Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 1.1 ILMU DASAR KEDOKTERAN DAN PROFESI


MODUL 2

Modul : Komunikasi Efektif

Nama : Dea Anjelia Nisa Br Ginting

Nim : 210610029

Kelompok : 3 (Tiga)

Tutor : dr.Zubir, M.Biomed, Sp.PK

PRODI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
TA. 2021/2022
MODUL 2
Komunikasi Efektif

Skenario 2 . : Dokter Tina

Indah sedang internship di sebuah puskemas di Tanah pasir Aceh Utara, ia mendatangi
IGD untuk berkonsultasi dengan mentornya dr.Tina yang merupakan dokter umum di
puskesmas tersebut dan sedang jaga. Indah ingin menunjukkan presentasi kasus yang sudah
dikerjakan, dr Tina memberi arahan teknik presentasi yang baik dan meminta Indah untuk
menambah referensi text book digital seperti E-book pada studi kasusnya. Saat sedang
berbincang tiba-tiba masuk pasien seorang ibu dan bayi yang baru saja dilahirkan, saat tiba di
puskesmas bayi tersebut sudah meninggal, ibu dengan perdarahan hebat segera diberi
penganganan. Saat kondisi pasien stabil dr Tina menemui keluarga pasien, namun karena dr
Tina berasal dari Medan dan belum memahami Bahasa Lokal komunikasi dr Tina dengan
keluarga pasien mengalami kesulitan. Hal ini membuat dr Tina lebih banyak menggunakan
gesture untuk menjelaskan sesuatu. Namun, karena dr Tina memahami betul hubungan dokter
pasien, beliau menyampaikan berita duka tentang bayi dengan sangat hati-hati dan penuh
empati, beliau juga menyampaikan ibu bayi harus segera dirujuk. Meskipun awalnya
keluarga menolak untuk dirujuk karena keterbatasan obat dan alat pada puskesmas tersebut,
setelah memberikan penjelasan kepada tokoh kampung yang ikut mengantar pasien, barulah
keluarga menerima untuk di rujuk. Meskipun pasien tersebut dirujuk, dokter tersebut
memastikan bahwa kelengkapan alat dan obat yang dibutuhkan pasien selama dalam
perjalanan karena merupakan Tindakan patient safety yang harus dijalankan. Bagaimana
Saudara menjelaskan kasus di atas?
JUMP 1 : Terminologi

1. Empati
Empati adalah suatu kecenderungan yang dirasakan seseorang untuk merasakan
sesuatu yang dilakukan orang lain andaikan iya.
2. Text Book
Buku standar yang berisi teks pelajaran yang berasal dari suatu cabang ilmu atau bidang
studi.
3. Ebook
Ebook dapat diartikan sebagai buku elektronik atau buku digital. Ebook adalah versi
elektronik dari sebuah buku cetak tradisional yang dapat dibaca dengan menggunakan
computer pribadi atau dengan menggunakan alat teknolog informasi lainnya .
4. Gesture
Gestur merupakan gerak tubuh yang dilakukan seseorang pada saat berkomunikasi dengan
maksud menampilkan dan mempertegas makna pesan .
5. Patient Safety
Safety Patient atau keselamatan pasien adalah upaya yang dilakukan di pelayanan kesehatan
untuk mencegah terjadinya cidera dan tindakan yang tidak seharusnya dilakukan pada
pasien. Safety Patient menjadi unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelayanan
kesehatan karena menyangkut keselamatan manusia .
6. IGD
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu bagian di rumah sakit yang
menyediakan penanganan awal bagi pasien yang mengalami sakit atau cidera dan yang
dapat mengancam kelangsungan hidupnya .
7. Internship
Internship adalah pendidikan profesi utk pemahiran dan pemandirian dokter setelah lulus
pendidikan dokter utk penyelarasan hasil pendidikan dgn kondisi di lapangan .
8. Rujuk
penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk melakukan tugas secara vertikal dan
horizontal.
9. Puskesmas
Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI, (1014) dalam permenkes no. 75 Thaun 1014
menyatakan bahwa Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.
10. Referensi
Secara umum, referensi adalah suatu informasi yang dapat dijadikan sebagai rujukan atau
sumber acuan untuk mempertegas suatu pernyataan yang disampaikan.
Pendapat lain juga mengatakan bahwa arti referensi adalah sesuatu yang digunakan oleh
pemberi informasi untuk mendukung atau memperkuat pernyataannya .
11. Konsultasi
Konsultasi juga dikenal dengan istilah konsultasi kesehatan, adalah suatu pertemuan antara
dokter dengan pasiennya. Tujuan dari konsultasi ini adalah menjalankan tindakan
pencegahan untuk menghentikan berkembangnya berbagai macam penyakit bagi pasien
yang memiliki faktor resiko. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Antara lain,
memperoleh diagnosis bagi gejala-gejala yang dialami pasien atau jika pasien rutin
melakukan pemeriksaan kesehatan tahunan, dokter dapat meninjau kembali kemungkinan
pasien mengidap suatu penyakit.
12. Mentor
Merupakan pembimbing atau pengasuh (biasanya untuk mahasiswa) .
JUMP 1 & 3 : Rumusan Masalah dan Hipotesa

1. Bagaimana cara berkomunikasi efektif dokter terhadap pasien?


=Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan salah satu kompetensi
yang sangat penting dan harus dikuasai oleh dokter. Kompetensi komunikasi
menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien.
Komunikasi yang efektif dapat mengurangi keraguan pasien, serta menambah
kepatuhan dari pasien. Dokter dan pasien sama-sama memperoleh manfaat dari saling
berbagi dalam hubungan yang erat. Setiap pihak merasa dimengerti. Pasien merasa
aman dan terlindungi jika dokter yang menanganinya melakukan yang terbaik untuk
pasiennya. Ketika saling terhubung, sang dokter dapat mengerti dan bereaksi lebih
baik. (Rusmana, 1009; Hardjodisastro, 1010).
Adapun cara berkomunikasi efektif terhadap pasien :
• Mendengarkan dengan utuh
• Menjawab dengan sabar dan pengertian
• Penjelasa singkat, jelas dan mudah dimengerti
• Gunakan bahasa tubuh yang sesuai
• Berusaha lebih mengenal pasien
• menunjukkan antusiasme
• tidak emosi saat berinteraksi
• membagikan pengetahuan dan pengalaman
• tidak melakukan diskriminasi

2. Apa yang terjadi jika pasien di puskesmas keterbatasan obat tidak mau dirujuk?
=Jika ketersedian obat tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan pelayanan
pengobatan pasien di puskesmas tidak optimal. (source: repository.usu).

3. Mengapa dokter muda wajib internship di puskesmas?


=Program internship ini merupakan program pemerintah dalam pematangan
kompetensi dokter muda. Selain itu, program ini wajib dilakukan supaya
mendapatkan hak untuk mengajukan surat izin praktik secara mandiri atau melamar
pekerjaan di instansi lainnya sesuai minat dokter muda tersebut. Program internship
dilakukan di RS dan Puskesmas sebagai pusat fasilitas kesehatan masyarakat.

4. Apa saja bagian dari komunikasi efektif ?


= komunikasi efektif terdapat bentuk dan isyarat.
Bentuk komunikasi efektif terbagi menjadi dua bagian yaitu verbal dan non-verbal.
 Verbal : komunikasi yang menggunakan lisan atau tulisan
 Non verbal : komunikasi yang menggunakan bahasa tubuh seperti gerakan
tangan, Tindakan dan sebagainya.
Adapun isyaratnya yaitu menciptakan suasana yang menguntungkan, menggunakan
bahasa yang mudah ditangkap. Pesan yang disampaikan daoat mengunggah
perhatian/minat di pihak.
5. Bagaimana prinsip tindakan Patient Safety?
= Prinsip tindakan pasien safety :
 Kesadaran (awareness) tentang nilai keselamatan pasien,
 Komitmen pelayanan kesehatan berorientasi patient safety.
 Kemampuan mengidentifikasi faktor risiko penyebab insiden terkait patient
safety.
 Kepatuhan pelaporan insiden terkait patient safety.
 Kemampuan berkomunikasi yang efektif dengan pasien tentang faktor risiko
insiden terkait patient safety.
 Kemampuan mengidentifikasi akar masalah penyebab masalah terkait patient
safety.
Kemampuan memanfaatkan informasi tentang kejadian yang terjadi untuk
mencegah kejadian berulang

6. Apa yang harus dilakukan jika pasien yang seharusnya dirujuk tidak mau?
= Komunikasi Medis: Hubungan Dokter-Pasien Medical Communications: Doctor-
Patient Relations Febri Endra Budi Setyawan1 1Bagian Ilmu Kedokteran
Keluarga,Industri dan Keislaman, Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah,
Malang
tips melakukan konsultasi jika pasien tidak mau dirujuk adalah dengan memperbaiki
komunikasi kepada pasien dan tipsnya adalah sebagai berikut:
 Mengetahui alasan mereka datang ke dokter (untuk mencari keluhan
utama)
Kita harus memperhatikan dan menghargai keluhan yang disampaikan orang tua
walau
kadang-kadang keluhan yang disampaikan menggunakan kata-kata yang tidak umum.
 Mengetahui harapan orang tua atau pasien
 Sopan santun
 Bila menghadapi penyakit yang akut
Dalam menghadapi kasus dengan infeksi akut, sebaiknya wawancara lebih terfokus
pada penyakitnya.
 Mengarahkan kembali wawancara
Dokter harus dapat mengendalikan wawancara, walau dalam kondisi apapun.
 Konseling
 Penutup
.

7. Apakah rujuk diperlukan dalam menangani pasien?


= Ya, diperlukan karena rujuk balik merupakan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan gw kondisi stabil dan masih
memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan
di fasilitas kesehatan tingkat pertama atas rekomendasi/rujukan dari dokter
spesialis/sub spesialis yang merawat.

8. Mengapa Gesture diperlukan? Dan dalam kondisi apa saja kita menggunakan gesture?
= gestur tubuh diperlukan karena selain memberi kesan tidak monoton ternyata gestur
tubuh memiliki makna yang juga berkaitan dengan apa yang disampaikan. (source:
liputan 6.com). Kita perlu menggunakan gestur dalam kondisi ketika sedang berbicara
di depan umum atau ketika ingin menjelaskan sesuatu yang sulit dijabarkan, agar
lawan bicara mudah mengerti apa yang dimaksud.
JUMP 4 : SKEMA

JUMP 5 : Learning Objective


Mahasiswa dapat menjelaskan dan memaparkan mengenai :
1. Komunikasi Efektif
2. Hak Dan Kewajiban Seorang Dokter
3. Teknik Presentasi
4. Patient Safety
5. Hambatan Dan Solusi
6. Empati
JUMP 6 : Search Informatin
Jump 7 : Sharing Information
LO 1 : Komunikasi Efektif
 DEVINISI
Komunikasi Efektif Komunikasi sendiri memiliki arti penyampaian informasi dan
pengertian dari seseorang kepada orang lain Ataupun umumnya didefinisikan sebagai
kegiatan saling bertukar pendapat , atau hubungan antara manusia , baik individu maupun
kelompok, namun apakah yang dimaksud dengan komunikasi yang efektif, komunikasi yang
efektif ialah komunikasi sehari hari seperti komunikasi biasanya tetapi lebih terstruktur
dengan artian komunikasi efektif ialah penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang
kepada orang lain, Ataupun umumnya didefinisikan sebagai kegiatan saling bertukar
pendapat , atau hubungan antara manusia, baik individu maupun kelompok tetapi secara
terstruktur .
 Komunikasi efektif dokter-pasien
Pengembangan hubungan dokter-pasien secara efektif yang berlangsung secara
efisien, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan yang
diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter dengan pasien.
Komunikasi yang dilakukan secara verbal dan non-verbal menghasilkan pemahaman
pasien terhadap keadaan kesehatannya, peluang dan kendalanya, sehingga dapat
bersama-sama dokter mencari alternatif untuk mengatasi permasalahannya.
Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu
kompetensi yang harus dikuasai dokter. Kompetensi komunikasi menentukan
keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Selama ini
kompetensi komunikasi dapat dikatakan terabaikan, baik dalam pendidikan maupun
dalam praktik kedokteran
Di lndonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk
berbincang-bincang dengan pasiennya, sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya,
dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis
dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya
pasien merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter (superior-inferior), sehingga
takut bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja.
Tidak mudah bagi dokter untuk menggali keterangan dari pasien karena memang
tidak bisa diperoleh begitu saja. Perlu dibangun hubungan saling percaya yang dilandasi
keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan
masing-masing. Dengan terbangunnya hubungan saling percaya, pasien akan
memberikan keterangan yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam
mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi obat yang tepat bagi pasien.
Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara (tidak superior-
inferior) sangat diperlukan agar pasien mau/dapat menceritakan sakit/keluhan yang
dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi
pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan
komunikasi tidak efektif akan mengundang masalah.
-Unsur unsur Komunikasi
1. Sumber => Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian suatu pesan untuk
memperkuat pesan itu tersebut , sumber dapat berupa Lembaga, buku, dokumen, jurnal, dan
lain lain
1. Komunikator => Komunikator adalah suatu orang atau kelompok yang menyampaikan
suatu pesan tersebut , komunikator dapat menjadi komunikan orang yang menerima pesan
begitu juga sebaliknya komunikan dapat menjadi komunikator .
3. Pesan => Pesan adalah semua yang ingin disampaikan oleh komunikator , pesan tersebut
yang di tujukan oleh komunikan dalam usaha mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.
4. Channel / saluran => Saluran adalah suatu media penyampain pesan, media komunikasi
biasa berupa massa maupun media cetak, radio , telivisi, film , dan alat komunikasi lainya.
5. Effect / hasil => Efek adalah hasil akhir dari kesimpulan yang diberi komunikator kepada
komunikan, hasil nya dapat berdampak pada sikap dan tingkah yang sesuai dengan apa yang
komunikator berikan
Contoh Hasil Komunikasi Efektif:
 Pasien merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai tujuannya berobat.
Berdasarkan pengetahuannya tentang kondisi kesehatannya, pasien pun mengerti
anjuran dokter, misalnya perlu mengatur diet, minum atau menggunakan obat
secara teratur, melakukan pemeriksaan (laboratorium, foto/rontgen, scan) dan
memeriksakan diri sesuai jadwal, memperhatikan kegiatan (menghindari kerja
berat, istirahat cukup, dan sebagainya).
 Pasien memahami dampak yang menjadi konsekuensi dari penyakit yang
dideritanya (membatasi diri, biaya pengobatan), sesuai penjelasan dokter.
 Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami keterbatasan
kemampuannya lalu bersama mencari alternatif sesuai kondisi dan situasinya,
dengan segala konsekuensinya.Pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam
menjalankan semua upaya pengobatan/perawatan kesehatannya.
Contoh Hasil Komunikasi Tidak Efektif:
 Pasien tetap tidak mengerti keadaannya karena dokter tidak menjelaskan, hanya
mengambil anamnesis atau sesekali bertanya, singkat dan mencatat seperlunya,
melakukan pemeriksaan, menulis resep, memesankan untuk kembali, atau
memeriksakan ke laboratorium/foto rontgen, dan sebagainya.
 Pasien merasa dokter tidak memberinya kesempatan untuk bicara, padahal ia yang
merasakan adanya perubahan di dalam tubuhnya yang tidak ia mengerti dan
karenanya ia pergi ke dokter. la merasa usahanya sia-sia karena sepulang dari
dokter ia tetap tidak tahu apa-apa, hanya mendapat resep saja.
 Pasien merasa tidak dipahami dan diperlakukan semata sebagai objek, bukan
sebagai subjek yang memiliki tubuh yang sedang sakit.
 Pasien ragu, apakah ia harus mematuhi anjuran dokter atau tidak.
 Pasien memutuskan untuk pergi ke dokter lain.
 Pasien memutuskan untuk pergi ke pengobatan alternatif atau komplementer atau
menyembuhkan sendiri (self therapy).
-Komunikasi yang Efektif
1. Kminikator menghargai setiap individu maupun kelompok
1. Komunikator harus mampu menempatkan diri pada situasi kondisi yang dihadapi orang
lain
3. Pesan yang diterima oleh penerima pesan harus di mengerti dan penerima harus
mendengarkan dengan baik
4. pesan yang di sampaikan harus jelas dan dari sumber yang valid
5. Harus saling mendengarkan satu sama lain agar komunikasi berjalan dengan terstruktur
(Sumber : http://staff.uny.ac.id)
LO 2 : Hak Dan Kewajiban Seorang Dokter
Pada dasarnya hukum kedokteran merupakan terjemahan dari Bahasa inggris medical law,
yang diterjemahkan pada Bahasa sebenarnya adalah hukum medis. Hukum kedokteran
merupakan bagian dari hukum Kesehatan yang menyangkut pelayanan medis atau praktik
yang dilakukan oleh dokter. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa salah satu obyek dari
hukum Kesehatan adalah hukum kedokteran. Hukum kedokteran merupakan pengertian
sempit dari hukum Kesehatan.
Pada dasarnya yang termasuk dalam hak dokter terdiri dari:
 Hak untuk menolak melaksanakan tindakan medik karena secara professional tidak
dapat mempertanggung jawabkannya.
 Hak untuk menolak suatu tindakan medik yang menurut suara hatinya tidak baik.
 Hak untuk mengakhiri hubungan dengan seorang pasien jika seorang dokter menilai
bahwa kerja sama dengan pasien tidak adalagi gunanya. Misalnya dokter
menganjurkan pengobatan yang perludan wajib dilaksanakan oleh pasien, tetapi
pasien berkali kali tidak mengikutinya Sebagian maupun keseluruhannya tanpa
memperhatikan suatu penyesalan. Terhadap kejadian ini maka dokter yang
bersangkutan memberikan rujukan kepada dokter yang lain
 Hak atas privacy. Pasien harus menghargai menghormati hal yang menyangkut
privacy dokter, misalnya jangan memperluas hal yang sangat pribadi dari dokter yang
diketahui sewaktu mendapatkan pengobatan.
 Hak atas informasi/pemberitahuan pertama dalam menghadapi pasien yang tidak
puas terhadapnya.
 Hak atas balas jasa. Hak ini sesuai dengan persetujuan terapeutik dimana dari pihak
pasien disamping memiliki hak pasien, memiliki kewajiban juga untuk memberikan
suatu honor kepada dokter.
 Hak atas pemberian penjelasan lengkap oleh pasien tentang penyakit yang
dideritanya.
 Hak untuk membela diri
 Hak memilih pasien. Hak ini sama sekali bukan merupakan hak mutlak.
 Hak untuk memberikan keterangan tentang pasien dipengadilan.
Sementara yang termasuk dalam kewajiban seorang dokter dibedakan dalam tiga
kelompok yakni sebagai berikut :
 Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi social pemeliharaan Kesehatan.
Terhadap kewajiban ini, dokter harus memperhatikan kepentingan masyarakat yang
menonjol dan bukan kepentingan pasien saja.
 Kewajiban yang berhubungan dengan hak pasien. Termasuk kewajiban profesi
seorang dokter untuk selalu memperhatikan dan menghormati semua hak pasien.
 Kewajiban yang berhubungan dengan standar profesi kedokteran dan kewajiban yang
timbul dari standar profesi kedokteran. (sumber : tanggung-jawab-dan-etika-profesi-
dokter-dalam-bidang-hukum.pdf)
Lo 3 : Teknik Presentasi
 DEVINISI.
Presentasi adalah bagian dari aktivitas berkomunikasi yang bertujuan memperkenalkan
sesuatu kepada orang lain. Dengan presentasi, kita berusaha mengkomunikasikan hasil
penelitian, atau ide kita secara langsung kepada pendengar yang berarti juga pada
komunitas ilmiah (thought collective). Presentasi dianggap efektif apabila mampu menarik
perhatian audien dan menggerakan audien untuk melakukan sesuatu hal. Agar presentasi
menjadi efektif, perlu menggunakan teknik presentasi.
Adapun berbagai tips atau Teknik untuk melakukan presentasi yang baik diantaranya
ialah :
1. Persiapan yang matang
Persiapan merupakan 90% bagian dari presentasi, dan sisanya sebesar 10% adalah
penyajian dan diskusi. Meskipun anda menguasai subyek dan mampu bebr icara
penuh wibawa, persiapan yang cermat tetap diperlukan, paling tidak untuk dua
alasan penting :
(1) Menemukan informasi lebih lanjut tentang subyek untuk disarikan bagi hadirin.
Pilihlah informasi yang menonjol. Jika tidak memiliki cukup informasi, sebaiknya
tidak memberikan presentasi;
(1) Memasarkan gagasan kepada hadirin serta memperoleh dan mempertahankan
perhatian hadirin.
2. Persiapan bahan presentasi
Bahan presentasi dapat dikemas lebih menarik dan tidak membosankan berkat
bantuan teknologi yang berkembang pesat saat ini. Anda dapat menggunakan bahan
presentasi yang sederhana tetapi canggih menggunakan media powerpoint atau
menggunakan bahan presentasi yang lebih interaktif dengan multimedia builder
(bisa pake flash).
3. Pelaksanaan presentasi
Dalam memberikan presentasi, sebelumnya harus mempersiapkan diri dengan baki.
Penampilan mencerminkan keberhasilan suatu presentasi.
4. Penggunaan power point
5. Menghindari sress
6. Presentasi poster
Dalam seminar-seminar ilmiah, disamping presentasi secara oral kadangkala juga
diselenggarakan presentasi berupa poster. Berbagai jenis hasil penelitian ditampilkan
dalam bentuk poster- poster yang menarik.
Adapun hal hal yang perlu diperhatikan dalam presentasi :
a) Kuasai Lingkungan.
Penguasaan lingkungan diperlukan untuk menghindari tambahan tekanan mental
ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Trik yang dapat dilakukan adalah:
datanglah sesaat sebelum presentasi dimulai, sehingga ada cukup waktu untuk:
mempersiapkan sarana presentasi (mencoba sound, LCD, Laptop, pointer, atau
bahkan sampai merancanakan akan berdiri dimana ketika akan presentasi). Atur
skenario dengan moderator (jika moderatornya orang lain) agar tidak kaget jika
terjadi perubahan skenario secara mendadak oleh moderator (termasuk alokasi
waktu yang disediakan moderator untuk pemateri)
b) Perhatikan audience. Tataplah audience secara merata dan bergantian. Jangan
palingkan pandangan pada langit-langit atau lantai sehingga mengesankan tidak
percaya diri.
c) Bicara lugas. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas, yang mengesankan tidak
sombong (jangan memakai bahasa luar angkasa walaupun sebagian audience
mengerti maksudnya).
d) Jelaskan media. Media presentasi hanya sebagai guiden (tuntunan) untuk
menjaga alur presentasi. Hindari membaca media presentasi kata-perkata
(apalagi titik koma di baca sekalian), Kalau perlu hapalkan penjelasan tiap pointer
pada powerpoint untuk mengesankan bahwa anda benar-benar menguasai yang
anda tulis pada slide presentasi.
LO 4 : Patient Safety
 DEVINISI

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 11 Tahun 1017 tentang Keselamatan


Pasien, keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko pasien,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya,
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.
Menurut Vincent (1008) dalam Tutiany, dkk (1017 : 1) menyatakan bahwa
keselamatan pasien didefinisikan sebagai penghindaran, pencegahan, dan perbaikan dari
hasil yang buruk atau injury yang berasal dari proses perawatan kesehatan. Definisi ini
membawa beberapa cara untuk membedakan keselamatan pasien dari kekhawatiran yang
lebih umum mengenai kualitas layanan kesehatan. Berdasarkan beberapa definisi para
ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa keselamatan pasien merupakan suatu sistem untuk
melakukan pencegahan serta perbaikan yang diakibatkan dari kesalahan pelayanan
kesehatan terhadap pasien.
 Standar keselamatan pasien
Standar keselamatan pasien wajib diterapkan rumah sakit dan penilaiannya dilakukan
dengan menggunakan instrumen akreditasi rumah sakit. Standar keselamatan pasien
rumah sakit disusun mengacu pada “Hospital Patient Safety Standards” yang dikeluarkan
oleh Commision on Accreditation of Health Organizations, Illinois, USA tahun 1001
yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi perumahsakitan di Indonesia (Kemenkes RI,
1015).
Menurut Kemenkes RI (1015), standar keselamatan pasien terdiri dari tujuh standar,
yaitu :
1. Hak pasien Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan
informasi tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya
kejadian tidak diharapkan.
2. Mendidik pasien dan keluarga Rumah sakit harus mendidik pasien dan
keluarganya tentang kewajiban dan tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan Rumah sakit menjamin
kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan antar unit
pelayanan.
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien Rumah sakit harus mendesain proses
baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja
melalui pengumpulan data, menganalisis secara intensif kejadian tidak
diharapkan, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
 Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan
pasien secara terinterasi dalam organisasi melalui penerapan “Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.
 Pimpinan menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi
risiko keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi kejadian
tidak diharapkan.
 Pimpinan mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar
unit dan individu berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang
keselamatan pasien.
 Pimpinan mengalokasikan sumber daya yang adekuat untuk mengukur,
mengkaji, dan meningkatkan kinerja rumah sakit serta meningkatkan
keselamatan pasien.
 Pimpinan mengukur dan mengkaji efektivitas kontribusinya dalam
meningkatkan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.
6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
 Rumah sakit memiliki proses pendidikan, pelatihan, dan orientasi untuk setiap
jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan keselamatan pasien secara jelas.
 Rumah sakit menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan
untuk meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung
pendekatan interdisiplin dalam pelayanan pasien.
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
 Rumah sakit merencanakan dan mendesaian proses manajemen informasi
keselamatan pasien untuk memenuhi kebutuhan infromasi internal dan
eksternal.
 Transmisi data dan informasi harus tepat waktu dan akurat. (Sumber: AHRQ
Hospital Survey On Patient Safety Culture 1016)
Tujuan Patient Safety
 Terciptanya budaya keselamatan pasien dirumah sakit.
 Meningkatnya akuntanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
 Menurunnya kejadian tak diharapkan (KDRT)
 Terlaksananya program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
KDRT.
Manfaat program patient safety
 Green product yaitu produk yang aman dan telah direkomendasikan sehingga
suatu produk menjadi familiar dikalangan masyarakat.
 Rumah sakit yang memiliki program ini pada umumnya lebih mendominasi pasar
jasa dengan perusahaan perusahaan, asuransi asuransi yang menggunakan rumah
sakit sebagai provider Kesehatan karyawan dan kemudian diikuti masyarakat
 Kegiatan rumah sakit akan lebih memfokuskan pada keselamatan pasien
Upaya upaya yang harus dilakukan dalam Patient safety
1. Perhatikan nama obat terkadang ada obat yang rupa dan ucapanya mirip
2. Pastikan identifikasi pasien
3. Komunikasi secara benar saat menerima pasien
4. Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
5. Pastikan akurasi pemberian obat atau dosis pada pengaliahan pelayanan 6.Hindari
kesalahan dalam berkomunikasi dengan pasien
6. Gunakan alat injeksi sekali pakai
7. Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosocomial
(WHO,20017)
Sumber : https://sinta.unud.ac.id
LO 5 : Hambatan Dan Solusi
Komunikasi ialah proses menyalurkan informasi, ide, penjelasan, perasaan, pertanyaan
dari seseorang ke orang lain, atau dari kelompok ke kelompok, yang ditujukan untuk
mempengaru sikap dan perilaku.
Menurut Tubss dan Moss (dalam Mulyana, 2005), komunikasi dikatakan efektif apabila
orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya atau komunikasi dinilai efektif
apabila rangsangan yang disampaikan dan dimaksudkan oleh pengirim atau sumber,
berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima. Effendy
(2003) menyatakan beberapa ahli komunikasi mengatakan bahwa tidaklah mungkin
seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif. Ada banyak hambatan yang
dapat merusak komunikasi. Segala sesuatu yang menghalangi kelancaran komunikasi disebut
sebagai gangguan (noise).
Berikut merupakan hambatan komunikasi :
1. Hambatan Pribadi
Hambatan personal atau pribadi merupakan hambatan yang berasal dari ranah afektif,
perasaan atau mental seorang yang melakukan komunikasi. Rintangan ini bisa berupa
perilaku, sikap, prasangka, bias, sifat individu terkait, perspektif, emosi dsb.
2. Hambatan Fisik
Hambatan fisik merupakan sesuatu yang berhubungan dengan wujud atau tubuh
manusia. Contoh hambatan fisik dalam komunikasi adalah individu yang memiliki
keterbatasan fisik seperti tuna wicara, rungu dsb.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi seperti ini seseorang harus lebih fleksibel
dengan kemungkinan yang ada, contohnya adalah dengan menulis di kertas atau
dengan hal yang lainnya.
3. Hambatan Usia
Hambatan usia adalah hambatan komunikasi yang berakar pada jarak usia antara
komunikator dengan komunikan. Jarak usia ini tentu sangat berpengaruh karena dari
segi bahasa dan lingkungan yang terus berkembang, akan membuat partisipan
komunikasi kesulitan untuk menyamakan maksud dari sebuah kata atau pernyataan.
4. Hambatan Budaya
Komunikasi yang dilakukan setiap individu, kelompok organisasi dsb tentu
mempunyai latar belakang kultural tertentu. Dimana didalamnya terdapat disimilaritas
yang terlihat seperti nilai, perilaku, kepercayaan yang dijunjung.
Hambatan budaya dalam komunikasi di antaranya adalah sistem nilai yang dijunjung,
bahasa, keyakinan dll. Sistem nilai bisa menjadi hambatan apabila dalam melakukan
komunikasi salah satu partisipan tidak sengaja melanggar sistem nilai yang diyakini.
5. Hambatan Bahasa
Ini juga berlaku pada bahasa, yang di dalamnya mencakup cara pengucapan, aksen,
cara penuturan yang berbeda-beda. Bahasa yang berbeda bisa membuat kata memiliki
makna atau maksud lain.
6. Hambatan Lingkungan
Dari setiap hambatan komunikasi yang ada, tidak semuanya berasal dari individu
partisipan komunikasi. Namun ada aspek lingkungan yang bisa sangat berperan agar
komunikasi bisa berjalan efektif.
Berdasarkan pernyataan Gitosudarmo – I Nyoman Sudita 1997, cara mengatasi hambatan
komunikasi bisa dilaksanakan dengan beberapa teknik, berikut diantaranya:
1. Terapkan umpan balik (feedback), ini dilakukan agar sebuah pesan bisa dikonfirmasi,
apakah sudah diketahui, dipahami, dilakukan dan diterima secara baik atau tidak.
2. Empati, pengutaraan pesan harus sesuai dengan situasi dan kondisi psikologis dan
latar belakang lingkungan si penerima, apakah sehat, bingung, sedih, gembira dsb.
3. Repetisi, atau bisa juga dinamakan pengulangan. Ini bertujuan agar pesan lebih
dipahami dan apakah sudah diterima atau belum (penegas).
4. Singkirkan kesenjangan hierarki, ini biasanya terjadi pada masyarakat adat atau di
suatu perusahaan. Bila kesenjangan hierarki berlaku proses komunikasi bisa kurang
objektif. Sebagai tambahan cara ini dianggap merupakan usaha opsional jika terjadi
hambatan.
5. Memakai bahasa yang simpel dan relevan. Ini ditujukan agar penerima bisa lebih
memahami pesan dengan gamblang.
6. Pengaturan waktu yang pas, tujuan dari penentuan tersebut adalah agar setiap peserta
komunikasi bisa lebih bijak dalam ruang dan waktu. Apakah komunikan sudah siap
dengan pesan yang akan diterimanya.
7. Menata arus informasi. ketika melaksanakan komunikasi, peserta komunikasi
dianjurkan untuk bisa menahan dan menetapkan apa yang akan disampaikan agar
komunikasi bisa berjalan efektif.
8. Membuat komunikasi yang proaktif. Dengan komunikasi proaktif maka jalannya
komunikasi bisa lebih dinamis.
(sumber : Jurnal Psikologi Insight Departemen Psikologi Vol. 3, No. 1, April 2019: hlm 1-9
Universitas Pendidikan Indonesia)
LO 6 : Empati
Empati merupakan kemampuan manusia untuk dapat merasakan berbagai hal dari orang
lain. Hal ini merupakan salah satu cara agar dapat melakukan pemahaman terhadap pihak
lain. Empati dapat terjadi atau diterapkan secara verbal atau non- verbal.
Empati adalah pengalaman emosional antara pengamat dan subjek, dimana pengamat
mengidentifikasi dan menunjukkan emosional subjek berdasarkan penglihatan dan
pendengaran. Empati secara umum merupakan kemampuan atau kapasitas mental untuk
merasakan atau memahami keadaan emosional orang lain. Empati juga didefisinsikan sebagai
kemampuan seseorang untuk mengerti perasaan, fikiran dan keinginan orang lain, tanpa
mempengaruhi objektivitas dalam menilai orang tersebut. Empati merupakan kemampuan
menempatkan diri ke dalam diri orang lain untuk memahami pandangan dan perasaan orang
tersebut, sesuai dengan latar belakang pendidikan, sosial, budaya, agama, ekonomi, etnik dan
lain-lain. Empati memiliki definisi yang berbeda dengan simpati. Simpati merupakan
kecenderungan untuk merasakan perasaan, fikiran dan keinginan orang lain, namun karena
melibatkan perasaan, seringkali penilaiannya menjadi subjektif.
Empati disusun dalam batasan definisi berikut ini :
1. kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien
2. afektifitas atau sensitifitas seorang dokter terhadap perasaan pasien
3. kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan atau menyampaikan empatinya
kepada pasien.
Berdasarkan hasil penelitian neuropsikologi, terdapat dua sistem yang terlibat dalam
empati. Sistem pertama adalah sistem emosional, sedangkan sistem kedua adalah sistem
kognitif. Sistem emosional terdiri atas persepsi dan pengakuan emosi. Mekanisme
neurokimia diperankan oleh neuromodulator oksitosin. Sedangkan sistem kognitif termasuk
kapasitas mental untuk mengerti dan memahami keadaan mental orang lain. Mekanisme
neurokimia diperankan oleh neurotransmitter dopamin. Untuk pelayanan kesehatan
profesional, empati merupakan elemen penting dalam menyediakan kualitas pelayanan
kesehatan.
Menurut Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), seorang dokter harus memiliki
kemampuan komunikasi efektif. Komunikasi efektif ini salah satunya adalah mampu
menggali dan bertukar informasi secara verbal dan nonverbal dengan pasien pada semua usia.
Dokter dituntut untuk mampu membangun hubungan melalui komunikasi verbal dan
nonverbal, berempati secara verbal dan nonverbal, berkomunikasi dengan menggunakan
bahasa yang santun dan dapat dimengerti, mendengarkan dengan aktif untuk menggali
permasalahan kesehatan secara holistik dan komprehensif, menyampaikan informasi terkait
kesehatan, serta menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan spiritual
pasien dan keluarga.
Empati berhubungan langsung dengan terapi, dengan cara mengurangi kecemasan pada
pasien. Saat pasien merasa dokter tersebut mengerti kondisi dan kekhawatirannya, dia akan
lebih nyaman dalam mempercayai sang dokter. Suatu penelitian terhadap empati seorang
dokter dan klinis pasien diabetes telah dilakukan. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa
pasien yang dirawat oleh dokter dengan empati yang tinggi memiliki kontrol kadar
Hemoglobin Alc yang lebih baik daripada dokter dengan empati yang rendah. Proporsi pasien
dengan kontrol LDL yang baik lebih banyak pada dokter dengan empati yang tinggi daripada
yang rendah. Berdasarkan analisis penelitian, empati dokter memiliki kontribusi yang unik
terhadap perbaikan klinis sehingga empati dokter merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan kompetensi klinis dan hasil pasien.
Perasaan iba merupakan sesuatu yang penting untuk membantu kondisi pasien dalam
masa akut maupun kronis. Compassion care terdiri atas empat kriteria essensial, antara lain:
1. hubungan berbasis empati, dukungan emosional, upaya untuk memahami dan
meringankan penderitaan pasien;
2. komunikasi yang efektif dalam interaksi dari waktu ke waktu;
3. menghormati dan memfasilitasi pasien dan keluarga dalam keputusan dan pelayanan;
4. memandang pasien sebagai individu dengan hubungan di rumah dan di masyarakat.
Penelitian telah menunjukkan bahwa empati juga berguna pada tingkat lain. Telah
ditemukan efek terapeutik empati dengan mengurangi kecemasan pada pasien. Ketika
seorang pasien merasa bahwa seorang dokter memahami kondisinya dan kekhawatirannya,
dia mungkin merasa lebih nyaman untuk memberi tahu dokter. Proses menceritakan kisah
seseorang bisa menjadi terapi dan mungkin juga membantu memfasilitasi proses
penyembuhan. Selain itu, pasien sering tidak secara eksplisit menyatakan keprihatinan
psikososial mereka, yang dapat bermanifestasi sebagai penyakit fisik (somatisasi). Prevalensi
gangguan somatoform diperkirakan mencapai 30% dan hanya dapat didiagnosis oleh dokter
yang secara hati-hati menyesuaikan diri dengan pasien. Hal ini merupakan manfaat empati
bagi dokter.
Pada awal proses empati, pengamat tidak hanya mengidentifikasi namun juga mengerti
perasaan subjek. Seorang dokter dapat mengerti pasien yang terlihat depresi, mengekpresikan
perasaan sedih dan memberitahukan kepada dokter bahwa keluarga dekatnya baru saja
meninggal. Hal ini menyebabkan dokter untuk untuk mengingat kembali keadaan emosinya
dalam situasi yang sama di mana kerabat dekat meninggal, atau ia mungkin tidak memiliki
pengalaman kematian dalam keluarga tetapi dapat memahami respons emosional terhadap
kematian dalam budaya pasien. Pada kedua kondisi tersebut, ia mampu memberikan respon
secara empati karena ia mengerti kondisi duka tersebut. Dalam kondisi yang berbeda, seorang
dokter mungkin memiliki latar belakang budaya yang berbeda dimana kematian tidak
berhubungan dengan kesedihan namun kesenangan dan perayaan, maka dokter akan merasa
bingung karena tidak mengerti kesedihan pasien tersebut. Berdasarkan hal tersebut, dokter
mungkin lebih sulit untuk menunjukkan empati tanpa mengetahui sifat dan keadaan emosi
pasien.
Enam tingkat empati yang dikodekan dalam suatu sistem menurut Bylund (The Empathy
Communication Coding System (ECCS) Levels), antara lain:
1. Level 0 => Dokter menolak sudut pandang pasien, mengacuhkan pendapat pasien,
membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat pasien seperti : “Kalau stress ya,
mengapa datang ke sini?” atau “Ya, lebih baik operasi saja sekarang.”
2. Level 1 => Dokter mengenali sudut pandang pasien, tapi dokter mengerjakan hal lain
seperti menulis, membalikkan badan menyiapkan alat dan lain-lain.
3. Level 2 => Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implicit. Pasien, “Pusing saya
ini membuat saya sulit bekerja” Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?”
4. Level 3 => Dokter menghargai pendapat pasien, seperti : “Anda bilang Anda sangat stres
datang ke sini? Apa Anda mau menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres?”
5. Level 4 => Dokter mengkonfirmasi kepada pasien, seperti : “Anda sepertinya sangat
sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha Anda untuk menyempatkan berolah raga”
6. Level 5 => Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings and experience)
dengan pasien, seperti : “Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda berdua.
Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian setelah kehamilan
berikutnya mereka sangat, sangat, khawatir”
Respon empati yang dapat diaplikasikan dalam praktik kedokteran, antara lain :
 Name the emotion (menyatakan emosi). “tampaknya sangat mengganggu bapak”
 Understand the emotion (memahami emosi) “saya memahami nyeri tersebut pasti
menyakitkan bapak”
 Respect (praise) the patient (memuji pasien). “saya sangat terkesan bapak bisa menjalani
pengobatan selama ini dan menderita sakit tersebut”
 Support the patient (mendukung pasien) “saya dan tim akan membantu bapak mengatasi
sakit kepala”
 Explore the emotion (mendalami emosi pasien)
“mohon dijelaskan bagian sakit kepala ini yg menganggu bapak”
(sumber : jurnal fakultas kedokteran universitas lampung)

Anda mungkin juga menyukai