Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

PSORIASIS

DISUSUN OLEH :
ANDI ASRIZAL NINGRAWAN
NIM. 201901003
R3A KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI NERS


STIKES WIDYA NUSANTARA PALI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karuniaNya tugas ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Adapun materi yang dibahas
tentang penyakit ‘Psoriasis’. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan pembaca mengenai penyakit Kanker Kulit tersebut. Selain itu semoga dengan
adanya makalah ini penderita Kanker Kulit di Indonesia tidak terus meningkat. Selain itu,
diharapkan Dinas Kesehatan mampu menanggulangi kenaikan penderita Kanker Kulit di
Indonesia ini.
Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................
B. Tujuan.................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................
A. Anatomi Fisiologi...............................................................................
B. Definisi...............................................................................................
C. Klasifikasi...........................................................................................
D. Etiologi...............................................................................................
E. Manifestasi Klinis...............................................................................
F. Patofisiologi........................................................................................
G. Penatalaksaan.....................................................................................
H. Komplikasi.........................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................
A. Pengkajian........................................................................................
B. Diagnosa...........................................................................................
C. Intervensi..........................................................................................
BAB IV PENUTUP..........................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psoriasis merupakan penyakit infeksi noninfeksius yang kronik pada kulit
dimana produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan kurang lebih enam hingga
Sembilan kali lebih besar daripada kecepatan yang normal. Sel-sel dalam lapisan
basal kulit membagi diri terlalu cepat, dan sel-sel yang baru terbentuk bergerak kebih
cepat ke permukaan kulit sehingga tampak sebagai sisik atau plak jaringan epidemis
yang profus. Sel epidermis yang mengalami psoriasis dapat berjalan dari lapisan basal
epidermis ke stratum korneum (permukaan kuli) dan melepaskan diri dalam waktu
tiga hingga empat hari sehingga sangat berbeda dalam waktu26 hingga 28 hari yang
normal. Sebagai akibat dari peningkatan jumlah sel basal dan pergerakan sel yang
cepat, kejadian maturasi dan pertumbuhan yang normal tidak dapat berlangsung.
Proses yang abnormal ini tidak memungkinkan terbentuknya lapisan protektif kulit
yang normal.
Sebagai salah satu penyakit kulit yang paling sering ditemukan, psoriasis
menjangkiti kurang lebih 2% populasi. Diperkirakan bahwa keadaan ini berasal dari
cacat herediter yang menyebabkan over produksi keratin. Meskipun penyebab
primernya tidak diketahuii, kombinasi susunan genetic yang spesifik dan rangsangan
dari lingkungan dapat memicu terjadinya penyakit tersebut. Ada beberapa bukti yang
menunjukkan bahwa proliferasi sel di antarai oleh system imun. Periode stress
emosional dan ansietas turut memperburuk keadaan, sementara trauma, infeksi serta
perubahan musim dan hormonal merupakan factor pemicu. Awitan psoriasis dapat
terjadi pada segala usia kendati lebih seing di jumpai di antara usia 10 dan 30 tahun

B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses asuhan keperawatan Psoriasis?

C. Tujuan
Memahami dan mengetahui proses asuhan keperawatan psoriasis?
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi Sistem Integumen


1. Anatomi Kulit Manusia
Kulit adalah pembatas antara manusia dan lingkungannya. Kulit mempunyai
berat rata-rata 4 kg dan meliputi area seluas 2m². Kulit berperan sebagai pembatas,
melindungi tubuh dari lingkungan luar dan mencegah hilangnya zat-zat tubuh yang
penting, terutama air. Kulit memiliki 3 lapisan, yaitu:
a. Epidermis
Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling
tebal berukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan
lapisan yang tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi,
dahi, dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit.
1) Stratum Korneum
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki inti,
tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit
mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin, jenis protein
yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia.
Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk memproteksi tubuh dari
pengaruh luar. Secara alami, sel-sel yang sudah mati di permukaan kulit
akan melepaskandiri untuk beregenerasi. Permukaan stratum korneum
dilapisi oleh suatu lapisan pelindung lembab tipis yang bersifat asam,
disebut mantel asam kulit.
2) Stratum Lucidum
Terletak tepat di bawah stratum korneum, merupakan lapisan yang
tipis, jernih, mengandung eleidin. Antara stratum lucidum dan stratum
granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang disebut rein's barrier (Szakall)
yang tidak bisa ditembus.
3) Stratum Granulosum
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal, berbutir
kasar, berinti mengkerut. Di dalam butir keratohyalin terdapat bahan logam,
khususnya tembaga yang menjadi katalisator proses pertandukan kulit.
4) Stratum Spinosum
Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar
dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut
protein. Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam lapisan
malphigi ini.
5) Stratum Germinativum
Adalah lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum germinativum
juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak mengalami
keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk pigmenmelanin dan
memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui dendrit-dendritnya. Satu
sel melanosit melayani sekitar 36 sel keratinosit. Kesatuan ini diberi nama
unit melanin epidermal.
b. Dermis
Terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin yang berada di dalam
substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin mukopolisakarida.
Serabut kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia
bebas lemak. Di dalam dermis terdapat adneksa-adneksa kulit seperti folikel
rambut, papila rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea,
otot penegak rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian
serabut lemak yang terdapat pada lapisan lemak bawah kulit.
c. Hipodermis atau Subkutis
Hipodermis atau lapisan subkutis (tela subcutanea) tersusun atas
jaringan ikat dan jaringan adiposa yang membentuk fasia superficial yang
tampak secara anatomis. Hipodermis ini terdiri dari sel-sel lemak, ujung
saraf tepi, pembuluh darah dan pembuluh getah bening, kemudian dari
beberapa kandungan yang terdapat pada lapisan ini sehingga lapisan
hipodermis ini memiliki fungsi sebagai penahan terhadap benturan ke
organ tubuh bagian dalam, memberi bentuk pada tubuh, mempertahankan
suhu tubuh dan sebagai tempat penyimpan cadangan makanan.
2. Fungsi Kulit
a. Termoregulasi
Kulit berkontribusi pada termoregulasi tubuh dengan dua cara, yaitu:
dengan cara melepaskan keringat dari permukaan dan menyesuaikan aliran
darah di dermis. Sebagai respon pada lingkungan bersuhu tinggi atau karena
panas yang disebabkan oleh olahraga, produsi keringat dari kelenjar ekrin akan
meningkat, hal ini menyebabkanmenguapnya keringat dari permukaan kulit dan
menjadikan temperatur tubuh menurun. Pada saat itu pula, pembuluh darah di
dermis akan dilatasi sehingga aliran darah mengalir ke dermis, yang mana akan
menyebabkan semakin bertambahnya panas yang keluar dari tubuh. Pada
keadaan lingkungan dingin, maka sebaliknya, produksi dari kelenjar keringat
ekrin akan menurun dan aliran darah di dermis akan konstriksi untuk
mengurangi pengeluaran panas dari tubuh.
b. Reservoir Darah
Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah yang luas yang mana
membawa 8-10% dari total pembuluh darah dalam manusia dewasa yang
sedang beristirahat.
Proteksi Kulit memproteksi tubuh dengan berbagai cara. Keratin
membantu proteksi jaringan dibawahnya dari mikroba, abrasi, panas, dan
kmia. Lipid dilepaskan oleh lamellar granules menghambat penguapan air dari
permukaan kulit, sehingga menjaga tubuh dari dehidrasi. Lipid juga membantu
memperlambat air masuk pada saat renang atau mandi. Minyak sebum dari
kelenjar sebasea membantu kulit dan rambut kering dan mengandung
bakterisidal yang dapat membunuh bakteri di permukaan. Keringat, yang
mana bersifat pH asam membantu memperlambat tumbuhnya beberapa
mikroba. Pigmen melaninmembantu proteksi dari efek berbahaya sinar
ultraviolet.
c. Ekskresi & Absorbsi
Walaupun stratum korneum bersifat tahan air, sekitar 400 mL air
menguap melaluinya setiap hari. Keringat berperan sebagai melepas air dan
panas dari tubuh, selain itu keringat juga sebagai transportasi untuk ekskresi
beberapa jumlah garam, karbon dioksida, dan 2 molekul organic yang
dihasilkan oleh pemecahan protein: amonia dan urea. Absorbsi zatzat yang
larut air melalui kulit tidak perlu dibahas, namun beberapa vitamin yang larut
lemak (A, D, E, & K), beberapa obat, dan gas oksigen serta gas
karbondioksida dapat menembus kulit. Beberapa material toksik seperti aseton
dan karbon tetraklorida, garam dari logam berat seperti timah, arsen, merkuri
juga dapat diabsorbsi oleh kulit.
d. Cutaneous Sensations
Cutaneous Sensations adalah sensasi yang timbul di kulit, termasuk sensasi
taktil; sentuhan, tekanan, dan getaran; sensasi termal seperti panas dan dingin.
Cutaneous Sensations yang lain adalah rasa sakit, biasanya sakit adalah indikasi
adanya jaringan yang akan atau rusak. Di kulit ada banyak susunan akhiran saraf
dan reseptor, seperti korpuskel di dalam dermis, dan pleksus akar rambut di
setiap folikel rambut
B. Definisi
Psorisis merupakan penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit
dimana produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan ± 6 hingga 9 kali lebih
besar dari pada kecepatan yang normal.
Psoriasis adalah penyakit yang penyebabnya autoimun, bersifat kronik dan
residif, ditandai dengan adanya bercak-bercak eritema berbatas tegas dengan skuama
yang kasar, berlapis-lapis dan transparan; disertai fenomen tetesan lilin, Ausfitz, dan
kobner

C. Etiologi
Secara pasti belum dapat diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu :
1. Genetik/herediter
Penyakit ini diturunkan melalui suatu gen yang dominan
2. Defek pada epidermis
Ditemukan adanya peningkatan dari ribonuklease dan penurunan dari
deoxyribonuklease pada sel-sel epidermis
3. Defek enzim pada kulit.
Pada epidermis yang normal prpses keratinisasi berlangsung dalam 24 hari,
sedangkan pada psoriasis proses tersebut berlangsung dalam 3-4 hari.
4. Hormonal
Hal ini terlihat terutama pada wanita tetapi belum jelas hubungannya. Pada
wanita, insidens psoriasis meningkat pada masa pubertas dari pada masa
klimakterium.
5. Tekanan mental terutama pada orang dewasa.
6. Infeksi
Infeksi merupakan faktor pencetus dan faktor yang memperberat timbulnya
psoriasis, biasanya infeksi akut seperti tonsilitis. Pada anak-anak serung
ditemukan psoriasis yang timbul 2 minggu setelah tonsilitis.
7. Sinar matahari
Pada bangsa-bangsa yang sering terkena sinar matahari jarang terkena
psoriasis.
D. Patofisiologi
Lesi muncul sebagai bercak-bercak merah benjol pada kulit yang ditutupi oleh
sisik berwarna perak. Bercak-bercak bersisik tersebut terbentuk karena penumpukan
kulit yang hidup dan mati akibat peningkatan kecepatan pertumbuhn serta pergantian
sel-sel kulit yang sangat besar. Jika sisik tersebut dikerok, maka terlihat dasar lesi
yang berwarna merah gelap dengan titik-titik perdarahan. Bercak-bercak ini tidak
basa dan bisa terasa gatal atau tidak gatal.
Lesi dapat tetap berukuran kecil sehingga terbentuk psoriasis gutata. Biasanya
lesi melebar secara perlahan-lahan, tetapi setelah beberapa bulan kemudian, lesi-lesi
tersebut akan menyatu sehingga terbentuk bercak irreguler yang lebar. Psoriasis dapat
menimbulkan permasalahan mulai dari masalah kosmetika yang mengganggu hingga
keadaan yang menimbulkan cacat dan ketidak mampuan fisik.
Tempat-tempat tertentu pada tubuh cenderung terkena kelainan ini. Termpat-
tempat tersebut mencakup kulit kepala, daerah sekitar siku serta lutut, punggung
bagian bawah dan genitalia. Psoriasis juga dapat ditemukan pada permukaan
ekstensor lengan dan tungkai, daerah disekitar sakrum serta lipatan intergluteal.
Distribusi simetri bilateral merupakan ciri khas psoriasis. Pada kurang lebih
seperempat hingga separuh dari pasien-pasien, kelainan tersebut mengenai kuku yang
menyebabkan terjadinya pitting, perubahan warna kuku serta penggumpalan pada
ujung bebas dan pemisahan lempeng kuku. Kalau psoriasis terjadi pada telapak kaki
dan tangan keadaan ini bisa menimbulkan lesi pustuler.

E. Penatalaksanaan
Karena penyebab psoriasis belum diketahui dengan pasti, maka belum ada
obat pilihan psoriasis sebaiknya diobati secara topikal, jika hasilnya tidak memuaskan
baru dipertimbangkan pengobatan sistemik, karena efek sampimg pengobatan
sistemik lebih banyak.
1. Terapi Topikal
Banyak obat – obatan bisa digunakan cara topikal untuk
menimbulkan remisi atau perbaikan. Sebagaian besar aman, tetapi membuat
pasien menjadi bosan untuk menggunakannya, karena obat – obatan ini harus
terus dipakai berbulan – bulan, bahkan tidak dapat ditentukan sampai kapan.
a. Emolion
b. Asam salisilat
c. Steroid topikal
2. Terapi Sistemik
a. Psoralen+ ultraviolet A (PUVA
psoralen’ memebentuk ikatan kimia dengan DNA jika ada radiasi UV.
Yang paling bayak digunakan adalah 8-metoksipso-ralen, yang biasanya
diminum 2 jam sebelum dilakukan dengan sinar UV gelombang panjang
(UVA), yang pada awalnya dilakukan 2 kali seminggu. Kacamata pelindung
dipakai untuk mencegah terjadinya kerusakan pada mata.
b. Obat –obatan sisitokoksik
Sisitokoksik yang paling efektif dan digunakan secara luas adalah
metotreksat, yang merupakan antagonis dari asam folat. Sebagian besar
psoriasis berhasil diobati dengan dosis 7,5-20 mg sekali seminggu. Obat –
obat yang lain mencangkup azatioprin dan hidroksikarbamid atau
hidroksiurea. Semua obat – obat sitotoksik mempunyai efek samping yang
tidak diharapkan, terutama supresi pada sumsum tulang.

F. Pencegahan
Tidak ada cara untuk mencegah psoriasis, namun tips berikut mungkin
memperbaiki gejala atau membantu mengurangi jumlah psoriasis flare-up.
1. Mempertahankan kelembapan kulit dan dilumasi
2. Hindari dingin dengan menggunakan baju/jaket hangat, waspada pada iklim
kering
3. Hindari menggaruk luka/lesi kulit, mengambil kulit dan luka kulit (luka atau
goresan). Termasuk cedera kuku/kulit terdekat saat memangkas kuku
4. Hindari stress dan kecemasan
5. Hindari infeksi
6. Cobalah untuk menghindari obat tertentu. Beberapa termasuk beta-blocker (obat-
obatan untuk jantung), dan lthium dapat memperburuk gejala psoriasis
7. Hindari minuman yang mengandung alcohol
8. Kurangi merokok/berhenti merokok.
G. Komplikasi
1. Eritroderma
Beberapa psoriasis dapat berubah menjadi eritroderma. Hal ini disebabkan oleh :
a. Tekanan mental
b. Obat-obatan diantaranya pemakaian obat-obat kuinidin (derivat dari kinina)
c. Terapi berlebihan.
Pemakaian preparat terapi yang berlebihan misal konsentrasi yang
lebih dari 20 %.
d. Fokal infeksi
Umumnya kalau terjadi komplikasi eritroderma prognosisnya kurang
baik dan sering sukar disembuhkan meskipun telah diberi bermacam-macam
pengobatan termasuk kortikosteroid.
2. Artritis
Dapat monoartritis maupun poliartritis dan dapat menyerang sendi kecil dan
sendi besar. Pada kedaan ini perlu di DD/ dengan artritis rematoid.
BAB III
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
Penderita biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi,
yakni pada kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas
bagian ekstensor terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Penderita penyakit psoriasis menampakkan gejala Penderita biasanya
mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi, yakni pada kulit
kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor
terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.
Kelainan kulit terdiri atas bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan
skuama diatasnya. Eritema berbatas tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis,
kasar, dan berwarna putih seperti mika, serta transparan.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang sama
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien dan keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami
penyakit yang sama

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan inflamasi antara dermal-epidermal
sekunder akibat psoriasis
2. Ketakutan berhubungan dengan perubahan penampilan
3. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat
penyakit psoriasi
C. Intervensi Keperawatan
No. Dx Tujuan Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan 1. Kaji keadaan kulit 1.  Mengetahui dan
intervensi selama 2. Kaji keadaan umum mengidetifikasi
3x24 jam, diharapkan dan observasi TTV kerusakan kulit
Kerusakan integritas 3. Kaji keadaan umum untuk melakukan
kulit dapat teratasi dan observasi TTV intervensi yang
dengan kriteria hasil : 4. Pertahankan agar tepat.
- Area terbebas dari daerah yang terinfeksi 2. Mengetahui
infeksi lanjut. tetap bersih dan kering. perubahan status
- Kulit bersih, 5. Kolaborasi dengan kesehatan pasien.
kering, dan dokter dalam 3. Megetahui
lembab pemberian obat- keefektifan sirkulasi
obatan. dan mengidentifikasi
terjadinya
komplikasi.
4. Membantu
mempercepat proses
penyembuhan.
5. Untuk mempercepat
penyembuhan.
2 Setelah dilakukan 1. Kaji ulang perubahan 1. Reaksi fisik kronis
intervensi selama biologis dan fisiologis. terhadap stresor-
3x24 jam, diharapkan 2. Gunakan sentuhan stresor menunjukkan
Ketakutan teratasi sebagai toleransi adanya penyakit
dengan kriteria hasil : 3. Dukung jenis koping kronis dan ketahanan
- Klien menyatakan yang disukai ketika rendah.
peningkatan mekanisme adaftif 2. Kadang-kadang
kenyamanan digunakan. dengan memegang
psikologis dan 4. Anjurkan untuk secara hangat akan
fisiologis. mengekspresikan menolongnya
- Dapat menjelaskan perasaannya. mempertahankan
pola koping yang 5. Anjurkan untuk control.
efektif dan tidak menggunakan 3. Marah merupakan
efektif. mekanisme koping respon yang adaptif
- Mengidentifikasi yang normal. yang menyertai rasa
respons kopingnya 6. Anjurkan klien untuk takut.
sendiri. mencari stresor dan 4. Dapat mengurangi
menghadapi rasa stres pada pasien.
takutnya 5. Ketepatan dalam
menggunakan
koping merupakan
salah satu cara
mengurangi
ketakutan.
6. Kesadaran akan
faktor penyebabkan
ketakutan akan
memperkuat kontrol
dan mencegah
perasaan takut yang
makin memuncak.
3 Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat ansietas 1. Identifikasi masalah
intervensi selama dan diskusikan spesifik akan
3x24 jam, diharapkan penyebab bila mungkin meningkatkan
Ansietas dapat 2. Kaji ulang keadaan kemampuan individu
diminimalkan sampai umum pasien dan TTV untuk
dengan diatasi dengan 3. Berikan waktu pasien menghadapinya
kriteria hasil : untuk mengungkapkan dengan lebih realistis
- Pasien tampak masalahnya dan 2. Sebagai indikator
rileks dorongan ekspresi awal dalam
- Pasien yang bebas, misalnya menentukan
mendemonstrasika rasa marah, takut, ragu intervensi berikutnya
n/ menunjukan 4. Jelaskan semua 3. Agar pasien merasa
kemampuan prosedur dan diterima
mengatasi masalah pengobatan 4. Ketidaktahuan dan
dan menggunakan 5. Diskusikan perilaku kurangnya
sumber-sumber koping alternatif dan pemahaman dapat
secara efektif tehnik pemecahan menyebabkan
- Pasien melaporkan masalah timbulnya ansietas
ansietas berkurang 5. Mengurangi
sampai tingkat kecemasan pasien
dapat diatasi

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psorisis merupakan penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit
dimana produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan ± 6 hingga 9 kali lebih
besar dari pada kecepatan yang normal. Hingga saat ini belum ada obat pasti
mengenai kasus psoriasis namun ada beberapa terapi dan obat untuk membantu
pengobatan penyakit ini.

B. Saran
Saya sebagai penulis membutuhkan saran dan kritik terhadap makalah ini
dikarenakan masih kurang dari kata sempurna.

DAFTAR ISI
Judith. M Wilcoknson. 2016. Diagnosis Keperawatan : diagnosis Nanda-I, Intervensi
NIC, Hasil NOC. Ed. 10. Jakarta : EGC
Shafiyah. Nada. 2019. Insidensi Psoriasis Vulgaris Di Poliklimil Dermatologi dan
Venereologi RSUP DR. Mohammad Hoesin Palembang.

Anda mungkin juga menyukai