TRIAGE
P1 P2 P3 P4
GENERAL Keluhan Utama :Keluarga klien mengatakan klien tidak sadarkan diri. Sudah dua hari
IMPRESSION klien mengalami stres akibat kondisi suami beliau yang sedang
dirawat di RS karena mengalami serangan jantung, dan keluarga juga
mengatakan klien terdiagnosa DM tipe 1 sejak kecil.
Penilaian Resiko
Jatuh
1. Alergi : Klien tidak memiliki alergi obat / makanan a. Pola napas tidak
efektif b.d.
2. Medikasi
: Klien tidak sementara menjalani pengobatan apapun. kompensasi asidosis
3. Past Illnes metabolik,
: Klien memiliki riwayat sakit DM tipe 1 hiperventilasi
b. Kekurangan volume cairan
4. Last Meal b/d dehidrasi
: Terakhir kali klien mengkomsumsi makanan atau
minuman. c. Ketidak seimbangan nutrisi
5. Event : Keluarga klien mengatakan klien tidak sadarkan diri. kurang dari kebutuhan
tubuh bd mual muntah
Sudah dua hari klien mengalami sters akibat kondisi
suami beliau yang sedang dirawat di RS karena
mengalami serangan jantung, dan keluarga juga
mengatakan klien terdiagnosa DM tipe 1 sejak kecil.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala, mata, - Kepala simetris, wajah simetris
- Tidak ada edema dan benjolan di kepala dan wajah.
hidung, mulut &
telinga : bentuk telinga simetris anatar ki/ka dan tidak ada edema atau benjolan
2. Leher - Bersih, tidak ada luka atau lesi, tidak ada pebengkakan,
- Tidak ada kekakuan otot – otot atau spasme otot (kaku kuduk)
- tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
3. Dada - Bentuk dada simetris, adanya perubahan pergerakan dada dan penggunaan
otot bantu napas karena napas cepat dan dalam (kussmaul) dan berbau
aseton.
- Denyut jantung teratur & lemah, Frekuensi Heart Rate : 80 x/menit
4. Abdomen - CRT <2 detik
- Bentuk abdomen simetris, tidak ada pembengkakan
- Warna kulit pucat, akral teraba panas, suhu tubuh 38˚ celcius, penurunan
5. Integument tugor kulit
-
- Pergerakan sendi (ROM): −
6. Ektermitas - Tidak ada fraktur, tidak ada luka serius di kaki/tangan hanya luka , akral
hangat.
- Kekuatan otot : 1 1
11
- Klien tidak mampu mengerakan (ROOM)
- Tidak ada kontraksi otot biceps, triceps, patela & achiles klien tmpak
7. Refleks fisiologis lemah, kesadaran koma
3. EKG :
4. Rontgen :
PENGOBATAN DX KEPERAWATN
PRIORITAS
Infus :
1. Pola napas tidak
Pada Ketoasidosis Diabetikum berat saat ini terpasang oksigen dan
efektif b/d
diberikan IVFD normal sline.
kompensasi
m
e
t
a
b
o
l
i
k
,
h
i
p
e
r
t
r
o
v
i
l
2. Ke
ku
ran
ga
n
vol
um
e
cai
ran
b/d
de
hid
ras
i
.
Selasa, 26/05/2020
Preseptor Akademik
Pengkaji,
RENCANA KEPERAWATAN
DEPARTEMEN GAWAT DARURAT
NAMA KLIEN : Ny.R NAMA MAHASISWA :Anyunti Andiawan Dua Bura,S.Kep
BANGSAL/TEMPAT :
No. DIAGNOSA KONFIRMASI DATA AKTUAL/R TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA KEPERAWATAN (NIC) PARAF
REKAM PASIEN MAHASISWA CI/
KEPERAWATAN ESIKO/WE HASIL DAN RASIONAL
CT
MEDIK
LLNES (NOC)
1. Pola nafas tidak DS: NOC NIK : manajemen jalan napas
efektif b/d keluarga mengatakan Respiratory status: 1. Pantau adanya pucat dan
asidosis, klien tidak sadarkan ventilation sianosis
kompensasi diri Respiratory status: airway 2. Pantau kedalaman nafas,
metabolik, keluarga kuga patnecy kecepatan irama dan usaha
hiperventrikel mengatakan klien Aspiration control respirasi
terdiagnosa DM tipe Setelah dilakukan tindakan 3. Perhatikan kesimetrisan dada,
1 sejak kecil keperawatan selama 1x 6 penggunaan otot bantu
DO: jam pasien menunjukan pernapasan
Nafas cepat kekefektifan pla napas 4. Pantau pola pernapasan→
( 28x/m ) dan dalam dengan kpasien hiperventilasi pernapasan
(kusmaul) berbau menunjukan kekefektifan kusmaul dan napas berbau
aseton pola napas dengan kriteria keton
A. Tujuan Intruksional
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan keluarga dapat memahami pengertian dari
ketoasidosis diabetikum, penyebab ketoasidosis diabetikum, tanda dan gejala ketoasidosis diabetikum,
penatalaksanaan pre-hospital diabetik ketoasidosis Pencegahan pre-hospital diabetik ketoasidosis.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini,peserta diharapkan mampu:
a. Menjelaskan tentang ketoasidosis diabetikum
b. Menyebutkan penyebabnya ketoasidosis diabetikum
c. Menyebutkan tanda dan gejala ketoasidosis diabetikum
d. Menjelaskan penatalaksanaan pre-hospital ketoasidosis diabetikum
e. Pencegahan pre-hospital ketoasidosis diabetikum.
C. Metode
Ceramah
Tanya Jawab
D. Media
Leaflet
E. Setting Tempat
Keterangan:
: Pemateri
: Keluarga Ny. R
F. Evaluasi
Daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepeada keluarga Ny.R:
1. Apa pengertian ketoasidosis diabetikum?
2. Apa penyebab ketoasidosis diabetikum?
3. Apa saja tanda dan gejala ketoasidosis diabetikum?
4. Bagaimana penatalaksanaan pre-hospital ketoasidosis diabetikum?
5. Bagaimana Pencegahan pre-hospital ketoasidosis diabetikum?
Nilai :
80-100 : keluarga Ny. R dapat menjawab dengan lengkap dan benar
50-70 : keluarga Ny. R dapat menyebutkan tetapi tidak lengkap
20-40 : keluarga Ny. R kurang memahami pertanyaan
0-10 : keluarga Ny. R tidak dapat menyebutkan semua pertanyaan
Lampiran Materi
a. Pengertian
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai oleh
trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif.
KAD dan Hiperosmolar Hyperglycemia State (HHS) adalah 2 komplikasi akut metabolik diabetes mellitus
yang paling serius dan mengancam nyawa. Kedua keadaan tersebut dapat terjadi pada Diabetes Mellitus
(DM) tipe 1 dan 2, meskipun KAD lebih sering dijumpai pada DM tipe 1. KAD mungkin merupakan
manifestasi awal dari DM tipe 1 atau mungkin merupakan akibat dari peningkatan kebutuhan insulin pada
DM tipe 1 pada keadaan infeksi, trauma, infark miokard, atau kelainan lainnya ( Gotera, 2010).
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya diabetic ketoasidosis, antara lain sebagai berikut:
1. Menjaga agar tidak terjadi defisiensi insulin (tidak
menghentikan pemberian insulin, managemen insulin yang tepat saat sakit).
2. Secara rutin control kadar glukosa darah.
3. Menghindari stress
4. Mencegah dehidrasi
5. Mengobati infeksi secara adekuat
6. Hindari makanan dan minuman tinggi gula
7. Menyimpan nomor kontak dokter atau pelayanan kesehatan
terdekat untuk dihubungi dalam keadaan darurat.
DAFTAR PUSTAKA
Gotera Wira, Dewa Gde Agung Budiyasa. 2010. Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetik Bagian/SMF Ilmu
Penyakit Dalam, FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar.
AjiHaryudi .2012. Jurnal penelitian Gambaran Klinis Ketoasidosis Diabetikum Anak Laboratorium Ilmu
Kesehatan Anak Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang.
(Didownload pada tanggal 1 September 2015 jam 18.30 WIB).
Joint British Diabetes Societies Inpatient Care Group.2010. The Management of Diabetic Ketoacidosis in
Adults. https://www.bsped.org.uk/clinical/docs/DKAManagementOfDKAinAdultsMarch20101.pdf .
Westerberg, Dyanne P. 2013. Diabetic Ketoacidosis: Evaluation and Treatment. Cooper Medical School of Rowan
University, Camden, New Jersey. http://www.aafp.org/afp/2013/0301/p337.pdf.
Prof.Dr.dr. Saraswono Waspadji, Sp.PD-KEMD, dkk. Komplikasi Diabetes Tipe 2 Pencegahan dan
penaganannya. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Prof.Dr.dr. Sidartawan Soegondo, Sp.PD-KEMD, dkk 2011. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia
7. Berat badan turun dratis darah
− Gangguan saraf
C. Faktor Resiko
Komplikasi akut
A. pengertian
− Hipglikemia/ penurunan
Diabetes mellitus (DM) adalah: kesadaran
penyakit dimana kadar gula di dalam − Ketoasidosis diabetikum
darah tinggi karena tubuh tidak rosmolar non letotik
dapat melepaskan atau
menggunakan insulin.
E. Pencegah DM
B. Tanda dan Gejala
1. Cek kadar gula darah secara
teratur
1. Faktor keturunan
2. usia lebih dari 40 tahun
3. Gaya hidup yang kurang sehat
4. Kegemukan
5. kurang beraktivitas dan
berolahraga
1. Sering kencing
Lakukanlah pencegahan gulah
2. Rasa haus berlebihan
darah secara teratur. Hal ini perlu
3. Luka lambat sembuh
D. Komplikasi untuk mendeteksi diabetes secara
4. Pandangan kabur
Komplikasi kronik/menahun dini sehingga dapat segera
5. Rasa lapar berlebihan
− Gangguan pembuluh ditangani dan meminimalisir
6. Mudah lelah
kemungkinan terjadi komplikasi
2
Divisi Metabolik Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr.
Cipto Mangunkusumo, Jakarta
Korespondensi:
Budiman Darmowidjojo. Divisi Metabolik Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / Rumah Sakit Umum Pusat Nasional
Dr. Cipto Mangunkusumo, Jln. Pangeran Diponegoro 71, Jakarta 10430, Indonesia. email: budiman.ui.ac.id
ABSTRAK
Ketoasidosis diabetikum (KAD) merupakan komplikasi akut diabetes yang sering dijumpai dan mengancam jiwa. KAD terjadi akibat defisiensi
insulin berat dan seringkali muncul sebagai gejala pertama pada penyandang diabetes yang belum terdiagnosis meski dapat juga muncul pada individu
yang sudah menyandang diabetes. Beberapa keadaan yang dapat memicu KAD antara lain infeksi, infark miokard, stroke, pankreatitis, trauma, atau
kepatuhan berobat yang tidak baik. Infeksi jaringan kulit seperti herpes zoster merupakan jenis pencetus yang langka pada KAD. Artikel ini akan
membahas suatu kasus KAD yang dicetuskan herpes zoster.
Kata Kunci: Herpes zoster, Infeksi, Ketoasidosis diabetikum
ABSTRACT
Diabetic ketoacidosis (DKA) is an acute, life-threatening complication of diabetes which is common in daily practice. DKA is the result of severe
insulin deficiency and often presents as the first symptom of an undiagnosed diabetes even though it may also appear in individuals with diabetes.
Some conditions that can trigger DKA include infections, myocardial infarction, stroke, pancreatitis, trauma, or poor treatment compliance. Skin
tissue infections such as herpes zoster are rare inciting factor in DKA. This article will discuss a case of DKA that is triggered by herpes zoster.
Keyword: Diabetic ketoacidosis, Herpes zoster, Infection.
diabetes melitus merupakan salah satu laporan terkait kejadiannya pada subjek DM
faktor risiko herpes zoster. Beberapa studi tipe 2.
menunjukkan insiden herpes zoster
meningkat pada penyandang DM tipe 2
dibanding kontrol. Sekitar 13% kasus herpes
zoster terjadi pada penyandang DM tipe 2.3,4
Hal tersebut karena adanya penurunan
sistem imun spesifik pada penyandang
diabetes sehingga mencetuskan reaktivasi
dari virus varicella-zoster. Studi- studi
terkait DM sebagai faktor risiko terjadinya
herpes zoster sudah banyak, tetapi sampai
saat ini belum terdapat studi terkait herpes
zoster sebagai pencetus KAD.
Sepengetahuan penulis, laporan kasus ini
merupakan laporan kasus pertama yang
mendeskripsikan suatu kasus KAD yang
dicetuskan oleh herpes zoster.
Berbagai keadaan dapat mencetuskan
terjadinya KAD, mulai dari infeksi (46,5%),
ketidakpatuhan berobat (30,5%), tampilan
klinis pertama dari DM (18,5%), dan
sisanya (19%) meliputi stres, diet,
kehamilan dan faktor- faktor yang belum
teridentifikasi. Infeksi yang paling sering
mecetuskan KAD yaitu infeksi saluran
kemih (31,2%); infeksi saluran pernafasan
(26,8%); infeksi saluran cerna (13,9%);
infeksi jaringan kulit dan subkutan (4,3%),
kaki diabetik (2,1%); infeksi telinga hidung
tenggorok (8,6%); dan infeksi campuran
(12,9%).5
Pada laporan kasus terkait herpes
genital sebagai pencetus KAD, digambarkan
beberapa kasus herpes yang bervariasi mulai
dari herpes genital yang luput dari
pemeriksaan hingga herpes genital yang
sudah diberi tatalaksana. Temuan ini
mengindikasikan bahwa infeksi kulit seperti
herpes dapat mencetuskan KAD dalam
kondisi apapun. Meski demikian, laporan-
laporan kasus tersebut dilaporkan pada
subjek DM tipe 1 yang mana sudah terjadi
Ketoasidosis diabetikum pada pasien ini Terapi antivirus paling bermanfaat pada
disertai oleh herpes zoster dan pneumonia. pasien immunocompromised, berusia > 50
Umumnya klinisi menduga pneumonia tahun, dengan nyeri atau ruam yang berat.
sebagai pencetus dari KAD, namun pada Terapi antivirus memiliki manfaat yang
kasus ini pneumonia yang dialami pasien bermakna bila diberikan kurang dari 72 jam
atipikal karena pasien tidak demam, leukosit sejak ruam muncul. Terapi antivirus yang
pada pasien normal, dan tidak ada perubahan dapat diberikan berupa asiklovir, famsiklovir,
pada pemeriksaan hitung jenis. Pasien juga dan valasiklovir. Terapi pada nyeri
tidak mengalami sesak yang memberat saat bergantung kualitas nyeri yang dirasakan.
di rumah hingga saat dilakukan pemeriksaan Nyeri ringan dapat diberikan obat anti-
baru ditemukan adanya ronkhi basah di inflamasi nonsteroid, sedangkan nyeri yang
kedua paru. Oleh karena itu, kami berasumsi lebih berat dapat diberikan opioid,
bahwa pasien ini jatuh dalam keadaan KAD gabapentin, atau lidokain patch. Pasien
setelah dicetuskan oleh herpes zoster. dengan keluhan pada mata memerlukan
Herpes zoster disebabkan oleh konsultasi dengan ahli mata untuk
reaktivasi dari virus varicella-zoster yang mendapatkan pengobatan dengan tetes mata
dorman di nervus kranial atau ganglion yang mengandung midriatikum, steroid
dorsalis. Setelah reaktivasi, virus topikal, dan lain-lain.8
bereplikasi di badan sel saraf, virion Pada kasus KAD ini didapatkan vesikel-
dilepaskan dari sel dan dibawa akson ke vesikel yang terasa nyeri dan berkelompok
dermatom kulit yang dipersarafi oleh pada kulit perut bagian kanan bawah sejak 3
ganglion tersebut. Di kulit, virus hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien ini
menyebabkan inflamasi lokal dan lenting- baru terdiagnosis sebagai herpes zoster pada
lenting yang sangat nyeri. Umumnya pada hari ke-3 sejak vesikel-vesikel muncul
individu dengan sistem imun yang baik, sehingga diduga
reaktivasi dari virus dapat ditekan sehingga
herpes zoster lebih sering terjadi ada individu
yang mengalami penurunan sistem imun
seperti pada penyandang DM. Insidensi dari
herpes zoster pada populasi geriatri juga
diketahui lebih tinggi dibanding pada
populasi usia produktif. Pasien geriatrik
seperti pada kasus ini memang berisiko lebih
tinggi terkena herpes zoster karena beberapa
faktor seperti peningkatan penggunaan
vaksin varicella, populasi manula yang
meningkat, kondisi kronis penyerta, dan
meningkatnya penggunaan terapi
imunosupresif. 8,9
DAFTAR PUSTAKA
1. American Diabetes Association. Hyperglycemic crises in adult
patients. Arlington: American Diabetes Association; 2009. p.7.
2. Joint British Diabetes Societies Inpatient Care Group. The
management of diabetic ketoacidosis in adults. London: Joint
British Diabetes Societies Inpatient Care Group; 2013.
3. Guignard AP, Greenberg M, Lu C, Rosillon D, Vannappagari V.
Risk of herpes zoster among diabetics: A matched cohort study in
a US insurance claim database before introduction of vaccination,
1997- 2006. Infection. 2014;42(4):729–35.
4. Suaya JA, Chen SY, Li Q, Burstin SJ, Levin MJ. Incidence of
herpes zoster and persistent post- zoster pain in adults with or
without diabetes in the United States. Open Forum Infect Dis.
2014 Aug 2;1(2):ofu049.
5. Hamed ZS, Gawaly A, Abbas K, El Ahwal L. Epidemiology of
infection as a precipitating factor for diabetic ketoacidosis at Tanta
University Hospital. Tanta Med J. 2017;45(2):68.
6. DeOcampo A. Genital herpes and diabetic ketoacidosis : a patient
report. Clin Pediatr. 1999;38(11):661-3.
7. Tesfaye S, Cullen DR, Wilson RM, Woolley PD. Diabetic
ketoacidosis precipitated by genital herpes infection. Diabetes Res
Clin Pract. 1991;13(1–2):83–4.
8. John AR, Canaday DH. Herpes zoster in the older adult. Infect Dis
Clin North Am. 2017;31(4):811–26.
9. Varghese L, Standaert B, Olivieri A, Curran D. The temporal
impact of aging on the burden of herpes zoster. BMC Geriatr.
2017;17(1):1–7.
10. Soyuncu S, Berk Y, Eken C, Gulen B, Oktay C. Herpes zoster as a
useful clinical marker of underlying cell-mediated immune
disorders. Ann Acad Med Singapore. 2009;38(2):136–8.
11. Almand EA, Moore MD, Jaykus LA. Virus-bacteria interactions:
An emerging topic in human infection. Viruses. 2017;9(3):1–10.