Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KEPERAWATAN DALAM KEPERAWATAN II

“KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA LANSIA”

Dosen Pengampu:
Ns. Kamariyah S.Kep M. Kep

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4B


1. Gabriela Pricilia Sianturi G1B121042
2. Karina Lorensa G1B121044
3. Rani Alviana G1B121046
4. Anisa Nursyifa G1B121048
5. Elsa Adelia Putri G1B121050
6. Bela Amalia G1B121052
7. Icu Saskiah G1B121084
8. Branata Esa Wirayudha G1B121086
9. Ratna Darma Adila G1B121088
10. Shelly Afriani G1B121090
11. Fidelis N G1B121092
12. Chika Khansa Fathiya G1B121094

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2022
(SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Pokok Bahasan : Komunikasi terapeutik pada pasien lansia yang katarak


Sub Pokok Bahasan : Definisi, tujuan, manfaat, sasaran, dan indikator
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien
Tempat : Ruang rawat inap RS Raden Mattaher
Hari/Tanggal : Senin, 5 September 2022
Waktu : 10.00 – 10.30 (30 menit)
Pelaksana : Mahasiswa Keperawatan Universitas Jambi

I. Latar Belakang
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi
terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan
pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in
adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat
dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat
membantu dan pasien menerima bantuan.
Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun
harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi,
jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai
manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya.

II. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah pemberian penyuluhan ini diharapkan pasien dan keluarga mengetahui
tentang tentang katarak dan pengobatanya.
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
- Pasien dan keluarga mampu memahami definisi katarak
- Pasien dan keluarga mampu memahami penyebab katarak pada lansia
- Pasien dan keluarga mampu memahami tanda dan gejala katarak
- Pasien dan keluarga mampu melaksanakan cara pengobatan katarak
III. Materi
Terlampir

IV. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi

V. Media
a. Leaflet

VI. Pengorganisasian
a. Perawat : Anisa Nursyifa
b. Pasien : Ratna Darma Adila
c. Keluarga : Shelly Afriani

VII. Setting Tempat

Keterangan :

: Keluarga
: Perawat

: Pasien

VIII. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta Kegiatan


1 5 Menit Tahap Persiapan atau Tahap Pra Diskusi
interaksi.
Pada tahap ini perawat :
a) Mengeksplorasi perasaan,
harapan, dan kecemasan diri
sendiri.
b) Menganalisis kekuatan dan
kelemahan diri perawat
sendiri.
c) Mengumpulkan data tentang
klien
d) Merencanakan pertemuan
pertama dengan klien.
2 5 menit Tahap Perkenalan Diskusi
Merupakan saat pertama perawat
bertemu dengan klien. Pada tahap ini
tugas perawat :

a) Membina hubungan saling


percaya
b) Merumuskan kontrak
bersama klien
c) Menggali pikiran dan
perasaan serta
mengidentifikasi masalah
klien.
d) Merumuskan tujuan dengan
klien
3 10 menit Tahap Kerja Tanya
Jawab
Merupakan tahap inti dari
keseluruhan proses komunikasi
(Stuart GW., 1998). Pada tahap ini
perawat dan klien bekerja bersama-
sama untuk mengatasi masalah yang
dihadapi klien. Tahap ini juga
berhubungan dengan pelaksanaan
rencana tindakan keperawatan.
4 5 menit Tahap Terminasi
Merupakan akhir dari pertemuan
perawat dengan klien. Tahap ini
dibagi dua, yaitu tahap terminasi
Pada thap ini tugas perawat adalah :
a) Mengevaluasi pencapaian
tujuan dari interaksi yang
telah dilaksanakan.
b) Melakukan evaluasi
subyektif.
c) Menyepakati tindak lanjut
terhadap interaksi yang telah
dilakukan.
d) Membuat kontrak untuk
pertemuan berikutnya.

IX. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
- Tim penyuluh dan sasaran tepat pada posisi yang direncanakan;
- Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan;
- Penyuluhan mengunakan leaflet yang sudah siap untuk diberikan;
- Pengorganisasian dan persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan 60 menit
sebelum pelaksanaan dan saat penyuluhan dilaksanakan.
- Kontrak dengan sasaran dilaksanakan 1 hari sebelum pelaksanaan

b. Evaluasi Proses
- Penyaji mampu menguasai materi yang disampaikan;
- Pasien dan keluarga mendengarkan penjelasan dengan baik
- Selama penyuluhan berlangsung tidak ada yang meninggalkan
tempat.
- Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan SAP yang telah dibuat.

c. Evaluasi Hasil
- Acara dimulai jam 10.00 WIB dan berakhir pada jam 10.30 WIB
- Acara berlangsung sesuai dengan rundown acara dan tidak terjadi
hambatan
- Penyaji menyampaikan materi dengan baik dan lancar sesuai dengan
materi SAP
- Masyarakat terbukti memahami materi yang telah disampaikan
penyaji dapat diketahui dengan presentase hasil post test dan pre test
- Pelaksanaan sesuai dengan SAP yang telah di buat.
- Pasien dan keluarga mampu merespon perawat dengan baik
- Minimal 80% dari materi yang disampaikan, pasien dan keluarga
mampu memahami dan menyebutkan kembali materi tersebut.

MATERI
1. Definisi Katarak
Katarak menyebabkan penglihatan menjadi berkabut/buram. Katarak
merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh akibat hidrasi cairan
lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup air terjun atau
kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman
penglihatan berkurang (Corwin, 20013).
Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang
sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan
dengan penuaan. (Vaughan, 20014).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi,
pemajanan sinar matahari yang lama, atau kelainan mata yang lain (seperti uveitis
anterior) (Smeltzer, 20013).

2. Penyebab Katarak Pada lansia


Penyebab katarak belum diketahui secara pasti. Seiring bertambahnya usia, protein
yang membentuk lensa mata akan berubah, termasuk kandungan airnya. Inilah yang
memungkinkan lensa mata yang tadinya bening, berubah menjadi keruh hingga saat
ini. alasan di balik proses penuaan yang dapat berujung pada perubahan protein di
lensa mata belum diketahui. Meski demikian, ada beberapa faktor lain yang akan
mempertinggi risiko Anda terkena katarak. Di antaranya adalah:
 Mata yang terpapar sinar matahari untuk waktu yang lama
 Penyakit penyakit tertentu, misalnya diabetes mellitus, hipertensi, atau
peradangan pada bagian tengah mata (uveitis) jangka panjang.
 Konsumsi obat kortikosteroid berdosis tinggi untuk waktu lama.
 Pernah mengalami operasi mata.
 Pernah mengalami cidera pada mata.
 Memiliki riwayat katarak pada mata.
 Pola makan yang tidak sehat dan kekurangan vitamin.
 Konsumsi minuman keras dalam jumlah banyak secara rutin
 Merokok.

3. Tanda dan Gejala Katarak


Kebutaan akibat katarak sebenarnya bisa dicegah, asalkan penyakit ini terdeteksi lebih
awal. Lantas, apa saja tanda dan gejala katarak yang perlu diwaspadai:
a. Penglihatan ganda, buram atau berkabut, hingga tidak bisa melihat sama
sekali. Pada penglihatan buram, warna objek terlihat memudar atau menjadi
tidak jelas. Kondisi ini menyebabkan pengidap katarak sering berganti
kacamata, karena ukurannya mudah berubah.
b. Muncul bintik atau bercak saat penglihatan kurang jelas. Pada beberapa kasus,
semua objek terlihat seperti memiliki semburat kuning atau cokelat.
c. Pada keadaan terang, mata terasa silau. Ini karena pengidap katarat cenderung
sensitif terhadap sinar atau bahaya, sehingga melihat objek di cahaya terang
seolah memiliki lingkaran cahaya. Pada pengidap kataraknya, biasanya
penglihatan di ruang temaram (remang-remang) lebih jelas dibanding saat
berada di ruang terang.

4. Langkah pengobatan katarak pada pasien


a. Kacamata dan lampu yang lebih terang mungkin bisa membantu katarak yang
ringan. Meski demikian, katarak akan berkembang seiring waktu dan akhirnya
penderita akan membutuhkan operasi.
b. Pencegahan yang utama sebelum terjadinya katarak adalah gaya hidup sehat,
seperti:
c. Mengkonsumsi antioksidan yang banyak terdapat pada buah-buahan dan
sayuran,
d. rajin olahraga.
e. tidur cukup,
f. menghindari minuman keras,
5. Teknik komunikasi pada pasien katarak.
a. Berikut adalah tehnik-tehnik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan
klien yang mengalami gangguan penglihatan (Nugroho, 2006):
b. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami
kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat
ketika anda berada didekatnya.
c. Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama (dan peran) anda.
d. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak
memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda
memegang peranan besar dan bermakna bagi klien.
e. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata kata sebelum
melakukan sentuhan pada klien. –
f. Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus
komunikasi.
g. Orientasikan klien dengan suara-suara yang terdengar disekitarnya.
h. Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan /
ruangan yang baru.

6. Definisi Komunikasi terapeutik pada lansia.


a. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien
(Indrawati, 2003-48). Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi
interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat
dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi ini adalah adanya saling
membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke
dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu
dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003:48).

b. Pengertian Lansia.
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan
dengan waktu. Ada beberapa pendapat mengenai "usia kemunduran" yaitu ada
yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia
(WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua
yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.
Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu
penanganan segera dan terintegrasi. Lansia juga identik dengan menurunnya
daya tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit Lansia akan
memerlukan obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang
diderita. Semakin banyak penyakit pada lansia semakin banyak jenis obat
yang diperlukan.

7. Teknik untuk Berkomunikasi dengan Pasien Lansia


a. Teknik Umum untuk Lansia
- Menunjukkan Hormat dan Keprihatinan
- Memastikan bahwa Pasien Didengar dan Dipahami
- Menghindari Ageism
- Mengenal Kultur dan Budaya

b. Teknik Komunikasi khusus untuk lansia.


a) Teknik asertif
Ascrtif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara
dengan menunjukan sikap peduli, sabar untuk mendengarkan dan
memperhatikan ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau
pembicaraan dapat di mengerti.
b) Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien
merupakana bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat
mengetahui adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil
apapun hendaknya menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan
tersebut misalnya dengan mengajukan pertanyaan “apa yang sedang
bapak/ibu fikirkan saat ini, apa yang bisa bantu...?” berespon berarti
bersikap aktif tidak menunggu permintaan bantuan dari klien.
c) Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap
materi komunikasi yang di inginkan. Ketika klien mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan di luar materi yang di inginkan, maka perawat
hendaknya mengarahkan maksud pembicaraan.
d) Supportif
Perubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik maupun
psikis secara bertahap menyebabkan emosi klien relative menjadi labil
perubahan ini perlu di sikapi dengan menjaga kesetabilan emosi klien
lansia, mesalnya dengan mengiyakan, senyum dan mengagukan kepala
ketika lansia mengungkapkan perasaannya sebagai sikap hommat
menghargai selama lansia berbicara.
e) Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering proses
komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu
kali perlu di lakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat
di terima dan di persepsikan sama oleh klien bapak/ibu bisa menerima
apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk
menjelaskan kembali apa yang saya sampaikan tadi...?.
f) Sabar dan Ikhlas
Seperti diketahui sebelumnya klien lansia umumnya mengalami
perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-
kanakan perubahan ini bila tidak di sikapai dengan sabar dan ikhlas
dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat sehingga
komunikasi yang di lakukan tidak terapeutik, namun dapat berakibat
komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan
hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.
8. Hambatan Berkomunikasi dengan Lansia
1) Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya di tandai dengan prilaku prilaku
di bawah ini:
- Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
- Meremehkan orang lain
- Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
2) Non asertif
Tanda-tanda dari non asertif ini antara lain :
- Menarik diri bila di ajak berbicara
- Merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
- Merasa tidak berdaya
- Tidak berani mengungkap keyakinaan

DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, M. 2010. Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. PT. Refika
Aditama : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai