaji faktor penyebab gangguan spiritual pada TTD
pasien
c. Bantu klien mengungkapkan perasaan dan
pikiran akan terhadap spiritual yang diyakininya Nama Jelas
d. Bantu klien mengembangkan skill untuk
mengatasi perubahan spiritual dalam kehidupan
e. Fasilitasi klien dengan alat – alat ibadah
sesuai keyakinan atau agama yang dianut oleh
pasien
f. Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah
sendiri atau dengan orang lain g. Bantu klien
untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan
h. Bantu klien mengevaluasi perasaan setelah
melakukan kegiatan ibadah atau kegiatan
spiritual lainnya.

Rencana Tindak Lanjut (Planing Perawat) :


- mengajak klien untuk beribadah (mengaji,
bersholawat,shalat)

9
JADWAL KEGIATAN HARIAN
Nama : Ny. L
Ruang : Mawar

Tanggal Kegiatan
No Jam Kegiatan Ket
21 22 21 23 25 26 27
1 05.00-06.00 Shalat subuh M
2 06.00-07.00 Mandi pagi B
3 07.00-08.00 Sarapan M
4 08.00-09.00 Senam pagi M
Kegiatan dimasjid B
5 09.00-10.00
(mendengarkan ceramah)
6 10.00-11.00 Makan siang M
7 11.00-12.00 Istirahat (ISHOMA) M
8 12.00-13.00 Kegiatan di aula B
9 13.00-14.00 Bermain games M
10 14.00-15.00 Memberikan vitamin M
11 15.00-16.00 Sholat ashar M
12 16.00-17.00 Mandi sore M
13 17.00-18.00 Makan malam M
14 18.00-19.00 Sholat magrib M
15 19.00-20.00 Mengikuti pengajian B
16 20.00-21.00 Sholat isya M
17 21.00-22.00 Istirahat M
18 22.00-23.00
19 23.00-24.00
20 24.00-01.00
21 01.00-02.00
22 02.00-03.00
23 03.00-04.00
24 04.00-05.00

KETERANGAN :
Isi kolom tanggal kegiatan dengan :
M : Jika melakukan secara mandiri tanpa bantuan orang lain
B : Jika melakukan dengan bantuan orang lain
T : Jika tergantung penuh pada orang lain
Tuliskan di kolom keterangan jika melakukan atau dengan bantuan serta kendalanya

10
ACUAN TINDAKAN KEPERAWATAN.

Diagnosa Keperawatan SP Pasien SP Keluarga


Isolasi sosial SP I p SP I k
1. Membina hubungan 1. Mendiskusikan masalah
saling percaya yang dirasakan keluarga
2. Mengidentifikasi dalam marawat pasien
penyebab isolasi sosial 2. Menjelaskan pengertian,
pasien tanda dan gejala isolasi
3. Mendiskusikan dengan sosial yang dialami pasien
pasien tentang beserta proses terjadinya
keuntungan berinteraksi Menjelaskan cara-cara
dengan orang lain merawat pasien isolasi sosial
4. Mendiskusikan dengan
pasien kerugian tidak
berinteraksi dengan orang
lain
5. Mengajarkan pasien cara
berkenalan dengan satu
orang
6. Menganjurkan pasien
memasukkan kegiatan
latihan berbincang-
bincang dengan orang lain
dalam jadwal kegiatan
harian

Defisit perawatan diri SP I p SP I k


1. Membina hubungan 1. Mendiskusikan masalah
saling percaya yang dirasakan keluarga
2. Menjelaskan pentingnya dalam marawat klien
kebersihan diri 2. Menjelaskan pengertian,
3. Menjelaskan cara tanda dan gejala defisit
menjaga kebersihan diri perwatan diri, dan jenis
4. Membantu klien defisit perawatan diri
mempraktekkan cara yang dialami klien beserta
menjaga kebersihan diri proses terjadinya.
5. Menganjurkan klien 3. Menjelaskan cara-cara
memasukkan dalam merawat klien defisit
jadwal kegiatan harian perawatan diri.

11

Anda mungkin juga menyukai