Dosen Pembimbing:
Ns. Kamariyah, S.Kep., M.Kep
I. LATAR BELAKANG
Komunikasi merupakan aspek yang penting yang harus dimiliki oleh
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien. Komunikasi yang
diterapkan oleh perawat kepada klien merupakan komunikasi terapeutik
(therapeutic communication). Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman
bersama antara perawat dengan klien yang bertujuan untuk menyelesaikan
masalah klien (Mundakir, 2006:116). Dalam hubungan ini, klien merasa
dihargai, diterima, dan diarahkan. Klien dengan sukarela akan mengekspresikan
perasaan dan pikirannya, sehingga beban emosi dan ketegangan yang
dirasakannya dapat hilang sama sekali dan kembali seperti semula. Komunikasi
terapeutik memandang gangguan kesehatan yang bersumber pada gangguan
komunikasi, pada ketidakmampuan pasien untuk mengungkapkan dirinya
(Marhaeni, 2009:5). Oleh karena itu, tujuan dari komunikasi terapeutik adalah
membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran,
membantu mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu
memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan diri sendiri.
Komunikasi terapeutik ini terlihat jelas dalam tindakan keperawatan
yaitu komunikasi antara perawat dan pasien yang merupakan salah satu hal yang
harus dikuasai oleh perawat. Hal itu akan menentukan keberhasilan komunikasi
terapeutik yang dilakukan dalam kesembuhan pasien. Perlu adanya hubungan
saling percaya yang didasari oleh keterbukaan, memahami dan pengertian akan
kebutuhan, harapan dan kepentingan masing-masing.
DBD/Dengue Haemorrhagir Fever (DHF) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong Arbovirus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti
(betina), terutama menyerang anak remaja dan dewasa yang seringkali
menyebabkan kematian (Effendy, 1995). Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang
jumlah penderitanya cenderung meningkat danm penyebaranya semakin luas
dan penyakit ini merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-
anak (Widiyono, 2008).
Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) dianjurkan untuk banyak
istirahat dan cukup minum agar tidak mengalami dehidrasi. Hingga saat ini,
belum ada obat spesifik untuk menyembuhkan Demam Berdarah Dengue
(DBD). Risiko Demam Berdarah Dengue (DBD)menyebabkan kematian ketika
penderitanya mengalami syok karena perdarahan. Pemberian obat hanya
ditujukan untuk mengurangi gejala demam dan nyeri, serta mencegah
komplikasi. (Kemenkes RI, 2019c).
Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) tidak hanya disebabkan oleh
nyamuk melainkan juga oleh perilaku manusia yang tidak melakukan pola
hidup sehat dan acuh pada lingkungan yang menjadi tempat sarang nyamuk.
Perilaku tersebut misalnya membiarkan pakaian bekas pakai tergantung, tidak
menguras bak, membiarkan genangan air disekitar tempat tinggal.
Oleh karena itu, komunikasi terapeutik lebih diutamakan dilakukan oleh
seorang perawat karena perawat merupakan tenaga kesehatan yang paling lama
dan sering berinteraksi dengan pasien/klien. Komunikasi terapeutik juga
memerlukan empati dari seorang perawat sehingga perawat dapat merasakan
apa yang diderita oleh pasien sehingga proses penyembuhan dapat lebih mudah
dilakukan. Komunikasi terapeutik juga bisa dikolaborasikan dengan
komunikasi interpersonal pada keluarga. Menurut Rakhmat (2001), apabila
suasana komunikasi interpersonal terjalin dengan baik maka akan menimbulkan
persahabatan yang tinggi, mereka saling melakukan tukar respon emosional
secara aktif, dan berdampak pada efektivitas menurunkan tegangan akibat
peristiwa yang dialaminya termasuk penyakit yang dialaminya.
II. TUJUAN
1. Meningkatkan komunikasi teraupetik antara perawat, keluarga, dan pasien
2. Meningkatkan edukasi penyakit pasien
3. Mengetahui informasi terkait kondisi pasien
III. PENGORGANISASIAN
a. Hari/Tanggal, Tempat dan Waktu
Hari/tanggal : Rabu, 24 November 2021
Tempat : RS Kota Jambi
Waktu : 08.00 – 08.30 WIB (30 menit)\
Topik : Komunikasi Terapeutik Pada Keluarga
Sasaran : Pasien rawat inap dan keluarga
b. Metode dan Media
Metode : Roleplay
Media : Lembar pengkajian pasien & Nursing Kit
c. Tim Pelaksana
Perawat 1 : Vebyola Viona
Perawat 2 : Elliza Puspika S
Perawat 3 : Reza Nafasha
Perawat 4 : Nur Alfi S
Petugas Fogging : Meli Alisia
Rekan Petugas : Khayla Dzahabiya
Pasien 1 : Gusmarta
Pasien 2 : Nur Cahaya K
Ibu Pasien : Sabina Novianza
Ayah Pasien : Dewi Anggi Saputri
Nenek Pasien : Stefi Maizu P
Tante Pasien : Nadila Trifani
Paman Pasien : Putri Fadila
IV. MEKANISME ROLEPLAY
Tahap Kegiatan Tempat Waktu Pelaksana
Pra 1. Perawat 1 dan Diruang 10 menit Perawat 1 dan
Perkenalan/Fase perawat 2 inap/kamar Perawat 2
Orientasi 1 memperkenalkan diri pasien
kepada orang tua
pasien dan
menjelaskan tujuan
mereka
2. Perawat 1 dan
perawat 2 berbagi
tugas untuk
memeriksa keadaan
pasien 1 dan pasien 2
3. Perawat 1 dan
perawat 2 bertanya
kepada orang tua
pasien setelah
memeriksa keadaan
pasien
Fase Kerja 1. Perawat 3 dan Diruang 15 menit Perawat 3 dan
perawat 4 inap/kamar Perawat 4
memperkenalkan diri pasien
kepada keluarga
pasien
2. Perawat 3 dan
perawat 4 melakukan
pemeriksaan
terhadap pasien
3. Perawat 3 dan
perawat 4
menjelaskan
mengenai penyakit
DBD yang diderita
pasien serta memberi
tahu cara
pencagahannya
4. Perawat 3 dan
perawat 4
memberitahu
keluarga pasien
bahwa tim fogging
akan datang
kerumahnya
Fase Terminasi 1. Perawat 1 dan Diruang 10 menit Perawat 1 dan
perawat 2 datang ke inap/kamar 2, serta tim
ruang inap pasien pasien fogging
dengan 2 orang
petugas fogging
sesuai waktu kontrak
yang telah di
sepakati di tindakan
sebelumnya
2. Tim fogging
menjelaskan
prosedur kerja yang
akan di lakukan
3. Perawat 1
mengontrak waktu
untuk kembali besok
memeriksa keadaan
pasien
V. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
Acara dimulai jam 10.00 WIB dan berakhir pada jam 10.30 WIB
Acara berlangsung sesuai dengan rundown acara dan tidak terjadi hambatan
Penyaji menyampaikan materi dengan baik dan lancar sesuai dengan materi
SAP
a) Keterbukaan (openess)
Keterbukaan adalah sejauh mana individu memiliki keinginan untuk
terbuka dengan orang lain dalam berinteraksi. Keterbukaan yang terjadi
dalam komunikasi memungkinkan perilakunya dapat memberikan
tanggapan secara jelas terhadap segala pikiran dan perasaan yang
diungkapkannya.
b) Empati (Empathy)
Empaty adalah suatu perasaan individu yang merasakan sama seperti yang
dirasakan orang lain, tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan
ataupun tanggapan orang tersebut.
c) Dukungan
Adanya dukungan dapat membantu seseorang lebih bersemangat dalam
melakukan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Dukungan ini
lebih diharapkan dari orang terdekat yaitu, keluarga.
Komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak dalam satu
ikatan keluarga di mana orang tua bertanggung jawab dalam mendidik
anaknya. Hubungan yang terjalin antara orang tua dan anak di sini bersifat
dua arah, disertai dengan pemahaman bersama terhadap sesuatu hal di mana
natara orang tua dan anak berhak menyampaikan pendapat, pikiran,
informasi atau nasehat. Hubungan komunikasi yang efektif ini terjalin
karena adanya rasa keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif,
kesamaan antara orang tua dan anak.
a. Ketinggian Tempat
b. Curah Hujan
Hujan akan menambah genangan air sebagai tempat perindukan dan
menambah kelembaban udara. Temperatur dan kelembaban selama musim
hujan sangat kondusif untuk kelangsungan hidup nyamuk.
c. Ruang Gelap
Nyamuk Aedes Aegypti bersifat diurnal atau aktif pagi hingga siang
hari, nyamuk biasanya beristirahat pada benda-benda yang menggantung di
dalam rumah seperti gorden, kelambu, dan pakaian diruang yang gelap.
d. Kelembaban Udara
e. Suhu
i. Kepadatan Hunian
2) Faktor Perilaku
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Praktek
Masyarakat diharapkan cukup berperan dalam hal ini. Hingga saat ini,
pemerintah belum berhasil menemukan vaksin dengue yang dapat
memberhentikan merebaknya wabahnya DBD. Oleh karena itu, langkah yang
dapat dilakukan hanyalah melakukan upaya pencegahan DBD dengan 3M Plus.
2) Terapi Obat-obatan
a) Antipiretik
Obat antipiretik diberikan bila suhu tubuh lebih dari 38.5°C. Obat
antipiretik diberikan apabila diperlukan. Obat antipiretik digunakan
bertujuan untuk menurunkan suhu tubuh menjadi dibawah 39° C.
Antipiretik yang dianjurkan adalah parasetamol, sedangkan asetosal tidak
dianjurkan karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan, atau asidosis
(Anonim, 2004).
b) Antibiotik
c) Antisedatif
Antisedatif dibutuhkan terutama pada pasien yang sangat gelisah. Obat
hepatotoksik sebaiknya dihindarkan, kloralhidrat oral atau rektal dianjurkan
dengan dosis 12,5 – 50 mg/kg tidak lebih dari 1 jam digunakan sebagai satu
macam obat hipnotik (Soegijanto, 2006).
d) Antikonvulsan
e) Kortikosteroid