Dosen Pembimbing :
Ns. Kamariyah, S.Kep., M.Kep
Disusun Oleh:
I. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan pelayanan institusi kesehatan bagi masyarakat dengan
karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan,
kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Rumah sakit melaksanakan
program-program mutu dan keselamatan pasien. Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu
sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman dengan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Ketepatan identifikasi pasien menjadi hal yang
penting, bahkan berhubungan dengan keselamatan pasien. Kesalahan karena keliru
merupakan hal yang amat tabu dan sangat berat hukumnya. Kesalahan karena keliru pasien
dapat terjadi dalam semua aspek diagnosis dan pengobatan. Perlu proses kolaboratif untuk
memperbaiki proses identifikasi dan untuk mengurangi kesalahan identifikasi pasien.Tidak
semua pasien rumah sakit dapat mengungkapkan identitas secara lengkap dan benar. Beberapa
keadaan seperti pasien dalam keadaan terbius, mengalami disorientasi, tidak sadar
sepenuhnya, bertukar tempat tidur atau kamar atau lokasi dalam rumah sakit dan kondisi
lainnnya, dapat menyebabkan kesalahan dalam identifikasi. Untuk itu perlu adanya
komunikasi yang efektif antar sesama perawat dan antar perawat dengan pasien. Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang
penolong atau perawat dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui
komunikasi (Suryani, 2015).
Menurut Purwanto yang dikutip oleh (Mundakir, 2010) komunikasi terapeutik
adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan
untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi
professional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan klien (Fatmawati, S, 2010).
Komunikasi tidak hanya sekedar alat untuk berbicara dengan klien, namun komunikasi antar
perawat dan klien memiliki hubungan terapeutik yang bertujuan untuk menumbuhkan
motivasi dalam proses kesembuhan klien. Adanya motivasi akan mampu mempengaruhi
kesembuhan klien, jika tidak didukung adanya motivasi untuk sembuh dari diri klien tersebut
dipastikan akan menghambat proses kesembuhan. Perawat yang memiliki keterampilan
berkomunikasi terapeutik tidak saja akan mudah membina hubungan saling percaya dengan
klien, tetapi juga dapat mencegah terjadinya masalah legal etik, serta dapat memeberikan
kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan, meningkatkan citra profesi keperawatan
dan citra rumah sakit dalam memberikan pelayanan ( Nurjannah 2009) Menurut (Nurjannah,
2009) mengatakan bahwa terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari
penyembuhan. Hal ini menggambarkan bahwa dalam menjalani proses komunikasi terapeutik,
seorang perawat melakukan kegiatan dari mulai pengkajian, menentukan masalah
keperawatan, menentukan rencana tindakan, melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
yang telah direncanakan sampai dengan evaluasi yang semuanya itu bisa dicapai dengan
maksimal apabila terjadi proses komunikasi yang efektif dan intensif pada klien.
II. TUJUAN
1. Meningkatkan komunikasi teraupetik antara perawat, keluarga, dan pasien
2. Meningkatkan ketepatan identifikasi pasien
3. Mengetahui informasi terkait kondisi pasien
III. PENGORGANISASIAN
1. Hari/Tanggal, Tempat dan Waktu
Hari/tanggal : Minggu, 24 Oktober 2021
Tempat : Rumah Sakit Raden
Waktu : 08.00 – selesai
Topik : Ketepatan Identifikasi pasien dan Komunikasi Efektif
Sasaran : Pasien rawat inap dan keluarga
F. IDENTIFIKASI PASIEN
a. Pengertian Identifikasi Pasien
Identifikasi merupakan proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu
dalam suatu kelas sesuai dengan karateristik tertentu (Bachtiar, 2012). Poerwadarminta
(2007) berpendapat bahwa identifikasi adalah penentuan atau penetapan identitas
seseorang atau benda.
Identifikasi adalah penerapan atau penentu ciri-ciri atau keterangan lengkap
seseorang (Hamzah, 2008). Menurut Hardawinati (2003) identifikasi adalah tanda
pengenal diri, penentu atau penetapan identitas seseorang dan pengenalan tanda-tanda
atau karateristik suatu hal berdasarkan pada tanda pengenal.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
identifikasi adalah penempatan atau penentuidentitas seseorang atau benda pada suatu
saat tertentu. Sedangkan identifikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pengecekan ulang data pasien sebelum melaksanakan kegiatan asuhan keperawatan
pada pasien untuk kepentingan masa perawatan selama di rumah sakit.
Proses identifikasi ini setidaknya memerlukan dua cara untuk mengidentifikasi
pasien, seperti nama, nomor identifikasi, tanggal lahir atau gelang berkode. Dalam hal
ini nomor kamar atau lokasi tidak digunakan.
Rumah sakit mengembangkan suatu pendekatan untuk memperbaiki atau
meningkatkan ketelitiam identifikasi pasien, salah satu alat yang digunakan adalah
gelang identitas pasien. Gelang identitas adalah suatu alat berupa gelang identifikasi
yang dipasangkan kepada pasien secara individual yang digunakan sebagai identitas
pasien selama dirawat di rumah sakit. Ada beberapa tindakan atau prosedur yang
membutuhkan identifikasi pasien, yaitu pemberian obat-obatan, prosedur pemeriksaan
radiologi, intervensi pembedahan dan prosedur invasif lainnya seperti transfuse darah,
pengambilan sampel, transfer pasien dan konfirmasi kematian (Dale and Renner,
1997).
Gelang identifikasi dibedakan dalam beberapa warna dengan tujuan yang
berbeda-beda, yaitu:
1) Pink: pasien dengan jenis kelamin perempuan
2) Biru: pasien dengan jenis kelamin laki-laki
3) Merah: semua pasien yang memiliki alergi obat
4) Kuning: semua pasien dengan risiko jatuh
Ada 3 hal yang wajib ada pada gelang pengenal pasien(biru dan pink) untuk
mengidentifikasi pasien, yaitu : nama lengkap pasien, tanggal lahir dan nomor rekam
medis. Sedangkan untuk gelang alergi (merah) ada 4 hal yang wajib dicantumkan,
yaitu: nama lengkap, umur, nomor rekam medis dan jenis alergi pasien.