Anda di halaman 1dari 14

NAMA : Ria Riona Syarif

NIM : 442 416 042


KELAS : Kimia B
TUGAS : Biokimia Medik

1. Jelaskan fungsi system limfatik dan organ-organ limfoid


2. Jelaskan bagaimana sel dapat membedakan self dan nonself antigen?
3. Buatlah tabel yang menjelaskan perbedaan sel-sel yang terlibat dalam imunitas spesifik dan
nonspesifik
4. Buatlah bagan atau tabel yang menjelaskan perbedaan imunitas spesifik (adaptive) dan
nonspesifik (innate)
5. Jelaskan istilah-istilah berikut (kaitkan dengan konsep imunitas)
a. Kemotaksis (Chemotaxis)
b. Diapedesis
c. Fagositosis
d. Endositosis
e. Epitope
f. Sitokin (Cytokine)
6. Jelaskan perbedaan tipe-tipe (class) immunoglobulin)
7. Jelaskan apa yang terjadi bila seseorang diimunitas
8. Buatlah tabel yang menjelaskan perbedaan tipe hipersensitivitas
9. Jelaskan penggolongan darah dengan system ABO dan system Rhesus beserta konsep aglutinasi
darah karena perbedaan golongan darah tersebut
10.Jelaskan mekanisme virus HIV (Human immunodeficiency virus) menyebabka penyakit AIDS
(azquired immune deficiency syndrome)

Jawab :
1. Fungsi system Limfatik dan Organ-organ Limfoid
a) Sistem Limfatik
Sistem limfatik atau disebut juga sistem getah bening merupakan pembuluh (saluran) yang
mengalirkan cairan limfa atau getah bening. Cairan limfa mengalir di seluruh penjuru tubuh
seperti darah namun memiliki pembuluh yang berbeda dengan pembuluh darah.
Darah tersusun atas sel darah dan cairan darah/ plasma darah. Setiap harinya sekitar 20 liter
plasma darah akan keluar dari pembuluh darah dan berada di jaringan sekitarnya. Sebagian
besar atau sekitar 90 % dari plasma darah yang keluar itu akan masuk kembali ke dalam
pembuluh darah melelui difusi, namun sisanya akan kembali ke peredaran darah melalui
sistem limfatik.
Tidak seperti peredaran darah yang alirannya dipicu oleh kerja jantung, aliran limfa terjadi
karena kontraksi otot rangka. Ketika otot berkontraksi akan menekan dan memeras pembuluh
limfa sehingga cairan lmfa di dalamnya akan mengalir. Cairan limfa tidak akan mengalir
terbalik karena memiliki katup yang selalu menjaga limfa mengalir ke arah yang benar
(https://id.scribd.com)
Fungsi Sisyem Limfatik
 Sebagai Imunitas
Kita akan menjadi mangsa berbagai penyakit dan gangguan, itu tidak pernah untuk
sistem limfatik. Ini membantu sistem kekebalan tubuh dengan berbagai cara. Cairan getah
bening, yang beredar ke seluruh tubuh, terdiri dari antibodi dan limfosit, yang bertindak
sebagai penghalang untuk berbagai jenis organisme mikro dan benda asing lainnya. Ketika
tubuh ini bersentuhan dengan tubuh manusia, produksi limfosit dipicu segera. Dengan
demikian, organisme mikro penyebab penyakit akan hancur saat itu juga.
 Keseimbangan Cairan dan Protein
Ketika darah beredar ke seluruh tubuh, banyak cairan disaring oleh kapiler terjebak
dalam jaringan tubuh. Cairan ini terjebak, juga disebut cairan interstitial, terdiri dari sekitar
10% (1-2 liter) dari cairan keseluruhan. Hilangnya cairan substansial ini karena kaya akan
beberapa protein penting yang dibutuhkan oleh sel-sel tubuh. Sistem limfatik mencegah
kerugian ini dengan mengumpulkan cairan ini dalam pembuluh limfatik dan
mengembalikannya ke sistem peredaran darah.
 Pencernaan
Sistem limfatik juga membantu sistem pencernaan dalam berbagai cara. Pembuluh
limfatik yang terletak pada lapisan gastrointestinal membantu dalam penyerapan lemak dari
makanan yang kita makan. Hal ini diperlukan untuk asimilasi yang tepat dari lemak dalam
tubuh. Kegagalan pada bagian dari sistem limfatik dapat menyebabkan kekurangan gizi
yang serius. Sistem limfatik mencegah obesitas yang mengakibatkan karena akumulasi
lemak ‘jahat’ dalam tubuh.
 Sekresi
Sistem limfatik menghilangkan sel-sel darah mati, kelebihan cairan, limbah, sampah,
dll, dari tubuh, sehingga membantu dalam ekskresi bahan limbah dari tubuh. Ini juga
menghilangkan patogen, racun dan sel kanker dari sel-sel tubuh serta ruang seluler antar.
Dengan demikian, sistem limfatik yang sehat dan benar berfungsi adalah suatu keharusan
untuk keseluruhan kesejahteraan tubuh manusia.
 Transportasi Nutrisi
Sistem limfatik bekerjasama dengan sistem peredaran darah untuk mengangkut
berbagai nutrisi penting dalam tubuh. Ini memberikan oksigen, hormon dan nutrisi penting
lainnya melalui darah, ke sel-sel tubuh. Itu tidak pernah bagi sistem limfatik, tubuh kita akan
telah kehilangan nutrisi penting.
 Balancing cairan
Kapiler limfatik bertindak seperti saluran air dan mengumpulkan kelebihan cairan dari
tubuh. Cairan ini disaring dan dikembalikan ke dalam darah. Filtrasi diperlukan saat molekul
besar seperti protein tidak dapat masuk ke dalam darah secara langsung. Dinding dari sistem
limfatik yang lebih permeabel dari kapiler darah. Dengan tidak adanya sistem limfatik,
edema berlebihan akan terjadi dan tubuh akan meledak seperti balon. Hal ini pada akhirnya
akan menyebabkan kerusakan sel dan akhirnya kematian individu. Lymphedema adalah
yang paling umum dari semua gangguan limfatik. Dalam kondisi ini, sistem limfatik dapat
hadir atau gangguan karena beberapa alasan. Ada sekitar 0,6% kelahiran hidup dengan
kecenderungan untuk lymphedema primer. Lymphedema sekunder dapat berkembang di
kemudian hari setelah trauma, infeksi atau pembedahan. Kanker sistem limfatik, biasa
disebut limfoma juga cukup umum (htpps://www.edubio.info,2018).
b) Organ-organ Limfoid
Limfoid Jenis Dan Fungsinya Pada Sistem Kekebalan Tubuh - Organ Limfoid tersusun
atas jaringan limfoid yang merupakan jaringan ikat dan di dominasi oleh limfosit. Organ
limfoid meliputi nodus limfa, timus dan limpa .
1. Nodus Limfa
Nodus limfa merupakan organ limfoid yang berbentuk oval dengan diameter berkisar
1-25 mm dan tersebar di dalam tubuh. Nodus limfa mempunyai bagian korteks dan
medula.Pada bagian korteks banyak mengandung sel B, sedangkan pada bagian medual
banyak mengandung sel B dan sel plasma.
Pembuluh limfa ada yang menuju modus limfa yang dinamakan pembuluh limfa
aferen. Pembuluh aferen tersebut membawa cairan limfa dari nodus limfa menuju darah
vena. Pembuluh darah dan saraf juga menuju nodus ilmfa pada bagian yang dinamakan
hilus. Nodus limfa mempunyai fungsi utama menyaring dan membersihkan
mikroorganisme yang ada di dalam cairan limfa kemudian membawa kembali menuju
pembuluh darah vena. Sebagian besar antigen 99% berhasil disaring oleh nodus limfa.
 Timus
Organ ini terletak di bagian posterior tulang dada, tepatnya menempel pada bagian
trakea dan letaknya di atas jantung. Organ ini terdiri atas dua lobus yang masing- masing
lebarnya sekitar 2 mm, dengan berat total masa anak- anak adalah 40 gram. Secara
histologis, organ ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bagian korteks dan medula yang
banyak mengandung sl- sel T. Timus menghasilkan beberapa macam hormon yang
penting untuk perkembangan dan memelihara pertahanan atau imun.
Hormon yang dihasilkan dinamakan timosin, berfungsi untuk perkembangan dan
maturasi limfosit. Ada beberapa macam timfosin, yaitu timosin - α, timosin -β, timosin V,
timopoietin dan tumulin.
 Limpa
Jaringan limfoid berbentuk oval, menempel pada lambung bagian lateral. Limpa
memiliki ukuran panjang sekitar 12 cm dengan berat rata- rata sekitar 160 gram. Limpa
mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah :
a). Membuang sel- sel darah yang abnormal dan komponen darah lainya dengan
mekanisme fagosit.
b). Menyimpan zat besi dari hasil perombakan sel darah merah atau eritrosit.
c). Inisiasi respons imun melalui sel B dan sel T dalam merespon antigen yang ikut
beredar dalam darah (htpps://www.academia.edu,2018).

2. Perbedaan Self dan Nonself antigen


Sistem imun dilengkapi dengan kemampuan untuk mebedakan dirisendiri atau (self) dengan
benda asing (nonself). Self adalah istilah atau kata yang merujuk pada, dirisendiri, baik itu bagian
sel, sel jaringan maupun organ atau system organ dari tubuh sendiri. Nonself atau asing adalah
istilah yang menunjukan segala sesuatu yang bukan diri sendiri baik itu berupa virus, bakteri,
parasit maupun mikroorganisme yang lain. Respon imun diselenggarakan ioleh sistem imun
untuk menghadapi adanya benda asing (nonself) baik berupa virus, bakteri, plasmodium, sel
kanker atau mikroorganisme lainnya yang bukan bagian dari tubuh sendiri. Sistem imun tidak
membangkitkan respon imun terhadap bagian tubuh sendiri (self) termasuk sel tubuh yang
merusak akibat proses degenerasi, misalny eritrosit tua yang harus diganti sel muda. Sistem imun
memiliki cara tersendiri untuk membedakan antara nonself (virus, bakteri, parasit, jamur, sel
kanker) dan self melalui berbagai reseptor yang terdapat pada permukaan sel dan sistem pengenal
yang lain.
Respon imun terkait erat dengan adanya antigen yang memenuhi syarat sebagai imunogen.
Antigen adalah substansi yang dapat di kenal dan diikat dengan baik oleh sistem imun. Antigen
dapat berasal dari organisme (virus, bakteri, parasit, jamur) atau molekul asing bagi tubuh. Tidak
setiap bagian dari antigen dapat berinteraksi dengan molekul sistem imun. Bagian dari antigen
secara langsung berikatan dengan molekul reseptor (antibodi) yang dikenal dengan epitop hal ini
menandakan, bahwa antigen mempunyai beberapa epitop. Hapten adalah molekul organik kecil
yang dapat mengikat bagian reseptor antigen. Meskipun molekul ini kecil tetapi dapat
meninduksi respon imun sendiri. Selain itu juga dapat meninduksi antibodo dengan titer yang
tinggi jika dikaitkan denga carrier berup protein yang mempunyai berat molekul tinggi atau
polimer sintetik. (Mery, 2019) mery,2019 sistim-liftaik beserta-penjelasanya-
terlengkap.sel.co.id/sistem-limfatik.

3. Tabel perbedaan sel-sel yang terlibat dalam imunitas spesifik dan nonspesifik
Imunitas non spesifik Imunitas spesifik
Resistensi Resistensi tidak berubah pada infeksi berikutnya Resistensi menjadi lebih
baik pada infeksi berikutnya
Soluble Lisozim,komplemen,interferon Antibodi
factors
Cells Epitel permukaan & mukosa,fagosit,sel NK Limfosit T

4. Perbedaan imunitas (adaptive) dan nonspesifik (innate)


karakteristik Imunitas alami Imunitas adaptif
Komponen Barier fisik (kulit, mukosa, Antibody
vili, fimbria, (immunoglobulin),
cilia), secret protein & non sel
protein, fagosit, T dan sel B
sel NK, eosinofil dan sel K
Ketergantungan Tidak tergantung pada Tergantung pada
pada paparan antigen paparan antigen
antigen sebelumnya sebelumnya

Antigen Tidak membedakan jenis Membedakan dengan


spesifik antigen detail jenis
antigen

Waktu tunggu Spontan (menit – jam) Lambat (3-5 hari)


Memori Tidak ada Ada
imunologis
Pathogen Terutama tersususn atas Terutama tersususn
polisakarida & polipeptida
polinukletida (proten)

Rekognisis Pengenalan dilakukan oleh Pathogen dikenali


patogen reseptor yang oleh reseptor
terbentuk pada germline yang terbentuk
secara acak

Spesifisitas Spesifisitas reseptor longgar, Spesifisitas sempit,


reseptor mengenali reseptor
berbagai struktur molekul hanya mengenal
disebut pathogen epitop tertentu
– associated molecular
pattern

Pembangkitan Dapat dibangkitkan oleh Antigen


aksi paparan antigen
melalui efek dari sitokin

Eksistensi Pada semua metazoan Hanya terdapat pada


vertebrata

Akrom,2017,file:///C:/Users/Notebook/Downloads/MODUL1_IMUNOFARMAKOLOG
I_pengantar.pdf

5. Pengertian dari :
i. Kemotaksis (Chemotaxis)
Kemampuan leukosit untuk bergerak mendekati atau menjauhi jaringan yang melepaskan
zat kimia (
ii. Diapedesis
Kemamouan leukosit untuk menembus keluar dari membrane kapiler
iii. Fagositosis
Fagositosis adalah proses dimana sel-sel hidup tertentu yang disebut fagosit menelan atau
memakan sel lain atau partikel. Fagosit mungkin organisme bersel satu, yang hidup bebas
seperti amuba, atau salah satu dari sel-sel tubuh, seperti sel darah putih.
Dalam beberapa bentuk kehidupan hewan, seperti amuba dan spons, fagositosis adalah sarana
makan. Pada hewan tingkat tinggi fagositosis adalah terutama reaksi defensif terhadap infeksi
dan invasi tubuh terhadap zat asing (antigen) (www.sridianti.com, 2019).
iv. Endositosis
Endositositas adalah jenis transfor aktif untuk gerakan partikel,seperti molekul besar, bagian
dari sel, dan bahkan sel-sel utuh ke dalam sel. Ada variasi yang berbeda dari endositosis, tetapi
semua memiliki karakteristik yang sama (https://tatangsma.com, 2015).
v. Epitope
Epitop adalah area tertentu pada molekul antigenik, yang mengikat antibodi atau pencerap sel B
maupun sel T (http://id.dbpedia.org/page/Epitop)
vi. Sitokin
Sitokin berasal dari bahasa yunani yaitu cyto yang artinya sel dan kinos yang artinya
gerakan. Secara harfiah sitokin merupakan salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh
sel-sel tertentu dari sistem kekebalan tubuh yang membawa sinyal antara sel-sel lokal, sehingga
memiliki efek pada sel-sel lain.
Sitokin meliputi kemokin , interferon , interleukin , limfokin dan tumor necrosis factor .
Sitokin diproduksi oleh berbagai sel, termasuk sel-sel kekebalan tubuh seperti makrofag ,
limfosit B , limfosit T dan sel mast , endotel , fibroblas , dan berbagai sel stroma
(Lackie,2010). Sitokin dihasilkan sebagai respon terhadap stimulus sistem imun. Sitokin
bekerja dengan mengikat reseptor-reseptor membran spesifik, yang kemudian membawa sinyal
ke sel melalui second messenger (tirosin kinase), untuk mengubah aktivitasnya (ekspresi gen).
Respon-respon terhadap sitokin diantaranya meningkatkan atau menurunkan ekspresi protein-
protein membran termasuk reseptor-reseptor sitokin, proliferasi, dan sekresi molekul-molekul
efektor (Horst ,2013). Sitokin bisa bereaksi pada sel-sel yang mensekresikanya disebut juga
aksi autokrin, atau pada sel-sel terdekat dari sel sel yang mensekresikanya atau disebut juga
aksi parakrin. Sitokin bisa juga beraksi secara sinergis jika dua atau lebih sitokin beraksi secara
bersama-sama atau secara antagonis jika aktivitas sitokinya berlawanan
((www://academia.edu).

6. Tipe-tipe (class) Imonoglobulin


Imunoglobulin atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat dalam serum
atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia. Imunoglobulin termasuk dalam famili
glikoprotein yang mempunyai struktur dasar sama, terdiri dari 82-96% polipeptida dan 4-18%
karbohidrat. Komponen polipeptida membawa sifat biologik molekul antibodi tersebut.
Immunoglobulin merupakan sistem pertahanan tubuh lapis ketiga yang bersifat spesifik yang
merupakan bagian dari antibodi hurmoral. Fungsinya adalah merespon antigen yang dihasilkan
oleh mikroorganisme parasit yang masuk ke dalam tubuh mahluk hidup.
Kelas imunoglobulin
Pada manusia dikenal 5 kelas immunoglobulin berbeda yang pada masing masingnya dengan
struktur kimia (rantai H).dan dan peran biologi spesifik yang berbeda yaitu.
1) Ig G
Ig G merupakan imunoglobin yang paling berlimpah, waktu paro relatif lama yaitu 23
hari kecuali pada subkelas IgG3 yang hanya mempunyai masa paruh l minggu . kelas ini
berfungsi untuk melawan berbagai agen infeksi melalui darah seperti yang disebarkan bakteri,
parasit, virus dan beberapa jenis jamur. Ig G adalah Satu-satunya antibodi yang mampu
melintasi plasenta untuk memberikan kekebalan pasif pada janin Reseptor untuk Ig G terdapat
dalam monosit manusia, pada leukosit polimorfonuklear, pada sel sel retikuloendotelial dalam
lien dan hepar juga beberapa limfosit.
Imunoglobulin G terdiri dari 4 subkelas, masing-masing mempunyai perbedaan yang
tidak banyak, dengan perbandingan jumlahnya sebagai berikut: IgG1 40-70%, IgG2 4-20%,
IgG3 4-8%, dan IgG4 2-6%.. Kemampuan mengikat komplemen setiap subkelas IgG juga
tidak sama, seperti IgG3 > IgGl > IgG2 > IgG4. Sedangkan IgG4 tidak dapat mengikat
komplemen dari jalur klasik (ikatan C1q) tetapi melalui jalur alternatif.
2) Ig M
Ig M adalah molekul immmonuglobulin yang paling besar ukuranya, karena hampir
seluruhya berasal dalam intravaskular. IgM koefisien sedimen 19 S dan berat molekul
850.000-l.000.000. Molekul ini mempunyai 12% dari beratnya adalah karbohidrat
Imunonoglobin ini sangat penting dalam respon imun hari hari pertama respon imun primer.
Bilamana antigen asing dikenalkan pada hospes untuk pertama kalinya, sintesis antibodi IgM
mendahui Ig G. Tetapi kadar antibodi IgM mencapai puncaknya dalam beberapa hari, dan
kemudian menurun lebih cepat dari kadar antibodi IgG.
3) IgA
IgA terdiri dari 2 jenis, yakni IgA dalam serum dan IgA mukosa. IgA dalam serum
terdapat sebanyak 20% dari total imunoglobulin, yang 80% terdiri dari molekul monomer
dengan berat molekul 160.000, dan sisanya 20% berupa polimer Peran IgA paling penting
adalah imunitas individual pada sistem sekretori eksternal. IgA dihasilkan dalam kadar tinggi
oleh jaringan limfoid yang melapisi traktus gastroinsternal, respiratorius, dan genitourinarius,
dan sekresi (misalanya saliva, air mata dan air susu ibu) selain itu Ig A.IgA dikombinasikan
dengan protein yang disebut komponen sekretorisyang di duga mempermudah sekresi yang
digunakna untuk mempermudah sekresi dan elengkapi molekul inidari enzim proteolitik yang
terdapat pada daerah tersebut. IgA tidak melewati plasenta tetapi ia membantu imunitas
neonatus karena onsenterasinya yang tinggi dalam kolustrum. Reseptor reseptor IgA terdapat
pada limfosit, leukosit leukosit polimorfonuklear dan monosit.
4) IgD
Ditemukan pada tahun 1960 oleh Rowe dan Fahey. Konsentrasi IgD dalam serum sangat
sedikit (0,03 mg/ml), sangat labil terhadap pemanasan dan sensitif terhadap proteolisis. Berat
molekulnya adalah 180.000. Rantai δ mempunyai berat molekul 60.000 – 70.000 dan 12%
terdiri dari karbohidrat.. Aktivitas antibodi yang dikaitkan dengan IgD adalah kejadian
hipersensitivitas terhadap penisilin pada manusia. igD ini terdapat pada permukaan limfosit,
terutama neonatus dengan frekuensi jauh melebihi kadar kadar relatif pada serum. Peran IgD
ditetapkan sebagai reseptor permukaan spesifik pada permulaan respon imun
5) IgE
IgE adalah antibodi yang ada dalam serum rendah sekali. igEmempunyai kemampuan
untuk terikat pada kulit manusia(antibodi hemositotropik) dan memulai reaksi alergi. igE
dihasilkan terutama pada lapisan tractus respiratorius dan gastrointestinal dan merupakan
bagian dari antibodi sistem sekrotoris eksternal.

7. Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar
merangsang antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu. Sistem
imun tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh,
maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan
menyimpannya sebagai suatu pengalaman. Jika nantinya tubuh terpapar dua atau tiga kali oleh
antigen yang sama dengan vaksin maka antibodi akan tercipta lebih kuat dari vaksin yang pernah
dihadapi sebelumnya (Atikah,2010). Sedangkan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk
merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan, seperti
vaksin, BCG, DPT, campak dan melalui mulut seperti vaksin polio. (IGN Ranuh, 2008).
1) Bekas suntikan masih membuat bayi merasa nyeri
Setelah disuntik, bayi tampak tak mau dipegang di bagian bekas suntikan. Ketika ibu
menyentuhnya, si kecil akan menangis atau menjerit kesakitan. Ibu pun jadi khawatir karena
bayi jadi agak rewel dan terlihat gelisah. Padahal, sih, hal ini tidak membahayakan bayi dan
wajar sekali terjadi.
Orang dewasa pun juga akan merasakan hal yang serupa ketika disuntik. Umumnya, hal ini
terjadi karena si kecil merasa tegang saat disuntik. Akibatnya, otot dan bagian kulit tempat
disuntik akan menegang serta kaku. Inilah yang kemudian membuat area tersebut masih
terasa nyeri atau mengganjal.
2) Muncul benjolan yang berwarna merah di area bekas suntikan
Ternyata, bayi tak cuma merasa nyeri di bekas suntikan setelah selesai imunisasi. Tiba-tiba
muncul benjolan, seperti bengkak, memar, dan berwarna kemerahan. Ini tentunya memnuat
si kecil merasa risi dan tidak nyaman di sekitar daerah bekas suntikan. Ibu bisa membuat
bayi lebih nyaman dengan memberikannya kompres dingin.
Setidaknya, si kecil tidak merasa terlalu nyeri setelah dikompres. Umumnya, gejala ini
muncul 3-6 jam setelah dilakukan vaksinasi. Untungnya, bisa hilang tanpa pengobatan
dalam waktu 1-2 hari setelah penyuntikan. Pastikan saja si kecil tidak merasa kesakitan.
3) Si kecil mengalami demam ringan setelah imunisasi
Sebenarnya, demam setelah imunisasi wajar terjadi, kok. Demam tersebut menandakan
vaksin sedang bekerja di dalam tubuh bayi. Mengapa demikian? Tubuh bayi yang berusia di
bawah 6 bulan belum memiliki pertahanan yang cukup untuk beberapa virus tertentu. Untuk
itu, bayi harus dimasukan anti-virus ke dalam tubuhnya.
Proses pemasukan benda asing tersebut membuat tubuh bereaksi seperti melawan
infeksi atau penyakit. Itu sebabnya suhu tubuh menjadi meningkat.Umumnya, demam
setelah imunisasi hanya berlangsung sehari saja. Ketika tubuh si kecil sudah bisa
beradaptasi, suhu tubuh pun akan turun.
Supaya bayi merasa nyaman, jangan biarkan ia menggunakan pakaian yang panas.
Selain itu, ibu bisa mengompres bayi dengan air hangat dan memastikan suhu ruangan tidak
terlalu panas. Bila panas lebih dari 39 derajat Celcius, ibu bisa memberikan paracetamol
untuk segera menurunkan suhu tubuhnya.
4) Bayi seperti sedang terkena flu
Selain demam, bayi tampak mengalami gejala flu. Mulai dari hidung penuh ingus hingga
batuk yang berdahak. Sebenarnya, seperti demam, gejala ini sebagai tanda vaksin bekerja
dengan baik di tubuh. Buktinya, tubuh si kecil berusaha melawan vaksin yang diberikan.
Gejala seperti flu ini akan menghilang dalam waktu 2-3 hari, kok. Jadi, ibu tak perlu
memberikannya obat.
Walau demikian, ibu bisa membuatnya lebih nyaman. Misalnya, membuat uap air hangat
supaya hidung bayi tak tersumbat ataupun memberikan si kecil banyak ASI agar tidak
mengalami dehidrasi. Pastikan, juga bayi mendapatkan cukup tidur dan istirahat.
5) Tubuh bayi terasa pegal-pegal
Bayi juga umumnya merasa pegal-pegal setelah imunisasi. Ini karena di dalam tubuhnya, si
kecil berusaha beradaptasi dengan vaksin tersebut. Tentunya, ini yang membuat bayi merasa
pegal-pegal di seluruh badan. Supaya si kecil tidak rewel, ibu bisa memijatnya setelah atau
sebelum mandi. Gunakan minyak telon atau baby oil supaya kulit tidak kering.
Sebenarnya, efek samping imunisasi ini akan hilang dengan sendirinya selama 2-3 hari. Jadi,
ibu tak perlu panik. Supaya bayi tidak mengalami efek samping tersebut, ibu harus pastikan
si kecil dalam keadaan sehat ketika divaksinasi (kompas.com)
8. Tabel Perbedaan Hipersensitivitas
Tipe Mekanisme Imun Lesi Gangguan
Histopathology Prototipe
Hipersensitifitas Produksi antibodi IgE Dilatasi vaskuler, Anafilaksis,
tipe I → pelepasan segera edema, kontraksi Alergi,Asthma
(Immediate) amina vasoaktif dan otot polos, Bronkial
mediator lainnya dari produksi mukus, (Atopik)
sel mast, kemudian jejas jaringan,
sel-sel inflamasi inflamasi
Hipersensitifitas Produksi IgG, IgM → Fagositosis dan Anemia
Tipe I(Antibody- mengikat antigen pada lisis sel;inflamsi ; Hemolitik
mediated) sel target atau jaringan pada beberapa Autoimun;
→ fagositosis atau penyakit, Sindroma
lisis sel target dengan Kelainan Goodpasture
mengaktivasi fungsional tanpa
komplemen atuu cedera sel atau
reseptor Fc, jaringan
pemanggilan leukosit
Hipersensitifitas Pengendapan Peradangan, Lupus
Tipe III kompleks antigen- vaskulitis nekrosis eritematosus
(Immune omplex antibodi → Aktivasi (nekrosis fibrinoid) sistemik;
Mediated) komplemen;pemanggil beberapa bentuk
an leukosit oleh glomerulonefritis
produk komplemen ; penyakit serum
dan reseptor Fc ; reaksi Arthus
→pelepasan enzim
dan molekul toksik
lainnya

Hipersensitifitas Limfosit T yang Infiltrat seluler Dermatitis


Tipe IV(Cell- diaktivasi → (1) perivaskular ; kontak; Multiple
Mediated) pelepasan sitokin, edema; sklerosis;
peradangan dan bentukan diabetes tipe 1;
aktivasi makrofag ; (2) granuloma ; tuberculosis
sitotoksisitas yang penghancuran sel
diperantari sel T
(Imade Wirya, 2017).

9. Penggolongan darah ABO dan Rhesus


Melalui sistem ABO, kita bisa mengetahui golongan darah kita golongan A, B, AB, atau O

 Golongan A
Kita yang memiliki golongan darah A memiliki antigen A pada sel darah merah dan memproduksi
antibodi untuk melawan sel darah merah dengan antigen B.
 Golongan B
Kita yang memiliki golongan darah B memiliki antigen B pada sel darah merah dan memproduksi
antibodi A untuk melawan sel darah merah dengan antigen A.
 Golongan AB
Kita yang memiliki golongan darah AB memiliki antigen A dan B pada sel darah merah. Ini juga
berarti kita tidak memiliki antibodi A dan B pada plasma darah.
 Golongan O
Kita yang memiliki golongan darah O, kita tidak memiliki antigen A atau B pada sel darah merah.
Ini berarti darah bergolongan O bisa diberikan pada orang dengan golongan darah apa pun (donor
universal). Orang dengan golongan darah O memproduksi antibodi A dan B di plasma darah.
Sistem Penggolongan Darah Rhesus (Rh)
Selain golongan darah ABO, perlu diperhatikan juga golongan Rhesusnya atau faktor Rh.
Faktor Rhesus (Rh) adalah jenis antigen yang ada pada sel darah merah.
Penggolongan darah rhesus ada dua yaitu Rhesus positif (Rh+) dan Rhesus negatif (Rh-)
Rhesus positif (Rh+): memilliki faktor Rhesus pada permukaan sel darah merahnya
Rhesus negatif (Rh-): tidak memiliki faktor Rhesus pada permukaan sel darah merahnya.
Secara keseluruhan, manusia memiliki delapan tipe golongan darah:
Golongan darah A, Rh Positif (A+)
Golongan darah A, Rh Negatif (A-)
Golongan darah B, Rh Positif (B+)
Golongan darah B, Rh Negatif (B-)
Golongan darah O, Rh Positif (O+)
Golongan darah O, Rh Negatif (O-)
Golongan darah AB, Rh Positif (AB+)
Golongan darah AB, Rh Negatif (AB-)
Orang yang memiliki Rh negatif bisa mendonorkan darahnya kepada orang yang memiliki
status Rh negatif dan Rh Positif. Tetapi pendonor dengan Rh positif hanya bisa memberikan
darahnya kepada orang dengan status Rh positif juga. Kecocokan faktor Rhesus amat penting
karena ketidakcocokan golongan darah akan berakibat fatal. Misalnya orang dengan Rh+
mendonorkan darahnya kepada resipien dengan Rh- , hal tersebut dapat menyebabkan produksi
antibodi terhadap antigen Rh yang mengakibatkan pecahnya sel darah merah (hemolisis) (Yustisia,
Swiperxap.com, 2017).

10. Mekanisme virus HIV


Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan masalah global yang mulai
melanda dunia sejak awal tahun 80-an. AIDS dapat diartikan sebagai sindroma (kumpulan gejala)
penyakit yang disebabkan oleh rusak atau menurunnya system kekebalan tubuh oleh infeksi virus
HIV (Human Immunodeficiency Virus). Dengan melemahnya system kekebalan, penderita sangat
mudah terkena serangan penyakit yang ringan sekalipun. Hingga kini belum ada obat yang ditemukan
untuk melawan secara efektif penyakit HIV AIDS. Ada beberapa jenis obat yang sudah digunakan
untuk melawan penyakit ini, diantaranya yaitu AZT, DDI, DDC. Namun, efeknya hanya untuk
menahan laju HIV dan belum mampu mematikan secra total virus ini. HIV dapat mematikan sel-sel
darah putih (khususnya limfosit atau sel T4 atau sel CD4). Enzim yang ada pada tonjolan bagian luar
HIV menempel dan merusak dinding sel darah putih dan akhirnya masuk ke dalamnya. RNA (Ribo
Nucleic Acid) virus akan menempel pada DNA (Deoksiribo Nucleic Acid) sel darah putih, lalu sel
darah putih akan pecah dan virus akan memecah diri lalu mencari sel darah putih lainnya.Karena
serangan virus HIV, lambat laun jumlah sel darah putih yang sehat semakin berkurang dan akhirnya
sistem kekebalan menjadi lumpuh. Orang yang sel darah putihnya sudah terinfeksi HIV, dapat
dipastikan yang bersangkutan suda memiliki antibodi spesifik terhadap HIV dan sudah digolongkan
mengidap HIV. Pada orang yang terinfeksi HIV, jumlah sel T pembantu berkurang dan sistem imun
melemah. Orang yag terjangkit menjadi rentan terhadap mikroorganisme yang dalam keadaan normal
tidak akan menjadi masalah bagi orang yang sehat (infeksi oportunistik) dan terhadap perkembangan
kanker seperti Kaposi’s sarcoma (Anatomi dan Fisiologi hal. 263).

Anda mungkin juga menyukai