Anda di halaman 1dari 26

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Nama : Anyunti A. D. Bura


NIM : 013190034
Tanggal :-
Praktek
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2020

No Rek Medis : Status : Kawin


Perkawinan
Nama : Ny. R Pengantar :Keluarga
Usia : 45 Sumber : Keluarga
IDENTITAS Informasi
Pendidikan : SMA Cara Datang : Diantar keluarga
Agama : Khatolik Asal Rujukan :
Pekerjaan : Petani Dx Medis : Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
Tgl Pengkajian : Selasa, 26 Mei 2020

TRIAGE
P1 P2 P3 P4
GENERAL Keluhan Utama :Keluarga klien mengatakan klien tidak sadarkan diri. Sudah dua hari
IMPRESSION klien mengalami stres akibat kondisi suami beliau yang sedang
dirawat di RS karena mengalami serangan jantung, dan keluarga juga
mengatakan klien terdiagnosa DM tipe 1 sejak kecil.

Penilaian Resiko
Jatuh

PRIMARY SURVEY KLASIFIKASI DATA


(DS/DO)
Airway Bebas DS :
Tidak ada  Keluarga klien
mengattakan kien tidak
Breathing RR : 28 x menit sadarkan diri
Gerakan Dada: Simetris Asimetris  Keluarga mengatakan klien
Pola Napas: Teratur Tidak teratur terdiagnosa DM tipe 1 sejak
Suara Napas: : Vesikuler gurgling kecil
Bronkial Bronkovesikuler  keluarga mengatakan sudah
dua hari klien mengalami
stres karena suami berliau
dirawat di RS akibat
serangan jantung
DO :
 KU : tidak sadarkan diri
 Kesadaran: koma

Ronchi Stridor  Airway : tidak ada


Pola Napas : Tak Cheyne Stokes sumbatan
Takipnea Kussmaul  Breathing : gerakan dada
Biok asimetris, napas cepat dan
Circulation Nadi : 70x/mnt (Kuat/Lemah) dalam (kussmaul) dan
TD :90/70 mmHg berbau aseton
CRT : > 2 detik RR : 28x/m
 Circulation :
Akral: Hangat,
Muntah
Suhu : 38 oC
poliuri, polidipsi
Konjungtiva: − kulit membrane mukosa
Sclera: − kering, penurunan tugor kulit
Suara Jantung: TD : 90/70 mmHg,
Disability Tingkat Kesadaran: Composmentis N : 80 x/m, CRT : > 2detik
Somnolen Lemah, nause
Apatis Akral: Hangat
Sopporus Suhu : 38 oC
Coma Hco3: 10 meq/L
GCS :3(E: 1 V: 1 M : 1) pH: 7
Reaksi Pupil: Ada Tidak Ada
 Disability :
Skala Nyeri : 3(nyeri ringan) GCS = 3, tidak ada reaksi
pupil,

SECONDARY SURVEY DIAGNOSA


KEPERAWATAN

1. Alergi : Klien tidak memiliki alergi obat / makanan a. Pola napas tidak
efektif b.d.
2. Medikasi
: Klien tidak sementara menjalani pengobatan apapun. kompensasi asidosis
3. Past Illnes metabolik,
: Klien memiliki riwayat sakit DM tipe 1 hiperventilasi
b. Kekurangan volume cairan
4. Last Meal b/d dehidrasi
: Terakhir kali klien mengkomsumsi makanan atau
minuman. c. Ketidak seimbangan nutrisi
5. Event : Keluarga klien mengatakan klien tidak sadarkan diri. kurang dari kebutuhan
tubuh bd mual muntah
Sudah dua hari klien mengalami sters akibat kondisi
suami beliau yang sedang dirawat di RS karena
mengalami serangan jantung, dan keluarga juga
mengatakan klien terdiagnosa DM tipe 1 sejak kecil.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala, mata, - Kepala simetris, wajah simetris
- Tidak ada edema dan benjolan di kepala dan wajah.
hidung, mulut &
telinga : bentuk telinga simetris anatar ki/ka dan tidak ada edema atau benjolan

2. Leher - Bersih, tidak ada luka atau lesi, tidak ada pebengkakan,
- Tidak ada kekakuan otot – otot atau spasme otot (kaku kuduk)
- tidak ada pembesaran kelenjar tyroid

3. Dada - Bentuk dada simetris, adanya perubahan pergerakan dada dan penggunaan
otot bantu napas karena napas cepat dan dalam (kussmaul) dan berbau
aseton.
- Denyut jantung teratur & lemah, Frekuensi Heart Rate : 80 x/menit
4. Abdomen - CRT <2 detik
- Bentuk abdomen simetris, tidak ada pembengkakan
- Warna kulit pucat, akral teraba panas, suhu tubuh 38˚ celcius, penurunan
5. Integument tugor kulit
-
- Pergerakan sendi (ROM): −
6. Ektermitas - Tidak ada fraktur, tidak ada luka serius di kaki/tangan hanya luka , akral
hangat.
- Kekuatan otot : 1 1
11
- Klien tidak mampu mengerakan (ROOM)

- Tidak ada kontraksi otot biceps, triceps, patela & achiles klien tmpak
7. Refleks fisiologis lemah, kesadaran koma

- Ditemukan refleks sama sekai


8. Refleks Patologi

PEMERIKSAAN PENUNJANG Tanggal & Jam


Pemeriksaan dan hasil
1. USG : :
Selasa, 26 Mei 2020
2. CT Scan :

3. EKG :

4. Rontgen :

5. Laboratorium : HCo3:10 meq/L, Ph darah: 7

PENGOBATAN DX KEPERAWATN
PRIORITAS
Infus :
1. Pola napas tidak
Pada Ketoasidosis Diabetikum berat saat ini terpasang oksigen dan
efektif b/d
diberikan IVFD normal sline.
kompensasi
m
e
t
a
b
o
l
i
k
,
h
i
p
e
r
t
r
o
v
i
l
2. Ke
ku
ran
ga
n
vol
um
e
cai
ran
b/d
de
hid
ras
i
.

Obat : terapi insulin per drip


Lain-lain :

Selasa, 26/05/2020
Preseptor Akademik
Pengkaji,

(Anyunti A.D. Bura, S.Kep) (YULIANI PITANG, S.Kep., Ns., M.Kep)


Y

RENCANA KEPERAWATAN
DEPARTEMEN GAWAT DARURAT
NAMA KLIEN : Ny.R NAMA MAHASISWA :Anyunti Andiawan Dua Bura,S.Kep

NIRM : PROGRAM :Profesi Ners

DIAGNOSA MEDIS : KAD INSTITUSI :Universitas Nusa Nipa

BANGSAL/TEMPAT :

No. DIAGNOSA KONFIRMASI DATA AKTUAL/R TUJUAN DAN KRITERIA RENCANA KEPERAWATAN (NIC) PARAF
REKAM PASIEN MAHASISWA CI/
KEPERAWATAN ESIKO/WE HASIL DAN RASIONAL
CT
MEDIK
LLNES (NOC)
1. Pola nafas tidak DS: NOC NIK : manajemen jalan napas
efektif b/d  keluarga mengatakan  Respiratory status: 1. Pantau adanya pucat dan
asidosis, klien tidak sadarkan ventilation sianosis
kompensasi diri  Respiratory status: airway 2. Pantau kedalaman nafas,
metabolik,  keluarga kuga patnecy kecepatan irama dan usaha
hiperventrikel mengatakan klien  Aspiration control respirasi
terdiagnosa DM tipe Setelah dilakukan tindakan 3. Perhatikan kesimetrisan dada,
1 sejak kecil keperawatan selama 1x 6 penggunaan otot bantu
DO: jam pasien menunjukan pernapasan
 Nafas cepat kekefektifan pla napas 4. Pantau pola pernapasan→
( 28x/m ) dan dalam dengan kpasien hiperventilasi pernapasan
(kusmaul) berbau menunjukan kekefektifan kusmaul dan napas berbau
aseton pola napas dengan kriteria keton

 HCO3: 10 meq/L hasil: riteria hasil: 5. Kaji kemungkinan adanya

 pH darah: 7  Klien menunjukan pola sekret yang mungkin timbul


nafas efektif dibuktikan 6. Perhatikan oksigen masker
 perubahan
dengan status pernafasan 100%
pergerakan dada dan
yang tidak berbahaya: 7. Pastikan jalan nafas tidak
penggunaan otot
ventilasi dan status TTV tersumbat
bantu nafas
 pucat, sianosis  Klien menunjukan status 8. Baringkan klien pada psisi
pernafasan: ventilasi tidak nyama
terganggu ditandai dengan
kedalaman inspirasi dan
kemudahan bernafas,
ekspansi dan simetris, tidak
ada penggunaan otot bantu
pernapasan, kusmaul (-)
2. Kekurangan DS: NOC NIC:
volume cairan b/d  keluarga mengatakan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji riwayat durasi/ intensitas
dehidrasi sudah dua hari klien keperawatan selama 1x6 jam mual, muntah dan berkemih
mengalami stres diharapkan volume cairan berlebihan
karena suami berliau terpenuhi dengan kriteria hasil: 2. Monitor tanda-tanda vital dan
dirawat di RS akibat  Kekurangan volume cairan perubahan tekanan darah
serangan jantung akan teratasi dibuktikan orthostatic
dengan keseimbangan 3. Monitor perubahan pernafasan
DO: cairan, keseimbangan kusmaul, bau aseton
 Muntah elektrolik, dan asam basah, 4. Observasi kualitas nafas
 Poliuri, polidipsi hidrasi yang adekuat, 5. Observasi utput dan kualitas

 Kulit membrane asupan cairan adekuat urine

mukosa kering ,  Menampilkan hidrasi yang 6. Timbang berat badan

penurunan tugor baik 7. Ciptakan lingkungan yang

kulit  Memiliki asupan ciran nyaman, perhatikan perubahan


yang adekuat (oral emosional
intravena) 8. Catat hal yang dilaporkan
seperti mual, nyeri abdomen,
muntah dan distensi lambung
TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
JAM PELAKSANAAN MAHASISWA CI/CT
26/05/20 Pola napas tidak efektif b/d 08.00 1. memantau adanya pucat dan siansis S:
kompensasi asidosisi, Hasil:  keluarga klien mengatakan klien
metabolik, hiperventilasi  Konjungtiva anemis tidak sadarkan diri
 CRT < 2 detik  keluarga mengatakan klien
08.05 2. pantau kedalaman nafas, kecepatan irama dan terdiagnosa DM tipe 1 sejak kecil
usaha respirasi O:
Hasil:  KU: klien idak sadarkan diri
− gerakan dada asimetris  Kesadaran: koma
− napas cepat dan dalam (kusmaul) dan berbau  Airway: tidak ada sumbatan
aseton  Breathing: gerakan dada asimetris,
− RR: 28x/m napas cepat dan dalam(kussmaul)
08.10 3. memprhatikan kesimetrisan dada, penggunaan dan berbau aseton, RR: 28x/menit
otot bantu pernafasan  Circulation:
Hasil: TD: 90/70 mmHg
− klien terpasang oksigen masker
N: 80x/m
08.15 4. memantau pola pernafasan S: 38x/m
Hasil: RR: 28x/m, CRT <2 detik, lemah,
− pernapasan kussmaul
nause, akral hangat
− RR: 28x/m
HCO3: 10 meq/L, pH: 7
08.20 5. mengkaji kemungkinan adanya sekret
 Disabiliti:
Hasil:
GCS: 3, tidak ada reaksi pupil
− tidak ada sekret
A: masalah belum teratasi
08.25 6. memperhatikan oksigen masker 100%
Hasil:
P: Intervensi di lanjutkan:
− untuk membantu pola napas pasien
1,2,3,4,5,6,7 dan 8
08.35 7. memastikan jalan nafas tidak tersumbat
Hasil:
− arway: tidak ada sumbatan
08.50 8. membaringkan pasien pada posisi yang nyaman
Hasil:
− memberikan posisi semi flower
26/05/20 Kekurangan volume cairan 09.05 1. mengkaji riwayat durasi/intensitas mual muntah S:
b/d dehidrasi dan berkemih  keluarga mengatakan sudah dua
Hasil: hari klien mengalami stres karena
muntah suami berliau dirawat di RS akibat
poliuri, polidipsi serangan jantung
kulit membran mukosa kering, penurunan tugor kulit O:
09.10 2. memonitor TTV  KU: Tidak sadarkan diri
Hasil:  Kesadaran: koma
TD: 90/70 mmHg, N: 80x/m  Airway: tidak ada sumbatan
S: 38ºC, RR: 28x/m  Breathing : gerakan dada simetris,
09.15 3. memonitor perubahan pernapasan kussmaul dan
napas cepat dan dalam(kusmaul)
bau aseton
dan berbau aseton
Hasil:
RR: 28x/m
napas cepat dan dalam (kussmaul + ) dan berbau
 Circulatin :
aseton
Muntah
RR: 28x/m
Poliuri, polidipsi
09.20 4. mengobservsi kualitas napas
Kulit membrane mukosa kering,
Hasil:
penurunan tugor kulit
napas cepat dan dalam
TD: 90/70mmHg
09.25 5. mengobservasi autput dan kualitas urine
N: 80x/m, S: 38ºC
Hasil:
CRT: <2 detik
untuk mementukan intervensi selanjutnya
Lemah, nause
09.30 6. menimbang berat badan
Akral hangat
Hasil:
 Disability:
mengetahu perubahan status gisi pasien
GCS: 3 tidak ada reaksi pupil
09.40 7. menciptakan lingkungan yang nyaman
A: masalah belum teratasi
Hasil:
meningkatkan waktu istirahat klien
09.45 8. mencatat yang dilaporkan seperti mual, nyeri P: intervensi dianjutkan
abdomen, muntah dan distensi lambung 1,2,3,4,5,6,7 dan 8
Hasil:
klien masi tampak mual dan nyeri (-)
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Ketoasidosis Diabetikum


Sub Topik : Mengenal tentang Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
Hari/Tanggal : selasa 26 mei 2020
Waktu / Jam : 20 Menit
Tempat : Intalansi Unit Gawat Darurat
Sasaran : keluarga Ny. R

A. Tujuan Intruksional

1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan keluarga dapat memahami pengertian dari
ketoasidosis diabetikum, penyebab ketoasidosis diabetikum, tanda dan gejala ketoasidosis diabetikum,
penatalaksanaan pre-hospital diabetik ketoasidosis Pencegahan pre-hospital diabetik ketoasidosis.

2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan ini,peserta diharapkan mampu:
a. Menjelaskan tentang ketoasidosis diabetikum
b. Menyebutkan penyebabnya ketoasidosis diabetikum
c. Menyebutkan tanda dan gejala ketoasidosis diabetikum
d. Menjelaskan penatalaksanaan pre-hospital ketoasidosis diabetikum
e. Pencegahan pre-hospital ketoasidosis diabetikum.

B. Materi penyuluhan (terlampir)


1. Pengertian ketoasidosis diabetikum
2. Penyebab ketoasidosis diabetikum
3. Tanda dan gejala ketoasidosis diabetikum
4. Penatalaksanaan pre-hospital ketoasidosis diabetikum
5. Pencegahan pre-hospital ketoasidosis diabetikum

C. Metode
 Ceramah
 Tanya Jawab
D. Media
 Leaflet
E. Setting Tempat

Keterangan:
: Pemateri

: Keluarga Ny. R

F. Evaluasi
Daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepeada keluarga Ny.R:
1. Apa pengertian ketoasidosis diabetikum?
2. Apa penyebab ketoasidosis diabetikum?
3. Apa saja tanda dan gejala ketoasidosis diabetikum?
4. Bagaimana penatalaksanaan pre-hospital ketoasidosis diabetikum?
5. Bagaimana Pencegahan pre-hospital ketoasidosis diabetikum?

Nilai :
80-100 : keluarga Ny. R dapat menjawab dengan lengkap dan benar
50-70 : keluarga Ny. R dapat menyebutkan tetapi tidak lengkap
20-40 : keluarga Ny. R kurang memahami pertanyaan
0-10 : keluarga Ny. R tidak dapat menyebutkan semua pertanyaan
Lampiran Materi
a. Pengertian

Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi kekacauan metabolik yang ditandai oleh
trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif.
KAD dan Hiperosmolar Hyperglycemia State (HHS) adalah 2 komplikasi akut metabolik diabetes mellitus
yang paling serius dan mengancam nyawa. Kedua keadaan tersebut dapat terjadi pada Diabetes Mellitus
(DM) tipe 1 dan 2, meskipun KAD lebih sering dijumpai pada DM tipe 1. KAD mungkin merupakan
manifestasi awal dari DM tipe 1 atau mungkin merupakan akibat dari peningkatan kebutuhan insulin pada
DM tipe 1 pada keadaan infeksi, trauma, infark miokard, atau kelainan lainnya ( Gotera, 2010).

b. Penyebab diabetik ketoasidosi


1. Terapi insulin yang tidak adekuat
2. Infeksi paling sering infeksi saluran kemih dan pneumonia
3. Cerebrovascular accident, alcohol abuse, pankreatitis, infark jantung, trauma pheochromocytoma.
4. DM tipe 1
5. Trauma, kehamilan, pembedahan, dan stres psikologi.

a. Tanda dan gejala


1. Muntah
2. Dehidrasi
3. Sakit perut
4. Poliuria
5. Polidipsia
6. Polifagia
7. Penurunan berat badan

b. Penanganan pre-hospital Diabetik ketoasidosis.


Bila ditemukan tanda-tanda terjadi diabetik ketoasidosis maka segera dilakuka tindakan dibawah ini:
1. Telfon bagian gawat darurat rumah sakit terdekat untuk minta bantuan ambulance.
2. Ikuti instruksi dari operator rumah sakit sampai petugas ambulance datang.
3. Telfon dokter anda bila mungkin.
4. Bila penderita mengalami penurunan kesadaran jangan diberi makan atau minum, bisa tersedak dan
miringkan tubuh, untuk mencegah obstruksi pernafasan.
5. Jika pasien tidak mengalami peburunan kesadaran langsung hidrasi per-oral (minum).
6. Jangan diberi suntikan insulin.
c. Pencegahan pre-hospital ketoasidosis diabetikum

Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya diabetic ketoasidosis, antara lain sebagai berikut:
1. Menjaga agar tidak terjadi defisiensi insulin (tidak
menghentikan pemberian insulin, managemen insulin yang tepat saat sakit).
2. Secara rutin control kadar glukosa darah.
3. Menghindari stress
4. Mencegah dehidrasi
5. Mengobati infeksi secara adekuat
6. Hindari makanan dan minuman tinggi gula
7. Menyimpan nomor kontak dokter atau pelayanan kesehatan
terdekat untuk dihubungi dalam keadaan darurat.
DAFTAR PUSTAKA

Gotera Wira, Dewa Gde Agung Budiyasa. 2010. Penatalaksanaan Ketoasidosis Diabetik Bagian/SMF Ilmu
Penyakit Dalam, FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar.
AjiHaryudi .2012. Jurnal penelitian Gambaran Klinis Ketoasidosis Diabetikum Anak Laboratorium Ilmu
Kesehatan Anak Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang.
(Didownload pada tanggal 1 September 2015 jam 18.30 WIB).
Joint British Diabetes Societies Inpatient Care Group.2010. The Management of Diabetic Ketoacidosis in
Adults. https://www.bsped.org.uk/clinical/docs/DKAManagementOfDKAinAdultsMarch20101.pdf .
Westerberg, Dyanne P. 2013. Diabetic Ketoacidosis: Evaluation and Treatment. Cooper Medical School of Rowan
University, Camden, New Jersey. http://www.aafp.org/afp/2013/0301/p337.pdf.
Prof.Dr.dr. Saraswono Waspadji, Sp.PD-KEMD, dkk. Komplikasi Diabetes Tipe 2 Pencegahan dan
penaganannya. Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
Prof.Dr.dr. Sidartawan Soegondo, Sp.PD-KEMD, dkk 2011. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia
7. Berat badan turun dratis darah
− Gangguan saraf
C. Faktor Resiko
 Komplikasi akut
A. pengertian
− Hipglikemia/ penurunan
Diabetes mellitus (DM) adalah: kesadaran
penyakit dimana kadar gula di dalam − Ketoasidosis diabetikum
darah tinggi karena tubuh tidak rosmolar non letotik
dapat melepaskan atau
menggunakan insulin.
E. Pencegah DM
B. Tanda dan Gejala
1. Cek kadar gula darah secara
teratur

1. Faktor keturunan
2. usia lebih dari 40 tahun
3. Gaya hidup yang kurang sehat
4. Kegemukan
5. kurang beraktivitas dan
berolahraga
1. Sering kencing
Lakukanlah pencegahan gulah
2. Rasa haus berlebihan
darah secara teratur. Hal ini perlu
3. Luka lambat sembuh
D. Komplikasi untuk mendeteksi diabetes secara
4. Pandangan kabur
 Komplikasi kronik/menahun dini sehingga dapat segera
5. Rasa lapar berlebihan
− Gangguan pembuluh ditangani dan meminimalisir
6. Mudah lelah
kemungkinan terjadi komplikasi

2. Konsumsi makanan yang


sehat dan jaga pola makan yang
baik.
OLEH

ANYUNTI A. DUA BURA,S.Kep


NIM 013190034

PROGRAM STUDI PROVESI NERS


3. Menjaga berat badan ideal UNIVERSITAS NUSA NIPA
MAUMERE
2020

MENCEGAH LEBIH BAIK


DARI PADA MENGOBATI
JURNAL

Herpes Zoster sebagai Pencetus Ketoasidosis


Diabetikum (KAD)
Herpes Zooster Induced Diabetic Ketoacidosis
Christopher Surya Suwita1*, Michael Johan1*, Dicky L. Tahapary2, Budiman Darmowidjojo2
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta
1

2
Divisi Metabolik Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr.
Cipto Mangunkusumo, Jakarta

*Penulis ini memberikan kontribusi yang sama untuk artikel ini

Korespondensi:
Budiman Darmowidjojo. Divisi Metabolik Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / Rumah Sakit Umum Pusat Nasional
Dr. Cipto Mangunkusumo, Jln. Pangeran Diponegoro 71, Jakarta 10430, Indonesia. email: budiman.ui.ac.id

ABSTRAK
Ketoasidosis diabetikum (KAD) merupakan komplikasi akut diabetes yang sering dijumpai dan mengancam jiwa. KAD terjadi akibat defisiensi
insulin berat dan seringkali muncul sebagai gejala pertama pada penyandang diabetes yang belum terdiagnosis meski dapat juga muncul pada individu
yang sudah menyandang diabetes. Beberapa keadaan yang dapat memicu KAD antara lain infeksi, infark miokard, stroke, pankreatitis, trauma, atau
kepatuhan berobat yang tidak baik. Infeksi jaringan kulit seperti herpes zoster merupakan jenis pencetus yang langka pada KAD. Artikel ini akan
membahas suatu kasus KAD yang dicetuskan herpes zoster.
Kata Kunci: Herpes zoster, Infeksi, Ketoasidosis diabetikum

ABSTRACT
Diabetic ketoacidosis (DKA) is an acute, life-threatening complication of diabetes which is common in daily practice. DKA is the result of severe
insulin deficiency and often presents as the first symptom of an undiagnosed diabetes even though it may also appear in individuals with diabetes.
Some conditions that can trigger DKA include infections, myocardial infarction, stroke, pancreatitis, trauma, or poor treatment compliance. Skin
tissue infections such as herpes zoster are rare inciting factor in DKA. This article will discuss a case of DKA that is triggered by herpes zoster.
Keyword: Diabetic ketoacidosis, Herpes zoster, Infection.

PENDAHULUAN pencetus KAD.


Ketoasidosis diabetikum (KAD)
merupakan suatu komplikasi akut diabetes
melitus (DM) yang sering ditemukan dan
mengancam jiwa. Biasanya KAD terjadi
pada individu yang sudah menyandang
diabetes sebagai akibat dari infeksi, infark
miokard, stroke, pankreatitis, trauma, atau
tidak patuh berobat.1,2 Pada laporan kasus ini,
kami melaporkan kasus KAD dengan
pencetus herpes zoster. Herpes zoster
merupakan salah satu kondisi infeksi virus
yang sebelumnya jarang atau bahkan tidak
pernah dilaporkan sebagai pencetus KAD.
Sampai saat ini sepengetahuan penulis,
artikel ini merupakan yang pertama kali
membahas herpes zoster sebagai salah satu

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 5, No. 4 | Desember 2018 | 195


ILUSTRASI KASUS
Seorang wanita berusia 75 tahun masuk
ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan
penurunan kesadaran bertahap sejak satu
hari terakhir. Pasien juga mengeluh mual
yang makin memburuk dalam satu minggu
terakhir. Tiga hari yang lalu kulit pasien
diketahui mulai melepuh disertai nyeri pada
daerah perut bagian kanan bawah. Keluhan
disertai demam ringan dan batuk kering,
namun keluhan sesak disangkal oleh
keluarga pasien hingga pasien mulai
mengalami penurunan kesadaran.
Pasien sering dirawat inap setiap dua
minggu karena kadar gula darah tinggi (500-
700 mg/dL). Pasien sudah terdiagnosis
diabetes melitus (DM) tipe 2 sejak tiga
tahun yang lalu namun tidak patuh dalam
berobat.

Jurnal Penyakit Dalam Indonesia | Vol. 5, No. 4 | Desember 2018 | 196


Herpes Zoster sebagai Pencetus Ketoasidosis Diabetikum
(KAD)

Setiap keluar dari rawat inap, pasien selalu


diberikan obat berupa suntikan insulin kerja
cepat, tetapi pasien jarang menggunakannya
dan tidak ada anggota keluarga yang dapat
membantu pasien untuk melaksanakan
instruksi dokter.
Gambar 1. Lesi herpes zoster pada pasien
Pasien mengeluh banyak makan, banyak
minum, dan banyak kencing sejak 10 tahun
yang lalu namun pasien tidak melakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Tiga bulan DISKUSI
sebelumnya, pasien juga didiagnosis dengan
penyakit jantung koroner (PJK). Diberi obat
minum berupa carvedilol 1 x 62,5 mg, ISDN
5 mg bila perlu, aspirin 80 mg
dan clopidogrel 75 mg 1 kali/hari,
atorvastatin 1 x 10 mg,
dan metformin XR 2 x 500 mg. mL dalam 6 jam pertama dan drip insulin
Saat masuk IGD, pasien tampak lemas dengan insulin kerja cepat (dosis terakhir: 2
namun hemodinamik masih stabil. Tekanan Unit/jam). Kami juga memberikan
darah pasien 110/50 mmHg, frekuensi nadi ceftriaxone intravena dikombinasi dengan
66 kali/menit, frekuensi nafas 10 kali/menit, azitromisin oral untuk masalah pneumonia.
suhu 36,2 o
C. Pemeriksaan fisik Lesi kulit pada pasien diidentifikasi sebagai
menunjukkan mukosa oral kering, herpes zoster akut dan ditatalaksana dengan
konjungtiva anemis, ronkhi basah bilateral, asiklovir 5 x 800 mg dan gabapentin. Setelah
dan akral hangat. Terdapat lesi kulit dengan pasien sadar penuh, hemodinamik stabil, dan
deskripsi erosi multiple lentikuler sudah ada perbaikan gejala, maka pasien
sirkumskripta dengan dasar eritem yang dikirim ke ruang perawatan penyakit dalam.
banyak di perut kanan bawah terutama regio Pasien menjalani perawatan selama 15 hari.
lumbal (Gambar 1). Pemeriksaan radiografi Selama hari-hari awal perawatan, kondisi
toraks menunjukkan infiltrat bilateral. pasien mengalami perbaikan, sebelum
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan tidak akhirnya meninggal karena perburukan akibat
ada leukositosis (6.440/uL), hitung jenis sepsis yang berasal dari infeksi
normal, kadar ureum dan kreatinin saluran kemih pasca perawatan.
meningkat (77 mg/dL dan 1,57 mg/dL), dan
hipoalbuminemia (2,32 g/dL). Pemeriksaan
gula darah sewaktu (GDS) saat pasien masuk
adalah 794 mg/dL, aseton 5,6 mmol/L (N:
0-0,6), HCO3-
10,3 mEq/L, natrium serum 137 mEq/L,
kalium serum 3,7
mEq/L, dan Cl- 106 mEq/L. Berdasarkan
hasil pemeriksaan diatas, diagnosis KAD dan
herpes zoster dapat ditegakkan. Di IGD
diberikan cairan NaCl 0,9% sebanyak 4.000
Herpes Zoster sebagai Pencetus Ketoasidosis Diabetikum
Berbagai literatur melaporkan bahwa defisiensi insulin absolut dan belum terdapat
(KAD)

diabetes melitus merupakan salah satu laporan terkait kejadiannya pada subjek DM
faktor risiko herpes zoster. Beberapa studi tipe 2.
menunjukkan insiden herpes zoster
meningkat pada penyandang DM tipe 2
dibanding kontrol. Sekitar 13% kasus herpes
zoster terjadi pada penyandang DM tipe 2.3,4
Hal tersebut karena adanya penurunan
sistem imun spesifik pada penyandang
diabetes sehingga mencetuskan reaktivasi
dari virus varicella-zoster. Studi- studi
terkait DM sebagai faktor risiko terjadinya
herpes zoster sudah banyak, tetapi sampai
saat ini belum terdapat studi terkait herpes
zoster sebagai pencetus KAD.
Sepengetahuan penulis, laporan kasus ini
merupakan laporan kasus pertama yang
mendeskripsikan suatu kasus KAD yang
dicetuskan oleh herpes zoster.
Berbagai keadaan dapat mencetuskan
terjadinya KAD, mulai dari infeksi (46,5%),
ketidakpatuhan berobat (30,5%), tampilan
klinis pertama dari DM (18,5%), dan
sisanya (19%) meliputi stres, diet,
kehamilan dan faktor- faktor yang belum
teridentifikasi. Infeksi yang paling sering
mecetuskan KAD yaitu infeksi saluran
kemih (31,2%); infeksi saluran pernafasan
(26,8%); infeksi saluran cerna (13,9%);
infeksi jaringan kulit dan subkutan (4,3%),
kaki diabetik (2,1%); infeksi telinga hidung
tenggorok (8,6%); dan infeksi campuran
(12,9%).5
Pada laporan kasus terkait herpes
genital sebagai pencetus KAD, digambarkan
beberapa kasus herpes yang bervariasi mulai
dari herpes genital yang luput dari
pemeriksaan hingga herpes genital yang
sudah diberi tatalaksana. Temuan ini
mengindikasikan bahwa infeksi kulit seperti
herpes dapat mencetuskan KAD dalam
kondisi apapun. Meski demikian, laporan-
laporan kasus tersebut dilaporkan pada
subjek DM tipe 1 yang mana sudah terjadi
Ketoasidosis diabetikum pada pasien ini Terapi antivirus paling bermanfaat pada
disertai oleh herpes zoster dan pneumonia. pasien immunocompromised, berusia > 50
Umumnya klinisi menduga pneumonia tahun, dengan nyeri atau ruam yang berat.
sebagai pencetus dari KAD, namun pada Terapi antivirus memiliki manfaat yang
kasus ini pneumonia yang dialami pasien bermakna bila diberikan kurang dari 72 jam
atipikal karena pasien tidak demam, leukosit sejak ruam muncul. Terapi antivirus yang
pada pasien normal, dan tidak ada perubahan dapat diberikan berupa asiklovir, famsiklovir,
pada pemeriksaan hitung jenis. Pasien juga dan valasiklovir. Terapi pada nyeri
tidak mengalami sesak yang memberat saat bergantung kualitas nyeri yang dirasakan.
di rumah hingga saat dilakukan pemeriksaan Nyeri ringan dapat diberikan obat anti-
baru ditemukan adanya ronkhi basah di inflamasi nonsteroid, sedangkan nyeri yang
kedua paru. Oleh karena itu, kami berasumsi lebih berat dapat diberikan opioid,
bahwa pasien ini jatuh dalam keadaan KAD gabapentin, atau lidokain patch. Pasien
setelah dicetuskan oleh herpes zoster. dengan keluhan pada mata memerlukan
Herpes zoster disebabkan oleh konsultasi dengan ahli mata untuk
reaktivasi dari virus varicella-zoster yang mendapatkan pengobatan dengan tetes mata
dorman di nervus kranial atau ganglion yang mengandung midriatikum, steroid
dorsalis. Setelah reaktivasi, virus topikal, dan lain-lain.8
bereplikasi di badan sel saraf, virion Pada kasus KAD ini didapatkan vesikel-
dilepaskan dari sel dan dibawa akson ke vesikel yang terasa nyeri dan berkelompok
dermatom kulit yang dipersarafi oleh pada kulit perut bagian kanan bawah sejak 3
ganglion tersebut. Di kulit, virus hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien ini
menyebabkan inflamasi lokal dan lenting- baru terdiagnosis sebagai herpes zoster pada
lenting yang sangat nyeri. Umumnya pada hari ke-3 sejak vesikel-vesikel muncul
individu dengan sistem imun yang baik, sehingga diduga
reaktivasi dari virus dapat ditekan sehingga
herpes zoster lebih sering terjadi ada individu
yang mengalami penurunan sistem imun
seperti pada penyandang DM. Insidensi dari
herpes zoster pada populasi geriatri juga
diketahui lebih tinggi dibanding pada
populasi usia produktif. Pasien geriatrik
seperti pada kasus ini memang berisiko lebih
tinggi terkena herpes zoster karena beberapa
faktor seperti peningkatan penggunaan
vaksin varicella, populasi manula yang
meningkat, kondisi kronis penyerta, dan
meningkatnya penggunaan terapi
imunosupresif. 8,9

Terapi antivirus bertujuan untuk


mempercepat penyembuhan lesi, mengurangi
pembentukan lesi baru, mengurangi
pelepasan virus, dan mengurangi nyeri.
pasien memiliki viral load yang tinggi membuat suatu kondisi yang memudahkan
dengan periode pelepasan virus yang terjadinya KAD pada pasien ini.10
memanjang. Pasien juga mengalami nyeri Pneumonia juga didapati pada kasus ini,
yang cukup berat di perut kanan, menunjukkan ko-infeksi antara infeksi virus
kemungkinan terjadi peningkatan hormon herpes zoster dengan pneumonia (Gambar 2).
katekolamin, glukagon, kortisol, dan growth Infeksi virus diketahui dapat memudahkan
hormone sebagai respons terhadap stres. terjadinya infeksi bakteri melalui kombinasi
Hormon-hormon ini menyebabkan keadaan kompleks dari rusaknya lapisan epitel,
resistensi insulin, meningkatkan migrasi bakteri komensal, dan penekanan
glukoneogenesis di hati, dan penurunan sistem imun. Hubungan antara virus dan
ambilan glukosa. Keadaan tersebut bakteri pada kasus ini kemungkinan terjadi
dikombinasi dengan defisiensi insulin, setelah virus menginfeksi monosit,
dehidrasi, dan hiperglikemia berulang dan makrofag, limfosit-T, atau limfosit-B. Sel
pada akhirnya menyebabkan dekompensasi imun yang terinfeksi menyebabkan
metabolik akut.6 peradangan yang tidak teregulasi sekaligus
Pasien ditata laksana sesuai protokol mengalami penurunan kapasitas dalam
KAD, namun mengingat pasien sudah mengatasi infeksi bakteri.11
memiliki riwayat gagal jantung maka
jumlah cairan yang diberikan harus dipantau SIMPULAN
dengan ketat. Pemberian cairan yang Dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan
berlebihan akan memperberat fungsi jantung kulit tubuh secara keseluruhan penting untuk
pasien. Herpes zoster pada pasien diterapi dilakukan mengingat pasien KAD seringkali
dengan asiklovir 5 x 800 mg sebagai terapi datang dalam kondisi penurunan
antivirusnya dan gabapentin 1 x 300 mg
untuk nyeri. Selama perawatan pasien sudah
mengalami perbaikan dan lesi kulit pada
pasien juga mulai membaik meski nyeri
masih dirasakan.
Berdasarkan kasus di atas, diketahui
bahwa KAD dapat dicetuskan oleh berbagai
penyebab. Herpes zoster bukanlah jenis
infeksi yang sering mencetuskan KAD.
Umumnya klinisi beranggapan bahwa
infeksi yang dapat mencetuskan KAD
adalah jenis infeksi yang berat dan sistemik,
namun KAD juga dapat dicetuskan oleh
infeksi kulit seperti herpes zoster.
Kombinasi infeksi kulit, usia lanjut, dan
hiperglikemia berulang merupakan faktor
pencetus terjadinya KAD pada kasus diatas.
Peningkatan sitokin proinflamasi dan
limfosit T CD4+ / CD8+ pada keadaan
hiperglikemia dan keadaan viral load yang
tinggi diikuti keadaan stres akibat nyeri
Gambar 2. Hipotesis mekanisme herpes zoster dalam mencetuskan KAD
kesadaran sehingga kondisi infeksi kulit
seperti herpes zoster bisa luput dari
pengamatan klinis. Tidak hanya itu, infeksi
virus juga dapat memudahkan terjadinya
infeksi bakteri sekunder sehingga dapat
mencetuskan ataupun memperberat kondisi
KAD. Keterbatasan pada laporan kasus ini
adalah pasien datang dalam keadaan sudah
mengalami banyak komplikasi sehingga
tidak mudah untuk menyingkirkan masing-
masing penyakit penyerta yang berpotensi
mencetuskan KAD. Selain itu, masih perlu
didapatkan beberapa kasus krisis
hiperglikemik yang diserta herpes zoster
untuk mengkonfirmasi hipotesis dari laporan
kasus. Oleh karena itu, penulis menyarankan
adanya studi kasus serial terkait topik ini.

DAFTAR PUSTAKA
1. American Diabetes Association. Hyperglycemic crises in adult
patients. Arlington: American Diabetes Association; 2009. p.7.
2. Joint British Diabetes Societies Inpatient Care Group. The
management of diabetic ketoacidosis in adults. London: Joint
British Diabetes Societies Inpatient Care Group; 2013.
3. Guignard AP, Greenberg M, Lu C, Rosillon D, Vannappagari V.
Risk of herpes zoster among diabetics: A matched cohort study in
a US insurance claim database before introduction of vaccination,
1997- 2006. Infection. 2014;42(4):729–35.
4. Suaya JA, Chen SY, Li Q, Burstin SJ, Levin MJ. Incidence of
herpes zoster and persistent post- zoster pain in adults with or
without diabetes in the United States. Open Forum Infect Dis.
2014 Aug 2;1(2):ofu049.
5. Hamed ZS, Gawaly A, Abbas K, El Ahwal L. Epidemiology of
infection as a precipitating factor for diabetic ketoacidosis at Tanta
University Hospital. Tanta Med J. 2017;45(2):68.
6. DeOcampo A. Genital herpes and diabetic ketoacidosis : a patient
report. Clin Pediatr. 1999;38(11):661-3.
7. Tesfaye S, Cullen DR, Wilson RM, Woolley PD. Diabetic
ketoacidosis precipitated by genital herpes infection. Diabetes Res
Clin Pract. 1991;13(1–2):83–4.
8. John AR, Canaday DH. Herpes zoster in the older adult. Infect Dis
Clin North Am. 2017;31(4):811–26.
9. Varghese L, Standaert B, Olivieri A, Curran D. The temporal
impact of aging on the burden of herpes zoster. BMC Geriatr.
2017;17(1):1–7.
10. Soyuncu S, Berk Y, Eken C, Gulen B, Oktay C. Herpes zoster as a
useful clinical marker of underlying cell-mediated immune
disorders. Ann Acad Med Singapore. 2009;38(2):136–8.
11. Almand EA, Moore MD, Jaykus LA. Virus-bacteria interactions:
An emerging topic in human infection. Viruses. 2017;9(3):1–10.

Anda mungkin juga menyukai