Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEPERAWATAN JIWA DISTRES SPIRITUAL

DISUSUN OLEH :

RESTIKA

NIM : 201901113

KELAS : R2C KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA


PALU

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat nya saya
masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Makalah yang berjudul “Makalah Keperawatan Jiwa
Anak Usia Sekolah” ini disusun untuk memenuhi tugas saya dari mata
kuliah keperawatan jiwa di program studi ilmu keperawatan.

saya menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya


dan masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan
sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan
masyarakat dan pembaca.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Masalah 5
D. Manfaat 5
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
A. Pengertian distress spiritual 6
B. Ciri Khusus Distress Spiritual 6
C. Faktor yang mempengaruhi distress spiritual 6
D. Karakteristik distres spiritual 7
E. Tipe-Tipe Distress Spritual 8
F. Asuhan keperawatan distress spiritual 9
BAB III 22
PENUTUP 22
A. Simpulan 22
B. Saran 22
DAFTAR PUSTAKA 23

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia dan
merupakan modal setiap warga Negara dan setiap bangsa dalam mencapai
tujuannya dan mencapai kemakmuran. Pembangunan kesehatan pada
hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan masyarakat (Depkes, R.I, 2009).
Dimensi sehat pada manusia itu meliputi dimensi biologis (fisik),
psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Kebutuhan spiritual merupakan
kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Apabila seseorang
dalam keadaan sakit, maka hubungan dengan Tuhannya pun semakin
dekat, mengingat seorang dalam kondisi sakit menjadi lemah dalam segala
hal, tidak ada yang mampu membangkitkannya dari kesembuhan kecuali
Sang Pencipta. Kebutuhan spiritual mempertahankan atau mengembalikan
keyakinan, memenuhi kewajiban agama (Ilhamsyah, 2010).
Mengacu pada peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual maka pelaksanaan
pemberian bimbingan spiritual pada pasien dengan kondisi sakit
teramatlah penting. Mengingat kondisi sakit dapat mengakibatkan pasien
mengalami distress spiritual, sementara kegiatan spiritual seperti berdo’a
terbukti mampu menenangkan klien dalam menghadapi kenyataan tentang
penyakitnya. Kondisi distress spiritual pada penderita penyakit baik akut
maupun terminal jutsru akan mempersulit kondisi sakitnya, karena
kebanyakan penderita tersebut akan merasa frustasi dan menyerah pada
kondisinya sehingga terapi yang diperoleh dari luar seperti obat-obatan tak
mampu menyembuhkan oleh karena itu keyakinan dan kepercayaan sangat
mempengaruhi keberhasilan penatalaksanaan penyaki (Kasihani&
Syarifuddin, 2019).

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana definisi distress spiritual ?
2. Bagaimana ciri khusus distress spiritual?
3. Bagaimana faktor yang mempengaruhi distress spiritual?
4. Bagaimana karakteristik distress spiritual?
5. Bagaimana tipe distress spiritual?
6. Bagaimana asuhan keperawatan distress spiritual?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui definisi pengertian distres spiritual
2. Untuk Mengetahui ciri khusus distres spritual
3. Untuk Mengetahui faktor yang mempengaruhi distres spritual
4. Untuk Mengetahui karakteristik distres spritual
5. Untuk Mengetahui tipe distres spiritual
6. Untuk Mengetahui asuhan keperawatan distres spiritual
D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat Mengetahui definisi pengertian distres spiritual
2. Mahasiswa dapat Untuk Mengetahui ciri khusus distres spiritual
3. Mahasiswa dapat Untuk Mengetahui faktor yang mempengaruhi distres
spiritual
4. Mahasiswa dapat Untuk Mengetahui karakteristik distres spritual
5. Mahasiswa dapat Untuk Mengetahui tipe distres spiritual
6. Mahasiswa dapat Untuk Mengetahui asuhan keperawatan distres
spiritual

5
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian distress spiritual
Distres spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami
dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang
lain, seni, musik, literatur, alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya
(Hamid, Achir Y., 2009). Definisi lain mengatakan bahwa distres spiritual
adalah gangguan dalam prinsip hidup yang meliputi seluruh kehidupan
seseorang dan diintegrasikan biologis dan psikososial (Keliat dkk,
2011).Dengan kata lain kita dapat katakan bahwa distres spiritual adalah
kegagalan individu dalam menemukan arti kehidupannya.
B. Ciri Khusus Distress Spiritual

Menurut Benedict dan Taylor (2002) ciri-ciri khusus dari distress spiritual
meliputi hal berikut: pertanyaan tentang implikasi moral/etis dari aturan
terapeutik, perasaan tidak bernilai, kepahitan, penolakan, rasa salah dan rasa
takut, mimpi buruk, gangguan tidur, anorexia, keluhan somatis, pengungkapan
konflik dalam batin atas kepercayaan yang dihayati,ketidakmampuan dalam
berpartisipasi dalam praktik keagamaan yang biasa diikuti, mencari bantuan
spiritual, mempertanyakan makna penderitaan, mempertanyakan makna

C. Faktor yang mempengaruhi distress spiritual


Menurut Budi Anna Keliat (2011) penyebab distres spiritual adalah
sebagai berikut:
a. Pengkajian Fisik →Abuse
b. Pengkajian Psikologis→Status mental, mungkin adanya depresi,
marah,kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga
dirirendah, dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).
PengkajianSosial Budaya→Dukungan social dalam memahami keyakinan
klien (Spencer, 1998)

D. Karakteristik distres spiritual

Karakteristik spiritual menurut Burkhandt (1997) meliputi:

6
a. Hubungan dengan diri sendiri

Hubungan dengan diri sendiri merupakan kekuatan yang timbul dari


diri seseorang membantu menyadari makna dan tujuan hidup, seperti
memandang pengalaman hidup sebagai pengalaman positif, kepuasan
hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup yang jelas.

b. Hubungan dengan orang lain

Hubungan dengan orang lain terdapat hubungan harmonis dan tidak


harmonis. Keadaan harmonis meliputi pembagian waktu, pengetahuan dan
sumber secara timbal balik, mengasuh anak, mengasuh orang tua dan
orang yang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian. Sedangkan
kondisi yang tidak harmonis mencakup konflik dengan orang lain.
Hubungan dengan orang lain lahir dari kebutuhan akan keadilan dan
kebaikan, menghargai kelemahan dan kepekaan orang lain, rasa takut akan
kesepian, keinginan dihargai dan diperhatikan, dan lain sebagainya.
Dengan demikian apabila seseorang mengalami kekurangan ataupun
mengalami stres, maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dan
sosial.

c. Hubungan dengan alam

Harmoni merupakan gambaran hubungan seseorang dengan alam


yang meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim
dan berkomunikasi dengan alam serta melindungi alam tersebut.

d. Hubungan dengan Tuhan

Hubungan dengan Tuhan meliputi agama dan luar agama. Keadaan


ini menyangkut sembahyang dan berdoa, keikutsertaan dalam kegiatan
ibadah, perlengkapan keagamaan, serta bersatu dengan alam.
Dapatdisimpulkan bahwa seseorang terpenuhi kebutuhan spiritual
apabila mampu merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan
keberadaannya di dunia atau kehidupan, mengembangkan arti penderitaan
serta meyakini hikmah dari satu kejadian atau penderitaan, menjalin
hubungan yang positif dan dinamis, membina integritas personal dan
7
merasa diri berharga, merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui
harapan dan mengembangkan hubungan antar manusia yang positif

Batasan karakteristik minor yaitu

Karakteristik yang mungkin ada pada klien dengan distress yaitu


(Carpenito, 2013) meliputi:
1. Mempertanyakan makna kehidupan, kematian, dan penderitaan
2. Mempertanyakan kredibilitas terhadap sistem keyakinan
3. Mendemonstrasikan keputusan atau kekecewaan
4. Memilih untuk tidak melakukan ritual keagamaan yang biasa dilakukan
5. Mempunyai perasaan ambivalen (ragu) mengenai keyakinan
6. Mengungkapkan bahwa ia tidak mempunyai alasan untuk hidup
7. Merasakan perasaan kekosongan spiritual
8. Menunjukkan keterpisahan emosional dari diri sendiri dan orang lain
9. Menunjukkan kekhawatiran-marah, dendam, ketakutan-mengenai arti kehidupan,
penderitaan, kematian
10. Meminta bantuan spiritual terhadap suatu gangguan dalam sistem keyakinan.
E. Tipe-Tipe Distress Spritual

a. Spiritual pain

Spiritual pain merupakan ekspresi atau ungkapan


dari ketidaknyamanan pasien akan hubungannya dengan Tuhan.
Pasien dengan penyakit terminal atau penyakit kronis mengalami
gangguan spiritual dengan mengatakan bahwa pasien merasa hampa
karena selama hidupnya tidak sesuai dengan yang Tuhan inginkan,
ungkapan ini lebih menonjol ketika pasien menjelang ajal.

b. Pengasingan diri (spiritual alienation)

Pengasingan diri diekspresikan pasien melalui ungkapan bahwa pasien


merasa kesepian atau merasa Tuhan menjauhi dirinya. Pasien dengan
penyakit kronis merasa frustasi sehingga bertanya : dimana Tuhan
ketika saya butuh Dia hadir?

c. Kecemasan (spiritual anxiety)

Dibuktikan dengan ekspresi takut akan siksaan dan hukuman Tuhan,


takut Tuhan tidak peduli, takut Tuhan tidak menyukai tingkahlakunya.
8
Beberapa budaya meyakini bahwa penyakit merupakan suatu
hukuman dari Tuhan karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan
semasa hidupnya.

d. Rasa bersalah (spiritual guilt)

Pasien mengatakan bahwa dia telah gagal melakukan hal-hal yang


seharusnya dia lakukan dalam hidupnya atau mengakui telah
melakukan hal-hal yang tidak disukai Tuhan.

e. Marah (spiritual anger)

Pasien mengekspresikan frustasi, kesedihan yang mendalam, Tuhan


kejam. Keluarga pasien juga marah dengan mengatakan mengapa
Tuhan mengijinkan orang yang mereka cintai menderita.

f. Kehilangan (spiritual loss)

Pasien mengungkapkan bahwa dirinya kehilangan cinta dari Tuhan,


takut bahwa hubungannya dengan Tuhan terancam, perasaan yang
kosong. Kehilangan sering diartikan dengan depresi, merasa tidak
berguna dan tidak berdaya.

g. Putus asa (spiritual despair)

Pasien mengungkapkan bahwa tidak ada harapan untuk memiliki


suatu hubungan dengan Tuhan, Tuhan tidak merawat dia. Secara
umum orang-orang yang beriman sangat jarang mengalami
keputusasaan.

F. Asuhan keperawatan distress spiritual


a. Pengkajian

Pada dasarnya, informasi awal yang perlu digali secara umum


adalah sebagai berikut :

1. Afiliasi agama :
a.Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara
aktif atau tidak aktif.
9
b.Jenis partisipasi dalam kegiatan agama.
2. Keyakinan agama atau spiritual, memengaruhi :
 Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima terapi, ritual atau
upacara agama
 Persepsi penyakit : hukuman, cobaan terhadap keyakinan
 Strategi koping.
3. Nilai agama atau spiritual, memengaruhi :
a. Tujuan dan arti hidup
b. Tujuan dan arti kematian
c. Kesehatan dan pemeliharaannya
d. Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, dan orang lain.

 Pengkajian data subjektif, mencakup empat area :


a. Konsep tentang Tuhan atau Ketuhanaan

b. Sumber harapan dan kekuatan


c. Praktik agama dan ritual
d. Hubungan antara keyakinan spiritual dan kondisi kesehatan.
Pertanyaan yang dapat diajukan perawat untuk meperoleh informasi
tentang pola fungsi spiritual klien, antara lain :
1) Apakah agama atau Tuhan merupakan hal yang penting dalam
kehidupan Anda?
2) Kepada siapa Anda biasanya meminta bantuan?
3) Apakah Anda merasa kepercayaan (agama) membantu Anda? Jika
ya, jelaskan bagaimana dapat membantu Anda?
4) Apakah sakit (atau kejadian penting lainnya perna Anda alami)
telah mengubah perasaan Anda terhadap Tuhan atau praktik
kepercayaan yang Anda anut?
 Pengkajian data objektif

Pengkajian data objektif dilakukan melalui pengkajian klinis yang meliputi


afek dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan interpersonal, dan lingkungan.
Pengkajian data objektif terutama dilakukan melalui observasi.

10
Perawatan perlu mengobservasi aspek berikut ini untuk mendapatkan data
onjektif atau data klinis.

a. Afek dan sikap


1) Apakah klien tampak kesepian, depresi, marah, cemas, agitasi,
apatis, atau preukopasi?
b. Perilaku
1) Apakah klien tampak berdoa sebelum makan, membaca kitab suci,
atau buku keagamaan?
2) Apakah klien sering kali mengeluh, tidak dapat tidur, bermmpi
burk dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya, serta bercanda
yang tidak sesuai atau mengekspresikan kemarahannya terhadap
agama?

c. Verbalisasi
1) Apakah klien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah, atau topic
keagamaan lainnya ( walaupun hanya sepintas)?
2) Apakah klien pernah meminta dikunjungi oleh memuka agama
3) Apakah klien mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematian,
kepedulian dengan arti kehidupan, konflik batin tentang keyakinan
agama, kepedulian tentang hubungan dengan Yang Maha Kuasa,
pertanyaan tentang arti keberadaannya di dunia, arti penderitaan,
atau implikasi terapi terhadap nilai moral/etik?
d. Hubungan interpersonal
1) Siapa pengunjung klien?
2) Bagaimana klien berespons terhadap pengunjung?
3) Apakah pemuka agama datang mengunjungi klien?
4) Bagaimana klien berhubungan dengan klien yang lain dan dengan
tenaga keperawatan?
e. Lingkungan
1) Apakah klien membawa kitab atau perlengkapan sembahyang
lainnya?
2) Apakah klien menerima kiriman tanda simpati dari unsur

11
keagamaan?

Pada umumnya karakteristik klien yang berpotensi mengalalami


distress spiritual adalah sebagai berikut :

1. Klien yang tampak kesepian dan sedikit pengunjung


2. Klien yang mengekspresikan rasa takut dan cemas
3. Klien yang mengekspresikan keraguan terhadap sistem
kepercayaan/agama
4. Klien yang mengekspresikan rasa takut terhadap kematian
5. Klien yang akan dioperasi
6. Penyakit yang berhubungan dengan emosi atau implikasi sosial dan agama
7. Mengubah gaya hidup

8. Preokupasi tentang hubungan agamadan kesehatan


9. Tidak dapat dikunjungi oleh pemuka agama
10. Tidak mampu atau menolak melakukan ritual spiritual
11. Memverbalisasikan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan hukuman
dari Tuhan
12. Mengekspresikan kemerahannya terhadap Tuhan
13. Pempertanyakan rencana terapi karena bertentangan dengan kenyakinan
agama
14. Sedang menghadapi sakratulmaut (dying).

b. Pohon masalah
Berdasarkan hasil pengkajian, dapat dibuat pohon masalah sebagai berikut:

Isolasi social :menarik diri Efek

Distress Spiritual Masalah utama

Tidak adanya Adanya


Dukungan pemikiran Causa
sosial yang
bertentangan
12
Dari pohon masalah diatas, dapat dijelaskan bahwa: gangguan distress
spiritual merupakan masalah utama (core problem). Apabila masalah
distress spiritual ini tidak ditindaki lebih lanjut, maka dapat menyebabkan
munculnya masalah keperawatan isolasisosial : menarik diri. Adapun
penyebab distress spiritual adalah karena adanya pemikiran yang
bertentangan dengan keyakinannya dan tidak adanya dukungan sosial di
lingkungan sekitar.

c. Diagnosa keperawatan

Dx Kep. Perencanaan Aktivitas-aktivitas


Tujuan Kriteria hasil
Distres TUM : Klien nampak nyaman, Gunakan komunikasi
spritual
Klien mengatakan mampu terlihat ekspresi wajah terapeutik dalam membangun
mencapai kenyamanan menunjukkan penerimaan, hubungan saling percaya dan
dari pelaksanaan praktik terdapat kontak mata, ingin caring
spiritual sebelumnnya dan bersalaman, dapat  Menyapa klien dengan
menyadari kehidupannya menyebutkan nama, ramah dan
berarti menjawab salam, nyaman sopan
TUK I : duduk berdampingan -Rasional: agar pasien
Klien dapat membina dengan perawat, bisa merasa nyaman dan tidak
hubungan saling mengutarakan masalah canggung kepada perawat
percaya yang sedang dihadapi
 Memperkena lkan
diri
- Rasional:pasien dan
perawat bisa saling
mengenal satu sama lain
 Menanyakan nama
lengkap pasien dan
panggilan yang disukai
- Rasional: pasien merasa

13
nyaman dalam
nerkomunikasi dengan
perawat

14
 Menjelaskan
tujuan pertemuan
-Rasional: pasien
mengetahui tindakan
yang
akan dilakukan
perawat
 Bersikap jujur
dan menepati
janji
-Rasional: terbina
hubungan saling
percaya
antara perawat dan
pasien

Menunjukkan
sikap empati dan
menerima klien
apa adanya
-Rasional: pasien
merasa dihargai oleh
perawat

15
Memberiperh atian
kepada klien dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien
-Rasional: pasien
merasa diperhatikan
dan punya dukungan

TUK 2 : Klien mampu  Gunakan komunikasi


Klien dapat  Mengungkap terapeutik untuk
mengatakan kan harapan membina hubungan
kepada perawat masa depan saling percaya dan
atau pemimpin yang positif. menunjukkan
spiritual tentang  Mengung- empati
masalah spiritual kapkan  Menggunakan alat
dan arti hidup Untuk memonitor
kegelisahannya  Mengung- dan mengevaluasi
kapkan spiritual well-
optimis being sebagai
 Mengung- pendekatan
kapkan  Mendorong individu
keyakinan untuk melihat
dalam diri kembali masa lalu
 Mengung- dan memfokuskan
16
kapkan pada kejadian dan
keyakinan hubungan yang
kepada memberikan kekuatan
orang lain dan dukungan
 Menentuk- Spiritual
kan tujuan  Rawat klien dengan
hidup bermartabat dan
hormat dengan cara
menghargai pendapat
dan keyakinan klien
 Dorong partisipasi
dalam hubungan
dengan anggota
keluarga, teman dan
orang lain
 Jaga privacy dan
ketenangan untuk
kegiatan spiritusl

 Dorong partisipasi
dalam kelompok
spiritual sesuai dengan
keyakinan

17
TUK 3 : Klien mampu  Berbagai
Klien  Mencintai diri sendiri keyakinan
mendiskusikan dan orang lain dengan tentang arti dan
dengan perawat mengungkapkan tujuan dengan
hal penting yang penerimaan terhadap perawat
memberikan dirinya sendiri  Diskusikan
makna dalam maupunorang lain manfaat spiritual
kehidupannya  Berdoa menurut  Beri kesempatan
dimasa yang keyakinannya masing- untuk
lalu. masing mendiskusikan
 Melakukan ibadah berbagai
 Berpartisipasi dalam hambatan yang
upcara keagamaan dirasakan dalam
 Berpartisipasi dalam menjalankan
pengobatan keyakinan
 Berinteraksi dengan  Bersikap terbuka
tokoh agama dan menjadi
 Berhubungan dengan pendengar yang
diri sendiri orang lain baik terhadap apa
yang yang dikatakan

 Berhubungan dengan individu


orang lain  Dorong klien

 Berinteraksi dengan berdoa secara


orang lain untuk individu
berbagi perasaan dan
keyakinan

18
TUK 4 : Klien mampu  Mendorong klien
Klien dapat  Melakukan ADL untuk menulis
mempertahankan  Melaksanakan dalam daftar
pemikiran dan keyakinannya kegiatan
perasaannya sesuai dengan hariannya setiap
tentang spiritual perannya hari untuk
 Mengungkapkan mengekpresikan
perasaannya terkait pemikiran dan
dengan saran refleksi.
keyakinannya  Menyediakan
 Mengontrol aktifitas musik, literatur,
spiritualnya radio atau
 Memilih pelayanan program TV
spiritual yang spritual secara
diperlukan individu
 Terbuka terhadap
pernyataan
individu
terhadap
kesepian dan
kekuatannya
 Dorong
menggunakan
sumber-sumber
spiritual seperti
tokoh-tokoh
agama, literatur-
literatur atau
buku yang sesuai
dengan
keyakinan,
tersedianya
tempat-tempat
19
beribadah dan
alat-alat dalam
menjalankan
ritual
keyakinannya.
 Menyerahkan ke
tokoh agama
yang pilih
 Gunakan teknik
klarifikasi untuk
membantu
individu
mengklarifikasi
keyakinan dan
nilai

 Mendengarkan
perasaan
individu
 Menunjukkan
empati
 Fasilitas individu
untuk meditasi,
berdoa, tradisi

religius lainnya
dan ritual
 Dengarkan
dengan hati-hati
komunikasi
individu dan
mengembangkan
waktu untuk
20
berdoa atau ritual
keagamaan
 Yakinkan
individu bahwa
perawat akan
mendukung
individu pada
saat
menderita/masa
kulit
 Terbuka kepada
individu tentang
sakit dan
kematian
 Bantu individu
untuk
mengungkapkan
dan mengurangi
kemaharan.

d. Evalua
si

1. Mampu memahami pengertian distress spiritual yang sedang dialami


2. Mampu mengungkapkan masalah spiritual dan kegelisahannya
3. Mampu mengungkapkan arti hidup serta bersikap optimis
4. Mampu menerima dan mencintai diri sendiri serta orang lain, dan mampu
mengungkapkan penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
5. Mampu mendalami makna hidup melalui hubungan dengan diri sendiri, orang lain,
dan kekuatan yang Maha Tinggi
6. Menerima dan berpartisipasi dalam pengobatan
7. Mampu mempertahankan pemikiran dan perasaan tentang spiritu

21
BAB III

PENUTUP
A. Simpulan
Distres spiritual adalah kegagalan individu dalam menemukan arti
kehidupannya. Distress spritul dapat disebakan karen adanya abuse,
depresi, marah, kehilanagn kontol dan lain-lain. Ciri-ciri khusus dari
distress spiritual meliputi hal berikut: pertanyaan tentang implikasi
moral/etis dari aturan terapeutik, perasaan tidak bernilai, kepahitan,
penolakan, rasa salah dan rasa takut, mimpi buruk, gangguan tidur,
anorexia, keluhan somatis, pengungkapan konflik dalam batin atas
kepercayaan yang dihayati, ketidakmampuan dalam berpartisipasi dalam
praktik keagamaan yang biasa diikuti, mencari bantuan spiritual,
mempertanyakan makna penderitaan.
Adapuan karakterikstik dari spiritual meliputi hubungan dengan
diri sendiri, hubungan dengan oaring lain, hubungan dengan alam dan
hubungan dengan tuhan.
B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan bisa menjadi pembelajaran
tentang distress spritual. Agar bisa kita aplikasikan dalam dunia
keperawatan.

22
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, A. Y. S. (2009). Bunga Rampai Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta : EGC.

Depkes, R.I.(2009). Undang-Undang No.36 Tentang Kesehatan. Jakarta.

Ilhamsyah. (2010). Hubungan Pelaksanaan Keperawatan Spiritual Terhadap


Kepuasan Spiritual Pasien di Rumah SakitIbnu Sina Makasar. Fakultas
Kedokteran. Manajemen Ilmu Keperawatan Universitas Hasanudin.
Makasar.

Kasihani. & Syarifuddin. (2019). Analisis Perilaku Spiritual Terhadap Penerapan


Spritual pada Pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Jiwa Banda Aceh.
Journal of Healthcare Technology and Medicine. 5 (1). 124-130.

Nilamastuti, M. T. (2016). Hubungan tingkat spiritual dengan tingkat stres pada


narapidana di lembaga pemasyarakatan kelas iia kabupaten jember.

Wardhani, D. P., Utami, R. S., Suhartini, S., & Safitri, D. K. (2017). Pengalaman
Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Islam Pada Pasien di
Intensive Care Unit (ICU) (Doctoral dissertation, Faculty of Medicine).

23

Anda mungkin juga menyukai