Anda di halaman 1dari 36

RESUME ANATOMI FISIOLOGI SISTEM IMUNOLOGI DAN ONKOLOGI

Kelas : A & B keperawatan


Disusun oleh kelompok III

Iin Novrianti Ali Hendra Jamil


Indriani Mohamad Ijul Adhi Satria
Irma Novrianti mawikere Indrianitami Lihu
Karmila H. Ibrahim Izrak Habu
Lilis Hulumudi Laras Siswati Aliwu
Maryam Ilato Lilis Nugrawati
Melawati Pomalingo Maryam Kau
Melika Indah Panigoro Mira Yunus Zakaria
Wan Sutrila Tuna Mohamad Yogi Kono

FAKULTAS ILMU KESEHATAN PRODI KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2021
A. SISTEM IMUNOLOGI
1. MUNOLOGI DASAR
Imunologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang sistem pertahanan
tubuh. Terminologi kata “imunologi” berasal dari kata “immunitas” dari bahasa latin
yang berarti pengecualian atau pembebasan.
Imunitas adalah suatu kemampuan tubuh untuk melawan organisme atau toksin
yang cenderung merusak jaringan dan organ tubuh.
2. KOMPONEN SISTEM IMUN
1) Organ Limfosid
Organ limfosid terdiri dari kelenjar limfe, tonsil, spleen, timus dan
sumsum tulang.Kelenjar limfe berukuran 1-25 mm, ditemukan di sepanjang
pembuluh limfatik dan dinamakan sesuai dengan tempatnya. Di organ limfoid,
terdapat jaringan limfoid dan di jaringan limfoid terdapat banyak limfosit yang
akan melawan agen perusak seperti organisme asing atau toksin. Jaringan limfoid
yang letaknya tersebar ini menguntungkan dalam tubuh untuk menahan invasi
organisme sebelum lebih luas.
Sistem imunitas manusia berhubungan erat dengan sistem limfatik, karena
itu organ organ yang berperan disini adalah organ-organ sistem limfatik. Dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Organ limfatik primer
1. Timus
Suatu jaringan limfatik yang terletak di sepanjang trakea di rongga dada bagian atas.
Fungsinya memproses limfosit muda menjadi T limfosit.
2. Sumsum tulang

Jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang merupakan tempat
produksi sebagian besar sel darah baru. Sumsum tulang merupakan jaringan
limfatik karena memproduksi limfosit muda yang akan diproses pada timus atau
tempat-tempat lainnya untuk menjadi limfosit T atau limfosit B. (2)

b. Organ limfatik sekunder


1. Tonsil
Jaringan lymphatic yang terdiri dari kumpulan-kumpulan limposit

Fungsi : Memproduksi lymphatic dan antibodi yang kemudian akan masuk ke


dalam cairan lymph.

Tonsil terletak pada :

 Dinding dalam nosopharynx  (tonsila pharingea )


 Fosa tonsilaris di samping-belakang lidah (tonsil palatina)
 Di bawah lidah (tonsila liqualis)

Tonsil bukan merupakan kelenjar karena tidak memiliki pembuluh lymph afferent,
oleh sebab itu tonsil tidak menyaring cairan lympha. (6)

2. Nodus Limfa
Adalah titik di sepanjang pembuluh limfa yang memiliki ruang (sinus) yang
mengandung limfosit dan makrofag. Nodus limfa berfungsi sebagai:

Penyaring mikroorganisme dalam limfe ketika cairan tersebut melewati nodus. Jadi
bila jaringan terinfeksi, nodus limfatik bisa menjadi bengkak dan nyeri bila ditekan.
Apabila infeksinya ringan, imfeksi tersebut akan diatasi oleh sel-sel nodus sehinggar
nyeri serta bengkak mereda. Apabila infeksinya berat, organesme penyebab infeksi
akan menyebabkan peradangan akut dan destruksi sehingga terbentuklah abses di
dalam nodus tersebut. Apabila bakteri tidak berhasil dirusak oleh nodus, bakteria
tersebut dapat masuk ke dalam aliran limfe dan menginfeksi sirkulasi sistemik dan
menimbulkan septikemia. (3)

1. Memproduksi limfosit baru untuk aliran darah. Sel-sel di dalam nodus


bermultiplikasi secara konstan dan sel-sel yang baru terbentuk akan dibawa oleh
cairan limfe.
2. Nodus dapat memproduksi beberapa antibodi dan antitoksin untuk mencegah
infeksi. (10)
Limpa ialah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah kiri
abdomen di daerah hipogastrium kiri di bawah iga kesembilan, sepuluh, dan sebelas.
Limpa berdekatan pada fundus dan permukaan luarnya menyentuh diafragma. Limpa
menyentuh ginjal kiri, kelokan kolon di kiri atas, dan ekor pankreas.

Limpa terdiri atas struktur jaringan ikat . Diantara jalinan-jalinan itu terbentuk isi
limpa atau pulpa yang terdiri atas jaringan limfe dan sejumlah besar sel darah. Limpa
dibungkus oleh kapsul yang terdiri atas jaringan kolagen dan elastis yang terdiri dan
beberapa serabut otot halus. Serabut otot halus ini berperram- seandainya ada- sangat
kecil bagi limpa manusia. Dari kapsul itu keluar tajuk-tajuk trabekulae yang masuk
ke dalam jaringan limpa dan membaginya ke dalam beberapa bagian.

Pembuluh darah limpa masuk dan keluar melalui hilum yang berada di
permukaan dalam. Pembuluh-pembuluh darah itu menuangkan isinya langsung ke
dalam pulpa, sehingga darahnya dapat bercampur dengan unsur-unsur limpa dan
tidak seperti pada organ-organ yang lain dipisahkan oleh pembuluh darah. Disini
tidak terdapat sistem kapiler biasa. Tetapi langsung berhubungan dengan sel-sel
limpa. Darah yang mengalir dalam limpa dikumpulkan lagi oleh sistem sinus yang
bekerja seperti vena dan yang mengantarkannya ke dalam cabang-cabang vena.
Cabang-cabang ini bersatu dan membentuk vena limpa (vena lenalis). Vena ini
membawa darahnya masuk ke peredaran  gerbang (peredaran portal) dan diantarkan
ke hati.

Fungsi limpa :

Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah dan mungkin pada orang
dewasa juga masih mengerjakannya bila sumsum tulang rusak. Sel darah merah yang
sudah rusak dipisahkan dari sirkulasi. Limpa juga menghasilkan limfosit.
Diperkirakan juga limpa bertuigas menghancurkan sel darah putih dan trombosit.
Sebagai bagian dari sistema retikulo endoteleal ,limpa juga terlibat dalam
perlindungan terhadap penyakit dan menghasilkan zat-zat antibodi. (10)
- Jaringan limfosid di nodus limfe untuk melawan antigen yang
menginvasijaringan perifer tubuh
- Jaringan limfoid di tonsil dan adenoid untuk melawan antigen yangmasuk
melalui saluran pernapasan
- Jaringan limfoid di spleen, timus dan sumsum tulang untuk melawanantigen
yang berhasil mencapai sirkulasi darah
- Jaringan limfoid di dinding saluran cerna untuk melawan antigen yangmasuk
melalui usus

Perjalanan organisme asing atau toksin setelah masuk ke tubuh yaitu agen sampai
di cairan jaringan, kemudian agen ini akan dibawa melalui pembuluh limfe ke
nodus limfe atau jaringan limfoid lainnyaSelain sebagai "gudang* limfosit,
beberapa organ limfoid juga memiliki fungsi khusus, yaitu :

- Kelenjar limfe untuk membersihkan limfe


- Spleen untuk membersihkan darah
- Timus sebagai tempat matur limfosit-T
- Sum-sum tulang untuk memproduksi leukosit
2) Makrofag
Dalam jaringan limfoid, selain limfosit, juga ada berjuta-juta makrofag.
Adapun mekanisme makrofag dalam melawan antigen yang masuk dalam tubuh
manusia yakni dengan :
1. Organisme yang menginvasi akan difagositosis dan sebagian akan dicerna
oleh makrofag, kemudian produk antigeniknya di lepaskan ke dalam sitosol
makrofag. Lalu makrifag menstransfer antigen tersebut secara langsung ke
limfosit dengan cara kontak sel-sel, sehingga menimbulkan akgivitas klon
limfositik yang spesifik.
2. Makrofag menyekresikan Interleukin-1, yaitu zat pengakivasi khusus yang
meningkat pertumbuhan dan reproduksi limfosit spesifik.
3) Limsofit

- Limfosit-B

Limfosit-B membentuk antibodi yang menyerang agen yang masuk ke dalam


tubuh.Gambar : (Reseptor sel B untuk antigen; terdiri dari molekul
immunoglobulin permukaan) 

- Limfosit-T

Limfosit-T berperan dalam imunitas yang diperantai sel (imunitas sel-T)


untuk menghancurkan benda asing. Di kelenjar timus, limfosit-T membelah
secara cepat sambil membentuk keanekaragaman yang ekstrem untuk bereaksi
melawan berbagai antigen spesifik

3. TIPE SEL-T DAN FUNGSINYA 


a. Sel T Pembantu (CD)
Sel T Pembantu merupakan sel T yang jumlahnya paling banyak.Sesuai namanya, sel
ini membantu untuk melakukan fungsi imun.Sel ini meyekresikan limfokin, yaitu
sejenis mediator protein yang bekerja pada sel-sel lain dalam sistem imun dan
sumsum tulang.

a) Fungsi sel T pembantu :

- Perangsangan pertumbuhan dan proliferasi sel T sitotoksik dan sel Tsupresor.


Efek perangsangan terbesar yaitu Interleukin-2 dan yanglain memiliki efek
potensial yang lebih sedikit.

 Perangsangan pertumbuhan dan diferensiasi sel B untuk membentuksel


plasma dan antibody. Hampir semua interleukin berperan dalam
perangsangan, khususnya interleukin 4, 5, dan 6. Maka ketiga interleukin
ini disebut factor perangsangan sel B atau factor pertumbuhan sel B.
 Aktivasi sistem makrofag. Pertama, limfokin memperlambat atau
menghentikan migrasi makrofag setelah secara kemotaktik tertarik ke area
meradang agar makrofag-makrofag ini berkumpul. Kedua, limfokin
mengaktifkan makrofag ini untuk melakukan fagositosis yang jauh lebih
efisien, sehingga makrofag menghancurkan agen perusak dalam jumlah
yang lebih banyak. Beberapa interleukin, interleukin-2 khususnya
memiliki efek umpan balik positif yang mempu merangsang aktivasi sel T
pembantu.

b. Sel T Sitotoksik (CD8)

Sel T sitotoksik disebut juga sel pembunuh. Protein reseptor pada permukaan
sel T sitotoksik meyebabkan sel ini berikatan erat dengan organisme atau sel yang
mengandung antigen spesifik sel T sitotoksik menyekresikan perforin, yaitu protein
pembentuk lubang pada membran sel yang diserang cairan interstisial dan substansi
sitotoksik dari sel-sel T sitotoksik masuk sel T sitotoksik keluar dari sel korban sel
membengkak dan kemudian terlarut. Keluarnya sel T sitotoksik sebelum sel korban
terlarut membuat sel T sitotoksik dapat membunuh lebih banyak sel lagi.

c. Sel T Supresor
Fungsi sel T supresor adalah untuk menekan fungsi sel T pembantu dan sel T
sitotoksik agar tidak menyebabkan reaksi imun berlebihan yang dapat merusak
jaringan tubuh sendiri (toleransi imun).

4. PEMBAGIAN SISTEM IMUN


Pertahanan tubuh ada 2 yaitu pertahanan tubuh non spesifik dan pertahanan tubuh
spesifik.
1. Pertahanan tubuh non spesifik (Natural / Imunitas Bawaan)
Dikatakan tidak spesifik karena berlaku untuk semua organisme dan memberikan
perlindungan umum terhadap berbagai jenis agent. Secara umum pertahanan tubuh
non spesifik ini terbagi menjadi pertahanan fisik, mekanik dan kimiawi.
Lapisan pertahanan tubuh non spesifik  dibagi menjadi dua, yaitu :
Lapisan Pertama:
a. Pertahanan fisik
Pertahanan tubuh non spesifik dengan pertahanan fisik dalam tubuh manusia
antara lain adalah:
1. Kulit, kulit yang utuh menjadi salah satu garis pertahanan pertama karena
sifatnya yang permeable terhadap infeksi berbagai organisme.

2. Asam laktat, dalam keringat dan sekresi sebasea dalam mempertahankan


pH kulit tetap rendah, sehingga sebagian besar mikroorganisme tidak
mampu  bertahan hidup dalam kondisi ini.
3. Cilia, mikroorganisme yang masuk saluran nafas diangkut keluar oleh gerakan
silia yang melekat pada sel epitel.
4. Mukus, membrane mukosa mensekresi mucus untuk menjebak mikroba
dan partikel asing lainnya serta menutup masuk jalurnya bakteri/virus.
5. Granulosit, mengenali mikroba organisme sebagai musuh dan menelan serta
menghancurkan mereka.

6. Proses inflamasi, invasi jaringan oleh mikroorganisme merangsang respon


inflamasi pada tubuh dengan tanda inflamasi yaitu kemerahan,
panas,pembengkakan, nyeri, hilangnya fungsi dan granulosit dan
mikroorganisme nosit keluar.
b. Pertahanan mekanik
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara pertahanan mekanik antara lain
adalah:
1. Bersin, reaksi tubuh karena ada benda asing (bakteri, virus, benda dan lain-
lain yang masuk hidung) reaksi tubuh untuk mengeluarkan dengan bersin.

2. Bilasan air mata, saat ada benda asing produksi air mata berlebih untuk 
mengeluarkan benda tersebut.
3. Bilasan saliva, kalau ada zat berbahaya produksi saliva berlebih
untuk menetralkan.

4. Urin dan feses, jika berlebih maka respon tubuh untuk segera
mengeluarkannya.

c. Pertahanan kimiawi
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara kimiawi antara lain adalah:
1. Enzim dan asam dalam cairan pencernaan berfungsi sebagai pelindung
bagi tubuh.
2. HCL lambung, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.
3. Asiditas vagina, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.
4. Cairan empedu, membunuh bakteri yang tidak tahan asam. (1)
Lapisan kedua
a. Seluler
1. Natural Kiler
Adalah leukosit yang berjaga di sistem peredaran darah dan limfatik.
Sel ini mampu melisis sel kanker dan sel terinfeksi virus.
2. Sel fagosit
Sel fagosit terdiri atas neutrofil, monosit dan makrofag. Sel fagosit
menghancurkan antigen dengan mekanisme fagositosis.
b. Interferon
Interferon adalah protein yang dihasilkan sel tubuh yang diserang virus.
Interferon berfungsi memperingatkan sel lain di sekitarnya akan bahaya
suatu antigen. Interferon mampu menghambat jumlah sel yang terinfeksi,
karena mengubah sel di sekitarnya menjadi tidak dikenali antigen
c. Inflamasi
Adalah peradangan jaringan yang merupakan reaksi cepat terhadap suatu
kerusakan. Fungsi inflamasi:
1. Membunuh antigen yang masuk.
2. Mencegah penyebaran infeksi.
3. Mempercepat proses penyembuhan
d. Pertahanan tubuh spesifik (Pertahanan Tubuh Didapat)

Dikatakan spesifik karena hanya terbatas pada satu mikroorganisme dan


tidak memberikan proteksi terhadap mikroorganisme yang tidak berkaitan.
Pertahanan ini di dapat melalui pejanan terhadap agen infeksi spesifik sehingga
jaringan tubuh membentuk system imun.
Komponen sistem imun yang paling utama adalah pada bagian ini yaitu
leukosit. Kekebalan tubuh yang didapat dibagi menjadi dua , yaitu
1. Kekebalan Humoral

Imunitas humoral adalah imunitas yang diperankan oleh sel limfosit B


dengan atau tanpa bantuan sel imunokompeten lainnya. Tugas sel B akan
dilaksanakan oleh imunoglobulin yang disekresi oleh sel plasma. Terdapat
lima kelas imunoglobulin yang kita kenal, yaitu IgM, IgG, IgA, IgD, dan
IgE. Pembentukan kekebalan humoral dilakukan setelah respon imun non-
spesifik berhasil dilakukan.

a. Fragmen antigen yang telah difagositosis tidak dicerna oleh sel fagosit.
b. Fragmen tersebut kemudian ditampilkan pada sel fagosit untuk diambil
pesannya oleh sel T helper melalui molekul MHC kelas II.
c. Pesan mengenai fragmen antigen kemudian dikirimkan oleh sel T
helper kepada sel B.  Sel limfosit B akan membentuk kekebalan
humoral dengan membelah diri.
Macam-macam sel limfosit B:
1. Sel B memori, diprogram untuk mengingat dan mengenali antigen
spesifik apabila menyerang tubuh sewaktu-waktu.
2. Sel B plasma, mensekresikan antibodi dan hidup selama 4-5 hari.
2. Kekebalan Dimediasi Sel
Pembentukan kekebalan diperantarai sel dilakukan jika respon imun non-
spesifik gagal menahan antigen masuk ke tubuh. Kekebalan diperantarai sel
dibentuk dari mekanisme penghancuran antigen  oleh sel limfosit T.
a. Antigen yang lolos dari sel fagosit akan difagositosis oleh sel-sel tubuh.
b. yang telah difagositosis tidak dicerna oleh sel-sel tubuh.
c. Fragmen tersebut kemudian ditampilkan pada sel tubuh untuk diambil
pesannya oleh sel T sitotoksik melalui molekul MHC kelas I.

Sel limfosit T akan membentuk kekebalan diperantarai sel dengan melisis


sel tubuh yang diserang sehingga mengalami apoptosis. Kekebalan ini tidak
menghasilkan antibodi.

Macam-macam sel limfosit T:

1. Sel T memori, diprogram untuk mengingat dan mengenali antigen


spesifik apabila menyerang tubuh sewaktu-waktu.
2. Sel T helper , mengontrol pembelahan sel B, pembentukan antibodi dan
aktivasi sel T.
3. Sel T sitotoksik (pembunuh), melisis sel tubuh yang diserang antigen.
4. Sel T supresor, menurunkan respon imun yang lebih dari cukup. (5)
5. FUNGSI SISTEM IMUN

a. Pertahanan

Fungsi pertahanan sistem imun adalah membentuk imunitas spesifik untuk melawan
agen yang mematikan, seperti bakteri, virus, toksin dan bahkan jaringan asing yang
masuk ke dalam tubuh.

b. Homeostasis

Sistem imun mempunyai peran homeostasis agar tubuh dapat mempertahankan


keseimbangan antara lingkungan di luar dan di dalam.Sistem imun memiliki fungsi
sebagai eliminasi komponen-komponen tubuh yang sudah tua.

c. Pengawasan

Sistem imun dibutuhkan untuk menghancurkan sel-sel yang bermutasi terutama


yang menjadi ganas.
Imunitas didapat tidak akan terbentuk sampai ada invasi organisme asing, maka
terdapat mekanisme tertentu untuk mengenali invasi ini. Mekanismenya yaitu setiap jenis
organisme atau toksin hampir selalu mengandung satu atau lebih senyawa kimia spesifik
(protein atau polisakarida besar dengan berat molekul 8000 atau lebih dan terdapat epitop
pada permukaannya) yang membuatnya berbeda dari seluruh senyawa lainnya.Senyawa
ini disebut antigen (antibody generations). Setelah limfosit yang spesifik diaktifkan oleh
antigennya, maka ia akan berkembang biak dengan cepat dan membentuk sel limfosit
turunan. Jika itu adalah limfosit-T, keturunannya adalah sel T spesifik dilepaskan ke
cairan limfe diangkut darah disirkulasi ke seluruh cairan jaringan kembali ke
limfe.Sirkulasi ini bisa terjadi berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Jika itu adalah
limfosit-B, keturunannya akan menyekresikan antibody spesifik yang kemudian
bersirkulasi ke seluruh tubuh.

Pada masa embrio, kedua macam limfosit (limfosit-T dan limfosit-B) berasal dari
sel stem hematopoietic pluripoten. Pada masa ini, hanya ada "segmen gen"-sebenarnya,
terdiri dari beratus-ratus segmentetapi tidak seluruh gen untuk jutaan jenis antibodi dan
limfosit -T. Sebelumke jaringan limfoid, limfosit “sekolah" dahulu dengan cara sebagai
berikut :

- Limfosit-T

Pembentukan limfosit-T di sumsum tulang bermigrasi ke kelenjar timus di


kelenjar timus, limfosit-T membelah secara cepat sambil membentuk
keanekaragaman yang ekstrem untuk bereaksi melawan berbagai antigen spesifik
didapatkan ribuan jenis limfosit timus dengan reaktivitas spesifik untuk melawan
ribuan jenis antigen-timus menyeleksi limfosit-T dengan cara mencampurkan
limfosit-T dengan antigen yang berasal dari jaringan tubuh sendiri. Jika limfosit-T
bereaksi, maka dia akan dihancurkan dan difagositosis. Jika tidak bereaksi,
limfosit-T akan dilepaskan limfosit-T yang lolos seleksi kemudian meninggalkan
timus menyebar ke seluruh tubuh melalui darah limfosit-T mengisi jaringan
limfoid di setiap tempat.
- Limfosit-B

a) Pada masa pertengahan kehidupan janin, limfosit-B diolah di hati.


b) Pada masa akhir janin dan sesudah lahir. limfosit-B diolah di sumsum tulang
Limfosit B memiliki lebih banyak keanekaragaman daripada limfosit-T,
sampai berjuta juta antibody dengan berbagai reaktivitas Spesifik.Kemudian
selama proses pengolahan, segmen-segmen gen ini menjadi tercampur satu
sama lain dalam kombinasi acak, dan dengan cara ini akhirnya membentuk
seluruh gen. Jadi jika ada beberapa ratus antigen-antibodi dipengaruhi oleh
besarnya gaya Van der Waals dan struktur tiga dimensi dari suatu antigen.

Antigen terbagi atas dua macam tipe, yaitu complete antigen dan
incomplete antigen. Perbedaan antara complete antigen dan incomplete antigen
adalah kemampuannya untuk menginduksi respons imun dari tubuh. Complete
antigen adalah antigen yang dapat menginduksi respons imun tubuh sehingga
terjadi pembentukan antibodi dan juga dapat bereaksi.
B. ONKOLOGI
Onkologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit akibat
tumor.Dalam arti luas tumor berarti setiap benjolan abnormal pada tubuh tanpa melihat
penyebabnya, misalnya benjolan pada dahi akibat terbentur benda keras atau pembengkakan
akibat infeksi.Tumor dalam arti sempit disebut juga neoplasma, yakni pertumbuhan sel atau
jaringan baru diluar kendali tubuh.
Onkologi berasal dari bahasa Yunani yaitu oncos yang berarti massa atau tumor, dan
logos yang berarti ilmu. Prinsip-prinsip bedah onkolgi meliputi epidemiologi tumor, biologi
tumor yang terdiri dari karsinogenesis, genetik, etiologi kanker, dan terapi kanker.Sel-sel
kanker tumbuh secara abnormal disebabkan adanya kerusakan pada DNA-nya.Kerusakan
DNA ini mengacaukan sinyal-sinyal genetika yang diperlukan bagi adanya pertumbuhan
yang normal.
1. Neoplasma
Neoplasma merupakan suatu massa jaringan abnormal yang pertumbuhannya
berlebihan dan tidak terkoordinasi dibandingkan dengan jaringan normal. Terminologi
lain dari neoplasma yaitu tumor artinya : 1. Benjolan 2. Pertumbuhan sel-sel secara
otonom.Jadi, definisi tumor adalah suatu lesi sebagai hasil pertumbuhan abnormal dari
sel yang autonom atau relatif autonom, menetap walaupun rangsangan penyebabnya telah
dihilangkan.
Secara klinis tumor dibedakan atas neoplasma dan non neoplasma (misalnya
kista, radang, hipertrofi).Berdasarkan sifatnya neoplasma dibedakan menjadi dua, yaitu
jinak dan ganas.Neoplasma ganas disebut juga kanker (maligna).Neoplasma ganas atau
kanker terjadi karena timbul dan berkembangbiaknya sel-sel secara tidak terkendali
sehingga sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya.
Neoplasma ganas ini tumbuh menyusup ke jaringan sekitarnya (infiltratif) sambil
merusaknya (destruktif) dapat menyebar kebagian lain tubuh dan umumnya fatal jika
dibiarkan
Neoplasma ganas ini membentuk suatu golongan besar penyakit yang memiliki
berbagai macam sifat. Namun secara umum, ada 2 sifat yang sama yaitu :
- Pembentukannya tidak terkontrol (autonom)
- Penyebaran dalam bentuk yang berbeda dengan sel-sel dari organ yang
dihinggapinya (morfologi yang tidak khas)

Neoplasma bertingkah laku seperti parasite, yaitu berkompetisi dengan jaringan


normal demi mendapatkan nutrisi dan suplai yang dibutuhkannya, dengan tidak
memandang status gizi hospes.

Gambar 1

2. Karsinogenesis
Karsinogenesis adalah proses pembentukan neoplasma / tumor. Karsinogenesis
merupakan proses yang meliputi inisiasi, promosi dan progresi. Karsinogenesis meliputi
proses yang kompleks yang ditandai dengan adanya suatu pertumbuhan yang abnormal
akibat berfungsinya onkogen atau termutasinya gen supresor tumor sehingga tidak
berfungsi. Proses karsinogenesis ini juga dipikirkan sebagai suatu akumulasi dari
modifikasi genetik. Proses ini dapat muncul karena perubahan yang disebabkan oleh
interaksi langsung dari toksin lingkungan pada sel, perubahan genetik yang diturunkan
atau didapat, yang muncul saat replikasi DNA dan pembelahan sel. Karena perubahan
genetik yang progresif, fenotip dari sel kanker dapat dikarakteristikan dengan perubahan
morfologi inti sel dan sel itu sendiri. Secara umum, transformasi neoplasia ini dapat
disebabkan oleh karsinogen kimiawi, fisik, faktor genetik, dan faktor geografik.
Kecepatan tumbuh tumor dinyatakan dengan tumor doublin time (TDT), yaitu
waktu yang diperlukan sel tumor untuk menambah jumlah sel 2 kali dari jumlah
sebelumnya.TDT dari neoplasma bervariasi antara 8-600 hari, rata-rata 20-100
hari.Pengukuran TDT dapat membantu menetukan prognosis, evaluasi terhadap respon
kemoterapidan membandingkan respon terhadap berbagai macam pemberian terapi.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan tumbuh tumor:
1) Faktor tumor
- Jenis tumor : umunya tumor yang asalnya dari jaringan kaya pembuluh darah
lebih cepat tumbuh
- Asal sel tumor : dapat dari sel epitel, mesenkim embrional atau campuran.
Masing-masing punya kecepatan tumbuh yang berbeda. Sarkoma jaringan
lunak tumbuh dengan cepat
- Sifat tumor : jinak, in situ, ganas, atau tidak jelas
- Derajat keganasan : rendah, sedang, atau tinggi
- Ratio sel yang tumbuh : kecepatan tumbuh = fraksi sel yang tumbuh
berbanding fraksi sel yang tidak tumbuh ditambah fraksi sel yang hilang
- Besar tumor : makin besar tumor makin terbatas pasokan pembuluh darah dan
semakin lambat tumbuhnya
2) Faktor penderita
a. Umur : kanker yang tumbuh pada anak-anak umumnya berkembang cepat
b. Jenis kelaminan : umunya karna hormonal pada laki-laki dan perempuan berbeda
c. Penyakit : pada penderita penyakit tertentu tubuhnya kanker lebih cepat
3) faktor lingkungan
a. ruang tempat tumbuh
b. dibatasi oleh barier alamiah seperti fascia, periosteum atau rongga tubuh
c. pasokan darah
d. penyakit-penyakit tertentu
kebanyakan tumor pada manusia paling tidak berada 1 tahun atau bahkan 10 tahun
dalam tubuh sebelum terdeteksi secara klinis. Jadi terdapat waktu yang panjang antara
mulai terjadi transformasi hingga timbul gejala klinis kenker.Selama periode ini dapat
dilakukan deteksi dini dan terapi bedah yang memungkinkan kesembuhan. Jika masa
interbal preklinik ini dapat di deteksi sedini mungkin maka mungkin akan dihasilkan
terapi bedah lebih memuaskan.

3. Onkogen dan Gen Supresor Tumor


Banyak sekali teori tentang onkogen dan banyak pula gen-gen normal yang dapat
berubah menjadi onkogen, yang disebut sebagai protoonkogen. Onkogen dihasilkan dari
transduksi dari gen inang yang normal dan mewakili suatu sekuens DNA yang unik
dimana ekspresi upnomormal berhubungan dengan perkembangan perilaku sel malitna.
Didalam tubuh manusia telah diketahui terdapat 3 golongan gen pengatur
pertumbuhan normal, yaitu:
a. proto-onkogen (mutasi pada proto-onkogen ini yang paling sering)
b. tumor supresor gen/anti-onkogen
c. gen yang mengatur kematian sel terprogram/apoktosis
proto-onkogen dapat teraktivasi menjadi proto-onkogen melalui berbagai mekanisme,
yaitu:
a. insersi promoter
b. insersi enhancer
c. translokasi kromosom misalnya kromosom 9 dan 22 (kromosom
philadelphia) pada CML
d. Amplifikasi gen
e. Mutasi titik
Kelompok kedua yang perberan dalam mekanisme kejadian kanker adalah
karna kegagalan fungsi gen penekan tumor, misalnya p53 dan Rb. Gen ini dapat
menekan terjadinya kanker melalui dua cara, yaitu menggunakan jalur kelompok
protein yang mengeloladan mempertahankan DNA repair sehingga terhindar dari
mutasi atau melalui jalur kelompok protein yang bertanggung jawab terhadap
kematian sel dan cell cycle arrset. Jika terjadi kegagalan terapi dengan menggunakan
sasaran onkogen sebagai suatu target, maka perlu dipertimbangkan adanya
keterlibatan gangguan fungsi tumor suppressor gen tersebut.

Pengertian tentang gen supresi tumor ini banyak diperoleh melalui penelitian
knudsen tentang retinoblastoma. Knudsen menemukan bahwa 40% penderita
retinoblastoma terjadi tumor multipel pada usia muda dan sering ada riwayat keluarga
yang menunjukan pola yang diwariskan. Sebagai kontras, 60% lainnya biasa hanya
menderita 1 tumor saja dan muncul pada usia yang lebih tua. Berdasarkan hasil dari
observasi ini, knudsen mengajukan suatu teori yang dapat menjelaskan perkembangan
retinoblastoma pada dua grup ini, yang dinamakan ‘two-hit hypotesis’. Secara
normal, 1 sel memiliki 2 kopi dari suatu tumor subresi gen, pada kasus ini gen
retinoblastoma.Supaya tumorigenesis terjadi, maka kedua kopi gen ini harus
termutasi, yang menghasilkan protein yang tidak efektif. Pada bentuk retinoblastoma
yang diwariskan, knudsen menarik hipotesis, pada pasien ini memiliki mutasi pertama
yang muncul digeerm line dan karna itu menyebar pada semua sel diseluruh tubuh.
Mutasi sekunder muncul pada retinoblas menyebabkan retinoblastoma. Frekuensi
penderita retinoblastoma pada kelompok ini tergantung pada mutasi gen yang kedua.

Tumor-tumor yang disertai gangguan ekspresi p53 (mutasi pada p53) akan
meyebabkan sel tidak dapat beregresi bahkan dapat menjadi resisten terhadap terapi
tersebut. Oleh karna itu, beberapa tahun terakhir ini jalur apoptosis menjadi topik
yang popular sebagai target molekuler pengobatan.Apotosis sendiri didefinisikan
sebagai suatu bentuk kematian sel yang fisiologis dan terprogram yang tergantung
kepada eksperesi protein intraseluler. Didalam sel sendiri terdapat beberapa jalur
apoptosis, yaitu:

1. Melalui pengaktifa p53 yang akhirnya mengaktifkan protein Bax


2. Melalui jalur yang tidak tergantung pada p53
3. Pengaktifan reseptor TNF super family melalui caspase 8-10 yang kemudian
mengaktifkan caspase 3
4. Pengaktifak sekresi Ion Ca2+ yang akan memacu caspase 12
5. Jalur apotosis itu sendiri dapat dihambat oleh gen bcl-2.

4. Metastasis

Salah satu perbedaan antara tumor jinak dan ganas adalah kemampuan untuk
menginvasi jaringan sekitar dan menyebar keseluruh tubuh.Metastasis menyebar dari
tempat asal dan membentuk tumor baru ditempat yang jauh. Metastasis terdiri dari
sekumpulan proses yang terdiri dari beberapa tahap. Pertama, kanker primernya harus
mendapatkan akses kesirkulasi yaitu aliran darah limfatik.Setelah sel-sel kanker masuk
kesirkulasi, mereka harus tetap bertahan, kemudian sel-sel kanker itu mengalami
ekstravasasi kejaringan baru, dan selanjutnya menginisiasi pertumbuhan disana dan
membangun vaskulalisasi baru.

Langkah-langkah utama pembentukan metastasis itu sendiri menurut fidler:

1. Transformasi dari sel normal menjadi sel tumor dan bertumbuh setelah kejadian
transformasi inisial.
2. Vaskularisasi ekstensif dengan sekresi faktor-faktor angiogenesis.
3. Infasi lokal dari stoma inang oleh sel tumor yang secara genetik terprogram untuk
masuk ke jaringan limfe atau pembuluh darah.
4. Pelepasan dan embolisasi dari satu atau multipel sel tumor yang secara genetik
terprogram untuk masuk kejaringan ke jaringan limfe atau pembuluh darah
5. Sel tumor bertahan disirkulasi.
6. Sel tumor sampai divaskular bed dari organ jauh dengan menempel di kapiler epitel.
7. Infasi ke organ jauh.
8. Proliferasi sebagai inplan metastatik dalam organ jauh.

5. Sindroma Paraneoplastik
Sindroma paraneoplastik merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan
gejala efek-efek sismtemik non-metastatik dari suatu keganasan. Dengan kata lain,
sindroma ini merupakan kumpulan gejala yang muncul akibat substansi yang dilepaskan
oleh sel-sel tumor, dan gejala itu sendiri jauh dari tumor. Gejala-gejala yang dapat
muncul berupa gejala endokrin, neuromuskular atau muskulokelektal, kardiovaskuler,
rematologik, hematologik, gastrointestinal, renal, dll.
Patofisiologi sindroma ini belum diketahui dengan pasti, seperti yang sudah disebutkan,
masa tumor membentuk dan melepaskan antibodi dan substansi aktif, atau dapat
idiopatik.Berbagai jenis tumor dapat menciptakan hormon dan prekursor hormon
sehingga mengganggu metabolisme tubuh.Beberapa tumor bahkan membentuk protein
fektal yang digunakan sebagai penanda tumor seperti CEA, AFP.
Sindrom ini timbul pada 10-15% dari keganasan.Dan dapat muncul sebagai
keluhan utama.Mortalitas dan mordibitas sindrom ini belum diketahui predileksi ras dan
jenis kelamin tidak diketahui, dan dapat mengenai semua umur.Gejala nonspesifik
sindroma paraneoplastik adalah demam, anoksia, dan cachexia.
6. Biopsi
Definisi biopsi yaitu mengangkat sepolong jaringan hidup dan diperiksa dibawah
mikroskop untuk menggunaan diagnosis histopatologs. Peran dar biopsi antara lain
sebagi sarana diagnostik yang bisa menentukan histologi tumor dan grading serta
membantu pencernaan terapi definitif. Biopsi menjadi tahap awal pada pendetan terapi
multimodalitas, tentu saja harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar.Sebaliknya
biopsi dapat menimbulkan komplikasi pada pwrawatan pasien, jika tidak dilakukan
dengan benar.
Sampai saat ini terdapat beberapa tehnik biopsi yang digunakan oleh
klinisi.Secara umum biopsi terbagi menjadi biopsi tertutup, seperti biopsi aspirasi jarum
halus (Fine Needle Aspiration Biospy), biopsi core-needle dan biopsi terbuka atau bedah,
seperti biopsi insisi biopsi eksisi. Untuk lesi dikulit dapat dipakai tehnik shave
biospy,saucerization biospy, dan punch biospy. Biospi secara endoskopi (kolonoskopi,
bronkoskopi, sistoskopi) dapat dilakukan pada lesi – lesi dimukosa. Lesi yang mudah
dipalpasi, seperti lesi di kulit, dapat dieksisi atau dilakukan punch biops.Lesi yang lebih
dalam dapat dilokalisasi dengan CT atau ultrasonografi sebgai panduan biopsi. Untuk
menentukan pilihan biopsi yang akan dilakukan tergantung dari ukuran dan lokasi massa
dan pengalaman patologis.
1. Teknik Biopsi
Setelah menegakkan diagnosis klinis onkolgi dan melakukan pemeriksaan
penunjang berdasarkan indikasi, maka klinis tersebut dapat menjadi lebih tepapt dan
diperbaiki.Atas dasar tersebut diatas maka biopsi dapat dilakukan pada lokasi dan
substrat yang teoat dan jaringan yang diambil respresentatif.
Di dalam melakukan biopsi sebaiknya menghindari daerah – daerah yang
terinfeksi, karena jaringan yang berasal dari daerah tersebut penuh dengan sel- sel
radang sehingga dapat mengganggu pemeriksaan hstopatologi. Trauma yang luas
juga harus dihindari karena dapat meluaskan daerah kontaminasi sel tumor karena
biopsi, sehingga ketika melakukan oprasi deifinitif daerah bekas biopsi yang harus
ikut diangkat menjadi makin lebar dan hal ini akan mempersulit penutupan luka.
Anastesi infiltrasi juga akan menyebabkan sel-sel tumor ke jaringan
sekitarnya, sehingga bila memungkinkan sebab dilakukan dengan anatesi regional
atau dalam narkose umum.
1) Aspirasi Jarum Halis (FNAB)
Biopsi aspirasi dengan jarum halus ( fine needli aspiration/FNA) Meliputi
aspiras sel – sel dan fragmen jaringan melalui jarum yang telah dipandu kedalam
suspect tissue.FNA mudah,atraumatik,dan relatif aman. Untuk tumor yang dalam
dapat dilakukan dengan panduan CT. kekurangan teknik ini antara lain tidak
memerikan informasi mengenai arsitektur jaringan. Sebagai contoh,biopsi jarum
halus pada massa payudara dapat mendiagnosis keganasan. Tetapi tidak dapat
mendiferensiasi antara tumor yang invasif atau tidak invasif.FNA juga
memerlukan sitoptologis yang terlatoh untuk interpretasi spesimen. Sensitivitas
FNA bervariasi dari 80% sampai 95% dan aspirat positif palsu terlihat kurang dari
1% kasus, dan hasil negative palsu terlihat pada 4% sampai 10% kasus tumor
payudara.
FNA menggunakan jarum halus (21-25 gauge) tanpa stylet dan syringe
kecil. Tidak digunakan anstesi. Idealny,spesimen dipertahankan di dalam jarum.
Isi jarum kemudian disebarkan di atas gelas obyek.Gelas obyek kemudian
difiksasi dan / atau dikeringkan, tergantung dari keinginan patologis.
2) Large Needle Aspiration Biospy
Teknik ini menggunakan jarum 18 gauge dengan silet dan syringe yang
besar. Dilakukas anestesi lokal dalam jumlah kecil pisauno 11.Digunakan untuk
menusuk kulit. Jarum kemudian dimasukkan melalui luka kedalam massa, dengan
jari telunjuk memegang stylet. Tujuan luka tusuk dan stylet adalah untuk
memfasilitasi inseri yang mudah dan mencegah pengambilan sel dari kulit dan
jaringan sekitarnya.Jarum kemudian digerakkn beberapa milimeter dari tempat
tusukan, kemudian dilakukan aspirasi.Aspirasi kemudian disebarkan diatas gelas
obyek, difiksasi dan / atau dikeringkan untuk dilakukan pemriksaan
histopatologis.
3) Core Needle Biopsy

Core biopsy seperti aspirasi jarum halus, relatif aman dan dapat dilakukan
dengan palpasi langsung (contoh, massa payudara atau massa jaringan hunak)
atau dapat dipandu dengan pencitraan (contoh stereotactic core biopsy of the
breast). Core biopsy seperti aspirasi jarum halus, memiliki kekurangan sampling
error.Core needle biopsy menghasikan jaringan tipis (kurang lebih 1x10
mm).Ukuran sampel yang kecil dapat menyulitkan patologis untuk mendiagnosis
tumor secara akurat, atau jaringan mungkin tidak representatif untuk seluruh
tumor, menyebabkan kesulitan dalam gradasi tumor.

Biopsi ini memakai jarum yang dirancang khusus seperti True-cut, Core-
cut, dan lain-lain. Pada sumbu jarum terdapat kait terbalik, setelah sumbu masuk
ke dalam jaringan barulah sarung jarum dimasukkan lalu sumbu dan sarung
dikeluarkan secara bersaman sehingga diperoleh suatu pta kecil jaringan untuk
pemeriksaan patobgi, maka disebut juga biopsy potong Karena tabung jarum lebih
besar, kemungkinan terjadi inplantasi tumor sepanjang jalur jarum lebih besar
dibandingkan aspirasi jarum halus.

4) Shave Biopsy

Shave biopsy dilakukan pada lesi kulit yang menonjol seperti BCC
nodular, SCC, atau tumor yang berasal dari folikel Dilakukan tindakan antiseptik,
lalu dilakukan anestesi bkal di bawah lesi Dengan menggunakan jari telunjuk dan
ibu jari, kulit diregang agar stabil. Lalu gunakan ujung scalpel no. 15 untuk
membatasi batas lesi. Dengan perut scalpel parallel dengan kulit, lakukan shave
biopsy. Gunakan forceps atau ujung jarum untuk mengambil lesi.Untuk
hemostasis dapat dilakukan kauterisasi elektrik atau kimia. Perawatan post operasi
mudah. Luka harus dicuci satu sampai dua kali sehari dengan sabun ringan dan
dibiarkan lembab dengan mengoleskan petroleum jelly pada balutan sampai
menyembuh.

5) Saucerization Biopsy

Saucerization biopsy merupakan biopsi cukur yang lebih dalam,


direkomendasikan untuk SCC, nevi atipik, dan melanoma. Dengan menggunakan
jari telunjuk dan ibu jari pegang pisau cukur dengan gerakan konkav sesuai
dengan kedalaman yang diinginkan Hemostasis dilakukan sama dengan pada
shave biopsy

6) Punch Biopsy

Punch biopsy cocok untuk mengambil sampel pada lesi yang datar dan
lebar, dan efektif untuk meraih sampel subkutan, dan mendapatkan informasi
mengenai kedalaman invasi tumor. Biopsi ini menggunakan anestesi bkal dan
trephine.Operator membuat insisi sirkular sampai tingkat lemak superfisial,
menggunakan trephine yang berputar. Traksi yang dilakukan tegak lurus terhadap
garis kulit yang relaks meminimalisir redundansi saat penutupan Spesimen
diambil dengan forceps atau jarum Hemostasis dilakukan dengan jahitan
nonabsorbable yang dapat diangkat 7-14 hari Luka harus dicuci satu sampai dua
kali sehari dengan sabun ringan dan dibiarkan lembab dengan mengoleskan
petroleum jelly pada balutan sampai menyembuh.

7) Biopsi Insisi

Biopsi insisi adalah pengambilan sedikit jaringan dari massa tumor yang
lebih besar. Biopsi insisi sering diperlukan untuk diagnosis massa yang lebih
besar yang memerlukan prosedur bedah.

Instrumen yang diperlukan antara lain scalpel no. 15, forceps Adson, hak
kulit, gunting, benang jahit, dan kassa.Scalpel dipegang tegak lurus dengan
permukaan kulit.Insisi fusiform dilakukan pada pertengahan lesi.Spesimen
diambil untuk diperiksa, lalu luka dijahit.

Komplikasi biopsi insisi antara lain adalah infeksi luka, dehisensi, dan
pembentukan jaringan parut, serta hematom. Terdapat beberapa faktor penting
yang harus diperhatikan pada biopsy insisi.Untuk lesi di ekstremitas, insisi
dilakukan sepanjang aksis panjang ekstremitas. Untuk kesi di batang tubuh, insisi
dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat terambil bersaman dengan seluruh
tumor yang akan diangkat. Letak biopsi harus tepat pada tumor, pada titik dimana
lesi dekat dengan kulit dan tidak boleh ada lipatan yang meninggi atau yang
mengganggu di superfisial terhadap tumor.Sebelum penutupan Luka, hemostasis
harus diperhatikan untuk meminimalisir hematoma.Drainase tidak rutin
dikerjakan, tetapi bila diperlukan, maka drain harus ditempatkan melalui atau
dekat dengan insisi biopsy. Bila didiagnosis dengan keganasan, jalur drain harus
tereksisi bersamaan dengan massa tumor.

8) Biopsi Eksisi

Biopsi eksisi adalah eksisi seluruh jaringan tumor dengan sedikit atau
tanpa batas jaringan normal disekitarnya.Biopsi eksisi dilakukan untuk kuratif,
dengan mencakup jaringan yang adekuat di sekitar kesi untuk menjamin batas
operasi yang negatif sel tumr.Penandaan batas dengan jahitan atau klip oleh
penbedah atau mewarnai batas spesimen oleh patobgis memudahkan penentuan
batas bedah dan menuntun diperlukannya reeksisi bedah bila salah satu atau lebih
batas masih mengandung sel tumor. Biopsi eksisi atau "shellout" dilakukan untuk
kesi yang berdiameter kurang dari 3-5 cm atau urtu kesi yang sangat superfisial,
dimana kemungkinan keganasan rendah

Sebelum anestesi dan eksisi operator memandai batas kesi Kemudian


dilakukan eksisi berbentuk fusiform dengan sudut 30° atau lebih sirkular.
Disarankan untuk melakukan jahitan pada posisi jam 12 pada spesimen sebagai
penanda untuk patologis. Komplikasi biopsy eksisi antara lain adalah infeksi luka,
dehisensi, dan pembentukan jaringan parut, serta hematom

a. Prinsip-prinsip dalam prosedur biopsy

1. Jalur jarum atau jaringan parut harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat
terambil pada prosedur bedah selanjutnya. Penempatan insisi biopsi sangat
penting, dan kesalahan penempatan dapat mempengaruhi perawatan selanjutnya.
Biopsi insisi harus ditandai untuk memudahkan eksisi skar biopsi bila operasi
lanjutan diperlukan. Lebih lanjut, biopsi insisi harus dilakukan pada area yang
akan dibuang, bukannya pada sisi lainnya, yang berisiko mengkontaminasi
lapangan yang lebih luas. Insisi pada ekstremitas harus longitudinal agar
pengangkatan jaringan dan penutupan yang akan dilakukan selanjutnya lebih
mudah
2. Harus diperhatikan untuk mencegah kontaminasi jaringan kain saat biopsi.
Adanya hematom besar setelah biopsi dapat menyebabkan penyebaran tumor dan
membuat follow up pemeriksaan fisik lebih sulit. Untuk biopsi pada ekstermitas,
penggunaan tourniquet dapat membantu mengontrol perdarahan Instrument yang
digunakan pada prosedur biopsi merupakan sumber kontaminasi potensial lainnya
pada jaringan sekitarnya. Tidak biasa dilakukan pengambilan biopsi dari beberapa
lesi tersangka pada satu waktu. Kontak instrumen yang telah mengenai jaringan
tumor dengan jaringan normal harus dihindari.
3. Drainase tidak rutin dikerjakan, tetapi bila diperlukan, maka drain harus
ditempatkan melalui atau dekat dengan insisi biopsi. Bila didiagnosis dengan
keganasan jalur drain harus tereksisi bersamaan dengan massa tumor.
4. Sanpel jaringan yang adekuat harus diambil untuk memenuhi kebutuhan
patologis. Untuk mendiagnosis tumor, mikroskop elektron, kultur jaringan, atau
teknik lain diperlukan Jaringan yang cukup harus diambil untuk mengantisipasi
kesulitan diagnostik tersebut.
5. Penting untuk menandai area tumor tertentu untuk menjadi penanda spesimen
oleh patologist. Fiksatif tertentu baik untuk digunakan pada jenis dan ukuran
tumor tententu.
6. Penempatan klip radio-opak saat biopsi dan prosedur staging terkadangpenting
untuk memandai area tumor dan memandu terapi radiasi pada area ini.

7. Metode Diagnosis Patologi Tumor


1) Potongan Blok Parafin (paraffin-embedded tissue section)
Metodenya adalah jaringan sampel didehidrasi kemudian ditanam dalam
parafin padat, lalu dipotong, diwarnai (hematosilineosin/ H-E) diperiksa dibawah
mikroskop untuk dibuat diagnosis.
2) Potongan Beku (frozen section/vriescope)
Selama prosedur potong beku, dokter bedah mengangkat bagian dari
massa jaringan segar, tidak difiksasi. Jaringan ini kemudian diberikan kepada
seorang patologis yang memeriksa jaringan pada mesin cryostat, memotongnya
dengan microtome, dan kemudian mewarnai jaringan dengan berbagai macam
pewarnaan sehingga dapat diperiksa dibawah mikroskop dan didiagnosis.Prosedur
ini biasanya hanya memakan waktu beberapa menit.
Kegunaan potong beku adalah (1) bilamana diagnosis belum dapat
dipastikan sebelum operasi.Saat operasi perlu mengetahui sifat lesi untuk
menentukan teknik terapinya. (2) saat operasi perlu mengetahui secara pasti uas
infiltrasi lesi, untuk menetapkan batas operasi (3) untuk mengetahui apakah suatu
kesi diluar tumor termasuk metastasis tumor (4) untuk memastikan ada tidaknya
rudapaksa. terhadap jaringan normal (misalnya terhadap ureter dan lain-lain) atau
memastikan biopsi terlah mendapatkan jaringan tumor.
Karena potongan beku waktunya mendesak, jaringan belum sempat
difiksasi Deskasi dan tahapan awal lain Hingga pewarnaan sedian kurang baik
dan lainlain. Maka ketepatan diagnosis lebih rendah dari potongan blok parafin
Potongan beku tidak boleh menggantikan diagnosis dari potongan bbk parafin.
Biopsi spesimen kecil tidak sesuai dibuat potongan beku Tulang dan jaringan
kakifikasi juga tidak sesuai untuk potongan beku karena terlalu keras tidak dapat
dipotong
3) Diagnosis Sitologi

Ini adalah metode mengambil sel dari jaringan tumor, dibuat pulasan
diwarna (PAS atau H-E) kemudian diperiksa morfologinya untuk membuat
diagnosis. Menurut cara pengambilan sampel dapat dibagi menjadi sitologi
eksfoliatif untuk tumor dipermukaan tubuh, rongga tubuh, atau di dalam saluran
yang berhubungan dengan permukaan tubuh dan sitologi pungsi untuk tumor
padat.

4) Teknik Histokimia

Ini adalah metode menggunakan afinitas terhadap berbagai zat warna


kimiawi yang berbeda dari berbagai sel dan produknya. Dengan tehnik reaksi
kimiawi dapat diperlihatkan komponen atau produk kimiawi spesifik didalam sel
untuk membantu diagnosis dan klasifikasi terhadap suatu kelainan tehnik
pewarnaan histokimia terdapat lebih dari 100 macam, yang sering dipakai adalah
(1) pewarnaan retikulin; (2) pewarnaan fibrin; (3) pewarnaan otot lurik; (4)
pewarnaan glikogen (5) pewarnaan musin; 6) pewarnaan lipid (7) pewarnaan
melanin(8) pewarnaan tahan asam, dan lain lain.

5) Teknik imunohistokimia (IHC)

Prinsip IHC adalah reaksi antigen-antibodi, yaitu menggunakan reaksi


antibodi yang sudah diketahui bereaksi dengan antigen target dalam jaringan yang
akan diperiksa. Hingga terbentuk kompleks antigen-antibodi.Dengan membuat
kompleks itu menampikan warna, maka dapat dibuktikan keberadaan antigen
target itu. Peranan IHC dalam diagnosis dan terapi tumor adalah sebagai berikut:

a. Diagnosis dan diagnosis banding tumor karena adanya heterogenitas pada


tumor yang sama dan adanya banyak kemiripan pada tumor yang berbeda,
banyak tumor terutama yang berdiferensiasi buruk sulit ditentukan arah
diferensiasinya secara morfologi Misalnya tumor jenis sel kecil (dapat berupa
karsinoma sel kecil, berbagai sarkoma sel kecil Limfoma maligna, melanom
maligna, dan lain-lain). Tumor sel peomorfik atau sel spindel sulit sekali
diagnosisnya. Dengan teknik IHC. Diagnosis dan klasifikasi tumor demik ian
dapat menjadi lebih jelas, misalnya saluran pencernaan mempunyai berbagai
jenis tumor sel spindel Dengan antibodi CD117, CD34, S-100, desmin, dapat
dibedakan tumor strom gastrointestinal (GIST) yang mengekspresikan CD
117, CD 34. leiomioma/sarkom yang mngekspresikan desmin,
neurilemoma/neurilemom maligna yang mengekspresikan protein S 100.
b. Menentukan lokasi primer kanker metastatik: tumor metastatik kelenjar limfe
atau bagian lainnya kadangkala hanya mengandakan morfologi Dibawah
mikroskop suara cahaya sulit ditentukan bkasi primernya. IHC dapat
membantu menentukan asal sebagian tumor tersebut, misalnya tirogbbulin
(TG), antigen spesifik prostat (PSA), alfafetoprotein (AFP) fosfatase akali
plasenta (PLAP) dan lain-lain. Memastikan mutastasis dari karsinoma tiroid,
karsinoma prostat, hepatoma atau tumor sel germinal. Antigen
spesifikjaringan seperti ini masih sedikit jumlahnya.
c. Diagnosis dan klasifikasi limfoma maligna: kecuali imfoma hodgkin
danlimfoma folikular yang bentuknya sangat tipikal dalam hal diagnosis dan
klasifikasi limfoma maligna terutama limfoma non hodgkin nyaris tidak dapat
meninggakan IHC. Metode klasifikasi paling umum dewasa ini adalah metode
klasifikasi menurut WHO tahun 2000. Berdasarkan klasifikasi Lukes yang
megklasifikasikan tumor jaringan hematolimfoid berdasarkan gabungan
perubahan morfologi manifestasi imunitas, kelainan genetik, manifestasi
klinis dan prognosis. Diantaranya, limfoma non hodgkin dapat
diklasifikasikan menjadi limfom pra-sel B dan sel T. Limfom sel B matur.
Linfoma sel T matur dan sel NK. Dan linfoma histio sitik dan sel dendritik
yang lebih jarang ditemukan Limfoma hodgkin diklasifikasikan menjadi dua
gobngan besar, yaitu tipe predominan limfosit modular dan tipe klasik
(termasuk tipe modulosklerosis, tipe sel campuran tipe predominan limfosit,
tipe deplesi limfosit). Sudah tersedia 100 lebih jenis antibodi seri CD dan
antibodi lain yang tepat yang dapat dipakai untuk diagnosis dan klasifikasi
limfoma.
d. Memperkirakan tabiat biobgis tumor dan memberikan dasar bagi
penentuanterapi secara klinis: misalnya pemeriksaan terhadap ekskresi
berbagai onkogen, gen resisten obat multiple (MDR) dan gen reseptor
hormon.
6) Diagnosis mikroskopik elektron

Mikroskop elektron dapat dipakai untuk diagnosis dan diagnosis banding,


misalnya (1) untuk membedakan antara karsinoma dan sarkoma yang sulit
dibedakan dengan mikrokop cahaya. (2) untuk membedakan jaringan asal dari
tumor sel spindel tumor sel bulat kecil, tumor sel pleomorfik, yang secara
morfologik sulit ditentukan (3) untuk membedakan antara mesetelioma dan
adenokarsinom (4) untuk diagnosis dan menbedakan berbagai jenis tumor
neuroendokrin (5) memstik an asal tumor metastasis (6) membantu klasifikasi
limfoma.

7) Autopsi

Dalam patologi tumor, autopsi memiliki makna penting untuk memahami


perkembangan, metastasis dan sebab kematian diagnosis dan diagnosis banding,
ada diagnosis banding tumor yang sangat sulit, misalnya sebagian melanoma
organ dalam, hanya dengan autopsi yang teliti dapat dipastikan apakah sifatnya
primer.

Anda mungkin juga menyukai