Jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang merupakan tempat
produksi sebagian besar sel darah baru. Sumsum tulang merupakan jaringan
limfatik karena memproduksi limfosit muda yang akan diproses pada timus atau
tempat-tempat lainnya untuk menjadi limfosit T atau limfosit B. (2)
Tonsil bukan merupakan kelenjar karena tidak memiliki pembuluh lymph afferent,
oleh sebab itu tonsil tidak menyaring cairan lympha. (6)
2. Nodus Limfa
Adalah titik di sepanjang pembuluh limfa yang memiliki ruang (sinus) yang
mengandung limfosit dan makrofag. Nodus limfa berfungsi sebagai:
Penyaring mikroorganisme dalam limfe ketika cairan tersebut melewati nodus. Jadi
bila jaringan terinfeksi, nodus limfatik bisa menjadi bengkak dan nyeri bila ditekan.
Apabila infeksinya ringan, imfeksi tersebut akan diatasi oleh sel-sel nodus sehinggar
nyeri serta bengkak mereda. Apabila infeksinya berat, organesme penyebab infeksi
akan menyebabkan peradangan akut dan destruksi sehingga terbentuklah abses di
dalam nodus tersebut. Apabila bakteri tidak berhasil dirusak oleh nodus, bakteria
tersebut dapat masuk ke dalam aliran limfe dan menginfeksi sirkulasi sistemik dan
menimbulkan septikemia. (3)
Limpa terdiri atas struktur jaringan ikat . Diantara jalinan-jalinan itu terbentuk isi
limpa atau pulpa yang terdiri atas jaringan limfe dan sejumlah besar sel darah. Limpa
dibungkus oleh kapsul yang terdiri atas jaringan kolagen dan elastis yang terdiri dan
beberapa serabut otot halus. Serabut otot halus ini berperram- seandainya ada- sangat
kecil bagi limpa manusia. Dari kapsul itu keluar tajuk-tajuk trabekulae yang masuk
ke dalam jaringan limpa dan membaginya ke dalam beberapa bagian.
Pembuluh darah limpa masuk dan keluar melalui hilum yang berada di
permukaan dalam. Pembuluh-pembuluh darah itu menuangkan isinya langsung ke
dalam pulpa, sehingga darahnya dapat bercampur dengan unsur-unsur limpa dan
tidak seperti pada organ-organ yang lain dipisahkan oleh pembuluh darah. Disini
tidak terdapat sistem kapiler biasa. Tetapi langsung berhubungan dengan sel-sel
limpa. Darah yang mengalir dalam limpa dikumpulkan lagi oleh sistem sinus yang
bekerja seperti vena dan yang mengantarkannya ke dalam cabang-cabang vena.
Cabang-cabang ini bersatu dan membentuk vena limpa (vena lenalis). Vena ini
membawa darahnya masuk ke peredaran gerbang (peredaran portal) dan diantarkan
ke hati.
Fungsi limpa :
Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah dan mungkin pada orang
dewasa juga masih mengerjakannya bila sumsum tulang rusak. Sel darah merah yang
sudah rusak dipisahkan dari sirkulasi. Limpa juga menghasilkan limfosit.
Diperkirakan juga limpa bertuigas menghancurkan sel darah putih dan trombosit.
Sebagai bagian dari sistema retikulo endoteleal ,limpa juga terlibat dalam
perlindungan terhadap penyakit dan menghasilkan zat-zat antibodi. (10)
- Jaringan limfosid di nodus limfe untuk melawan antigen yang
menginvasijaringan perifer tubuh
- Jaringan limfoid di tonsil dan adenoid untuk melawan antigen yangmasuk
melalui saluran pernapasan
- Jaringan limfoid di spleen, timus dan sumsum tulang untuk melawanantigen
yang berhasil mencapai sirkulasi darah
- Jaringan limfoid di dinding saluran cerna untuk melawan antigen yangmasuk
melalui usus
Perjalanan organisme asing atau toksin setelah masuk ke tubuh yaitu agen sampai
di cairan jaringan, kemudian agen ini akan dibawa melalui pembuluh limfe ke
nodus limfe atau jaringan limfoid lainnyaSelain sebagai "gudang* limfosit,
beberapa organ limfoid juga memiliki fungsi khusus, yaitu :
- Limfosit-B
- Limfosit-T
Sel T sitotoksik disebut juga sel pembunuh. Protein reseptor pada permukaan
sel T sitotoksik meyebabkan sel ini berikatan erat dengan organisme atau sel yang
mengandung antigen spesifik sel T sitotoksik menyekresikan perforin, yaitu protein
pembentuk lubang pada membran sel yang diserang cairan interstisial dan substansi
sitotoksik dari sel-sel T sitotoksik masuk sel T sitotoksik keluar dari sel korban sel
membengkak dan kemudian terlarut. Keluarnya sel T sitotoksik sebelum sel korban
terlarut membuat sel T sitotoksik dapat membunuh lebih banyak sel lagi.
c. Sel T Supresor
Fungsi sel T supresor adalah untuk menekan fungsi sel T pembantu dan sel T
sitotoksik agar tidak menyebabkan reaksi imun berlebihan yang dapat merusak
jaringan tubuh sendiri (toleransi imun).
2. Bilasan air mata, saat ada benda asing produksi air mata berlebih untuk
mengeluarkan benda tersebut.
3. Bilasan saliva, kalau ada zat berbahaya produksi saliva berlebih
untuk menetralkan.
4. Urin dan feses, jika berlebih maka respon tubuh untuk segera
mengeluarkannya.
c. Pertahanan kimiawi
Pertahanan tubuh non spesifik dengan cara kimiawi antara lain adalah:
1. Enzim dan asam dalam cairan pencernaan berfungsi sebagai pelindung
bagi tubuh.
2. HCL lambung, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.
3. Asiditas vagina, membunuh bakteri yang tidak tahan asam.
4. Cairan empedu, membunuh bakteri yang tidak tahan asam. (1)
Lapisan kedua
a. Seluler
1. Natural Kiler
Adalah leukosit yang berjaga di sistem peredaran darah dan limfatik.
Sel ini mampu melisis sel kanker dan sel terinfeksi virus.
2. Sel fagosit
Sel fagosit terdiri atas neutrofil, monosit dan makrofag. Sel fagosit
menghancurkan antigen dengan mekanisme fagositosis.
b. Interferon
Interferon adalah protein yang dihasilkan sel tubuh yang diserang virus.
Interferon berfungsi memperingatkan sel lain di sekitarnya akan bahaya
suatu antigen. Interferon mampu menghambat jumlah sel yang terinfeksi,
karena mengubah sel di sekitarnya menjadi tidak dikenali antigen
c. Inflamasi
Adalah peradangan jaringan yang merupakan reaksi cepat terhadap suatu
kerusakan. Fungsi inflamasi:
1. Membunuh antigen yang masuk.
2. Mencegah penyebaran infeksi.
3. Mempercepat proses penyembuhan
d. Pertahanan tubuh spesifik (Pertahanan Tubuh Didapat)
a. Fragmen antigen yang telah difagositosis tidak dicerna oleh sel fagosit.
b. Fragmen tersebut kemudian ditampilkan pada sel fagosit untuk diambil
pesannya oleh sel T helper melalui molekul MHC kelas II.
c. Pesan mengenai fragmen antigen kemudian dikirimkan oleh sel T
helper kepada sel B. Sel limfosit B akan membentuk kekebalan
humoral dengan membelah diri.
Macam-macam sel limfosit B:
1. Sel B memori, diprogram untuk mengingat dan mengenali antigen
spesifik apabila menyerang tubuh sewaktu-waktu.
2. Sel B plasma, mensekresikan antibodi dan hidup selama 4-5 hari.
2. Kekebalan Dimediasi Sel
Pembentukan kekebalan diperantarai sel dilakukan jika respon imun non-
spesifik gagal menahan antigen masuk ke tubuh. Kekebalan diperantarai sel
dibentuk dari mekanisme penghancuran antigen oleh sel limfosit T.
a. Antigen yang lolos dari sel fagosit akan difagositosis oleh sel-sel tubuh.
b. yang telah difagositosis tidak dicerna oleh sel-sel tubuh.
c. Fragmen tersebut kemudian ditampilkan pada sel tubuh untuk diambil
pesannya oleh sel T sitotoksik melalui molekul MHC kelas I.
a. Pertahanan
Fungsi pertahanan sistem imun adalah membentuk imunitas spesifik untuk melawan
agen yang mematikan, seperti bakteri, virus, toksin dan bahkan jaringan asing yang
masuk ke dalam tubuh.
b. Homeostasis
c. Pengawasan
Pada masa embrio, kedua macam limfosit (limfosit-T dan limfosit-B) berasal dari
sel stem hematopoietic pluripoten. Pada masa ini, hanya ada "segmen gen"-sebenarnya,
terdiri dari beratus-ratus segmentetapi tidak seluruh gen untuk jutaan jenis antibodi dan
limfosit -T. Sebelumke jaringan limfoid, limfosit “sekolah" dahulu dengan cara sebagai
berikut :
- Limfosit-T
Antigen terbagi atas dua macam tipe, yaitu complete antigen dan
incomplete antigen. Perbedaan antara complete antigen dan incomplete antigen
adalah kemampuannya untuk menginduksi respons imun dari tubuh. Complete
antigen adalah antigen yang dapat menginduksi respons imun tubuh sehingga
terjadi pembentukan antibodi dan juga dapat bereaksi.
B. ONKOLOGI
Onkologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari penyakit akibat
tumor.Dalam arti luas tumor berarti setiap benjolan abnormal pada tubuh tanpa melihat
penyebabnya, misalnya benjolan pada dahi akibat terbentur benda keras atau pembengkakan
akibat infeksi.Tumor dalam arti sempit disebut juga neoplasma, yakni pertumbuhan sel atau
jaringan baru diluar kendali tubuh.
Onkologi berasal dari bahasa Yunani yaitu oncos yang berarti massa atau tumor, dan
logos yang berarti ilmu. Prinsip-prinsip bedah onkolgi meliputi epidemiologi tumor, biologi
tumor yang terdiri dari karsinogenesis, genetik, etiologi kanker, dan terapi kanker.Sel-sel
kanker tumbuh secara abnormal disebabkan adanya kerusakan pada DNA-nya.Kerusakan
DNA ini mengacaukan sinyal-sinyal genetika yang diperlukan bagi adanya pertumbuhan
yang normal.
1. Neoplasma
Neoplasma merupakan suatu massa jaringan abnormal yang pertumbuhannya
berlebihan dan tidak terkoordinasi dibandingkan dengan jaringan normal. Terminologi
lain dari neoplasma yaitu tumor artinya : 1. Benjolan 2. Pertumbuhan sel-sel secara
otonom.Jadi, definisi tumor adalah suatu lesi sebagai hasil pertumbuhan abnormal dari
sel yang autonom atau relatif autonom, menetap walaupun rangsangan penyebabnya telah
dihilangkan.
Secara klinis tumor dibedakan atas neoplasma dan non neoplasma (misalnya
kista, radang, hipertrofi).Berdasarkan sifatnya neoplasma dibedakan menjadi dua, yaitu
jinak dan ganas.Neoplasma ganas disebut juga kanker (maligna).Neoplasma ganas atau
kanker terjadi karena timbul dan berkembangbiaknya sel-sel secara tidak terkendali
sehingga sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya.
Neoplasma ganas ini tumbuh menyusup ke jaringan sekitarnya (infiltratif) sambil
merusaknya (destruktif) dapat menyebar kebagian lain tubuh dan umumnya fatal jika
dibiarkan
Neoplasma ganas ini membentuk suatu golongan besar penyakit yang memiliki
berbagai macam sifat. Namun secara umum, ada 2 sifat yang sama yaitu :
- Pembentukannya tidak terkontrol (autonom)
- Penyebaran dalam bentuk yang berbeda dengan sel-sel dari organ yang
dihinggapinya (morfologi yang tidak khas)
Gambar 1
2. Karsinogenesis
Karsinogenesis adalah proses pembentukan neoplasma / tumor. Karsinogenesis
merupakan proses yang meliputi inisiasi, promosi dan progresi. Karsinogenesis meliputi
proses yang kompleks yang ditandai dengan adanya suatu pertumbuhan yang abnormal
akibat berfungsinya onkogen atau termutasinya gen supresor tumor sehingga tidak
berfungsi. Proses karsinogenesis ini juga dipikirkan sebagai suatu akumulasi dari
modifikasi genetik. Proses ini dapat muncul karena perubahan yang disebabkan oleh
interaksi langsung dari toksin lingkungan pada sel, perubahan genetik yang diturunkan
atau didapat, yang muncul saat replikasi DNA dan pembelahan sel. Karena perubahan
genetik yang progresif, fenotip dari sel kanker dapat dikarakteristikan dengan perubahan
morfologi inti sel dan sel itu sendiri. Secara umum, transformasi neoplasia ini dapat
disebabkan oleh karsinogen kimiawi, fisik, faktor genetik, dan faktor geografik.
Kecepatan tumbuh tumor dinyatakan dengan tumor doublin time (TDT), yaitu
waktu yang diperlukan sel tumor untuk menambah jumlah sel 2 kali dari jumlah
sebelumnya.TDT dari neoplasma bervariasi antara 8-600 hari, rata-rata 20-100
hari.Pengukuran TDT dapat membantu menetukan prognosis, evaluasi terhadap respon
kemoterapidan membandingkan respon terhadap berbagai macam pemberian terapi.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan tumbuh tumor:
1) Faktor tumor
- Jenis tumor : umunya tumor yang asalnya dari jaringan kaya pembuluh darah
lebih cepat tumbuh
- Asal sel tumor : dapat dari sel epitel, mesenkim embrional atau campuran.
Masing-masing punya kecepatan tumbuh yang berbeda. Sarkoma jaringan
lunak tumbuh dengan cepat
- Sifat tumor : jinak, in situ, ganas, atau tidak jelas
- Derajat keganasan : rendah, sedang, atau tinggi
- Ratio sel yang tumbuh : kecepatan tumbuh = fraksi sel yang tumbuh
berbanding fraksi sel yang tidak tumbuh ditambah fraksi sel yang hilang
- Besar tumor : makin besar tumor makin terbatas pasokan pembuluh darah dan
semakin lambat tumbuhnya
2) Faktor penderita
a. Umur : kanker yang tumbuh pada anak-anak umumnya berkembang cepat
b. Jenis kelaminan : umunya karna hormonal pada laki-laki dan perempuan berbeda
c. Penyakit : pada penderita penyakit tertentu tubuhnya kanker lebih cepat
3) faktor lingkungan
a. ruang tempat tumbuh
b. dibatasi oleh barier alamiah seperti fascia, periosteum atau rongga tubuh
c. pasokan darah
d. penyakit-penyakit tertentu
kebanyakan tumor pada manusia paling tidak berada 1 tahun atau bahkan 10 tahun
dalam tubuh sebelum terdeteksi secara klinis. Jadi terdapat waktu yang panjang antara
mulai terjadi transformasi hingga timbul gejala klinis kenker.Selama periode ini dapat
dilakukan deteksi dini dan terapi bedah yang memungkinkan kesembuhan. Jika masa
interbal preklinik ini dapat di deteksi sedini mungkin maka mungkin akan dihasilkan
terapi bedah lebih memuaskan.
Pengertian tentang gen supresi tumor ini banyak diperoleh melalui penelitian
knudsen tentang retinoblastoma. Knudsen menemukan bahwa 40% penderita
retinoblastoma terjadi tumor multipel pada usia muda dan sering ada riwayat keluarga
yang menunjukan pola yang diwariskan. Sebagai kontras, 60% lainnya biasa hanya
menderita 1 tumor saja dan muncul pada usia yang lebih tua. Berdasarkan hasil dari
observasi ini, knudsen mengajukan suatu teori yang dapat menjelaskan perkembangan
retinoblastoma pada dua grup ini, yang dinamakan ‘two-hit hypotesis’. Secara
normal, 1 sel memiliki 2 kopi dari suatu tumor subresi gen, pada kasus ini gen
retinoblastoma.Supaya tumorigenesis terjadi, maka kedua kopi gen ini harus
termutasi, yang menghasilkan protein yang tidak efektif. Pada bentuk retinoblastoma
yang diwariskan, knudsen menarik hipotesis, pada pasien ini memiliki mutasi pertama
yang muncul digeerm line dan karna itu menyebar pada semua sel diseluruh tubuh.
Mutasi sekunder muncul pada retinoblas menyebabkan retinoblastoma. Frekuensi
penderita retinoblastoma pada kelompok ini tergantung pada mutasi gen yang kedua.
Tumor-tumor yang disertai gangguan ekspresi p53 (mutasi pada p53) akan
meyebabkan sel tidak dapat beregresi bahkan dapat menjadi resisten terhadap terapi
tersebut. Oleh karna itu, beberapa tahun terakhir ini jalur apoptosis menjadi topik
yang popular sebagai target molekuler pengobatan.Apotosis sendiri didefinisikan
sebagai suatu bentuk kematian sel yang fisiologis dan terprogram yang tergantung
kepada eksperesi protein intraseluler. Didalam sel sendiri terdapat beberapa jalur
apoptosis, yaitu:
4. Metastasis
Salah satu perbedaan antara tumor jinak dan ganas adalah kemampuan untuk
menginvasi jaringan sekitar dan menyebar keseluruh tubuh.Metastasis menyebar dari
tempat asal dan membentuk tumor baru ditempat yang jauh. Metastasis terdiri dari
sekumpulan proses yang terdiri dari beberapa tahap. Pertama, kanker primernya harus
mendapatkan akses kesirkulasi yaitu aliran darah limfatik.Setelah sel-sel kanker masuk
kesirkulasi, mereka harus tetap bertahan, kemudian sel-sel kanker itu mengalami
ekstravasasi kejaringan baru, dan selanjutnya menginisiasi pertumbuhan disana dan
membangun vaskulalisasi baru.
1. Transformasi dari sel normal menjadi sel tumor dan bertumbuh setelah kejadian
transformasi inisial.
2. Vaskularisasi ekstensif dengan sekresi faktor-faktor angiogenesis.
3. Infasi lokal dari stoma inang oleh sel tumor yang secara genetik terprogram untuk
masuk ke jaringan limfe atau pembuluh darah.
4. Pelepasan dan embolisasi dari satu atau multipel sel tumor yang secara genetik
terprogram untuk masuk kejaringan ke jaringan limfe atau pembuluh darah
5. Sel tumor bertahan disirkulasi.
6. Sel tumor sampai divaskular bed dari organ jauh dengan menempel di kapiler epitel.
7. Infasi ke organ jauh.
8. Proliferasi sebagai inplan metastatik dalam organ jauh.
5. Sindroma Paraneoplastik
Sindroma paraneoplastik merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan
gejala efek-efek sismtemik non-metastatik dari suatu keganasan. Dengan kata lain,
sindroma ini merupakan kumpulan gejala yang muncul akibat substansi yang dilepaskan
oleh sel-sel tumor, dan gejala itu sendiri jauh dari tumor. Gejala-gejala yang dapat
muncul berupa gejala endokrin, neuromuskular atau muskulokelektal, kardiovaskuler,
rematologik, hematologik, gastrointestinal, renal, dll.
Patofisiologi sindroma ini belum diketahui dengan pasti, seperti yang sudah disebutkan,
masa tumor membentuk dan melepaskan antibodi dan substansi aktif, atau dapat
idiopatik.Berbagai jenis tumor dapat menciptakan hormon dan prekursor hormon
sehingga mengganggu metabolisme tubuh.Beberapa tumor bahkan membentuk protein
fektal yang digunakan sebagai penanda tumor seperti CEA, AFP.
Sindrom ini timbul pada 10-15% dari keganasan.Dan dapat muncul sebagai
keluhan utama.Mortalitas dan mordibitas sindrom ini belum diketahui predileksi ras dan
jenis kelamin tidak diketahui, dan dapat mengenai semua umur.Gejala nonspesifik
sindroma paraneoplastik adalah demam, anoksia, dan cachexia.
6. Biopsi
Definisi biopsi yaitu mengangkat sepolong jaringan hidup dan diperiksa dibawah
mikroskop untuk menggunaan diagnosis histopatologs. Peran dar biopsi antara lain
sebagi sarana diagnostik yang bisa menentukan histologi tumor dan grading serta
membantu pencernaan terapi definitif. Biopsi menjadi tahap awal pada pendetan terapi
multimodalitas, tentu saja harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang benar.Sebaliknya
biopsi dapat menimbulkan komplikasi pada pwrawatan pasien, jika tidak dilakukan
dengan benar.
Sampai saat ini terdapat beberapa tehnik biopsi yang digunakan oleh
klinisi.Secara umum biopsi terbagi menjadi biopsi tertutup, seperti biopsi aspirasi jarum
halus (Fine Needle Aspiration Biospy), biopsi core-needle dan biopsi terbuka atau bedah,
seperti biopsi insisi biopsi eksisi. Untuk lesi dikulit dapat dipakai tehnik shave
biospy,saucerization biospy, dan punch biospy. Biospi secara endoskopi (kolonoskopi,
bronkoskopi, sistoskopi) dapat dilakukan pada lesi – lesi dimukosa. Lesi yang mudah
dipalpasi, seperti lesi di kulit, dapat dieksisi atau dilakukan punch biops.Lesi yang lebih
dalam dapat dilokalisasi dengan CT atau ultrasonografi sebgai panduan biopsi. Untuk
menentukan pilihan biopsi yang akan dilakukan tergantung dari ukuran dan lokasi massa
dan pengalaman patologis.
1. Teknik Biopsi
Setelah menegakkan diagnosis klinis onkolgi dan melakukan pemeriksaan
penunjang berdasarkan indikasi, maka klinis tersebut dapat menjadi lebih tepapt dan
diperbaiki.Atas dasar tersebut diatas maka biopsi dapat dilakukan pada lokasi dan
substrat yang teoat dan jaringan yang diambil respresentatif.
Di dalam melakukan biopsi sebaiknya menghindari daerah – daerah yang
terinfeksi, karena jaringan yang berasal dari daerah tersebut penuh dengan sel- sel
radang sehingga dapat mengganggu pemeriksaan hstopatologi. Trauma yang luas
juga harus dihindari karena dapat meluaskan daerah kontaminasi sel tumor karena
biopsi, sehingga ketika melakukan oprasi deifinitif daerah bekas biopsi yang harus
ikut diangkat menjadi makin lebar dan hal ini akan mempersulit penutupan luka.
Anastesi infiltrasi juga akan menyebabkan sel-sel tumor ke jaringan
sekitarnya, sehingga bila memungkinkan sebab dilakukan dengan anatesi regional
atau dalam narkose umum.
1) Aspirasi Jarum Halis (FNAB)
Biopsi aspirasi dengan jarum halus ( fine needli aspiration/FNA) Meliputi
aspiras sel – sel dan fragmen jaringan melalui jarum yang telah dipandu kedalam
suspect tissue.FNA mudah,atraumatik,dan relatif aman. Untuk tumor yang dalam
dapat dilakukan dengan panduan CT. kekurangan teknik ini antara lain tidak
memerikan informasi mengenai arsitektur jaringan. Sebagai contoh,biopsi jarum
halus pada massa payudara dapat mendiagnosis keganasan. Tetapi tidak dapat
mendiferensiasi antara tumor yang invasif atau tidak invasif.FNA juga
memerlukan sitoptologis yang terlatoh untuk interpretasi spesimen. Sensitivitas
FNA bervariasi dari 80% sampai 95% dan aspirat positif palsu terlihat kurang dari
1% kasus, dan hasil negative palsu terlihat pada 4% sampai 10% kasus tumor
payudara.
FNA menggunakan jarum halus (21-25 gauge) tanpa stylet dan syringe
kecil. Tidak digunakan anstesi. Idealny,spesimen dipertahankan di dalam jarum.
Isi jarum kemudian disebarkan di atas gelas obyek.Gelas obyek kemudian
difiksasi dan / atau dikeringkan, tergantung dari keinginan patologis.
2) Large Needle Aspiration Biospy
Teknik ini menggunakan jarum 18 gauge dengan silet dan syringe yang
besar. Dilakukas anestesi lokal dalam jumlah kecil pisauno 11.Digunakan untuk
menusuk kulit. Jarum kemudian dimasukkan melalui luka kedalam massa, dengan
jari telunjuk memegang stylet. Tujuan luka tusuk dan stylet adalah untuk
memfasilitasi inseri yang mudah dan mencegah pengambilan sel dari kulit dan
jaringan sekitarnya.Jarum kemudian digerakkn beberapa milimeter dari tempat
tusukan, kemudian dilakukan aspirasi.Aspirasi kemudian disebarkan diatas gelas
obyek, difiksasi dan / atau dikeringkan untuk dilakukan pemriksaan
histopatologis.
3) Core Needle Biopsy
Core biopsy seperti aspirasi jarum halus, relatif aman dan dapat dilakukan
dengan palpasi langsung (contoh, massa payudara atau massa jaringan hunak)
atau dapat dipandu dengan pencitraan (contoh stereotactic core biopsy of the
breast). Core biopsy seperti aspirasi jarum halus, memiliki kekurangan sampling
error.Core needle biopsy menghasikan jaringan tipis (kurang lebih 1x10
mm).Ukuran sampel yang kecil dapat menyulitkan patologis untuk mendiagnosis
tumor secara akurat, atau jaringan mungkin tidak representatif untuk seluruh
tumor, menyebabkan kesulitan dalam gradasi tumor.
Biopsi ini memakai jarum yang dirancang khusus seperti True-cut, Core-
cut, dan lain-lain. Pada sumbu jarum terdapat kait terbalik, setelah sumbu masuk
ke dalam jaringan barulah sarung jarum dimasukkan lalu sumbu dan sarung
dikeluarkan secara bersaman sehingga diperoleh suatu pta kecil jaringan untuk
pemeriksaan patobgi, maka disebut juga biopsy potong Karena tabung jarum lebih
besar, kemungkinan terjadi inplantasi tumor sepanjang jalur jarum lebih besar
dibandingkan aspirasi jarum halus.
4) Shave Biopsy
Shave biopsy dilakukan pada lesi kulit yang menonjol seperti BCC
nodular, SCC, atau tumor yang berasal dari folikel Dilakukan tindakan antiseptik,
lalu dilakukan anestesi bkal di bawah lesi Dengan menggunakan jari telunjuk dan
ibu jari, kulit diregang agar stabil. Lalu gunakan ujung scalpel no. 15 untuk
membatasi batas lesi. Dengan perut scalpel parallel dengan kulit, lakukan shave
biopsy. Gunakan forceps atau ujung jarum untuk mengambil lesi.Untuk
hemostasis dapat dilakukan kauterisasi elektrik atau kimia. Perawatan post operasi
mudah. Luka harus dicuci satu sampai dua kali sehari dengan sabun ringan dan
dibiarkan lembab dengan mengoleskan petroleum jelly pada balutan sampai
menyembuh.
5) Saucerization Biopsy
6) Punch Biopsy
Punch biopsy cocok untuk mengambil sampel pada lesi yang datar dan
lebar, dan efektif untuk meraih sampel subkutan, dan mendapatkan informasi
mengenai kedalaman invasi tumor. Biopsi ini menggunakan anestesi bkal dan
trephine.Operator membuat insisi sirkular sampai tingkat lemak superfisial,
menggunakan trephine yang berputar. Traksi yang dilakukan tegak lurus terhadap
garis kulit yang relaks meminimalisir redundansi saat penutupan Spesimen
diambil dengan forceps atau jarum Hemostasis dilakukan dengan jahitan
nonabsorbable yang dapat diangkat 7-14 hari Luka harus dicuci satu sampai dua
kali sehari dengan sabun ringan dan dibiarkan lembab dengan mengoleskan
petroleum jelly pada balutan sampai menyembuh.
7) Biopsi Insisi
Biopsi insisi adalah pengambilan sedikit jaringan dari massa tumor yang
lebih besar. Biopsi insisi sering diperlukan untuk diagnosis massa yang lebih
besar yang memerlukan prosedur bedah.
Instrumen yang diperlukan antara lain scalpel no. 15, forceps Adson, hak
kulit, gunting, benang jahit, dan kassa.Scalpel dipegang tegak lurus dengan
permukaan kulit.Insisi fusiform dilakukan pada pertengahan lesi.Spesimen
diambil untuk diperiksa, lalu luka dijahit.
Komplikasi biopsi insisi antara lain adalah infeksi luka, dehisensi, dan
pembentukan jaringan parut, serta hematom. Terdapat beberapa faktor penting
yang harus diperhatikan pada biopsy insisi.Untuk lesi di ekstremitas, insisi
dilakukan sepanjang aksis panjang ekstremitas. Untuk kesi di batang tubuh, insisi
dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat terambil bersaman dengan seluruh
tumor yang akan diangkat. Letak biopsi harus tepat pada tumor, pada titik dimana
lesi dekat dengan kulit dan tidak boleh ada lipatan yang meninggi atau yang
mengganggu di superfisial terhadap tumor.Sebelum penutupan Luka, hemostasis
harus diperhatikan untuk meminimalisir hematoma.Drainase tidak rutin
dikerjakan, tetapi bila diperlukan, maka drain harus ditempatkan melalui atau
dekat dengan insisi biopsy. Bila didiagnosis dengan keganasan, jalur drain harus
tereksisi bersamaan dengan massa tumor.
8) Biopsi Eksisi
Biopsi eksisi adalah eksisi seluruh jaringan tumor dengan sedikit atau
tanpa batas jaringan normal disekitarnya.Biopsi eksisi dilakukan untuk kuratif,
dengan mencakup jaringan yang adekuat di sekitar kesi untuk menjamin batas
operasi yang negatif sel tumr.Penandaan batas dengan jahitan atau klip oleh
penbedah atau mewarnai batas spesimen oleh patobgis memudahkan penentuan
batas bedah dan menuntun diperlukannya reeksisi bedah bila salah satu atau lebih
batas masih mengandung sel tumor. Biopsi eksisi atau "shellout" dilakukan untuk
kesi yang berdiameter kurang dari 3-5 cm atau urtu kesi yang sangat superfisial,
dimana kemungkinan keganasan rendah
1. Jalur jarum atau jaringan parut harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat
terambil pada prosedur bedah selanjutnya. Penempatan insisi biopsi sangat
penting, dan kesalahan penempatan dapat mempengaruhi perawatan selanjutnya.
Biopsi insisi harus ditandai untuk memudahkan eksisi skar biopsi bila operasi
lanjutan diperlukan. Lebih lanjut, biopsi insisi harus dilakukan pada area yang
akan dibuang, bukannya pada sisi lainnya, yang berisiko mengkontaminasi
lapangan yang lebih luas. Insisi pada ekstremitas harus longitudinal agar
pengangkatan jaringan dan penutupan yang akan dilakukan selanjutnya lebih
mudah
2. Harus diperhatikan untuk mencegah kontaminasi jaringan kain saat biopsi.
Adanya hematom besar setelah biopsi dapat menyebabkan penyebaran tumor dan
membuat follow up pemeriksaan fisik lebih sulit. Untuk biopsi pada ekstermitas,
penggunaan tourniquet dapat membantu mengontrol perdarahan Instrument yang
digunakan pada prosedur biopsi merupakan sumber kontaminasi potensial lainnya
pada jaringan sekitarnya. Tidak biasa dilakukan pengambilan biopsi dari beberapa
lesi tersangka pada satu waktu. Kontak instrumen yang telah mengenai jaringan
tumor dengan jaringan normal harus dihindari.
3. Drainase tidak rutin dikerjakan, tetapi bila diperlukan, maka drain harus
ditempatkan melalui atau dekat dengan insisi biopsi. Bila didiagnosis dengan
keganasan jalur drain harus tereksisi bersamaan dengan massa tumor.
4. Sanpel jaringan yang adekuat harus diambil untuk memenuhi kebutuhan
patologis. Untuk mendiagnosis tumor, mikroskop elektron, kultur jaringan, atau
teknik lain diperlukan Jaringan yang cukup harus diambil untuk mengantisipasi
kesulitan diagnostik tersebut.
5. Penting untuk menandai area tumor tertentu untuk menjadi penanda spesimen
oleh patologist. Fiksatif tertentu baik untuk digunakan pada jenis dan ukuran
tumor tententu.
6. Penempatan klip radio-opak saat biopsi dan prosedur staging terkadangpenting
untuk memandai area tumor dan memandu terapi radiasi pada area ini.
Ini adalah metode mengambil sel dari jaringan tumor, dibuat pulasan
diwarna (PAS atau H-E) kemudian diperiksa morfologinya untuk membuat
diagnosis. Menurut cara pengambilan sampel dapat dibagi menjadi sitologi
eksfoliatif untuk tumor dipermukaan tubuh, rongga tubuh, atau di dalam saluran
yang berhubungan dengan permukaan tubuh dan sitologi pungsi untuk tumor
padat.
4) Teknik Histokimia
7) Autopsi