OLEH:
KELOMPOK II
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penerimaan pasien baru diharapkan pasien baru di
Ruang Mawar RSUD dr.T.C Hillers Maumere mampu melakukan adaptasi
ruangan dengan lebih baik, sehingga tingkat kecemasan pasien dapat
berkurang.
2. Tujuan Khusus
a. Menerima dan menyambut kedatangan pasien baru dengan hangat dan
terapeutik
b. Menjelaskan tentang orientasi ruangan
c. Menjelaskan tentang perawatan (termasuk sentralisasi obat)
d. Menjelaskan tentang medis (dokter yang menangani dan jadwal visite)
e. Menjelaskan tentang tata tertib ruangan
f. Melakukan/melengkapi pengkajian pasien baru
C. Manfaat
1. Bagi klien
Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan keperawatan.
2. Bagi perawat
a. Tercapainya kepuasan kerja yang optimal
b. Perawat, pasien dan keluarga dapat bekerjasama dengan baik
c. Meningkatkan kepercayaan klien/keluarga kepada perawat
3. Bagi institusi
a. Terciptanya model asuhan keperawatan professional
b. Terlaksananya standart penerimaan pasien baru untuk meningkatkan
kepuasan pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan
pasien baru di suatu ruangan. Dalam penerimaan pasien baru disampaikan
beberapa hal mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis dan tata tertib
ruangan.
B. Tujuan
1. Menerima dan menyambut kedatangan pasien dengan hangat dan terapeutik
2. Meningkatkan komunikasi antara perawat dengan klien
3. Mengetahui kondisi dan keadaan klien secara umum
4. Menurunkan tingkat kecemasan pasien saat masuk rumah sakit
Pra PP menyiapkan:
PP menjelaskan segala sesuatu yang tercantum dalam lembar penerimaan pasien baru
Post
Terminasi
Evaluasi
E. Alur Masuk Pasien Baru Ke Ruang Mawar RSUD dr.TC Hillers Maumere
KAMAR TERIMA
Kelas MDR
Kelas Kelas I Kelas II Kelas III Kelas Isolasi
utama
ADMINISTRASI / KEUANGAN
1. Evaluasi struktur
OLEH
KELOMPOK II
A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien dilakukan secara
berkesinambungan mulai dari klien masuk sampai dengan klien pulang.Untuk itu
diperlukan adanya suatu perencanaan klien pulang (discharge planning), yang
bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan klien secara signifikan dan
menurunkan biaya-biaya yang diperlukan untuk rehabilitasi lanjut. Dengan
adanya discharge planning klien dapat mempertahankan kesehatannya dan
membantu klien untuk lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan mereka
sendiri (Jane Erwin, 2008).
Dari pengkajian yang kami dapatkan,discharge planning di ruang Rawat
Ruang Mawar RSUD dr.TC Hillers Maumere hanya kadang-kadang dilakukan
pada semua pasien yang akan pulang tetapi belum optimal diantaranya belum
terdokumentasi dengan baik dan hanya dilakukan secara lisan. Dokumentasi
discharge planning yang ada di RuangMawar RSUD dr.TC Hillers Maumere
hanya meliputi tanggal kontrol dan hasil-hasil laboratorium.
Program pendidikan profesi ners Universitas Nusa Nipa Maumere
diharapkan mampu menjadi role model dalam pelaksanaan discharge planning
di ruang Rawat Inap InternaWanita (RuangMawar) RSUD dr.TC Hillers
Maumere. Dengan demikian diharapkan tujuan peningkatan kualitas kesehatan
pasien dapat tercapai secara optimal.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan praktek manajemen keperawatan diharapkan
mahasiswa dan perawat di Ruang Mawar RSUD dr.TC Hillers Maumere,
mampu menerapkan discharge planning dengan baik dan benar sehingga
dapat memberikan kontinuitas perawatan setelah pasien.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan Discharge Planning mahasiswa diharapkan mampu:
a. Mengkaji kebutuhan rencana pemulangan
b. Mengidentifikasi masalah utama pasien pulang
c. Memprioritaskan masalah pasien
d. Membuat perencanaan terhadap pasien pulang dengan melibatkan tim
multidisiplin dalam penyusunannya
e. Mengajarkan kepada pasien dan keluarganya tentang kebutuhan pasien di
rumah (meliputi pengobatan/kontrol, kebutuhan nutrisi, aktifitas dan
istirahat, perawatan diri)
f. Melakukan evaluasi pada pasien selama Discharge Planning
g. Mendokumentasikan perencanaan pulang pasien
C. Manfaat
1. Pasien dan keluarga
a. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga dalam melakukan
perawatan di rumah
b. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
c. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan, ketrampilan dan
sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien
2. Mahasiswa
a. Terjadi pertukaran informasi antara mahasiswa dengan pasien sebagai
penerima pelayanan dengan mahasiswa saat melakukan asuhan
keperawatan
b. Mengevaluasi pengaruh intervensi yang terencana pada penyembuhan
pasien
c. Membantu mahasiswa dalam mengembangkan ilmu yang telah dimiliki
serta mengaplikasikannya
d. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengkaji kebutuhan pasien
secara komprehensif untuk menentukan perencanaan pulang bagi pasien
secara tepat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis dari
penilaian, persiapan serta koordinasi yang yang dilakukan untuk memberikan
kemudahan pengawsan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan
sesudah pulang (Carpenito, 1990). Sedangkan menurut Hurts (1996),
perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar tim kesehatan
mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan
perawatan mandiri di rumah. Perencanaan pulang didapatkan dari proses
interaksi dimana perawat profesional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk
memberikan dan mengatur kontinuitas keperawatan yang diperlukan oleh pasien
dimana perencanan harus berpusat pada masalah pasien yaitu pencegahan,
terapeutik, rehabilitatif serta perawatan rutin yang sebenarnya (Swenberg, 2000).
B. Tujuan
Menurut Jipp dan Siras:
1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikososial dan sosial
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga
3. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta
sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien
6. Melaksanakan rentang perawatan antar rumah sakit dan masyarakat
C. Manfaat
Menurut Spath:
1. Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada pasien
yang dimulai dari rumah sakit.
2. Dapat memberikan tindak lanjut yang sistematis yang digunakan untuk
menjamin kontinuitas perawatan pasien.
3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan
pasien dan menidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru.
4. Membantu kemandirian pasien dalam kesiapan melakukan perawatan rumah.
D. Prinsip-prinsip
1. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang. Nilai keinginan dan
kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.
2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi, kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah
yang mungkin timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan
masalah yang timbul di rumah dapat segera diantisipasi.
3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif, perencanaan pulang
merupakan pelayanan multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerjasama.
4. Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas yang ada.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan
dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia maupun fasilitas yang tersedia
di masyarakat.
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap sistem pelayanan kesehatan. Setiap
klien masuk tatanan layanan maka perencanaan pulang harus dilakukan.
A. Pengorganisasian
Kepala Ruangan : Helena Lipat Ola, S.Kep
PP : Anyunti A. Dua Bura, S.Kep
PA : Margareta Nona Ervi, S.Kep
Pembimbing: : Pembronia Nona Fembi, S.Kep.,Ns.M.Kep
Maria Margareta Adelheid T.W, S.Kep.,Ns
Helena Ratna Vianey, S.Kep.,Ns
B. Pelaksanaan
Topik : Perencanaan pulang
Hari/ Tanggal : Selasa, 09 Maret 2021
Waktu : 15.00 WITA
Pelaksana : Perawat primer
Tempat : Ruang Mawar
Materi : Pengobatan/Kontrol, Kebutuhan Nutrisi, Aktifitas dan
Istirahat, Perawatan di rumah.
Metode : Diskusi dan tanya jawab
Media : Status pasien, Leaflet, Format discharge planning,
Kartu rencana pulang, sarana dan prasarana perawatan
C. Mekanisme Kegiatan
Perawat
Dokter& Tim Kesehatan Lain (PP & PA)
Keadaan pasien :
Klinis&pemeriksaanpenunjang lain.
Tingkat ketergantungan.
(menurut kebutuhan perawatan diri dari Orem)
PerencanaanPulang
(Discharge Planning)
Program HE :
Penyelesaian administrasi Pengobatan/control Lain-lain
Kebutuhannutrisi
Aktivitas&istirahat
Perawatandiri
E. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Persiapan dilakukan pada saat pasien MRS di ruangan RuangMawar
RSUD dr.TC Hillers Maumere
b. Koordinasi dengan Pembimbing Klinik dan Akademik
c. Penyusunan proposal
d. Menetapkan kasus
2. Evaluasi proses
a. Kelancaran kegiatan
b. Peran serta perawat yang bertugas
3. Evaluasi hasil
Informasi yang disampaikan dapat diterima dan dipahami oleh klien dan
keluarga
DAFTAR PUSTAKA
OLEH:
KELOMPOK II
A. Latar Belakang
Dokumentasi merupakan salah satu hal yang penting dalam penerapan
MAKP. Di masa yang akan datang perawat profesional dihadapkan pada suatu
tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang
dilaksanakan. Kesalahan sekecil apapun yang dilakukan akan berdampak
terhadap citra keperawatan secara keseluruhan. Kesadaran masyarakat
menggunakan jasa pengacara untuk memperoleh, membela dan meminta
tanggung jawab serta tanggung gugat dalam perawatan kesehatan juga semakin
meningkat. Untuk itu dibutuhkan sebuah pendokumentasian yang lengkap dan
jelas.
Dalam pendokumentasian komponen yang penting adalah komunikasi,
proses keperawatan dan standar keperawatan. Kegiatan konsep
pendokumentasian meliputi keterampilan berkomunikasi, keterampilan
mendokumentasi proses keperawatan dan keterampilan standart. Efektifitas dan
efisiensi sangat bermanfaat dalam mengumpulkan informasi yang relevan dan
akan meningkatkan kualitas pencacatan keperawatan. Pencacatan disusun
berdasarkan standar dokumentasi sebagai suatu ukuran terhadap kualitas dan
kuantitas dokumentasi yang dipertimbangkan secara akurat dalam suatu situasi
tertentu.
Sistem dokumentasi yang telah digunakan oleh ruangan Mawar RSUD
dr.T.C Hillers Maumere adalah pendokumentasian model SOR (Sources
Oriented Record) yaitu sistem pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai
sumber tenaga kesehatan. Sistem SOR yang digunakan dilengkapi dengan
adanya format pengkajian yang berupa model pengkajian ROS (review of
system), lembar asuhan keperawatan, resume keperawatan dan buku penunjang
lain yaitu buku injeksi, buku vital sign dan laporan harian perawat. Namun
dalam pengisian dokumentasi keperawatan masih belum sesuai dengan standar,
dikarenakan keterbatasan tenaga perawat di ruang Mawar RSUD dr.T.C Hillers
Maumere
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menerapkan sistem pendokumentasian yang efektif, efisien, akurat, lengkap
dan menjamin kepastian hukum.
2. Tujuan Khusus
a. Mendokumentasikan penerimaan pasien baru (admision orientation)
b. Mendokumentasikan pengkajian
c. Mendokumentasikan tindakan dan perkembangan klien dengan
menggunakan sistem pendokumentasian model SBAR
d. Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan setiap hari
dengan lembar observasi
e. Mendokumentasikan sentralisasi obat oral dan injeksi pada semua pasien
kelolaan
f. Mendokumentasikan timbang terima setiap pergantian shift
g. Mendokumentasikan discharge planning pada klien yang akan pulang
h. Mendokumentasikan resume keperawatan pada klien yang sudah pulang
C. Manfaat
1. Mempunyai nilai hukum, sebagai pertanggungjawaban perawat
2. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
3. Sebagai alat komunikasi dengan perawat dan tenaga kesehatan lain
4. Sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan
5. Sebagai referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi keperawatan
6. Mempunyai nilai penelitian, sebagai bahan atau obyek riset
7. Akreditasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Dokumentasi adalah semua catatan otentik dalam penerapan manajemen
asuhan keperawatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan
hukum (Nursalam, 2007). Dokumentasi keperawatan adalah keterangan tertulis
dari seluruh pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien, baik pasien
yang mengalami rawat inap maupun rawat jalan.
A. Persiapan Pendokumentasian
1. Tujuan
Setelah dilakukan praktek manajemen keperawatan, diharapkan mahasiswa
PSIK mampu menerapkan pendokumentasian keperawatan kepada pasien
secara efektif, efisien, akurat dan menjamin kepastian hukum.
2. Rencana strategi
a. Mendiskusikan format pengkajian, observasi, tindakan keperawatan,
dan pendokumentasian yang sesuai di Ruang Mawar dr.T.C Hillers
Maumere
b. Menyiapkan format pengkajian, perencanaan, implementasi, evaluasi
keperawatan dengan bekerjasama dengan perawat ruangan
c. Menyiapkan petunjuk teknis pengisian format/pendokumentasian
keperawatan
d. Melaksanakan pendokumentasian bersama dengan perawat ruangan
3. Kriteria hasil
a. Tersedia lembar penerimaan pasien baru
b. Tersedia lembar serah terima pasien baru
c. Tersedia format pengkajian persistem (ROS)
d. Terdapat lembar observasi
e. Terdapat lembar hasil laboratorium
f. Terdapat lembar hasil pemeriksaan radiologi
g. Terdapat rencana keperawatan
h. Terdapat lembar konsultasi
i. Terdapat lembar sentralisasi obat
j. Terdapat lembar timbang terima
k. Terdapat discharge planning
l. Terdapat resume keperawatan
m. Dokumentasi terlaksana sesuai format
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan dokumentasi keperawatan dilaksanakan selama praktik
manajemen keperawatan mulai tanggal 14 agustus 2019 – 24 agustus 2019.
Pembagian peran berdasarkan jadwal yang telah ditentukan.
a. Pengkajian
Format pengkajian persistem (ROS) dilakukan oleh PP didokumentasikan
sesuai dengan kasus diruang Mawar dr.T.C Hillers Maumere
b. Diagnosa keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, muncul masalah keperawatan. SAK yang
sudah ada, disesuaikan dengan masalah keperawatan yang ada pada pasien.
Pada SAK terdapat problem, intervensi dan evaluasi. Pada problem berisi
tujuan dan kriteria hasil.
c. Implementasi
Berisi tindakan-tindakan yang akan dilakukan dan telah dilakukan sesuai
dengan intervensi.
d. Evaluasi
Dilakukan evaluasi/catatan perkembangan setiap hari sesuai dengan
masalah keperawatan pada pasien dengan menggunakan format SOAP.
Evaluasi tersebut dilakukan sesuai dengan kriteria waktu dan tujuan
sampai masalah tersebut selesai.
5. Metode dokumentasi
a. Format pengkajian menggunakan Review of System
b. Format catatan keperawatan menggunakan SOAP
6. Instrumen
a. Lembar penerimaan pasien baru
b. Format pengkajian menggunakan ROS
c. Catatan keperawatan SOAP
d. Lembar observasi
e. Lembar obat (serah terima, kontrol obat, pemberian obat serta inform
consent)
f. Lembar intruksi dokter dan tindakan keperawatan
g. Lembar pengisian discharge planning
h. Petunjuk teknis pengisian resume keperawatan
i. Petunjuk teknis pengisian inform consent
PROPOSAL SENTRALISASI OBAT
DI RUANG MAWAR RSUD dr. TC HILLERS
MAUMERE
OLEH
KELOMPOK II
A. Latar Belakang
Dewasa ini harga obat/alat kesehatan sangat mahal dan banyak jenis obat
yang harganya diluar jangkauan masyarakat terutama bagi pasien yang dirawat
di rumah sakit dan menggunakan obat paten. Penggunaan berbagai merek obat
dengan harga yang tinggi tersebut tentu saja tidak hanya berpengaruh secara
ekonomis semata, namun lebih dari itu resiko penyimpangan penggunaan diluar
hal semestinya juga dapat menimbulkan kerugian bagi pasien sendiri. Resistensi
tubuh terhadap obat dan resiko resistensi kuman penyakit dapat terjadi manakala
konsumsi obat oleh penderita tidak terkontrol dengan baik. Teknik pengelolaan
secara sentralisasi merupakan pengelolaan obat dimana seluruh obat pasien
dikelola oleh ruangan. Pengeluaran obat ke pasien dilakukan melalui depo
farmasi kemudian didistribusikan oleh perawat.
Saat ini di Ruang Mawar RSUD dr. TC Hillers Maumere sudah
melaksanakan sentralisasi obat, format persetujuan sentralisasi obat, serah terima
obat dan tempat menyimpan obat telah tersedia namun masih terbatas pada obat
oral.
Pada praktek manajemen keperawatan yang dilakukan di Mawar RSUD
dr. TC Hillers Maumere, kami mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners
Universitas Nusa Nipa Maumere, mencoba melakukan sentralisasi obat oral dan
injeksi berdasarkan konsep Model asuhan keperawatan professional (MAKP).
Diharapkan agar bisa menambah tenaga perawat di ruangan Mawar
karena kendala dari sentalisasi obat tidak dilaksanakan secara optimal yaitu
jumlah tenaga perawat yang terbatas dan jumlah pasien yang banyak.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengaplikasikan peran perawat primer dalam pengelolaan sentralisasi
obat dan mendokumentasikan hasil pengelolaan sentralisasi obat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengelola obat pasien : pemberian obat secara tepat dan bemar sesuai
dengan 6T + 1W (tepat pasien, tepat obat, tepat dosis, tepat waktu, tepat
cara pemberian, tepat dokumentasi dan waspada efek samping) dan
mendokumentasikan hasil pengelolaan
b. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat primer dan perawat
asosiate dalam penerapan 6T +1 W
c. Meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga atas asuhan keperawatan
yang diberikan
d. Meningkatkan kepercayaan pasien dan keluarga terhadap perawat dalam
pengelolaan sentralisasi obat
e. Meningkatkan kepatuhan pasien terhadap program terapi
C. Manfaat
1. Bagi Klien
a. Tercapainya kepuasan klien yang optimal terhadap pelayanan keperawatan
b. Klien dapat terhindar dari risiko resistensi tubuh terhadap obat
2. Bagi Perawat
a. Tercapainya kepuasan kerja yang optimal
b. Dapat mengontrol secara langsung obat-obatan yang di konsumsi klien
c. Meningkatkan kepercayaan klien/keluarga kepada perawat
3. Bagi Institusi
Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan sentralisasi obat
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Pengawasan terhadap penggunaan dan konsumsi obat merupakan salah
satu peran perawat sehingga perlu dilakukan dalam suatu pola yang sistematis
sehingga penggunaan obat benar-benar dapat dikontrol oleh perawat sehingga
resiko kerugian secara materiil maupun non materil dapat dieliminir. Upaya
sistematik meliputi uraian terinci tentang pengelolaan obat secara tepat oleh
perawat diperlukan sebagai bentuk tanggung jawab perawat dalam
menyelenggarakan kegiatan keperawatan.
Sentralisasi obat (teknik pengelolaan obat penuh) adalah pengelolaan
obat dimana seluruh obat yang akan diberikan kepada pasien diserahkan
sepenuhnya kepada perawat, pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya
dilakukan oleh perawat.
2. Keuntungan
a. Terjadi interaksi intensif antara farmasi, dokter dan perawat
b. Resep dapat dikaji lebih dahulu oleh apoteker
c. Farmasi dapat membuat profil farmasi pasien dengan lengkap
d. Farmasi dapat melakukan terapi drugs monitor
e. Pasien menerima pelayanan farmasi 24 jam
f. Pasien hanya membayar obat yang dipakai
g. Efisiensi ruang perawatan dari penyimpangan obat
h. Mengurangi beban perawat
i. Menghindari penggunaan obat yang salah
j. Mengurangi kemungkinan kehilangan obat
k. Meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga profesional
D. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Pelaksanaan sentralisasi obat dilaksanakan di Ruang Mawar
b. Persiapan dilakukan sebelumnya
c. Perawat yang bertugas dalam sentralisasi obat.
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan sentralisasi obat sesuai dengan ruangan yang telah ditentukan
dan pasien yang telah menyetujui informed consent untuk dilakukan
sentralisasi obat
b. Pelaksanaan sentralisasi obat dilakukan sesuai dengan alur yang telah
ditentukan
3. Evaluasi Hasil
a. Klien puas dengan hasil pelaksanaan sentralisasi obat
b. Obat dapat diberikan secara tepat dan benar 6T + 1W
c. Perawat mudah mengontrol pemberian obat
d. Pendokumentasian pemberian obat dapat dilakukan dengan benar
DOKTER
Koordinasi dengan perawat
KELUARGA/PASIEN
FARMASI/APOTIK
KELUARGA/PASIEN
KELUARGA/PASIEN
KELUARGA/PASIEN
D. Pengorganisasian Peran
1. Perawat Primer dan Perawat Asosiate
a. Menjelaskan tujuan dilaksanakannya sentralisasi obat
b. Menjelaskan manfaat dilaksanakannya sentralisasi obat
c. Memfasilitasi surat persetujuan pengelolaan dan pencatatan obat
d. Melakukan pencatatan dan kontrol terhadap pemakaian obat selam pasien
dirawat
e. Melakukan tindakan kolaborasi dalam pelaksanaan program terapi
E. INSTRUMEN
1. Informed consent pengelolaan sentralisasi obat
2. Format kontrol dan pemakaian obat
3. Buku sentralisasi obat (buku serah terima obat)
4. Lemari obat dan kotak sentralisasi obat
F. PELAKSANAAN KEGIATAN
Tahap Kegiatan
Waktu Tempat Pelaksana
Persiapan 1. PP mengucapkan salam dan 10 Nurse PP
melaporkan kegiatan menit Station Karu
sentralisasi obat pada Karu
2. Karu menanyakan persiapan
sentralisasi obat
3. PP menyebutkan hal-hal yang
perlu disiapkan
4. Karu memeriksa kelengkapan
administrasi
OLEH
KELOMPOK II
A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan peran seorang kepala ruangan sebagai
supervisor dalam lingkup tanggung jawabnya, terutama dalam melakukan
supervisi terhadap Perawat Primer.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menyusun, melaksanakan atau menetapkan tujuan supervisi
b. Mampu menilai kinerja perawat dalam melaksanakan tindakan
keperawatan
d. Mampu membimbing dan memberikan masukan terhadap staf
e. Mampu memberikan follow up terhadap hasil supervisi terhadap staf
f. Mampu melaksanakan dokumentasi hasil supervisi
D. Instrumen
1. Format instrumen supervisi
2. Format laporan supervisi keperawatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Supervisi adalah suatu teknik pelayanan yang tujuan utamanya
adalah mempelajari dan memperbaiki secara bersama-sama (H. Burto
dalam Pier AS, 2007). Supervisi keperawatan adalah suatu proses
pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas
dalam rangka mencapai tujuan.
B. Tujuan Supervisi
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayananan
pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan dan
kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas.
C. Prinsip Supervisi
1. Supervisi dilakukan sesuai dengan struktur organisasi.
2. Supervisi memerlukan pengetahuan dasar manajemen, keterampilan
hubungan antar manusia dan kemampuan menerapkan prinsip
manajemen dan kepemimpinan.
3. Fungsi supervisi diuraikan dengan jelas, terorganisir dan dinyatakan
melalui petunjuk, peraturan, uraian tugas dan standar.
4. Supervisi merupakan proses kerja sama yang demokrasi antara
supervisor dan perawat pelaksana.
5. Supervisi merupakan visi, misi, falsafah, tujuan dan rencana yang
spesifik.
6. Supervisi menciptakan lingkungan yang kondusif, komunikasi efektif,
kreatifitas dan motivasi.
7. Supervisi mempunyai tujuan yang berhasil dan berdaya guna dalam
pelayanan keperawatan yang memberi kepuasan klien, perawat dan
manajer.
D. Pelaksana Supervisi
1. Kepala Ruangan:
a. Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan pada
klien di ruang perawatan
b. Merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
c. Mengawasi perawat pelaksana dalam melaksanakan praktek
keperawatan di ruang perawatan
2. Pengawas perawatan:
Bertanggung jawab dalam mensupervisi pelayanan pada kepala ruangan
yang ada di instalasinya.
3. Kepala seksi perawatan:
Mengawasi instalasi dalam melaksanakan tugas secara langsung dan
seluruh perawat secara tidak langsung.
E. Alur Supervisi
Kasi Perawatan
Pre Supervisi
Ka. Per IRNA
Supervisi
Supervisi
Fair PA PA
Feed Back
Follow Up
Kualitas Pelayanan
Meningkat
F. Langkah-Langkah Supervisi
1. Pra supervisi
a. Supervisor menetapkan kegiatan yang akan disupervisi
b. Supervisor menetapkan tujuan
2. Supervisi
a. Supervisor menilai kinerja perawat berdasarkan alat ukur atau
instrumen yang telah disiapkan
b. Supervisor mendapat beberapa hal yang memerlukan pembinaan
c. Supervisor memanggil Perawat Primer dan Perawat Associate untuk
mengadakan pembinaan dan klarifikasi permasalahan
d. Supervisor mengklarifikasi permasalahan yang ada
e. Supervisor melakukan tanya jawab dengan Perawat Primer dan
Perawat Associate
f. Supervisor memberikan masukan dan solusi pada Perawat Primer dan
Perawat Associate
g. Supervisor memberikan reinforcement pada Perawat Primer dan
Perawat Associate
PENGORGANISASIAN
A. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan supervisi pemasangan infus akan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal : Senin, 18 September 2021
Waktu : 10.00 – selesai
Lama kegiatan : 30 menit
Tempat : RuangMawar RSUD dr. T. C. Hillers Maumere
Topik : Pelaksanaan supervis pemasangan infus
Supervisor : Pembimbing Akademik dan klinik
Yang disupervisi : Perawat Primer dan Perawat Assosiasi
B. Pengorganisasian
1. Kepala Ruangan :
2. CCM :
3. Perawat Primer Tim I :
4. Primer Tim II :
5. Perawat Associate :
6. Supervisi :
C. Cara Mengumpulkan Fakta Supervisi
1) Personal Inspecton
2) Pelaksanaan injeksi intravena
3) Diskusi/tanya jawab
4) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
D. Instrumen
1) Format instrumen supervisi prinsip pelaksanaan injeksi intravena
2) Format laporan supervisi keperawatan
E. Mekanisme Kerja Supervisi
Tahap Kepala Ruangan Perawat Perawat Associate
Kegiatan
( Supervisi ) Primer
Pra Pembukaan:
supervisi
1. Salam Pembuka 1. Menguraikan tentang tndakan Membantu PP
5 menit
2. Menyampaikan pemasangan infus yang akan untuk menyiapkan
di nurse tujuan dilakukan hari itu perlengkapan
staton 3. Menentukan 2. Bersama-sama dengan PA pemasangan infus
kegiatan yang akan menyiapkan perlengkapan
disupervisi: mengecek pemasangan infus
jadwal pemasangan infus
4. Menyampaikan SOP
yang akan disupervisi dan
format nilai
5. Mempersilahkan PP
untuk pemasangan infus
1. Melakukan
pengawasan dan
koordinasi 1. Melakukan cross cek
2. Melakukan cross kelengkapan alat pemasangan
Supervisi cek kelengkapan alat infus 1. Membantu
3. Menilai pelaksanaan 2. Menyiapkan pasien: PP menyiapkan
15 menit pemasangan infus a. Memberi penjelasan kepada alat yang belum
berdasarkan format pasien tentang prosedur yang ada
di kamar
supervisi akan dilakukan 2. Membawa
pasien
4. Mencatat jika b. Mengatur posisi pasien yg baki
ditemukan ada hal-hal nyaman pemasangan
yang perlu didiskusikan infuse ke bed
3. Mendelegasikan kepada PA
bersama PP dan PA pasien
untuk pemasangan infus
5. Mengisi format/ 3. Membantu
4. Melakukan langkah-langkah
instrumen penilaian pemasangan infus sesuai PP untuk
supervisi dengan format pemasangan pemasangan
infus infus
5. Mendokumentasikan tndakan
pemasangan infuse
F. Evaluasi
1) Struktur:
Hari/Tanggal :
Yang disupervisi:
Supervisor :
Dilakukan
Aspek
Parameter Bobot Skor
Penilaian Ya Tidak
Persiapan Peralatan :
Pelaksanaan
1. Tahap pra interaksi
a. Melakukan verifikasi data sebelumnya
bila ada
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat pasien
dengan benar
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam terapeutik kepada
pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur
tindakan pada keluarga/ pasien
c. Menanyakan kesiapan pasien sebelum
tindakan dilakukan
3. Tahap Kerja
a. Melakukan desinfeksi tutup botol
cairan infus
b. Menutup saluran infus (klem)
c. Menusukan saluran infusdengan benar
d. Menggantung botol cairan pada tiang
infus
e. Mengisi tabung reservoir infuse
sesuai tanda
f. Mengalirkan cairan hingga tidak ada
udara dalam selang
g. Mengatur posisi pasien dan pilih vena
h. Memasang perlak
i. Membebaskan daerah yang akan di
insersi
j. Meletakan tornikuet 5 cm proksimal
yang akan ditusuk
k. Memakai hand scoen
l. Membersihkan kulit dengan kapas
alkohol (melingkar dari dalam keluar)
m. Mempertahankan vena pada posisi
stabil
n. Memegang IV cateter dengan sudut
300
o. Menusuk vena dengan lubang jarum
menghadap ke atas
p. Memastikan IV cateter masuk
intravena kemudian menarik
mandarin ± 0,5 cm
q. Memasukan IV cateter secara
Evaluasi perlahan
r. Menarik mandarin dan
menyambungkan dengan selang infus
s. Melepaskan tourniquet
t. Mengalirkan cairan infus
u. Melakukan fiksasi IV cateter
v. Menutup dengan kassa
w. Temple itiket tanggal pemasangan
x. Mengatur tetesan sesuai program
4. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Melakukan kontrak untuk kegiatan
selanjutnya
c. Berpamitan dengan klien
d. Membereskan alat-alat
e. Mencuci tangan
f. Mencatat kegiatan dalam lembar
catatan perawatan
Total Bobot
Keterangan :
Pengertian :
Pemasangan infus untuk memberikan obat atau cairan melalui
parenteral
Tujuan :
Mendapatkan obat yang diberikan secara intravena dan dehidrasi
untuk rehidrasi parenteral
Persiapan :
Peralatan :
Pelaksanaan :
1. Tahap prainteraksi
a. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
2. Tahap orientasi
a. Memberikan salam terapeutik kepada pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedurtindakan pada keluarga/ pasien
c. Menanyakan kesiapan pasien sebelum tindakan dilakukan
3. Tahap Kerja
a. Melakukan desinfeksi tutup botol cairan infus
b. Menutup saluran infus (klem)
c. Menusukan saluran infuse dengan benar
d. Menggantung botol cairan pada tiang infus
e. Mengisi tabung reservoir infu sesuai tanda
f. Mengalirkan cairan hingga tidak ada udara dalam selang
g. Mengatur posisi pasien dan pilih vena
h. Memasang perlak
i. Membebaskan daerah yang akan di insersi
j. Meletakan tornikuet 5 cm proksimal yang akan ditusuk
k. Memakai hand scoen
l. Membersihkan kulit dengan kapas alkohol (melingkar dari dalam keluar)
m. Mempertahankan vena pada posisi stabil
n. Memegang IV cateter dengan sudut 30˚
o. Menusuk vena dengan lubang jarum menghadap keatas
p. Memastikan IV cateter masuk intravena kemudian menarik mandarin ± 0,5
cm
q. Memasukan IV cateter secara perlahan
r. Menarik mandarin dan menyambungkan denganselang infus
s. Melepaskan tourniquet
t. Mengalirkan cairan infus
u. Melakukan fiksasi IV cateter
v. Menutup dengan kassa
w. Tempel etiket tanggal pemasangan
x. Mengatur tetesan sesuai program
3. Tahap terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c. Berpamitan dengan klien
d. Membereskan alat - alat
e. Mencuci tangan
f. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
Sikap perawat pada waktu pemasangan infus :
a. Komunikasi
b. Kerjasama
c. Tanggungjawab
d. Kewaspadaan
DAFTAR PUSTAKA
Dep. Kes RI, (2001) Standar Manejemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan.
Jakarta ; Penerbit Direktorat Yan. Kep. Dirjen Yan. Med
OLEH :
KELOMPOK II
A. Pendahuluan
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat dicapai dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi perawat, terutama peran dan fungsi mandiri
perawat. Hal ini dapat diwujudkan dengan baik melalui komunikasi yang efektif
antar perawat, maupun dengan tim kesehatan yang lain. Salah satu bentuk
komunikasi yang harus ditingkatkan keefektifitasannya adalah saat pergantian
shift, yaitu saat timbang terima pasien. (Nursalam, 2015)
Timbang terima pasien (overan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan
pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan
menjelaskan secara singkat jelas dan komplit tentang tindakan mandiri perawat,
tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan pasien saat
itu. Informasi yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sempurna. Timbang terima dilakukan oleh
perawat penanggung jawab dinas pagi, sore atau dinas malam secara tulisan dan
lisan (Nursalam, 2015).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengkomunikasikan segala informasi yang berkaitan dengan kondisi klien
2. Tujuan Khusus
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan klien (data fokus)
b. Menyampaikan diagnosis keperawatan klien
c. Menyampaikan tindakan keperawatan dan tindakan kolaboratif yang sudah
dilakukan kepada klien
d. Menyampaikan tindakan keperawatan dan tindakan kolaboratif yang
belum dilakukan kepada klien
e. Menyampaikan hal penting yang harus ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya
f. Menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya
g. Mendokumentasikan timbang terima.
C. Manfaat
1. Bagi Perawat
a. Meningkatkan komunikasi dan kerjasama antar perawat
b. Menjalin hubungan yang bertanggung jawab antar perawat
c. Meningkatkan kualitas pelaksanaan askep terhadap penderita yang
berkesinambungan.
2. Bagi Klien
Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung pada saat perawat
melakukan validasi data
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengertian
B. Tujuan
C. Langkah-langkah
2. Dilanjutkan/stop/modifikasi/strategi baru
A. Pengorganisasian
C. Mekanisme Kegiatan
E. AlurTimbang terima
PASIEN
RENCANA TINDAKAN
PERKEMBANGAN KEADAAN
PASIEN
MASALAH:
Teratasi
Belum teratasi
Teratasi sebagian
Muncul masalah baru
F. Evaluasi
1. Struktur
Pada timbang terima, sarana prasarana yang menunjang telah tersedia
antara lain : Lembar timbang terima, status klien, work sheet dan alat tulis,
serta kedua kelompok shif timbang terima Kepala ruangan seharusnya
memimpin timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shif yaitu
malam ke pagi, pagi ke sore. Kegiatan timbang terima pada shif sore ke
malam dipimpin oleh PP yang bertugas saat itu.
2. Proses
Proses timbang terima dipimpin oleh Karu dan diikuti oleh seluruh
perawat yang bertugas sebelumnya maupun yang akan ganti dinas. PP
mengoverkan kepada PP berikutnya yang akan mengganti dinas. Timbang
terima pertama dilakukan di Nurse Station kemudian ke bed klien dan
kembali lagi ke Nurse Station. Isi timbang terima mencakup identitas klien,
diagnosis keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan, intervensi yang
belum dilakukan dan pesan khusus. Setiap klien tidak lebih dari 5 menit saat
klarifikasi ke pasien.
3. Hasil
a. Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift
b. Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan
c. Komunikasi antar perawat berjalan dengan baik.
PROPOSAL
RONDE KEPERAWATAN
RUANG MAWAR RSUD dr. TC HILLERS MAUMERE
OLEH:
KELOMPOK II
A. Latar Belakang
Peningkatan mutu pelayanan keperawatan pada klien secara profesional
dapat membantu klien dalam mengatasi masalah keperawatan yang dihadapi.
Salah satu bentuk penataan sistem pemberian pelayanan keperawatan adalah
melalui pengembangan model praktik keperawatan yang ilmiah dan sering
disebut sebagai Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) (Sitorus, R. &
Nurachmah, 2005). Salah satu metode yang diterapkan pada MAKP adalah
dengan memperhatikan seluruh kebutuhan maupun keluhan yang dirasakan klien
kemudian mendiskusikannya dengan tim keperawatan untuk merencanakan
pemecahan masalahnya.
Pelayanan keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai hal
tersebut adalah dengan ronde keperawatan. Dimana ronde keperawatan
merupakan sarana bagi perawat baik perawat primer maupun perawat assosiate
untuk membahas masalah keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan
klien dan seluruh tim keperawatan termasuk konsultan keperawatan.
Melalui ronde keperawatan perawat dapat meningkatkan kemampuan
afektif, kognitif, dan psikomotor. Salah satu tujuan dari kegiatan ronde
keperawatan adalah meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan
keperawatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan ronde keperawatan diharapkan masalah keperawatan yang
belum teratasi dapat diatasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, perawat mampu:
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis dalam pemecahan
masalah keperawatan klien
b. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi
pada masalah pasien
c. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien
d. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
e. Meningkatkan kemampuan justifikasi
f. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
g. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan
h. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh
C. Manfaat
1. Bagi Klien
a. Membantu menyelesaikan masalah klien sehingga mempercepat masa
penyembuhan
b. Memberikan perawatan secara profesional dan efektif kepada pasien
c. Memenuhi kebutuhan pasien
2. Bagi Perawat
a. Dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor perawat
b. Menjalin kerjasama tim
c. Menciptakan komunitas keperawatan profesional
3. Bagi rumah sakit
Meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan
pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan (Nursalam,
2015).
B. Tujuan Ronde
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis
2. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan ronde keperawatan, mahasiswa mampu:
a. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis dalam pemecahan
masalah keperawatan klien
b. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan klien
c. Meningkatkan kemampuan validitas data klien
d. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
e. Meningkatkan kemampuan justifikasi
f. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja
C. Manfaat
1. Masalah pasien dapat teratasi
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi
3. Terciptanya komunitas perawatan yang profesional
4. Terjalinnya kerjasama antar tim kesehatan
5. Perawat dapat melaksanakan model keperawatan dengan tepat dan benar
D. Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk yang dilakukan ronde keperawatan adalah pasien
yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan
2. Pasien dengan kasus baru atau langka
E. Peran Masing-Masing Anggota Tim
1. Peran perawat primer dan perawat assosiate
a. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien
b. Menjelaskan diagnosis keperawatan
c. Menjelaskan intervensi yang dilakukan
d. Menjelaskan hasil yang didapat
e. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil
f. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji
2. Peran perawat konselor
a. Memberikan justifikasi
b. Memberikan reinforcement
c. Memvalidasi kebenaran dari masalah, intervensi keperawatan serta
rasional tindakan
d. Mengarahkan dan koreksi
e. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah dipelajari
F. Evaluasi
1. Struktur
a. Persyaratan administratif (informed consent, alat, dll)
b. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan
c. Persiapan dilakukan sebelumnya
2. Proses
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang
telah ditentukan
3. Hasil
a. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan
b. Masalah pasien dapat teratasi
c. Perawat dapat:
Menumbuhkan cara berpikir yang kritis
Meningkatkan cara berpikir yang sistematis
Meningkatkan kemampuan validitas data pasien
Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah klien
Alur Pelaksanaan Ronde Keperawatan
TAHAP PRA PP
RONDE
Penetapan Pasien
Persiapan Pasien :
Inform Concernt
Hasil
Pengkajian/Validasi
data
Diskusi PP,
Konselor,KARU
Lanjutan diskusi di
Nurse Station