Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan

Komunikasi Pada Pasien Dan Keluarga Yang Berduka

Disusun oleh :

Kelompok 5

1. Firza Noviatun Nisa 1814901001


2. Wuri Handayani 1814901006
3. Inda maharani 1814901014
4. Setia Rahmawati 1814901017
5. M. Iqbal Asseghaf 1814901021
6. Muhammad Agung Prasetya 1814901027
7. Danella Amadea Murtadho 1814901033

Dosen :Yuni Astini, S.KM., M.Kes.

POLTEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D4-NERS
TAHUN 2019/2020
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Komunikasi Pada Pasien Dan Keluarga Yang Berduka” ini tepat waktu.

Terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini dengan tujuan
mengembang ilmu pengetahuan untuk bekal ke depannya, tugas ini akan lebih
membuat kami lebih bertanggung jawab dalam individu dan kelompok.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam mencari
referensi ataupun memberikan dukungan emosional.

Kami berharap tugas ini dapat menambah wawasan bagi yang


membacanya.Bisa menjadi salah satu sumber ilmu walaupun kami tau makalah ini
masih jauh dari kata sempurna.

Bandar Lampung, 25 Agustus 2019

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar .......................................................................................... ii


Daftar Isi ..................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan ................................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ............................................................... 1
1.2.Rumusan Masalah .......................................................... 1
1.3.Tujuan ............................................................................ 1
BAB II Pembahasan ...................................................................................
2.1. Teori Berduka ................................................................
2.2. Tahapan yang dapat dijadikan panduan untuk menyampaikan
kabar buruk kepada keluarga pasien……………………………….

BAB III Penutup ........................................................................................


3.1. Kesimpulan ...................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
Kehilangan merupakan suatu pengalaman tidak menyenangkan yang dialami
seseorang, baik berupa fisik, bio-psikososial maupun harga diri. Kehilangan adalah
suatu situasi actual maupun potensial yang dapat dialami individu ketika berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada (Potter, Perry, 2012)
Setiap orang pasti pernah merasakan kehilangan dalam rentang kehidupanya.
Sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya
lagi walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Sementara berduka (grieving) merupakan reaksi terhadap kehilangan. Hal ini
diwujudkan dalam berbagai cara yang unik pada masing-masing orang dan
didasarkan pada pengalaman pribadi. Respond dan koping seseorang berbeda-beda
terhadap kehilangan. Berduka bisa normal, namun dapat menjadi disfungsional saat
klien sudah tak mampu dan melebihi jangka waktu fase berduka, yaitu fase
pengingkaran, fase marah, fase tawar-menawar, depresi dan penerimaan.
.

1.2.Rumusan Masalah
2. Bagaimana berkomunikasi dengan pasien dan keluarga yang berduka?

2.1.Tujuan
1. Mengetahui bagaimana cara perawat berkomunikasi dengan pasien dan
keluarga yang berduka.
BAB II

Pembahasan

2.1 Teori Berduka

BOWLBY

1. Mati rasa dan penyangkalan terhadap kehilangan


2. Kerinduan emosional akibat kehilangan orang yang dicintai dan memprotes
kehilangan yang tetap ada
3. Kekacauan kognitif dan keputusan emosional, mendapatkan dirinya sulit
melakukan fungsi dalam kehidupan sehari-hari
4. Reorganisasi dan reintegrasi kesadaran diri sehingga dapat mengembalikan
hidupnya.
JOHN HARVEY (1998)
1. Syok, menangis dengan keras, dan menyangkal
2. Intrusi fikiran, distraksi, dan meninjau kembali kehilangan secara obsesif
3. Menceritakan kepada orang lain sebagai cara meluapkan emosi dan secara
kognitif menyusun kembali peristiwa kehilangan
RODEBOUGH et.al (1999)
1. Reeling: klien mengalami syok, tidak percaya atau menyangkal
2. Merasa (feeling): klien mengekspresikan penderitaan yang berat, rasa bersalah,
kesedihan yang mendalam, kemarahan, kurang konsentrasi, gagguan tidur, perubahan
nafsu makan, kelelahan dan ketidaknyamanan fisik yang umum
3. Menghadapi (dealing): klien mulai beradaptasi terhadap kehilangan dan
mlibatkan diri dalam kelompok pendukung, terapi duka cita, membaca dan
bimbingan spiritual
4. Pemulihan (healing): klien mengintegrasikan kehilangan sebagai bagian
kehidupan dan penderitaan yang akut berkurang. Pemulihan tidak berarti bahwa
kehilangan tersebut dilupakan atau diterima
ENGEL
1. Individu menyangkal (menarik diri)
2. Individu merasa kehilangan secara tiba-tiba, terjadi keputusan secara mendadak
3. Realitas kehilangan marah dan depresi. (Videbeck, 2012)

2.2 Tahapan yang dapat dijadikan panduan untuk menyampaikan


kabar buruk kepada keluarga pasien

Kontak Pertama Dengan Keluarga

 Kontak pertama dengan keluarga sebaiknya dilakukan secara langsung,


namun jika anggota keluarga tidak berada di rumah sakit, kontak dapat
dilakukan melalui telepon dengan meminta keluarga datang ke rumah sakit
segera.
 Jika pasien sudah meninggal, hindari menyampaikan kabar tersebut melalui
telepon kecuali keluarga pasien tinggal di tempat yang sangat jauh.
 Jika harus melalui telepon, pastikan ada yang mendampingi penerima kabar
ketika kabar buruk disampaikan.

Menerima Keluarga di ICU

 Dokter yang menangani pasien dapat didampingi oleh seorang perawat untuk
menerima keluarga di ICU.
 Perkenalkan diri dan kenali keluarga pasien
 Ajak keluarga pasien ke ruangan yang lebih tenang, hindari menyampaikan
kabar buruk di koridor rumah sakit
 Kabar buruk lebih baik disampaikan kepada anggota keluarga pasien yang
sudah mengetahui riwayat penyakit pasien (jika memungkinkan)

Penyampaian kabar buruk dapat dibedakan sesuai dengan keadaan pasien saat itu,baik
dalam kondisi sudah meninggal atau masih hidup dan dalam tahap resusitasi.

Pasien Masih Hidup dan Dalam Tahap Resusitasi

 Tujuan dari tahap ini adalah mempersiapkan keluarga pasien untuk


menghadapi kemungkinan terburuk yakni kematian
 Ketahui keadaan pasien sebelumnya dan jelaskan kemungkinan yang
menyebabkan penurunan keadaan pasien
 Bangun rapport yang baik dengan keluarga pasien dengan memberikan
kesempatan bertanya dan memberikan jawaban yang lengkap
 Salah satu anggota keluarga yang sudah mengetahui riwayat penyakit pasien
dapat diajak untuk melihat tindakan resusitasi. Berikan penjelasan mengenai
tindakan resusitasi dan tanda-tanda kehidupan seperti nafas spontan, detak
jantung yang terlihat pada monitor, atau pergerakan anggota tubuh. Anggota
keluarga yang melihat langsung tindakan resusitasi dapat meyakinkan
keluarganya bahwa segala tindakan sudah diupayakan. [4]
 Setelah itu anggota keluarga tersebut diajak kembali ke ruang diskusi untuk
dijelaskan mengenai prognosis dari pasien dan kemungkinan untuk bertahan
hidup
 Kesempatan diberikan kepada pembimbing spiritual dari pasien untuk
menyampaikan doa terakhir jika diminta oleh keluarga pasien.
 Perkembangan dari tindakan resusitasi diberikan secara berkala kepada
keluarga pasien.
Menginformasikan Kematian Kepada Keluarga Pasien

 Jika tindakan resusitasi tidak berhasil maka sampaikan berita kematian kepada
anggota keluarga yang sudah mengetahui riwayat penyakit pasien.
 Berita kematian disampaikan dengan menyebutkan nama pasien dan
menggunakan kata-kata yang sederhana dan jelas yakni meninggal, hindari
penggunaan kata seperti "tidak bersama kita lagi, pergi"
 Untuk membantu keluarga pasien memahami berita kematian, dapat dikaitkan
dengan keadaan pasien sebelum masuk ICU seperti "Aldo mengalami
kecelakaan, terluka parah dan tidak sadarkan diri ketika ditemukan di tempat
kejadian, terlepas dari usaha yang dilakukan oleh tim dokter, Aldo meninggal
dunia"

Memberikan Kesempatan Kepada Keluarga Pasien Untuk Berduka

 Memberikan kesempatan kepada keluarga pasien untuk menyalurkan reaksi


terhadap berita kematian
 Jika keluarga pasien terbuka untuk berbicara tentang penyakit pasien, jelaskan
usaha yang sudah dilakukan untuk menyelamatkan pasien
 Berdiam sejenak bersama keluarga pasien dan melakukan gestur yang
menunjukkan empati
 Memberikan apresiasi terhadap usaha keluarga pasien dalam mencari
pengobatan dapat meringankan keluarga pasien yang mungkin merasa
bersalah
 Dalam kasus pasien yang meninggal setelah mengalami koma, dapat
dijelaskan bahwa pasien meninggal dalam keadaan damai dan tidak
merasakan sakit
 Jika keluarga pasien adalah keluarga yang religius maka dapat disampaikan
bahwa seluruh tim dokter telah berusaha maksimal namun Tuhan yang
menentukan
 Jika keluarga pasien belum bisa menerima dan menyalahkan pihak rumah
sakit, tetap tenang dan tidak langsung merespon karena pada umumnya
keluarga pasien akan meminta maaf ketika mereka sudah bisa mengendalikan
emosi

Mempersiapkan Pihak Keluarga untuk Melihat Tubuh Pasien yang Sudah


Meninggal

 Sebelum pihak keluarga melihat tubuh pasien yang sudah meninggal, pastikan
pasien terlihat rapi
 Bersihkan wajah dan tubuh pasien dari darah atau cairan tubuh lainnya
 Lepaskan alat bantu kehidupan seperti endotracheal tube, ventilator, cardiac
monitor.
 Sebaiknya keluarga pasien yang masih sangat emosional tidak diperkenankan
melihat tubuh pasien langsung di ICU karena resiko keluarga pasien akan
pingsan di ICU atau mengganggu ketenangan pasien lainnya.

Pasien Sudah Meninggal sebelum Pihak Keluarga Tiba di ICU

 Dokter yang menangani pasien dapat didampingi oleh seorang perawat untuk
menerima keluarga di ICU.
 Perkenalkan diri dan kenali keluarga pasien
 Ajak keluarga pasien ke ruangan yang lebih tenang, hindari menyampaikan
kabar kematian di koridor rumah sakit
 Kabar kematian lebih baik disampaikan kepada anggota keluarga pasien yang
sudah mengetahui riwayat penyakit pasien (jika memungkinkan)
 Kabar kematian disampaikan dengan menyebutkan nama pasien dan
menggunakan kata-kata yang sederhana dan jelas yakni meninggal, hindari
penggunaan kata seperti "tidak bersama kita lagi, pergi"
 Memberikan kesempatan kepada pihak keluarga untuk menyalurkan reaksi
terhadap berita kematian seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya
 Mempersiapkan dan memberikan kesempatan kepada pihak keluarga untuk
melihat tubuh pasien yang sudah meninggal

Membantu Pihak Keluarga untuk Mengurus Prosedur Formal

 Staff dari rumah sakit dapat membantu pihak keluarga mengurus prosedur
untuk mendapatkan sertifikat kematian
 Jika harus dilakukan autopsi, dokter bertanggung jawab untuk menjelaskan
prosedur kepada pihak keluarga
 Memastikan prosedur yang tanpa hambatan ketika menyerahkan tubuh pasien
yang sudah meninggal dan barang pribadi pasien kepada pihak keluarga

A. Peran Perawat Terhadap Kehilangan dan Berduka

Tahapan Tindakan keperawatan


Mengingkari Memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaannya secara verbal, tidak
membantah pengingkaran pasien, duduk intens bersama
pasien, menggunakan teknik komunikasi dian dan sentuhan
dan memperhatikan kebutuhan dasar pasien
Marah Mendorong dan memberi waktu pada pasien untuk
mengungkapkan kemarahan secara verbal tanpa melawan
dengan kemarahan, memfasilitasi ungkapan kemarahan
pasien, menangani kebutuhan pasien akibat reaksi
kemarahannya, serta memberikan pemahaman kepada
keluarga bahwa marah merupakan sebuah proses yang
normal
Tawar menawar Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan
perasaan takutnya dengan memberikan perhatian penuh
dan tulus, mengajak pasien berbicara untuk mengurangi
rasa bersalah serta memberikan dukungan spiritual
Depresi Mengidentifikasi tingkat depresi dan membantu
mengurangi rasa bersalah dengan memberikan kesempatan
pasien untuk mengekspresikan kesedihannya, memberikan
dukungan non verbal, membahas pikiran negative dan
melatih mengidentifikasi hal positif
Penerimaan Membantu pasien mengidentifikasi rencana kegiatan yang
akan dilakukan dan membantu keluarga untuk bisa
mengerti penyebab rasa kehilangan
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Menyampaikan kabar buruk kepada keluarga pasien harus dilakukan secara


lugas namun disertai dengan empati. Menunjukkan empati kepada keluarga pasien di
saat mereka membutuhkan dapat mempererat hubungan dokter-pasien dan juga
melindungi pihak dokter dan rumah sakit dari konflik yang mungkin tercipta karena
kematian pasien tersebut.

Terkadang dokter merasa terbeban untuk menyampaikan kabar buruk kepada


keluarga pasien namun dokter bukanlah penyebab duka yang dialami keluarga pasien.
Sebaliknya, dokter berperan besar untuk membuat kondisi duka tersebut menjadi
sedikit lebih baik melalui empati dan cara penyampaian kabar buruk yang baik.
Ingatlah kutipan bijak dari Hippocrates tentang peran dokter, “to cure sometimes, to
relieve often, to comfort always”.

.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alomedika.com/menyampaikan-kabar-buruk-kepada-keluarga-
pasien
Katong, cooper ruberston. 2012. At a glance Psikiatri. Jakarta : Erlangga
Putri, rosiana. 2013. Asuhan Keperawatan Berduka Situasional. Jakarta: UI

Anda mungkin juga menyukai