Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERWATAN DECUBITUS

SISTEM INTEGUMEN

DISUSUN OLEH
RAHMA PUTRI SEPTIANI
NIM. 201901029

KELAS R3A KEPERWATAN

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karuniaNya tugas ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Adapun materi
yang dibahas tentang penyakit ‘Psoriasis’. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat
untuk menambah wawasan pembaca mengenai penyakit Kanker Kulit tersebut. Selain
itu semoga dengan adanya makalah ini penderita Kanker Kulit di Indonesia tidak terus
meningkat. Selain itu, diharapkan Dinas Kesehatan mampu menanggulangi kenaikan
penderita Kanker Kulit di Indonesia ini.
Menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat membangun untuk lebih
menyempurnakan makalah ini selanjutnya.
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR.........................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................
B. Tujuan.................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI.............................................................................
A. Anatomi Fisiologi...............................................................................
B. Definisi...............................................................................................
C. Klasifikasi...........................................................................................
D. Etiologi...............................................................................................
E. Manifestasi Klinis...............................................................................
F. Patofisiologi........................................................................................
G. Penatalaksaan.....................................................................................
H. Komplikasi.........................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................
A. Pengkajian........................................................................................
B. Diagnosa...........................................................................................
C. Intervensi..........................................................................................
BAB IV PENUTUP..........................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap kulit sehat memiliki risiko mengalami kerusakan yang disebabkan
oleh faktor mekanis, bahan kimia, vaskular, infeksi, alergi, inflamasi, penyakit
sistemik, dan luka bakar. Kerusakan mekanis disebabkan oleh beberapa faktor,
yaitu shear (lipatan), pressure (tekanan), friction (gesekan), bahan kimia,
iskemia (kekurangan oksigen), dan neuropati (mati rasa). Kerusakan mekanis
pada kulit menyebabkan terjadinya luka. Tekanan adalah menekan dengan
kekuatan kebawah pada area yang diberikan, jika tekanan melawan jaringan
lunak lebih besar dari tekanan darah intrakapiler (sekitar 32 mmHg) kapiler
dapat tersumbat dan jaringan bisa rusak sebagai akibat hipoksia. Perawatan kulit
yang tidak terencana dan konsisten dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
integritas kulit. Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan
pada pasien adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai
dengan memberikan perawatan kulit yang terencana dan konsisten. Perawatan
kulit yang tidak terencana dan konsisten dapat mengakibatkan terjadinya
gangguan integritas kulit.
Gangguan integritas kulit dapat diakibatkan oleh tekanan yang lama,
iritasi kulit atau imobilisasi dan berdampak akhir timbulnya luka dekubitus.
Dekubitus adalah kerusakan struktur anatomis dan fungsi kulit normal akibat
dari tekanan eksternal yang berhubungan dengan penonjolan tulang dan tidak
sembuh dengan urutan dan waktu yang biasa. Selanjutnya gangguan ini terjadi
pada individu yang
berada diatas kursi atau diatas tempat tidur ataupun individu yang mengalami
kesulitan makan sendiri,serta mengalami gangguan tingkat kesadaran. Luka
tekan mengganggu proses pemulihan pasien, mungkin juga diikuti komplikasi
dengan nyeri dan infeksi sehingga menambah panjang lama perawatan, bahkan
adanya luka tekan menjadi penanda buruk prognosis secara keseluruhan dan
mungkin berkontribusi terhadap mortalitas pasien.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses asuhan keperawatan decubitus?

C. Tujuan
Memahami proses asuhan keperawatan decubitus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Kulit Manusia
Kulit adalah pembatas antara manusia dan lingkungannya. Kulit
mempunyai berat rata-rata 4 kg dan meliputi area seluas 2m². Kulit berperan
sebagai pembatas, melindungi tubuh dari lingkungan luar dan mencegah
hilangnya zat-zat tubuh yang penting, terutama air. Kulit memiliki 3 lapisan,
yaitu:

a. Epidermis
Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang
paling tebal berukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak kaki dan telapak
tangan, dan lapisan yang tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada
kelopak mata, pipi, dahi, dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit.
1) Stratum Korneum
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati, tidak memiliki
inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat
sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin,
jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten terhadap
bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk
memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Secara alami, sel-sel yang
sudah mati di permukaan kulit akan melepaskandiri untuk
beregenerasi. Permukaan stratum korneum dilapisi oleh suatu lapisan
pelindung lembab tipis yang bersifat asam, disebut mantel asam kulit.
2) Stratum Lucidum
Terletak tepat di bawah stratum korneum, merupakan lapisan
yang tipis, jernih, mengandung eleidin. Antara stratum lucidum dan
stratum granulosum terdapat lapisan keratin tipis yang disebut rein's
barrier (Szakall) yang tidak bisa ditembus.
3) Stratum Granulosum
Tersusun oleh sel-sel keratinosit yang berbentuk poligonal,
berbutir kasar, berinti mengkerut. Di dalam butir keratohyalin terdapat
bahan logam, khususnya tembaga yang menjadi katalisator proses
pertandukan kulit.
4) Stratum Spinosum
Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya
besar dan oval. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas
serabut protein. Cairan limfe masih ditemukan mengitari sel-sel dalam
lapisan malphigi ini.
5) Stratum Germinativum
Adalah lapisan terbawah epidermis. Di dalam stratum
germinativum juga terdapat sel-sel melanosit, yaitu sel-sel yang tidak
mengalami keratinisasi dan fungsinya hanya membentuk
pigmenmelanin dan memberikannya kepada sel-sel keratinosit melalui
dendrit-dendritnya. Satu sel melanosit melayani sekitar 36 sel
keratinosit. Kesatuan ini diberi nama unit melanin epidermal.
b. Dermis
Terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin yang berada di
dalam substansi dasar yang bersifat koloid dan terbuat dari gelatin
mukopolisakarida. Serabut kolagen dapat mencapai 72% dari
keseluruhan berat kulit manusia bebas lemak. Di dalam dermis terdapat
adneksa-adneksa kulit seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar
keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung
pembuluh darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang
terdapat pada lapisan lemak bawah kulit.
c. Hipodermis atau Subkutis
Hipodermis atau lapisan subkutis (tela subcutanea) tersusun atas
jaringan ikat dan jaringan adiposa yang membentuk fasia superficial
yang tampak secara anatomis. Hipodermis ini terdiri dari sel-sel
lemak, ujung saraf tepi, pembuluh darah dan pembuluh getah bening,
kemudian dari beberapa kandungan yang terdapat pada lapisan ini
sehingga lapisan hipodermis ini memiliki fungsi sebagai penahan
terhadap benturan ke organ tubuh bagian dalam, memberi bentuk
pada tubuh, mempertahankan suhu tubuh dan sebagai tempat
penyimpan cadangan makanan.
2. Fungsi Kulit
a. Termoregulasi
Kulit berkontribusi pada termoregulasi tubuh dengan dua cara, yaitu:
dengan cara melepaskan keringat dari permukaan dan menyesuaikan aliran
darah di dermis. Sebagai respon pada lingkungan bersuhu tinggi atau
karena panas yang disebabkan oleh olahraga, produsi keringat dari kelenjar
ekrin akan meningkat, hal ini menyebabkanmenguapnya keringat dari
permukaan kulit dan menjadikan temperatur tubuh menurun. Pada saat itu
pula, pembuluh darah di dermis akan dilatasi sehingga aliran darah
mengalir ke dermis, yang mana akan menyebabkan semakin bertambahnya
panas yang keluar dari tubuh. Pada keadaan lingkungan dingin, maka
sebaliknya, produksi dari kelenjar keringat ekrin akan menurun dan aliran
darah di dermis akan konstriksi untuk mengurangi pengeluaran panas dari
tubuh.
b. Reservoir Darah
Dermis mempunyai jaringan pembuluh darah yang luas yang
mana membawa 8-10% dari total pembuluh darah dalam manusia
dewasa yang sedang beristirahat.
Proteksi Kulit memproteksi tubuh dengan berbagai cara. Keratin
membantu proteksi jaringan dibawahnya dari mikroba, abrasi, panas, dan
kmia. Lipid dilepaskan oleh lamellar granules menghambat penguapan
air dari permukaan kulit, sehingga menjaga tubuh dari dehidrasi. Lipid
juga membantu memperlambat air masuk pada saat renang atau mandi.
Minyak sebum dari kelenjar sebasea membantu kulit dan rambut kering
dan mengandung bakterisidal yang dapat membunuh bakteri di
permukaan. Keringat, yang mana bersifat pH asam membantu
memperlambat tumbuhnya beberapa mikroba. Pigmen
melaninmembantu proteksi dari efek berbahaya sinar ultraviolet.
c. Ekskresi & Absorbsi
Walaupun stratum korneum bersifat tahan air, sekitar 400 mL air
menguap melaluinya setiap hari. Keringat berperan sebagai melepas air
dan panas dari tubuh, selain itu keringat juga sebagai transportasi untuk
ekskresi beberapa jumlah garam, karbon dioksida, dan 2 molekul organic
yang dihasilkan oleh pemecahan protein: amonia dan urea. Absorbsi
zatzat yang larut air melalui kulit tidak perlu dibahas, namun beberapa
vitamin yang larut lemak (A, D, E, & K), beberapa obat, dan gas oksigen
serta gas karbondioksida dapat menembus kulit. Beberapa material
toksik seperti aseton dan karbon tetraklorida, garam dari logam berat
seperti timah, arsen, merkuri juga dapat diabsorbsi oleh kulit.
d. Cutaneous Sensations
Cutaneous Sensations adalah sensasi yang timbul di kulit, termasuk
sensasi taktil; sentuhan, tekanan, dan getaran; sensasi termal seperti panas
dan dingin. Cutaneous Sensations yang lain adalah rasa sakit, biasanya
sakit adalah indikasi adanya jaringan yang akan atau rusak. Di kulit ada
banyak susunan akhiran saraf dan reseptor, seperti korpuskel di dalam
dermis, dan pleksus akar rambut di setiap folikel rambut

B. Definisi
Dekubitus berasal dari bahasa latin decumbree yang berarti merebahkan
diri yang didefenisikan sebagai suatu luka akibat posisi penderita yang tidak
berubah dalam jangka waktu lebih dari 6 jam. Dekubitus adalah kerusakan atau
kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai
mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus-menerus
sehingga mengakibtakan ganguan sirkulasi darah setempat.

C. Etiologi
Penyebab dari luka dekubitus dapat dibedakan menjadi 2 faktor yaitu faktor
intrinsik dan faktor ekstrinsik.
1. Faktor Ekstrinsik
a. Tekanan
Faktor tekanan, terutama sekali bila tekanan tersebut terjadi
dalam jangka waktu lama yang menyebabkan jaringan mengalami
iskemik.
b. Pergesekan dan Pergeseran
Gaya gesekan adalah sebagai faktor yang menimbulkan luka
Iskemik. Hal ini biasanya akan terjadi apabila pasien diatas tempat tidur
kemudian sering merosot, dan kulit sering kali mengalami regangan
tekanan yang mengakibatkan terjadinya iskemik pada jaringan.
c. Kelembaban
Kondisi kulit pada pasien yang sering mengalami lembab dengan
adanya gesekan dan pergeseran, memudahkan kulit mengalami
kerusakan. Kelembaban ini dapat akibat dari incontinensia, drain luka,
banyak keringat dan lainnya.
2. Faktor Intrinsik
a. Usia
Usia juga dapat mempengaruhi terjadinya luka dekubitus. Hal ini karena
pada usia lanjut terjadi perubahan kualitas kulit diamana adanya
penurunan elastisitas, dan kurangnya sirkulasi pada dermis.
b. Temperatur
Kondisi tubuh yang mengalami peningkatan temperatur akan
berpengaruh pada temperatut jaringan. Setiap terjadi peningkatan
metabolisme akan menaikkan 1oC dalam temperatur jaringan. Dengan
adanya peningkatan temperatur ini akan beresiko terhadap iskemik
jaringan. Hasil penelitian didapatkan bahwa adanya hubungan yang
bermakna antara peningkatan temperatur tubuh dengan risiko terjadinya
luka dekubitus.

c. Nutrisi
Sebagian besar dari hasil penelitian mengatakan adanya
hubungan yang bermakna pada klien yang mengalami luka dekubitus
dengan malnutrisi. Individu dengan tingkat serum albumin yang rendah
terkait dengan perkembangan terjadinya luka decubitus.

D. Patofisiologi
Ulkus dekubitus yang sering disebut pressure sore atau pressure injury
merupakan cedera yang terlokalisasi pada kulit dan jaringan lunak di bawahnya
yang disebabkan tidak adekuatnya perfusi pada jaringan yang mengakibatkan
iskemia jaringan. Predileksi tersering ulkus dekubitus adalah area-area
penonjolan tulang seperti sakrum, tumit dan bokong.
Ulkus dekubitus terjadi akibat proses kompleks yang disebabkan oleh
berbagai macam faktor. Faktor-faktor yang dapat mengakibatkan ulkus
dekubitus adalah tekanan, gaya geser, gesekan, kelembaban dan nutrisi.
Diagnosis dari ulkus dekubitus dapat dilakukan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara holistik

E. Manifestasi Klinis
Ulkus dekubitus dapat muncul pada sejumlah area tubuh, tergantung
bagian tubuh mana yang tertekan dalam waktu lama. Pada pengguna kursi roda,
biasanya ulkus dekubitus akan muncul di area bokong, tulang ekor, tulang
belakang, tulang belikat, punggung lengan, serta kaki yang bersandar pada kursi
roda.
Pada orang yang hanya berbaring di tempat tidur, biasanya akan
terbentuk luka di belakang dan samping kepala, tulang belikat, pinggul, tulang
ekor atau punggung bagian bawah, tumit, pergelangan kaki, dan bagian belakang
lutut.
Berdasarkan tingkatan keparahannya, berikut ini merupakan karakteristik
luka yang muncul pada penderita ulkus dekubitus:
1. Tingkat 1: perubahan warna pada daerah kulit tertentu, misalnya menjadi
kemerahan atau kebiruan, disertai dengan rasa sakit atau gatal pada area kulit
tersebut.
2. Tingkat 2: luka lecet atau luka terbuka di area yang terdampak.
3. Tingkat 3: luka terbuka hingga beberapa lapisan kulit yang lebih dalam
(ulkus kulit).
4. Tingkat 4: luka terbuka yang sangat dalam hingga mencapai otot dan tulang.
F. Penatalaksanaan
1. Perawatan luka decubitus
2. Terapi fisik, dengan menggunakan pusaran air untuk menghilangkan
jaringan yang mati.
3. Terapi obat :
a. Obat antibacterial topical untuk mengontrol pertumbuhan bakteri
b. Antibiotik prupilaksis agar luka tidak terinfeksi
c. Terapi diet
Agar terjadi proses penyembuhan luka yang cepat, maka nutrisi harus
adekuat yang terdiri dari kalori, protein, vitamin, mineral dan air.
Penatalaksanaan klien dekubitus memerlukan pendekatan holistic yang
menggunakan keahlian pelaksana yang berasal dari beberapa disiplin ilmu
kesehatan. Gambaran keseluruhan dekubitus akan menjadi dasar pembuatan
pohon pengangambilan keputusan yang digunakan untuk menentukan rencana
tindakan.

G. Pencegahan
Ulkus dekubitus disebabkan oleh tekanan pada kulit dalam jangka waktu
yang lama. Kondisi ini dapat dicegah dengan mengubah posisi tubuh secara
berkala untuk mengurangi tekanan secara terus-menerus pada area tubuh
tertentu.
Penderita penyakit yang berisiko mengalami ulkus dekubitus juga perlu
mendapatkan asupan nutrisi dan cairan yang cukup, tidak merokok, serta
mengelola stres dengan baik untuk mencegah munculnya luka dekubitus atau
bed sores. Penggunaan kasur antidekubitus dan pengolesan losion pada kulit
agar kulit tetap lembap juga dapat membantu mencegah ulkus dekubitus.

H. Komplikasi
1. Selulitis, akibat infeksi pada kulit dan jaringan lunak. Kondisi ini dapat
menyebabkan kemerahan dan peradangan pada area sekitar luka.
2. Infeksi tulang dan sendi, akibat penyebaran infeksi dari kulit dan jaringan
lunak.
3. Sepsis, yaitu kondisi di mana infeksi menyebar ke aliran darah dan
menimbulkan reaksi sistem imun di seluruh tubuh.
4. Kanker, akibat luka yang tak kunjung sembuh (ulkus Marjolin)

BAB III
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah suatu tindakan peninjauan situasi manusia
untuk memperoleh data tentang klien dengan maksud menegaskan situasi
penyakit yang dideritanya
1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
2. Keluhan Utama
Pasien mengatakan merasa gatal, nyeri dan panas dibagian Sakrum dan
Scium saat bangun tidur, khususnya dipagi hari.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
a. Pasien mengatakan sakit dipunggung sering terasa setiap saat. Pasien
merasa gatal, panas dan terasa kebas dibagian sakrum dan scium.
b. Pasien mengatakan jika punggung terasa sakit dia akan memiringkan
tubuhnya.
c. Pasien mengatakan sakit dan panas di sakrium saat bangun tidur serta
pasien tampak meringis.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya hanya demam atau flu biasa.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien dan keluarga pasien mengatakan tidak ada keluarga yang
mengalami penyakit yang sama serta tidak ada penyakit keturunan yang
diderita oleh keluarganya.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan keseimbangan insulin,makan dan aktivitas jasmani
2. Resiko infeksi berhubungan dengan destruksi jaringan (pada luka dekubitus)
3. Kerusakan integritas kulit.

C. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
o Keperawatan
1 Ketidakseimbanga Setelah dilakukan 1. Mobilisasi 1. Mual dan
n tindakan asuhan kepada muntah dapat
nutrisi kurang dari keperawatan keluarga menurunkan
kebutuhan tubuh selama 24 jam factor yang nafsu makan.
berhubungan kebutuhan nutrisi dapat 2. Pemenuhan
dengan gangguan terpenuhi dengan menimbulkan nutrisi TKTP
keseimbangan kriteria hasil : mual dan 3. Pemeriksaan
insulin,makan dan 1. Intek nutrisi muntah menilai hasil
aktivitas jasmani adekuat 2. Ajarkan pada laborat dalam
2. Tidak terjadi klien/keluarg nilai normal
keram perut a tentang yang
3. Nafsu makan pentingnya mengindikasika
meningkat kebutuhan n nutrisi klien
4. Tidak ada nutrisi 4. Kulit tidak
luka, inflamasi 3. Kolaborasi, kering dan
pada rongga dengan medis warna sesuai
mulut dan ahli gizi pigmen.
5. Bising usus untu :
dalam Program
batas normal 5- therapi, diet,
35 pemeriksaan
x\mnt laborat
6. Berat badan (albumin, Hb
meningkat dan Ht),
7. Tidak ada pemberian
tanda-tanda nutrisi
malnutrisi. parenteral
4. Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmen kulit
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji faktor 1. Menilai
berhubungan tindakan asuhan yang kerentangan
dengan destruksi keperawatan meningkatka individu
jaringan (pada selama ... x/24 jam n resiko terhadap infeksi
luka decubitus) tidak terjadi gejala infeksi : 2. Mengurangi
infeksi dengan lanjut usia, proses
kriteria hasil: respon imune penyebaran
1. Klien bebas rendah dan bakteri dari
dari malnutrisi orang lain
tanda-tanda dan 2. Ajarkan pada termasuk
gejala infeksi klien/keluarg keluarga
2. Klien mampu a cara 3. Tanda dan
mendeskripsika menjaga gejala panas
n proses personal atau demam,
penularan hygine untuk kulit
penyakit, faktor melindungi kemerahan,
yang tubuh dari muncul pas
mempengaruhi infeksi : cara 4. Dul TKTP
penularan serta mencuci dapat
penata tangan yang menguatkan
laksanaannya benar sistem imun
3. Klien 3. Jelaskan 5. Tidak terjadi
mempunyai kepada klien tanda-tanda
kemampuan dan keluarga infeksi
untuk tanda & 6. Menjaga tubuh
mencegah gejala infeksi klien dari
timbulnya 4. Kolaborasi paparan bakteri
infeksi dengan ahli
4. Jumlah leukosit gizi asupan
dalam batas nutrisi TKTP
normal (5.000- 5. Pantau tanda
10.000) & gejala
5. Menunjukkan infeksi
perilaku hidup peningkatan
sehat suhu tubuh,
nadi,
perubahan,
kondisi luka,
sekresi,
penampilan
urine,
penurunan
BB, keletihan
malaise
6. Pertahankan
teknik aseptic
pada klien
yang
beresiko
3 Kerusakan Setelah dilakukan 1. Identifikasi 1. Dapat
integritas kulit tindakan asuhan derajat luka membedakan
keperawatan 2. Jelaskan pada jenis perawatan
selama 24 jam klien dan 2. Alat-alat yang
integritas kulit baik keluarga dapat
dengan kriteria bahaya menimbulkan
hasil : pemakaian kerusakan
1. Integritas kulit alat yang jaringan kulit
dan membran dapat harus dihindari
mukosa baik : meningkatka 3. Pemenuhan
kulit utuh dan kerusakan cairan kurang
berfungsi integritas lebih minimal
dengan baik kulit: bantal 1500 cc/hari
2. Regenerasi sel pemanas 4. Perawatan luka
dan jaringan 3. Berikan untuk
membaik cairan dan mencegah
3. Hipersensistif nutrisi yang infeksi dan
respon imun adekuat menyediakan
terkendali sesuai 5. Mencegah
4. Perfusi jaringan kondisi terjadi ulkus
baik 4. Lakukan pada bagian
5. Menunjukkan perawatan yang tertekan
pemahaman luka sesuai 6. Lipatan yang
dalam proses kondisi ada pada tubuh
perbaikan kulit 5. Moilisasi/uba dapat
dan mencegah h posisi tidur menyebabkan
terjadinya klien tiap 2 lekukan hingga
cedera berulang jam sesuai beresiko
jadwal menyebabkan
6. Jaga luka
kebersihan
kulit dan alat
tenun klien
agar tetap
bersih, kering
dan terhindar
dari lipatan/
kerutan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dekubitus berasal dari bahasa latin decumbree yang berarti merebahkan
diri yang didefenisikan sebagai suatu luka akibat posisi penderita yang tidak
berubah dalam jangka waktu lebih dari 6 jam. Dekubitus adalah kerusakan atau
kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot sampai
mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus-menerus
sehingga mengakibtakan ganguan sirkulasi darah setempat. Dekunitus terdiri
dari tingkat 1, tingkayt 2, tingkat 3 dan tingkat 4

B. Saran
Saya sebagi penulis membutuhkan masukan saran dan kritik terhadap
penulisan makalah ini dikarenakan masihlah kurang dari kata sempurna

DAFTAR PUSTAKA
Harmatiwi, D. D., Sumaryani, S., & Rosa, E. M. (2017, Januari). Evaluasi Pelaksanaan
Supervisi Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
Heryana, A. (2017). Kerangka Teori, Kerangka Konsep, Variabel Penelitian dan
Hipotesis Penelitian (Dalam Penelitian Kuantitaif).
Ivanna, E. (2017). Gambaran Peran Perawat dalam Pencegahan Dekubitus di Bangsal
Saraf RSUD Wates Kulon Progo

Anda mungkin juga menyukai