Disusun Oleh:
Pariska Rahma Dia
22221084
A. Tinjauan Teoritis
B. Etiologi
C. Anatomi Fisiologi
Anatomi
Sistem limfatik adalah sistem saluran limfe yang meliputi seluruh
tubuh yang dapat mengalirkan isinya ke jaringan dan kembali sebagai
transudat ke sirkulasi darah. Sistem limfatik terdiri dari pembuluh limfe,
organ dan jaringan limfoid (Scanlon dalam Setiawati, 2013). Sistem limfatik
adalah bagian dari sistem imun. Sistem limfatik terdiri dari (Scanlon dalam
Setiawati, 2013):
1) Pembuluh limfe
Sistem limfatik memiliki jaringan terhadap pembuluh pembuluh limfe.
pembuluh-pembuluh limfe tersebut yang kemudian akan bercabang-
cabang ke semua jaringan tubuh
2) Limfe
Pembuluh-pembuluh limfe membawa cairan jernih yang disebut limfe.
Limfe terdiri dari sel-sel darah putih, khususnya limfosit seperti sel B dan
sel T
3) Nodus Limfatikus
Pembuluh-pembuluh limfe terhubung ke sebuah massa kecil dan bundar
dari jaringan yang disebut nodus limfatikus. Kumpulan dari nodus
limfatikus ditemukan di leher, bawah ketiak, dada, perut, dan lipat paha.
Nodus limfatikus dipenuhi sel-sel darah putih. Nodus limfatikus
menangkap dan membuang bakteri atau zat-zat berbahaya yang berada di
dalam limfe.
4) Bagian sistem limfe lainnya
Bagian sistem limfe lainnya terdiri dari tonsil, timus, dan limpa. Sistem
limfatik juga ditemukan di bagian lain dari tubuh yaitu pada lambung,
kulit, dan usus halus.
Resirkulasi Limfosit
Vasa limfatika dari tubuh bagian bawah menyatu di depan vertebra
lumbalis untuk membentuk saluran yang disebut sisterna cili, yang berlanjut
ke atas di depan tulang punggung sebagai duktus torasikus. Vassa limfatika
dari kuadran kiri atas tubuh bergabung ke dalam duktus torasikus,
D. Manifestasi Klinik
E. Klasifikasi
1. Limfoma Non-Hodgkin
Bersifat indolen (low grade), hingga progresif (high grade). Pada
limfoma non-hodgkin indolen, gejalanya berupa pembesaran kelenjar
getah bening, tidak nyeri, dapat terlokalisir atau meluas, dan bisa
melibatkan sumsum tulang belakang. Pada limfoma non-hodgkin
progresif, dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening baik di intra
ataupun extranodal, serta gejala konstitusional yakni penurunan berat
badan, febris, keringat malam, dan rasa penuh di perut.
2. Limfoma Hodgkin
Limfoma hodgkin lebih bersifat lokal, berekspansi dekat, cenderung
intranodal, hanya di mediastinum, dan jarang metastasis ke sumsum
tulang belakang. Ia juga dapat metastasis melalui darah. Jika
dibandingkan dengan LNH, LNH lebih bersifat tidak lokal, ekspansi
jauh, cenderung extranodal, berada diabdomen, dan sering metastasis ke
sumsum tulang belakang.
Stadium ini dapat dibagi menjadi A yakni tanpa gejala konstitusional, dan B
dengan gejala konstitusional. Penatalaksanaan untuk stadium Ia, Ib, IIa yaitu
diberikan radioterapi. Sedangan stadium IIb hingga IV diberikan
kemoterapi.
F. Patofisiologi
Pathway Limfoma
LH atau LNH
G. Komplikasi
H. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
1. Radioterapi
Walaupun beberapa pasien dengan stadium I yang benar-benar
terlokalisasi dapat disembuhkan dengan radioterapi, terdapat angka yang
relapse dini yang tinggi pada pasien yang dklasifikasikan sebagai stadium
II dan III. Radiasi local untuk tempat utama yang besar harus
dipertimbangkan pada pasien yang menerima kemoterapi dan ini dapat
bermanfaat khusus jika penyakit mengakibatkan sumbatan/obstruksi
anatomis. Pada pasien dengan limfoma keganasan tingkat rendah stadium
III dan IV, penyinaran seluruh tubuh dosis rendah dapat membuat hasil
yang sebanding dengan kemoterapi.
2. Kemoterapi
Terapi obat tunggal Khlorambusil atau siklofosfamid kontinu atau
intermiten yang dapat memberikan hasil baik pada pasien dengan
limfoma maligna keganasan tingkat rendah yang membutuhkan terapi
karena penyakit tingkat lanjut.
3. Terapi kombinasi. (misalnya COP (cyclophosphamide, oncovin, dan
prednisolon)) juga dapat digunakan pada pasien dengan tingkat rendah
atau sedang berdasakan stadiumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KASUS
Seorang laki-laki berusia 55 tahun berinisial Tn. H datang ke IGD RSMH
dengan keluhan utama saat masuk RS yaitu nyeri seperti ditusuk-tusuk regio
abdomen kanan bawah dengan NRS 7. Keluhan utama saat pengkajian yaitu
nyeri seperti ditusuk-tusuk regio abdomen kanan bawah dengan NRS 5.
Terdapat benjolan pada leher kiri, ketiak, dan selangkangan kiri kanan Tn.
H. Sklera dan conjungtiva tampak ikterik, serta hasil lab bilirubin total yakni
10,10 mg/dL (nilai normal : 0,1-1,0 mg/dL). Tn. H mengatakan sudah
pernah melakukan operasi pengambilan benjolan di leher pada bulan april,
dan tidak tahu jika benjolan tersebut akan timbul kembali. Kesadaran
composmentis. TD : 120/80 mmHg, N : 90x/m, T : 36,7oC, RR : 20x/m
2. PERTANYAAN KLINIS
Apakah ada pengaruh terapi relaksasi benson kombinasi murottal al qur’an
(Q.S Ar-Rahman ayat 1-78) terhadap penurunan skala nyeri pada pasien
limfoma non hodgkin?
3. PICO
a. Problem
Tn. L (66 tahun) dengan diagnosa limfoma non hodgkin yang sudah
dirawat di ICCU RS Abdul Wahab Sjahranie Samarinda dengan keluhan
utama nyeri NRS 6
b. Intervention
Intervensi yang digunakan di jurnal ini adalah terapi benson dengan
kombinasi murottal al qur’an (Q.S Ar-Rahman ayat 1-78) untuk
mengurangi skala nyeri pasien yang dilakukan selama 3 hari.
c. Comparison
Tidak ada perbandingan karena responden hanya 1 .
d. Outcome
Pada penelitian ini menunjukkan adanya penurunan skala nyeri, berarti
ada pengaruh pemberian terapi benson dengan kombinasi murottal al
qur’an (q.s Ar-Rahman ayat 1-78) terhadap skala nyeri pada pasien
limfoma non hodgkin.
5. VIA
A. Validity
1) Desain : Tidak disebutkan penelitian ini menggunakan desain apa
2) Subjek : Tn. L (66 tahun)
3) Kriteria inklusi dan ekslusi:
Kriteria inklusi: Pasien yang beragama islam dan tidak ada gangguan
pendengaran (tuli)
Kriteria eksklusi: Pasien yang bukan beragama islam dan mempunyai
gangguan pendengaran (tuli)
4) Randomisasi: Tidak dilakukan randomisasi dalam pengambilan
sampel karena hanya ada 1 sampel
KESIMPULAN
1. Peneliti menuliskan bahwa sebelum pemberian terapi benson dan murottal
Al-Quran (Q.S. Ar-Rahman 1-78) skala nyeri pasien NRS 6 (Skala nyeri
sedang)
2. Peneliti menuliskan bahwa setelah pemberian terapi benson dan murottal
Al-Quran (Q.S. Ar-Rahman 1-78) skala nyeri pasien berkurang menjadi
NRS 2 (Skala nyeri ringan)
3. Terdapat pengaruh sebelum dan sesudah pemberian terapi benson dan
murottal Al-Quran (Q.S. Ar-Rahman 1-78) dengan penurunan skala nyeri
sebanyak 4 angka.
DAFTAR PUSTAKA