DOSEN PENGAMPU :
UNIVERSITAS JAMBI
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN
EDUKASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA KELUARGA DENGAN
PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
I. LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan aspek yang penting yang harus dimiliki oleh
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien. Komunikasi
yang diterapkan oleh perawat kepada klien merupakan komunikasi terapeutik
(therapeutic communication). Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman
bersama antara perawat dengan klien yang bertujuan untuk menyelesaikan
masalah klien (Mundakir, 2006:116). Dalam hubungan ini, klien merasa
dihargai, diterima, dan diarahkan. Klien dengan sukarela akan
mengekspresikan perasaan dan pikirannya, sehingga beban emosi dan
ketegangan yang dirasakannya dapat hilang sama sekali dan kembali seperti
semula. Komunikasi terapeutik memandang gangguan kesehatan yang
bersumber pada gangguan komunikasi, pada ketidakmampuan pasien untuk
mengungkapkan dirinya (Marhaeni, 2009:5). Oleh karena itu, tujuan dari
komunikasi terapeutik adalah membantu pasien memperjelas dan mengurangi
beban perasaan dan pikiran, membantu mengambil tindakan yang efektif
untuk pasien, membantu memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan diri
sendiri.
Komunikasi terapeutik ini terlihat jelas dalam tindakan keperawatan
yaitu komunikasi antara perawat dan pasien yang merupakan salah satu hal
yang harus dikuasai oleh perawat. Hal itu akan menentukan keberhasilan
komunikasi
terapeutik yang dilakukan dalam kesembuhan pasien. Perlu adanya hubungan
saling percaya yang didasari oleh keterbukaan, memahami dan pengertian
akan kebutuhan, harapan dan kepentingan masing-masing.
DBD/Dengue Haemorrhagir Fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong Arbovirus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti
(betina), terutama menyerang anak remaja dan dewasa yang seringkali
menyebabkan kematian (Effendy, 1995). Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang
jumlah penderitanya cenderung meningkat danm penyebaranya semakin luas
dan penyakit ini merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-
anak (Widiyono, 2008).
Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) dianjurkan untuk banyak
istirahat dan cukup minum agar tidak mengalami dehidrasi. Hingga saat ini,
belum ada obat spesifik untuk menyembuhkan Demam Berdarah Dengue
(DBD). Risiko Demam Berdarah Dengue (DBD)menyebabkan kematian
ketika penderitanya mengalami syok karena perdarahan. Pemberian obat
hanya ditujukan untuk mengurangi gejala demam dan nyeri, serta mencegah
komplikasi. (Kemenkes RI, 2019c).
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tidak hanya disebabkan oleh
nyamuk melainkan juga oleh perilaku manusia yang tidak melakukan pola
hidup sehat dan acuh pada lingkungan yang menjadi tempat sarang nyamuk.
Perilaku tersebut misalnya membiarkan pakaian bekas pakai tergantung, tidak
menguras bak, membiarkan genangan air disekitar tempat tinggal.
Oleh karena itu, komunikasi terapeutik lebih diutamakan dilakukan
oleh seorang perawat karena perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling
lama dan sering berinteraksi dengan pasien/klien. Komunikasi terapeutik juga
memerlukan empati dari seorang perawat sehingga perawat dapat merasakan
apa yang diderita oleh pasien sehingga proses penyembuhan dapat lebih
mudah dilakukan. Komunikasi terapeutik juga bisa dikolaborasikan dengan
komunikasi interpersonal pada keluarga. Menurut Rakhmat (2001), apabila
suasana komunikasi interpersonal terjalin dengan baik maka akan
menimbulkan
persahabatan yang tinggi, mereka saling melakukan tukar respon emosional
secara aktif, dan berdampak pada efektivitas menurunkan tegangan akibat
peristiwa yang dialaminya termasuk penyakit yang dialaminya.
II. TUJUAN
1. Meningkatkan komunikasi teraupetik antara perawat, keluarga, dan pasien
2. Meningkatkan edukasi penyakit pasien
3. Mengetahui informasi terkait kondisi pasien
III. PENGORGANISASIAN
a. Hari/Tanggal, Tempat dan Waktu
Hari/tanggal : Rabu, 24 Agustus 2022
Setting tempat : RS Kota Jambi
Keterangan :
- Pasien =
- Keluarga =
- Perawat =
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
Perawat mampu memberikan umpan balik yang baik terhadap keluarga dan pasien
a) Keterbukaan (openess)
Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keinginan untuk
terbuka dengan orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi
dalam komunikasi memungkinkan perilakunya dapat memberikan
tanggapan secara jelas terhadap segala pikiran dan perasaan yang
diungkapkannya.
b) Empati (Empathy)
Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang
dirasakan orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan
ataupun tanggapan orang tersebut.
c) Dukungan
Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam
melakukan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini
lebih diharapkan dari orang terdekat yaitu, keluarga.
d) Perasaan Positif (Positiveness)
Perasaan yaitu dimana individu mempunyai perasaan positif terhadap apa
yang sudah dikatakan orang lain terhadap dirinya.
e) Kesamaan (Equality)
Kesamaan disini dimaksudkan individu mempunyai kesamaan dengan
orang lain dalam hal berbicara dan mendengarkan.
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu
ikatan keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik
anaknya. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat
dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di
mana natara orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran,
informasi atau nasehat. Hubungan komunikasi yang efektif ini terjalin
karena adanya rasa keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif,
kesamaan antara orang tua dan anak.
3) Komunikasi ayah dan anak
5. Pengertian DBD
a. Ketinggian Tempat
b. Curah Hujan
Hujan akan menambah genangan air sebagai tempat perindukan
dan menambah kelembaban udara. Temperatur dan kelembaban selama
musim hujan sangat kondusif untuk kelangsungan hidup nyamuk.
c. Ruang Gelap
d. Kelembaban Udara
e. Suhu
i. Kepadatan Hunian
2) Terapi Obat-obatan
a) Antipiretik
Obat antipiretik diberikan bila suhu tubuh lebih dari 38.5°C. Obat
antipiretik diberikan apabila diperlukan. Obat antipiretik digunakan
bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh menjadi dibawah 39° C.
Antipiretik yang dianjurkan adalah parasetamol, sedangkan asetosal tidak
dianjurkan karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan, atau asidosis
(Anonim, 2004).
b) Antibiotik
c) Antisedatif
Antisedatif dibutuhkan terutama pada pasien yang sangat gelisah.
Obat hepatotoksik sebaiknya dihindarkan, kloralhidrat oral atau rektal
dianjurkan dengan dosis 12,5 – 50 mg/kg tidak lebih dari 1 jam digunakan
sebagai satu macam obat hipnotik (Soegijanto, 2006).
d) Antikonvulsan