Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 1.3 SISTEM KARDIO-RESPIRASI


MODUL 1

Modul : Sistem Hemato-Limfopoetik

Nama : Dea Anjelia Nisa Br Ginting

Nim : 210610029

Kelompok : 3 (Tiga)

Tutor : dr. Iskandar, Sp.OG

PRODI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
TA. 2021/2022
MODUL 1
Sistem Hemato-Limfopoetik
Skenario 1 : Merah Darahku

Tn B 28 tahun datang ke PMI untuk melakukan donor darah. Laki-laki tersebut


melakukan donor darah secara rutin setiap 3 bulan karena dia merasakan tubuhnya semakin
sehat. Petugas PMI kemudian melakukan pemeriksaan vitalsign dan pemeriksaan darah rutin
kepada lelaki tersebut sebelum dilakukan donor darah. Setelah selesai , petugas PMI kembali
melakukan pengambilan darah sebanyak 300cc. Ia bertekad akan selalu mendonorkan
darahnya, karena ia takut mengalami kasus seperti saudara yang lain jika ada luka, maka
darahnya akan lama berhenti dan warna darah yang merah kehitaman, saat ini saudara nya
mengkonsumsi obat, tapi ia lupa nama obatnya
Bagaimana anda menjelaskan kasus diatas?
JUMP 1 : Terminologi

1. Sistem Hemato-Limfopoetik
sistem yang terdiri dari 2 sistem yaitu sistem hemato atau sistem vaskular dan sistem
limfopoetik atau sistem limfe.

2. Vital Sign
atau biasa disebut tanda-tanda vital merupakan sekelompok dari empat hingga enam
tanda tanda medis paling penting yang menunjukkan fungsi vital tubuh.

3. Obat
adalah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa,
mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejalah
penyakit,luka atau kelainan badania dan rohaniah pada manusia atau hewan,
memperelok badan atau bagian badan manusia (Anief, 2006).

4. PMI
Atau Palang Merah Indonesia adalah sebuah organisasi Palang Merah
Indonesia.Organisasi yang bergerak di bidang kemanusiaan.

5. Donor Darah
adalah proses pengambilan darah dari seseorang secara sukarela untuk maksud dan
tujuan transfusi darah bagi orang lain yang membutuhkan.
JUMP 1 & 3 : Rumusan Masalah dan Hipotesa

1. Apa saja manfaat dari donor darah?


Berikut beberapa manfaat donor darah
a. Menurunkan risiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah
b. Menurunkan risiko kanker
c. Membantu menurunkan berat badan
d. Mendeteksi penyakit serius, seperti HIV, hepatitis B, hepatitis C,
sipilis, dan malaria.
e. Membuat lebih sehat secara psikologis serta memperpanjang usia.

2. Mengapa darah akan lama berhenti dan menjadi kehitaman jika ada luka?
Darah mengental termasuk hal normal, terutama jika terjadi saat kamu
mengalami luka. Sebab, pembekuan darah ini bertujuan untuk
menghentikan perdarahan dan membantu proses penyembuhan
luka.HEMOFILIA adalah kelainan akibat gangguan pembekuan darah.
Luka kecil saja bisa menyebabkan perdarahan yang sulit dihentikan.

3. Apa efek samping yang di dapat setelah melakukan donor darah?


Pada umumnya, donor darah sangat aman dan tidak berbahaya bagi
tubuh. Namun, terkadang ada orang yang merasakan efek samping donor
darah seperti terdapat memar di daerah bekas suntikan untuk pengambilan
darah, pusing dan pingsan, serta nyeri pada lengan bekas suntikan.
Namun, kondisi tersebut biasanya hanya berlangsung selama beberapa
menit saja adalah sebuah organisasi Palang Merah Indonesia.Organisasi
yang bergerak di bidang kemanusiaan.

4. Apa saja syarat dilakukannya donor darah?


Syarat dilakukannya donor darah diantaranya
a. usia 17-60 tahun (usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila
mendapat izin tertulis dari orang tua)
b. Berat badan minimal 45 kg
c. Temperatur tubuh 36,6 - 37,5 derajat Celcius
d. Tekanan darah baik yaitu sistole 110-160 mmHg, diastole = 70-100
mmHg
e. Denyut nadi teratur yaitu sekitar 50-100 kali/menit
f. Hemoglobin perempuan minimus Jumlah penyumbangan per tahun
paling banyak 5 kali dengan jarak penyumbangan sekurang-
kurangnya 3 bulan.

5. Apa efek samping dari tubuh jika terlalu sering memberikan darah?
Terlalu sering donor dapat membuat risiko kekurangan zat besi. Pasalnya,
meski sel darah merah bisa cepat tergantikan dengan yang baru, tidak
demikian dengan sediaan zat besi dalam tubuh. Kekurangan zat besi
merupakan dampak negatif dari donor darah. Kondisi tersebut dapat
membuat seseorang merasakan gejala, seperti:
1. Pusing
2. Lemas
3. Lesu
4. Tidak bertenaga
Gejala-gejala di atas bahkan dapat mengarah ke penurunan hemoglobin
dan risiko terkena penyakit anemia (penyakit kekurangan sel darah
merah) . Jika kondisi ini dibiarkan terus tanpa pengobatan, bisa berujung
pada anemia defisiensi besi..
JUMP 4 : Skema

JUMP 5 : Learning Objective


Mahasiswa dapat menjelaskan dan memaparkan mengenai :
1. Sistem Hemato-Limfopoetik
2. Organ Limfa
3. Struktur dan Sistem Penggolongan Darah
4. Kelainan dan Gangguan Hematopoetik
JUMP 6 : Search Informatin
Jump 7 : Sharing Information
LO 1 : Sistem Hemato-Limfopoetik
Sistem limfatik atau sistem getah bening merupakan bagian utama dalam
sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan tubuh yang baik dapat melindungi tubuh
dari infeksi.Oleh karena itu, bila sistem limfatik mengalami gangguan, kerja sistem
imun tubuh dalam menangkal berbagai kuman penyebab penyakit juga dapat
terganggu.

Sistem limfatik berperan penting dalam membentuk kekebalan atau imunitas


tubuh. Di dalam sistem limfatik terdapat berbagai jenis organ yang berperan dalam
menghasilkan, menyimpan, maupun menyebarkan sel darah putih ke berbagai bagian
tubuh guna melawan kuman penyebab penyakit.

Sistem limfatik memiliki peranan penting terhadap berbagai fungsi tubuh.


Beberapa fungsi utama dari sistem limfatik adalah:

•Melawan berbagai penyebab infeksi, seperti kuman, virus, jamur, dan parasit
•Mendeteksi keberadaan sel kanker dan mencegah pertumbuhannya
•Mengatur keseimbangan cairan tubuh
Menyerap sebagian lemak dari makanan di dalam usus
•Mendeteksi keberadaan antigen dan membentuk antibodi untuk
melawannyaUntuk menjalankan fungsinya tersebut, sistem limfatik tersusun dari
beberapa macam organ yang terdiri dari:

Sumsum tulang dan kelenjar timus


Sumsum tulang dan kelenjar timus merupakan organ yang berperan penting
dalam kekebalan tubuh dan berperan sebagai kunci utama sistem limfatik.

Sumsum tulang bertugas untuk menghasilkan berbagai jenis sel darah, seperti
sel darah merah, trombosit, dan sel darah putih (leukosit). Sementara itu, kelenjar
timus bertugas untuk menghasilkan sel limfosit yang disebut sel T. Sel ini berfungsi
untuk mendeteksi dan melawan bakteri maupun virus penyebab infeksi.

Limpa
Limpa merupakan organ terbesar di dalam sistem limfatik. Organ yang
terletak di sebelah kiri lambung ini bertugas untuk menyaring dan memonitor darah
dalam tubuh. Limpa juga berperan dalam produksi dan penyimpanan sel tubuh,
termasuk berbagai jenis sel darah putih.

Kelenjar dan pembuluh getah bening


Di dalam tubuh, sel-sel darah putih yang dihasilkan oleh sistem limfatik akan
bergerak melalui cairan getah bening atau cairan limfatik. Cairan ini tersebar melalui
pembuluh getah bening.

Aliran cairan getah bening juga diatur oleh kelenjar getah bening. Kelenjar ini
juga bertugas untuk menyimpan sel-sel darah putih yang berperan dalam melawan sel
kanker dan mikroorganisme penyebab infeksi, seperti bakteri, virus, parasit, dan
jamur.

Kelenjar getah bening terletak di hampir seluruh bagian tubuh, termasuk leher,
dada, ketiak, perut, dan selangkangan.
Beragam Gangguan pada Sistem Limfatik
Di balik perannya yang sangat besar bagi tubuh, ada kalanya fungsi sistem
limfatik terganggu karena kondisi atau penyakit tertentu. Berikut ini adalah beberapa
gangguan atau penyakit yang dapat menyerang sistem limfatik:

1. Infeksi
Infeksi yang diakibatkan virus, bakteri, kuman, jamur, dan parasit dapat
memicu perlawanan dari sistem kekebalan tubuh, termasuk kelenjar getah bening.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya peradangan kelenjar getah bening atau
limfadenitis.

Gejala yang timbul akibat limfadenitis bervariasi, tergantung penyebab dan


lokasi terjadinya infeksi. Ketika terjadi infeksi, kelenjar getah bening biasanya akan
mengalami pembengkakan.

2. Kanker
Limfoma merupakan kanker kelenjar getah bening yang terjadi ketika sel
limfosit tumbuh dan berkembang biak secara tidak terkendali. Kanker pada sistem
limfatik dapat membuat sel-sel limfosit tidak berfungsi dengan baik dan mengganggu
kelancaran aliran cairan getah bening pada pembuluh dan kelenjar limfatik.

3. Penyumbatan (obstruksi)
Penyumbatan atau obstruksi dalam sistem limfatik dapat menyebabkan
terjadinya pembengkakan akibat penumpukan cairan getah bening (limfedema).

Kondisi ini dapat disebabkan oleh terbentuknya jaringan parut pada pembuluh
getah bening, misalnya karena cedera, radioterapi, atau operasi pengangkatan kelenjar
getah bening. Penyumbatan saluran limfatik juga dapat disebabkan oleh infeksi,
misalnya pada penyakit filariasis.

4. Penyakit autoimun
Selain berbagai penyakit di atas, sistem limfatik juga bisa terganggu akibat
adanya kondisi autoimun. Contoh penyakit autoimun yang dapat mengganggu kinerja
sistem limfatik adalah autoimmune lymphoproliferative syndrome (ALPS). Penyakit
ini dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah merah dan trombosit, serta
kerusakan sel darah putih neutrofil.

Selain itu, penyakit autoimun lain, seperti rheumatoid arthritis, skleroderma,


dan lupus, juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem limfatik.
LO 2 : Organ Limfa
Limpa adalah kelenjar tanpa saluran (ductless) yang berhubungan erat dengan
system sirkulasi. Limpa merupakan organ limfoid terbesar dan terletak pada bagian
depan serta dekat punggung ringga perut diantara diafragma dan lambung, atau berada
di perut kiri bagian atas. Oleh karena itu, jika ada pukulan hebat daerah lambung, hal
ini dapat memcahkan limpa, merobek pembungkusnya dan merusak jaringan di
dalamnya.
Secara antomis, tepi limpa yang normal berbentuk pipih. Organ yang satu ini
berfungsi untuk mengakumulasi limfosit dan makrofag, mendegradasi eritrosit,
sebagai tempat cadangan darah dan sebagai organ pertahanan terhadap infeksi partikel
asing yang masuk ke dalam darah. Selain itu, limpa juga berfungsi untuk
menghancurkan sel darah merah yang sudah tua ( kadaluwarsa), membentuk sela
darah merah baru,membentuk sel limfosit, membuang kelembaban tubuh, menyimpan
materi dasar dan mentranspor materi dasar ke paru-paru, serta mempengaruhi otot
pergerakan.
Limpa dibngkus oleh kapsula yang teridiri atas dua lapisan, yaitu lapisan
jaringan penyokong yang tebal dan lapisan otot halus. Perpanjangan kapsula ke dalam
parenkin limpa disebut trabekula. Trabekula mengandung arteri, vena, saraf, dan
pembuluh limpa. Parenkin limpa disebut pulpa, terdiri atas pulpa merah dan pulpa
putih. Pulpa merah berwarna merah gelap pada potongan limpa segar. Sedangkan
pulpa putih tesebar dalam pulpa merah, beerbentuk oval, dan berwarna putih kelabu.
Pulpa putih terdiri atas pariarteolar lymphoid sheat ( PALS ), folikel limfoid, dan zona
marginal. Folikel limfoid umumnya tersususn atas el limfosid B, makrofag, dan sel
debri. Bagian yang putih merupakan system kekebalan untk melawan infeksi,
sedangkan bagian yang merah bertugas untuk membuang bahan-bahan yang tidak
diperlukan dari dalam darah ( misalnya sel darah merah yang rusak).
Sel darah putih tertentu ( limfosit ) menghasilkan antibody pelindung dan
memegang peranan penting dalam melawan infeksi. Limfosit dapat dibentuk dan
mengalami pematangan di dalam bagian putih limpa. Bagian merah limpa
mengandung sel darah putih lainnya ( fagosit ) yang berfungsi mencerna bahan yang
tidak diinginkan ( misalnya bakteri atau sel yang rusak ) dalam pembuluh darah.
Bagian merah limpa memantau sel darah merah ( menentukan sel yang
abnormal, terlalu tua, atau yang mengalami kerusakan ) dan menghancurkannya..
Oleh karena itu bagian yang merha ini biasa disebut sebagai kuburan darah merah.
Bagia merah juga berfungsi sebagai cadangan untuk unsure-unsur darah, terutama sel
darah putih dan trombosit. Pada banyak binatang, bagian merah ini melepaskan unsur
darah kedalam darah sirkulasi pada saat vubuh memerlukannva. Tetapi. pada manusia.
pelepasan unsure ini bukan merupakan fungsi limpa yang utama.
(Sumber : https://www.scribd.com/doc/208500328/Anatomi-Organ-Limpa )
LO 3 : Struktur dan Sistem Penggolongan Darah

Golongan darah ABO dan Rhesus adalah ilmu pengklasifikasian darah dari suatu
kelompok berdasarkan ada atau tidak adanya zat pada permukaan membran antigen warisan
karbohidrat dan protein sel darah merah Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan jenis
tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah pada permukaan
membran sel darah merah penggolongan (faktor Rh).

1. Penggolongan Darah Sistem ABO

Sistem ABO yang ditemukan oleh Karl Landsteiner merupakan sistem yang paling
penting dalam bank darah dan ilmu kedokteran transfusi, antigen-antigen utamanya
disebut A dan B, antibodi utamanya adalah anti-A dan anti-B. Gen-gen yang menentukan
ada tidaknya aktivitas A atau B terletak di kromosom 9. Penetapan golongan darah
menentukan jenis aglutinogen yang ada dalam sel dan menentukan aglutinin yang ada
dalam serum.

2. Penggolongan Darah Sistem Rhesus


Jenis penggolongan darah lain yang cukup dikenal adalah dengan
memanfaatkan faktor Rhesus atau faktor Rh. Nama ini diperoleh dari monyet jenis
Rhesus yang diketahui memiliki faktor ini pada tahun 1940 oleh Karl Landsteiner.
Seseorang yang tidak memiliki faktor Rh di permukaan sel darah merahnya memiliki
golongan darah Rh-. Mereka yang memiliki faktor Rh pada permukaan sel darah
merahnya disebut memiliki golongan darah Rh+. Jenis penggolongan ini sering kali
digabungkan dengan penggolongan ABO. Golongan darah O+ adalah yang paling
umum dijumpai, meskipun pada daerah tertentu golongan A lebih dominan, dan ada
pula beberapa daerah dengan 80% populasi dengan golongan darah B.
Kecocokan faktor Rhesus amat penting karena ketidakcocokan golongan.
Misalnya donor dengan Rh+ sedangkan resipiennya Rh-) dapat menyebabkan
produksi antibodi terhadap antigen Rh(D) yang mengakibatkan hemolisis.
(Sumber : http://repository.unimus.ac.id/2273/2/BAB%20II.pdf )
LO 4 : Kelainan dan Gangguan Hematopoetik
Gangguan Sistem Hematologi meliputi :
o Anemia
o Leukemia
o Hemofilia
o Lekopenia
o Polisitemia
o Multipel mieloma
o Limfoma maligna

1. ANEMIA
Adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal jumlah eritrosit, kuantitas
Hb, dan volume packed red blood cells (hematokrit).
Tanda dan gejala umum:
o Nilai eritrosit < 3,8 jt/mL
o Kadar Hb dlm darah < 10 g/dL
o Nilai Hct < 30%
o Pucat
o Kelemahan
o Hipoksemia yang mengakibatkan takikardi, takipnea pendek dan cepat, sakit
kepala, iskemik myocardium
o Syok dan penurunan kesadaran

KLASIFIKASI
 Berdasarkan Morfologi
Mikro dan makro menunjukkan ukuran sedangkan kromik menunjukkan warna
o Normokromik Normositik
a) Kehilangan darah akut
b) Hemolisis
c) Penyakit kronis seperti infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal,
kegagalan sumsum tulang.
o Normokromik Makrositik
a) Gangguan sintesis deoksiribonukleat (DNA)
b) Defisiensi B12 (asam folat)
c) Pengobatan kemoterapi
o Hipokromik Mikrositik
a) Defisiensi zat besi
b) Kehilangan darah kronis
c) Gangguan sintesis globin seperti pada penyakit thalasemia
 Berdasarkan Etiologi
o Peningkatan hilangnya eritrosit
a) Perdarahan
b) Hemoglobinopati, ex anemia sel sabit.
c) Gg sintesis globin, ex thalasemia.
c) Defisiensi enzim, ex defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase.
o Penurunan atau kelainan pembentukan sel
a) Carsinoma, ex limfoma, mieloma multiple
b) Pajanan zat kimia dan toksik
c) Radiasi
d) Defisiensi endokrin
e) Penyakit kronis pada ginjal dan hati.

 ANEMIA APLASTIK
Sumsum tulang tidak dapat memproduksi sel-sel darah dalam jumlah yang
cukup. Mengalami pansitopenia (kekurangan semua sel darah)
Penyebab :
a. Lupus Eritematosus Sistemik (autoimun)
b. Agen antineoplastik
c. Terapi radiasi
d. Antibiotik tertentu
e. Zat kimia, ex benzen, insektisida.
f. Penyakit oleh virus, ex HIV, hepatitis virus.

 ANEMIA DEFISIENSI BESI


Kekurangan zat besi dalam darah sebagai akibat dari penurunan kuantitatif
sintesis hemoglobin. Normal : 0,5 mg/mL
 Tanda dan gejala:
a. Besi plasma <40 mg/dl
b. Hb 6-7 g/dL
c. Pucat dan kelemahan
d. Rambut tipis dan mudah rontok
 Penyebab :
a. Perdarahan yang menetap, ex pada carcinoma.
b. Kurang asupan besi
c. Gangguan absorbsi usus.

 ANEMIA MEGALOBLASTIK
Termasuk ke dalam gol anemia makrositik normokromik
 Tanda dan gejala:
a. Malnutrisi
b. Glositis berat (peradangan lidah berat)
 Penyebab :
a. Defisiensi B12 dan asam folat
b. Malabsorbsi
c. Penyakit gastrointestinal
2. PENYAKIT SEL SABIT
Adl hemoglobinopati akibat kelainan struktur hemoglobin. Merupakan
gangguan genetik resesif autosomal (kedua orang tua mengalami penyakit sel sabit)
Disfungsi Hb - deoksigenasi (penurunan tekanan O2) - elongasi - eritrosit
kaku dan berbentuk sabit - penyumbatan pembuluh darah - infark organ.

3. POLISITEMIA
• Terjadi peningkatan produksi semua sel-sel darah, namun lbh dikenal dg
peningkatan produksi eritrosit.
• Hb < 16 g/dL, Ht < 60%
• Peningkatan viskositas dan volume darah - aliran darah melambat
• Volume plasma dan bentuk morfologi eritrosit biasanya normal.
• Leukositosis - reaksi hipersensitifitas
• Trombositosis - trombosis

4. LEUKOPENIA
Merupakan suatu kondisi dimana jumlah leukosit menurun dalam darah.
Jumlah leukosit < 4.000/mm3. Terjadi kegagalan pembentukan leukosit termasuk
akibat anemia aplastik.

5. LEUKEMIA
Leukemia adalah malignansi pada darah yang bersifat heterogen dan
disebabkan karena proliferasi tidak normal dari pembentukan sel darah pada sumsum
tulang. sel leukemia muda yang berproliferasi (blast) mengganggu pematangan dari
sel normal pada sumsum tulang belakang. Proliferasi dari sel leukemia yang belum
matang / immature (blast) yang sangat banyak menghambat pematangan pada sel-sel
normal di sumsum tulang.
Mengakibatkan :
• Anemia
• Neutropenia
• Trombositopenia

6. LIMFOMA MALIGNANT
Merupakan keganasan sistem limfatik. Penyebab pasti belum diketahui.
Faktor risiko:
• Immunodefisiensi
• Pajanan zat kimia, ex herbisida, pestisida, benzena
Tanda dan gejala:
• Pembesaran kelenjar getah bening.
• Penurunan berat badan
• Nyeri abdomen
• Hematemesis melena
7. MIELOMA MULTIPLE
Merupakan suatu kelainan sel plasma neoplastik yang berasal dari satu klon
(monoklonal) sel plasma. Proliferasi sel plasma imatur dan matur dalam sumsum
tulang. Terjadi kerusakan pada tulang dan penggantian unsur sumsum tulang normal
oleh sel abnormal. Insiden meningkat sesuai penambahan usia.

8. HEMOFILIA
Merupakan gg koagulasi herediter sehingga episode perdarahan intermiten.
Termasuk penyakit resesif terkait kromosom X.
Manifestasi klinis:
• Perdarahan jaringan lunak, otot, dan terutama sendi yg menopang berat badan
(hemarthrosis).
Diklasifikasikan menjadi 2 yaitu:
• Hemofilia A
Akibat defisiensi atau mutasi gen faktor VIII.
• Hemofilia B
Defisiensi atau tidak adanya aktifitas faktor IX
(Sumber: https://www.scribd.com/doc/293374366/Gangguan-Sistem-Hematologi )

Anda mungkin juga menyukai