Anda di halaman 1dari 17

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN )

SPTK) KLIEN DENGAN DISTRESS SPIRITUAL

Dosen pengampu : ELYAS ARIF BUDIMAN S. Kep., Ns., M.kep

Di susun oleh :

KELOMPOK 2

ADINDA DIAH YULIANTI (19010002)

CITRA ULIANA PUTRI (19010027)

D. FIORA FAROKAH P. (19010028)

DANDY ZAHRONI GHOZALI (1901002

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES DR.SOEBANDI JEMBER

Jl. Dr. Soebandi No. 99, Cangkring, Patrang,

Jember, KabupatenJember, JawaTimur 68111

2020/2021
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN )
SPTK) KLIEN DENGAN DISTRESS SPIRITUAL

KASUS :
Klien sejak ditinggal istri, anak dan keluarganya meninggal akibat kebakaran dan
tertimpa bangunan roboh sekarang merasa pikirannya kosong. Keluarga juga mengatakan
bahwa kondisi klien saat ini tidak mau shalat atau mengikuti kegiatan agama lainnya seperti
pengajian dan sering mengatakan bahwa “Tuhan itu tidak adil, mengapa ini semua terjadi
padaku”, tanya Tn.A dengan sangat sedih.

1. Proses Keperawatan

a. Kondisi klien :

Klien sejak ditinggal istri, anak dan keluarganya meninggal akibat kebakaran dan
tertimpa bangunan roboh sekarang merasa pikirannya kosong. Keluarga juga
mengatakan bahwa kondisi klien saat ini tidak mau shalat atau mengikuti kegiatan
agama lainnya seperti pengajian dan sering mengatakan bahwa “Tuhan itu tidak
adil, mengapa ini semua terjadi padaku”, tanya Tn.A dengan sangat sedih.

b. Diagnosa keperawatan : Distress spiritual

c. Tujuan khusus :

- Membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip dan teknik


komunikasi terapeutik.

- Identifikasi situasi penyebab timblnya distress spiritual.

- Identifikasi presepsi klien terhadap kebutuhan spiritual

- Klien dapat melakukan kegiatan spiritual secara bertahap.

d. Tindakan keperawatan :

- Bina hubungan saling percaya degan klien

- Mengidentifikasi penyebab : siapa yang satu rumah dengan pasien? Siapa


yang dekat dengan pasien? Apa penyebabnya? Siapa yang tidak dekat dengan
pasien? Apa sebabnya?

- Keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain.


- Memasukkan dalam daftar kegiatan pasien.

2. Strategi Pelaksanaan/SP 2 (Pasien)

a. Fase orientasi

1) Salam

Perawat : “Assalamualaikum pak. Selamat

pagi,?” Pasien : “Waalaikumsalam.”

Perawat : “Bagaimana kabar bapak pagi

ini?. Pasien : “iya begitu saja.”

Perawat : “oh iya bapak, kenalkan nama saya D. Fiora, bisa dipanggil perawat
fiora. Saya mahasiswa keperawatan STIKES dr. SOEBANDI
JEMBER pak, saya bertugas disini selama 1 minggu dan jika bertugas
pagi ini dari jam 7 pagi sampai jam 2 siang, dan pasti bapak akan
sering ketemu saya nantinya. Nama bapak siapa nggeh? Senang
dipanggil siapa?.”

Pasien : “nama saya anton, panggil saja anton

mbak.” Perawat : “oh iya bapak anton.”

2) Evaluasi validasi

Perawat : “bagaimana perasaan bapak pagi

ini.?” Pasien : “ya begitu sedih mbak.”

3) Kontrak

Perawat : “ kalau begitu bagaimana kita berbicara tentang masalah yang bapak
alami saat ini. Tujuannya supaya bapak tau masalah bapak saat ini dan
bapak bisa mengungkapkan perasaan bapak. Apakah bapak bersedia?”

Pasien : “iya saya bersedia.”

Perawat : “untuk waktunya berapa lama pak? Bagaimana jika waktunya


15 menit saja pak. Apakah bapak bersedia?”
Pasien : “iya boleh saya bersedia.”

Perawat : “untuk tempatnya enaknya kita berbicara dimana

pak.?” Pasien : “disini saja mbak.”

Perawat : “ baik bapak kita mengobrol disini saja.”

b. Fase kerja

Perawat : “sekarang bapak bisa menceritakan masalah yang sedang bapak alami
saat ini, dan mengapa bapak sedih.?”

Pasien : “saya marah pada tuhan mbak, saya tidak mau sholat, saya tidak mau
melakukan ibadah kepada tuhan lagi, saya sudah tiddak berguna lagi.”

Perawat : “coba bapak ceritakan mengapa bapak tidak mau sholat dan ibadah
seperti dulu lagi.?”

Pasien : “setelah kejadian kebakaran rumah saya dulu, dan saya kehilangan
istri dan kedua anak saya.”

Perawat : “bisa bapak ceritakan tentang keyakinan bapak terhadap tuhan dan
agama bapak.? Apa yang membuat bapak tidak dekat dengan tuhan? Apakah
karena bapak sudah tidak percaya kepada Tuhan, karenanya bapak kehilangan
istri, anak, dan keluarga bapak dan merasa Tuhan tidak adil.”

Pasien : “saya dulu yakin adanya tuhan, dan selalu melaksanakan kegiatan
yang berhubungan dengan agama, tetapi setelah kejadian tersebut saya rasa saya
tidak percaya tuhan karena tuhan tidak adil pada saya. Dan saya merasa agama
tidak sama dengan yang saya yakini.”

Perawat : “oh jadi itu yang membuat bapak dulu mengalami musibah kebakaran
rumah tersebut kepada siapa bapak menceritakan kejadian itu jika tidak pada
tuhan.”

Pasien : “saya selalu memendam perasaan itu sendiri, dan tdak mau
menceritakan kepada siapa – siapa termasuk tuhan.”

Perawat : “Kira kira bapak tahu tidak kerugian jika bapak lebih banyak
menyendiri dan bahkan tidak dekat kepada tuhan lagi.”

Pasien : “tidak sus. Menurut saya jika menyendiri itu membuat saya sedikit
lebih nyaman.”

Perawat : “ya benar mungkin kalau sendiri bapak dan akan merasa lebih
nyaman. Tetapi jika bapak bersikap seperti itu lama-lama bapak pasti akan merasa
sendirian dan bosan. Apalagi bapak tidak dekat dengan tuhan dan tidak pernah
mendo’akan istri dan anak bapak juga. Dan tambah lagi jika bapak ada masalah
dan tidak dengan tuhan bapak akan terbebani dipikiran. Jika bapak ada masalah
tidak akan menyelesaikan masalah bapak yang membuat tidak ikhlas kehilangan
istri dan anak bapak.”

Pasien : “iya juga sus.” Merenung

Perawat : “ sebaiknya bapak sadar, dan bapak mulai pandai besyukur dan
menerima kenyataan dan ikhlas harus banyak berdoa kepada tuhan dan selalu
mendoakan keluarganya, pasti banyak akan merasakan ketenangan dalam diri
bapak.”

Pasien : “ iya mbak saya akan mencobanya.”

Perawat : “bagus pak, sekarang bapak sudah tahukan apa keuntungan dari
ikhlas bersyukur, berpikir positif dan mendekatkan diri pada tuhan?”

c. Fase terminasi

1) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan

a) Evaluasi subjektif

Perawat : “baiklah bapak, sekarang bagaimana perasaan bapak setelah


berbincang bincang sedikit dengan saya, apakah sedikit lebih lega.?”

Pasien : “iya lumayan mbak lega pikiran saya dan batin saya.”

b) Evaluasi objektif

Pasien dapat mengungkapkan kembali keuntungan dan kerugian berpikir


positif, bersyukur dan mendekatkan diri kepada tuhan meskipun hanya
sedikit dan agak dibantu oleh perawat

2) Rencana tindak lanjut

Perawat : “baiklah, bapak tadi sudah menceritakan masalah bapak tidak


menerima kenyataan dan ikhlas atas kehilangan istri dan anaknya, serta
mendekatkan diri kepada tuhan dan bapak sudan mengetahui keuntungan dan
kerugiannya. Bagaimana jika pertemuan selanjutnya akan saya ajari
bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain dan mendekatkan diri kepada
tuhan, apakah bapak setuju.?”

3) Kontrak yang akan datang

a. Topik : memberikan jadwal harian kepada pasien dan cara


berinteraksi kepada pasien.

b. Waktu : “ oh iya pak, enaknya besok kita berbincang bincang-bincang


lagi jam brapa ya pak.? Bagaimana kalau jam 08.00 WIB.?”

c. Tempat : “untuk tempat mau dimana ya pak, bagaimana kalau ditempat ini
lagi ya pak?” “ baiklah bapak kalau begitu saya permisi dulu ya pak.
Terimakasih atas waktunya. Assalamualaikum
Kasus
Klien sejak ditinggal istri, anak dan keluarganya meninggal akibat kebakaran dan
tertimpa bangunan roboh sekarang merasa pikirannya kosong. Keluarga juga
mengatakan bahwa kondisi klien saat ini tidak mau shalat atau mengikuti kegiatan
agama lainnya seperti pengajian dan sering mengatakan bahwa “Tuhan itu tidak
adil, mengapa ini semua terjadi padaku”, tanya Tn.A dengan sangat sedih.

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SPTK)


PADA PASIEN
KLIEN DENGAN DISTRESS SPIRITUAL

1. Proses Keperawatan

a. Kondisi klien :

Klien sejak ditinggal istri, anak dan keluarganya meninggal akibat


kebakaran dan tertimpa bangunan roboh sekarang merasa pikirannya
kosong. Keluarga juga mengatakan bahwa kondisi klien saat ini tidak
mau shalat atau mengikuti kegiatan agama lainnya seperti pengajian
dan sering mengatakan bahwa “Tuhan itu tidak adil, mengapa ini
semua terjadi padaku”, tanya Tn.A dengan sangat sedih.

b. Diagnosa keperawatan : Distress spiritual

c. Tujuan khusus :

- Pasien mampu melakukan kegiatan keagamaan

- Pasien mampu mengevaluasi perasaan setelah melakukan kegiatan


keagamaan

d. Tindakan keperawatan :

- Fasilitasi pasien dengan alat-alat ibadah sesuai keyakinan atau


agama yang dianut oleh pasien

- Fasilitasi klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan


orang lain
- Bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan

2. Strategi Pelaksanaan/SP 2 (Pasien) : Fasilitasi pasien dengan alat-alat


ibadah sesuai keyakinan atau agama yang dianut oleh pasien, fasilitasi
klien untuk menjalankan ibadah sendiri atau dengan orang lain,
bantu pasien untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan.

a. Fase orientasi

1) Salam

Perawat : “Assalamualaikum bapak”

Pasien : “waalaikumsalam ners”

Perawat : “apakah bapak masih ingat dengan saya?”

Pasien : “iya ners saya ingat”

Perawat : “ya saya perawat dinda”

2) Evaluasi validasi

Perawat : “Bagaimana perasaan bapak hari ini?”

Pasien : “baik ners”

Perawat : “apa bapak sudah mencoba melakukan ibadah?”

Pasien : “iya ners”

Perawat : “bagaimana perasaan bapak setelah mencoba melakukan


ibadah?”

Pasien : “saya merasa lebih tenang ners”

3) Kontrak

Perawat : “alhamdullillah pak, bagaimana kalau kita hari ini


berbincang-bincang tentang persiapan alat-alat shalat dan cara
menjalankannya?”

Pasien : “baik ners”


Perawat : “Disini saya memerlukan waktu kurang lebih 20 menit ya
pak?

Pasien : “baik ners”

Perawat : “untuk tempatnya dimana ya pak?”

Pasien : “disini saja ners”

b. Fase kerja

Perawat : “pak, apa saja yang bapak ketahui persiapan shalat dari alat
ataupun diri kita?”

Pasien : “kopyah, sarung, dan sajadah”

Perawat : “sebelum kita melakukan shalat apa yang harus kita lakukan
nggeh pak?”

Pasien : “mandi/wudhu ners”

Perawat : “wah benar sekali, bisa coba bapak sebutkan shalat 5 waktu
dalam sehari?”

Pasien : “shubuh, dhuhur, ashar, magrib, isya’ ”

Perawat : “diantara shalat 5 waktu rakaat yang mana yang termasuk


rakaat terpendek?”

Pasien : “subuh ners 2 rakaat”

Perawat : “jam berapa shalat subuh dilaksanakan?”

Pasien : “jam 04.30”

Perawat : “bagaimana niat shalat subuh nggeh pak?”

Pasien : “Ussholli fardossubkhi rok’ataini mustaqbilal kiblati


fadollillah hita’ala.”

c. Fase terminasi

1) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


a) Evaluasi subjektif

Perawat : “nah Bagaimana perasaan bapak setelah kita


berbincang-bincang tentang cara-cara menyiapkan alat shalat
dan mengerjakan shalat dirumah?”

Pasien : “alhamdullillah senang ners”

b) Evaluasi objektif

Perawat : “nah pak bisa coba bapak ulangi persiapan alat


ataupun diri kita?”

Pasien : “kopyah, sarung, sajadah, dan wudhu”

Perawat : “bagus sekali pak”

2) Rencana tindak lanjut

Perawat : “Baiklah pak sesuai dengan janji kita telah berbincang-


bincang selama 20 menit. Dan untuk mengingatkan bapak akan
saya buatkan jadwal kertas.”

Pasien : “baik sus”

3) Kontrak yang akan datang

Perawat : “Baiklah pak, dua hari lagi saya akan datang untuk
mendiskusikan tentang perasaan bapak dalam melakukan shalat
dan membahas kegiatan ibadah yang lain nggeh?”

Pasien : “baik sus”

Perawat : “ bapak mau jam berapa? Bagaimana kalau dua hari lagi
jam 9?”

Pasien : “ Baik sus”

Perawat : “baiklah kalau begitu saya permisi dulu


assalamualaikum”

Pasien : “waalaikumsalam”
INTERVENSI

A. TUJUAN
1. Keluarga mampu mengenal masalah keperawatan pada anggota keluarga
2. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami distres spiritual
3. Keluarga mampu memfollow up anggota yang mengalami distres spiritual,
B. TINDAKAN KEPERAWATAN
1) Mendiskusikan kondisi klien distres spiritual, penyebab, proses terjadi, tanda dan
gejala, akibat.
2) Melatih keluarga pasien dengan distres spiritual
3) Melatih keluarga melakukan follow up

SP 1 KELUARGA :Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat pasien untuk keluarga.

1. Proses keperawatan
a. Kondisiklien :

Klien sejak ditinggal istri, anak dan keluarganya meninggal akibat kebakaran dan
tetimpa bangunan roboh sekarang merasa pikirannya kosong. Keluaraga juga
mengatakan bahwa kondisi saat ini tidak mau sholat atau mengikuti kegiatan
agama lainnay seperti pengajian dan sering menagatakan “Tuhan itu tiak adil,
mengapa ini semua terjadi padaku” kata Tn. A dengan sedih

b. Diagnosa keperawatan : Distress Spiritual


Tujuan khusus :

- Keluarga mampu mengenal keadaan Distress Spiritual pada anggota keluarganya


- Keluaga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami Distress Spiritual .
- Keluarga mempu menfollow up anggota keluarga yang mengalami
Distress Spiritual.

1. Strategi Keperawatan
a. Fase Orientasi
1) Salamterapeutik
 Perawat: “Assalamualaikum bapak/ibu saya perawat dandi disini saya yang
merawat pasien anak bapak/ibu. yang akan mengarahkan dan menjelaskan
keadaan pasien”

Keluarga:” Waalaikumsalam, selamat pagi juga ners”


2) Evaluasi validasi
Perawat: “Bagaimana perasaan ibu saat ini?”

Keluarga:“Saya khawatir dengan keadaan kondisi anak saya akhir-akhir ini ners”

3) Kontrak
1) Topik
Perawat:” baikbapak/ibu disini saya akan menjelaskan kondisi pasien dan
bagaimana cara perawatan dirumah untuk pasien. Dan
kitaakanmempraktekkandisniya .”

Keluarga” iya ners,”

2) Tempat
Perawat:“Dimana kita akan berbincang-bincang ibu?”

Keluarga:“di kamar sini saja sus”

Perawat:” baiklah ibu”

3) Waktu

Perawat: “saya rasa 15 menit seperti kemarin cukupya, ibu.


Keluarga:“ baik sus”

b. Fase Kerja

Perawat: “Nah yang pertama saya akan menjelaskan apa itu distres spiritual dan
penyebab hingga gejala yang akibatkan. Distres spiritual adalah gangguan dalam
prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan seseorang dalam biologis dan
psikososial. Penyebabnya adalah ketidakterimaan terhadap apa yang sudah jadi
kenyataan yang berujung stress dan tidak mau melakukan aktivitas yang
memperbaiki spiritualnya kembali. Nah karena pasien A ini selalu memikirkan
ditinggal keluarganya sehingga beliau berfikir tuhan itu tidak adil dan tidak mau
melakukan aktivitas spiritual. Seperti itu bapak/ibu”

Keluarga:”baik ners saya bisa mengerti itu”


 Perawat:” Saya akan menjelaskan bagaimana cara merawat pasien dirumah
saat Bersama bapak/ibu nggeh”

Keluarga:” baik ners“


 Perawat:” Jadi begini, bapak/ibu diharapkan selalu memantau pasien agar tidak
terjadi hal yang tidak di inginkan, caranya membuat acara keluarga atau jadwal
harian yang disenangi oleh pasien lalu bisa juga dengan pujian seperti “wah
pintar sekali dalam mengerjakan sesuatu, hebat. Dengan juga memotivasi pasien
dengan terus menyadarkan semua itu ada hikmahnya serta selalu mengajaknya
ibadah”

Keluarga:” Baiklah ners, saya akan coba”


 Perawat:” baiklah ibu hari ini kita akan membahas kegiatan positif lain yang telah
Ny.A tuliskan dalam daftar harian yaitu membersihkan rumah dengan
menyapu… Jika Ny.A telah melakukannya ibu harus tetap memberi motivasi
kepada Ny.A yaa,,,”

Keluarga:”Nggeh ners saya akan mencoba melakukannya”


1) Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a) EvaluasiSubjektif

Perawat: “nah bagaimana perasaan bapak/ibu setelah mengetahui kondisi pasien


dan mengetahui bagaimana cara merawat pasien di rumah?”

Keluarga :saya pikir lega nes dan mempunyai apndangan bagaimana merawat anak saya”
b) EvaluasiObjektif

Perawat: “Bisa diulangi kembali ibu, apa inti dari pembicaraan kita pada hari ini?

Keluarga:” intinya itu adalah saya harus selalu mengharapkan sesuatu yang positif
dan juga mengingatkan anak saya untuk ibadah”

Perawat:” iya bagus sekali ibu, sudah memahami pembicaraan kita pada hari ini?”
2) Rencana tindak lanjut
Perawat: “Baiklah ibu, jadi ibu harus berharap sesuatu yang positif yaitu sembuh dan ibu
harus semangat melakukan pengobatan”

Keluarga:” baik sus”


3) Kontrak yang akan datang
1) Topik
Perawat: “Baik lah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang tentang cara
merawat Ny. A secara langsung, apakah ibu bersedia”

Keluarga:” iya sus, saya bersedia”

2) Tempat
Perawat: “Baiklah kalau begitu, di mana kita akan bercakap-cakap ibu?”

Keluarga:” tetap disini saja sus”

3) Waktu
Perawat: “Berapa lama kita akan bercakap-cakap besok ibu?”

Keluarga: ”15 menit saja sus”

Perawat:” baiklah ibu, saya mohon pamit terlebih dahulu dan sampai jumpa besok”
SP 2 KELUARGA : Mengajarkan keluarga cara merawat pasien dengan distress spiritual

A. TUJUAN

1. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami distres spiritual

2. Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien yang mengalami


distress spiritual

B. TINDAKAN KEPERAWATAN

1) Melatih keluarga cara merawat pasien dengan distress spirtual

2) Melatih keluarga dengan cara merawat langsung pasien

1. Proses keperawatan

a. Kondisiklien :

Klien sejak ditinggal istri, anak dan keluarganya meninggal akibat kebakaran dan
tetimpa bangunan roboh sekarang merasa pikirannya kosong. Keluaraga juga
mengatakan bahwa kondisi saat ini tidak mau sholat atau mengikuti kegiatan
agama lainnay seperti pengajian dan sering menagatakan “Tuhan itu tiak adil,
mengapa ini semua terjadi padaku” kata Tn. A dengan sedih

b. Diagnosa keperawatan : Distress Spiritual


Tujuan khusus :

- Keluarga mampu mengenal keadaan Distress Spiritual pada anggota keluarganya


- Keluaga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami Distress Spiritual .
- Keluarga mempu menfollow up anggota keluarga yang mengalami
Distress Spiritual.

C. STRATEGI PELAKSANAAN
1) Orientasi
a. Salam Terapeutik
Perawat : “ assalamu’alaikum bapak/ibu, masih ingat dengan saya?”
Keluarga : “wa’alaikumussalam ners, iya saya masih ingat”

2) Evaluasi Validasi
Perawat : “bagaimana bapak/ibu, apakah masih ingat tentang diskusi yang lalu?
Apakah masih ada yang ditanyakan bapak/ibu?”
Keluarga : “iya ners masih ingat”
Perawat : :” baiklah bapak/ibu sesuai janji kita kemarin, sekrang kita bertemu
kembali untuk latihan cara merawat pasien ya”
Keluarga :” baik ners”

3) Waktu
Perawat : “disini kita memerlukan waktu kurang lebih 20-30 menitan untuk latihan
bapak/ibu, apakah bapak/ibu bersedia?”
Keluarga : “baik ners, saya bersedia”

4) Tempat
Perawat : “ untuk tempatnya kita pindah ruangan atau tetap disini saja bu/pak?”
Keluarga : “disini saja sudah ners”
Perawat : “baiklah bapak/ibu”

5) Fase Kerja
Perawat : “baik bapak/ibu, sekarang saya mau bertanya terkait hal-hal yang sudah
dilakukan untuk merawat pasien? Kalau boleh tau apa saja nggeh?”
Keluarga :”saya sudah memberikan anak saya motivasi ners, dan saya juga
mengajak anak saya untuk rajin beribadah ners”
Perawat :”nah, bagus sekali bapak/ibu, kalau boleh tau apakah reaksi
anak bapak/ibu setelah diberikan motivasi dan diajak beribadah?’
Keluarga :”Alhamdulillah anak saya melaksanakannya setelah saya berikan
motivasi ners, tapi anak saya masih sedikit kelihatan gelisah dan tidak tenang”
Perawat : “oh jadi begitu ya pak/bu”
Keluarga : “iya ners”
Perawat : “kalau begitu, saya akan mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, agar
ibu/bapak bisa mengajarkan pada anak bapak/ibu ya”
Keluarga :” baik ners”
perawat :” baik bapak/ibu, yang pertama yaitu Tarik nafas melalui hidung kemudian
tahan sebentar, lalu keluarkan nafas lewat mulut. Bapak/ibu bisa lakukan berulang
sebanyak 3-4 kali begitu ya”
Keluarga :”baik ners”
Perawat :”apakah bapak/ibu bisa praktikkan sekarang?”
Keluarga :”bisa ners (mempraktikkan cara relaksasi nafas dalam)
Perawat :”baik, bagus sekali pak/bu, cara ini bisa diajarkan pada anak ibu/bapak
guna untuk meringankan rasa gelisahnya ya”
Keluarga :” baik ners”

6) Terminasi
1) Evaluasi Subjektif
Perawat :” baik bapak/ibu apakah sudah paham mengenai cara merawat pasien
dengan distress spiritual?”
Keluarga :”paham ners”
2) Evaluasi Objektif
Perawat : “bisa diulangi kembali ibu/bapak cara yang sudah saya ajarkan tadi?”
Keluarga :” pertama yaitu Tarik nafas melalui hidung kemudian tahan sebentar,
lalu keluarkan nafas lewat mulut dan lakukan sebanyak 3-4 kali begitu ya ners?”
Perawat :”betul sekali bapak/ibu”

7) Rencana Tindak Lanjut


Perawat :”baik pak/buk, jangan lupa hal-hal yang sudah saya ajarkan tadi mohon
untuk diterapkan ya”
Keluarga :” baik ners”
Perawat :”kalau begitu saya pamit untuk kembali keruangan, terimakasi atas waktu
dan perhatiannya nggeh pak/bu, permisi..”
Keluarga :”iya ners, sama sama”

Anda mungkin juga menyukai