IMUNITAS adalah mengacu pada respons protektivuh yang spesifik terhadap benda asing atau
mikroorganisme yang menginvasinya. Imunopatologierarti ilmu tentang penyakit yang terjadi
akibat disfungsi dalam sistem imun, struktur sistem imun.
Konsep Umum Sistem Imunitas
Struktur Dan Fungsi Sistem Imun
Pada hakekatnya sistem imnitas terbentuk dari :
1. Sel-sel darah putih
2. Sumsum tulang
3. Jaringan limfoid yang mencakup
4. Kelenjar timus
5. Kelenjar limfe
6. Lien
7. Tonsil serta
8. Adenoid.
Di antara sel-sel darah putih yang terlibat dalam imunitas terdapat limfosit B (sel B) dan
limfosit T (sel T). Kedua jenis sel ini berasal dari limfoblast yang dibuat dalam sumsum tulang.
Limfosit B mencapai maturitasnya dalam sumsum tulang dan kemudian memasuki sirkulasi
darah. Limfosit T bergerak dari sumsum tulang ke kelenjar timus tempat sel-sel tersebut
mencapai maturitasnya menjadi beberapa jenis sel yang dapat melaksanakan berbagai fungsi
yang berbeda.
Struktur lainnya adalah kelenjar limfe, lien, tonsil, dan adenoid. Kelenjar limfe yang
tersebar di seluruh tubuh menyingkirkan benda asing dari sistem limfe sebelum benda asing
tersebut memasuki aliran darah dan juga berfungsi sebagai pusat untuk proliferasi sel imun. Lien
yang tersusun dari pulpa rubra dan alba bekerja seperti saringan. Tonsil dan adenoid serta
jaringan limfatik mukoid lainnya, mempertahankan tubuh terhadap serangan mikroorganisme.
Untuk lebih jelasnya kita lihat pada review anatomi fisiologierikut ini:
Anatomi & Fisiologi.
1. Organ-organ dalam Sistem Imun (Organ Limfoid)
Organ limfoid terdiri dari kelenjar limfe, tonsil, spleen (limpa), kelenjar thymus, dan sumsum
tulang.
a. Kelenjar limfe berukuran 1-25 mm, ditemukan sepanjang pembuluh limfatik dan
dinamakan sesuai dengan tempatnya. Kapsul mengelilingi 2 region yang disebut kortex
dan medulla yang terdiri dari limfosit.
b. Tonsil: jaringan limfatik yang tidak berkapsul berlokasi di sekitar faring. Dikenal tonsil
faringeal atau adenoid, berfungsi seperti kelenjar limfe. Tonsil menghadapi ankoy
pertama karena dekat hidung dan mulut.
c. Spleen: berada di region kiri atas rongga abdomen. Limfe dibersihkan kelenjar limfe,
darah dibersihkan spleen, limfosit T matur di thymus, dan leukosit dibuat di bone
marrow.
2. Berdasarkan fungsinya
a. Organ Limfoid Primer : organ yang terlibat dalam sintesis/ produksi sel imun, yaitu
kelenjar timus dan sumsum tulang, dan kemungkinan hati. Sumsum tulang menghasilkan
limfosit T, dan limfosit B. Sel B mengalami kematangan di dalam sumsum Tulang dan
kemudian memasuki sirkulasi. Sel T bergerak ke kelenjar Timus yang merupakan tempat
pematangan sel T ke dalam beberapa tipe sel yg berbeda, yang mampu melakukan
beberapa fungsi.
1) Kelenjar Timus.
Terletak di bagisan posterior toraks terhadap sternum dan melapisi bagian atas
jantung. Warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas 2 lobus. Pada bayi yang baru
lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10gram atau lebih sedikit. Ukurannya
bertambah pada usia remaja, beratnya 30-40 gr dan kemudian menyusut lagi. Timus
merupakan jaringan limfatik yang terletak sepaniang trakea di rongga dada bagian
atas. Hormon yg diproduksi kelenjar ini meliputi : 6 peptida, yang secara kolektif
disebut timosin. Fungsi timosin adalah :
a) Mengendalikan perkembangan sistem imun dependen timus dengan menstimulasi
diferensiasi dan proliferasi sel Limfosit T.
b) Timosin mungkin berperan dalam penyakit Immunodefisiensi kongenital, seperti
agammaglobulinemia yaitu ketidakmpuan total untuk memproduksi antibodi.
c) Memproses limfosit muda (protimosit) menjadi T-Limfosit.
Kelenjar Timus terletak = di dalam mediastinum di belakang os sternum, dan di dalam torak
kira-kira setinggi bifurkasi trakea. Warnanya kemerah-merahan dan terdiri dari 2 lobus.
Kelenjar timus hanya dijumpai pada anak dibawah 18 tahun.
Fungsi kelenjar timus adalah:
1) Mengaktifkan pertumbuhan badan.
2) Mengurangi aktifitas kelenjar kelamin.
Timus adalah "sarang" yang berlokasi dimedia stinum bagian atas. Timus berkembang sampai
masa pubertas, dan setelah itu ia akan menyusut atau digantikan oleh jaringan lemak.
Kelenjar timus normalnya berfungsi secara efektif sepanjang umur manusia, namun fungsinya
menurun seiring usia. Akibatnya, insiden autoimun dan pertumbuhan sel-sel ganas meningkat.
Tetapi sejumlah nukleoprotein (asam timunokleat) mengambil alih beberapa fungsi timus.
Selain itu kelenjar timus berinteraksi dengan gonad dalam mempengaruhi pertumbuhan
tubun. Perkembangan seluruh sistem limfatik diputuskan dan di atur olch timus. Timus
(bersama-sama dengan sumsum tulang) adalah organ imunitas yang utama. Tahun 1961,
Miller dkk menemukan manfaat utama dari kelenjar timus dalam pematangan imunulogi.
Mereka membuktikan tikus yang baru lahir tidak mengalami perkembangan imunitas setelah
kelenjar timus mereka dieksisi. Ini artinya faktor selular dan hormonal timus menjadi
perantara bagi pematangan sistem imunologisehingga sel-sel imun menjadi sel yang siap
berperang. Perkembangan limfosit T dari sel induk yang ada disumsum tulang belakang juga
melalui keienjar timus. Sekitar 3% "pre-thymus lymphocytes" akan bermigrasi ketimus
sebelum melanjutkan perjalanan kesairkulasi darah. Sisanya yang ada dikelenjar timus adalah
yang terbaik untuk ditatar agar mengenali sel-sel yang ada ditubuh. Setelah proses
pematangan selesai, sel-sel imun ditempatkan disistem limfatik (kelenjar gatah bening,
dinding usus, limpa, dan sumsum tulang). Limfosit dilepaskan disirkulasi darah dan akan
mengenali permukaan sel-sel seseorang sebagai milik mereka. Faktor-faktor HLA (Human
Limpocyte Antigen Markers) berintegrasi dipermukaaan sel ditubuh manusia dan masing-
masing orang memiliki karakterberbeda (identitas HLA). Limfosit-limfosit timus (limfosit T)
mengenali sel tubuh mereka karna imformasi yang ditempelka pada mereka selama
perjalanan merekasinggaditimus. Sub kelompok dari limfosit T akan terus menerus terbentuk
melaluikontakdengan timosit (hormon timus), misalnya sel-sel T helper, jika perlu (aksi
defensif) produk ini akan memproduksi imuno globin yang spesifik melawan agen-agen
asing.
Limfosit sel B tidak akan sanggup mengubah diri mereka menjadi immunoglobulin yang
memproduksi sel-sel plasma jika tidak ada sel-sel T-helper atau faktor timus. Sel-sel T-
supresor memiliki efek penghambat padalimfosit-limfosit sehingga tidak telalu banyak
antibodi yang terbentuk. Penyakit autoimun, atau penyakit imun yang kompleks akan sulit
sekali dijelaskan tanpa adanya sel-sel supresor ini.
Kelenjar timus dengan hormon-hormonnya yang spesifik, pusat pengaturan reaksi pertahanan
tubuh. Tanpa timus (misalnya yang dibuang atau rusak karena radiasi), limfosit T tidak bisa
bekerja. Kerja timus menurun setelah masa pubertas berakhir.
Setelah 5 dekade, artinya saat manusia memasuki usia 50 tahun, timus menyusut menjadi
residu yang amat kecil. Penurunan aktivitas timus menjadi salah satu latar belakang
berkembanganya penyakit-penyakit degeneratif, penyakit ganas, dan penyakit autoimun.
Faktor-faktor penurunan kinerja timus menjadi penyebab pertahanan tubuh mulai kendor.
2) Sum-Sum Tulang.
Sum-sum tulang adalah tempat produksi untuk semua elemen darah yang dibentuk:
eritrosit, granulosit, monosit, limfosit, dan megakariosit. Semua sel darah muncul dari sel
progenitor umum yang disebut sel stem.
Kelompok sel induk dapat memperbaiki diri: untuk setiap sel induk yang masuk
diferensiasidan kelompok maturasi, sel lain kembali ke kelompok sel induk. Kondisi yang
menyebabkan destruksi kelompok sel induk menimbulkan terjadinya aplasia sum-sum. Sel
induk dapat pleuripotensial (tidak bekerja) atau unipotensial (bekerja). Sum-sum tulang juga
termasuk jaringan limfatik karena memproduksi protimosit yang akan diproses pada timus
untuk menjadi T-limfosit atau B-limfosit.
Sumsum Tulang Belakang
Sumsum tulang adalah jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang
merupakan tempat produksi sebagian besar sel darah baru. Di dalam sumsum tulang, semua
sel darah berasal dari satu jenis sel yang disebut sel stem. Jika sebuah sel stem membelah,
yang pertama kali terbentuk adalah sel darah merah yang belum matang (imatur), sel darah
putih atau sel yang membentuk trombosit (megakariosit). Kemudian jika sel imatur
membelah, akan menjadi matang dan pada akhirnya menjadi sel darah merah, sel darah putih
atau trombosit. Bone marrow atau sumsum tulang, tempat utama atau central pembuat sel-sel
darah termasuk juga sel imun.
a. Bone marrow merupakan tempat pembuatan leukosit. Namun pembentukan disini tidak
sampai pematangan.
b. Di bone marrow, sel yang terbentuk masih belum mampu menghadapi atau memproses
benda asing yang masuk ke dalam tubuh kita. Ketika se! itu masuk ke peredaran darah,
sudah ada sel yang masak tapi sebagian yang lainnya belum. Ada sebagian sel yang harus
melalui kelenjar getah bening atau kelenjar limfe untuk mematangkan sel itu sendiri.
Bahkan ada sel yang belum matang di jaringan.
c. Jika leukosit yang terbentuk belum matang semua maka belum siap melawan benda asing.
Kesiapannya tergantung waktu dan tempat sel itu akan matang.
d. Tubuh kita memproteksi dirinya sendiri dari berbagai benda asing yang masuk ke tubuh
kita, bisa berupa jaringan (transplantasi), makhluk hidup (virus, bakteri). Transplantasi itu
disebut allograf karena berasal dari sesama jenis manusia tapi berbeda individu.
e. Bone marrow berkembang menjadi stem sel yang akhirnya berkembang lagi menjadi dua
bagian, yaitu limphoid progenitor dan myeloid progenitor. Myeloid progenitor contohnya
adalah macrofag.
f. Sistem imun akan rusak total jika bone marrow dirusak dengan radiasi. Percobaan
dilakukan pada mencit, (mencit tidak sama dengan tikus) karena mencit (mouse) lebih
cenderung mirip manusia dibandingkan dengan binatang lainnya seperti marmut ataupun
tikus.
3. Limpa (Lien)
Limpa adalah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah kiri abdomen di
daerah hipogastrium kiri di bawah iga ke-9, 10, dan 11. Limpa berdekatan pada fundus
dan permukaan luarnya menyentuh diafragma, limpa menyentuh ginjal kiri, belokan
kolon dikiri atas, dan ekor pankreas. Limpa terdiri atas jalinan struktur jaringan ikat.
Diantara jalinan-jalinan itu terbentuk isi limpa atau pulpa yang terdiri atas jaringan limfe
dan sejumlah besar sel darah.
Limpa dibungkus kapsul terdiri atas jaringan kolagen dan elastis dan beberapa serabut
otot halus. Serabut otot halus ini berperan seandainya ada sangat kecil bagi fungsi limpa
manusia. Dari kapsul itu keluar tajuk-tajuk yang disebut trabekulae yang masuk kedalam
jaringan limpa dan membaginya ke dalam beberapa bagian.
Pembuluh darah limpa masuk dan keluar melalui hilum yang berada di permukaan dalam.
Pembuluh-pembuluh darah itu menuangkan isinya langsung ke dalam pulpa sehingga
organ-organ darahnya lain yang dapat dipisahkan bercampur pembuluh dengan darah.
Unsur-unsur Disini limpa tidak terdapat dan tidak sistem seperti kapilerpada dewasa,
tetapi darah langsung berhubungan dengan sel-sel limpa. Bagian dalam limpa
mengandung :
a) Pulpa merah yang terdiri dari sinusoid yang mengandung darah. Dinding sinusoid
mengandung banyak makrofag. Fungsi pulpa merah adalah memfagositosis bakteri
dan sel-sel darah yang sudah tua, juga sebagai reservoar darah.
b) Pulpa putih yang terdiri dari kumpulan limfosit. Fungsi pulpa putih adalah produksi
limfosit dan antibodi.
c) Serat-serat retikuler.
Fungsi Limpa : Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah dan mungkin masih
tetap bekerja pada orang dewasa bila fungsi sumsum tulang rusak. Sel darah merah yang sudah
usang dipisahkan dari sirkulasi. Limpa juga menghasiikan Limfosit. Diperkirakan limpa juga
berguna menghasilkan sel darah putih dan trombosit. Sebagai bagian besar dari sistem retikulo-
endotelial limpa juga terlibat dalam perlindungan terhadap penyakit. Dan menghasilkan zat-zat
antibodi. Limpa bukanlah sesuatu yang harus ada untuk hidup. Dalam beberapa keadaan pada
anemia hemolitik, limpa diangkat melalui operasi splenektcmi dan hasil dari tindakan ini ialah
bahwa kerapuhan sel darah merah berkurang dan dapat memperingan penyakit. Anatomi limpa
bisa di lihat dari gambar sebelah:
Kelenjar limfe besar.
Terletak di sebelah kiri abdomen (hipogastrium kiri).
Berdekatan fundus gaster, menyentuh diafragma.
Kesimpulan Fungsi Limpa adalah:
a) membentuk sel darah merah.
b) menghasilkan limfosit.
c) pembongkaran sel darah merah,sel darah putih & trombosit.
d) bagian dari RES.
Limpa adalah kelenjar tanpa saluran (ductless) yang berhubungan erat dengan sistem sirkulasi
dan berfungsi menghancurkan sel darah merah tua. Limpa termasuk salah satu organ sistem
limfoid, selain timus, tonsil, dan kelenjar limfe. Sistem limfoid berfungsi untuk melindungi
tubuh dari kerusakan akibat zat asing. Sel-sel pada sistem ini dikenal dengan sel imunokompeten
yaitu sel yang mampu membedakan sel tubuh dengan zat asing dan menyelenggarakan inaktivasi
atau perusakan benda-benda asing. Sel imuno kompeten terdiri atas ;
sel utama bergerak, yakni sel limfosit dan makrofag, dan
sel utama menetap, yakni retikuloendotel dan sel.
4. Tonsil
Tonsil merupakan dua kumpulan jaringan limfosit yang terletak dikanan dan kiri faring di
antara tiang-tiang lengkung fauses. Tonsil dijelajahi pembuluh darah dan pembuluh limfe dan
mengandung banyak limfosit. Permukaan tonsil ditutupi membran mukosa yang bersambung
dengan bagian bawah faring. Permukaan ini penuh dengan lekukan, dan ke dalam lekukan
yang banyak ini sejumlah besar kelenjar penghasil mukus menuangkan sekresinya. Mukus ini
mengandung banyak limfosit dengan demikian tonsil bekerja sebagai garis depan pertahanan
dalam infeksi yang tersebar dari hidung, mulut, tenggorokan. Fungsinya memproduksi
limfosit dan antibodi yang kemudian akan masuk ke dalam cairan limfe. Jumlah tonsil ada 3,
yaitu : tonsil faringeal, tonsil platina, tonsil lingualis.
Tonsil/amandel secara anatomi terlihat pada gambar sebelah :
Terdiri atas jaringan limfe
Terletak di antara dua tiang fause (lengkung langit-langit).
Banyak terdapat persediaan limfosit
1. Sel T-Limfosit.
Sel T-limfosit berasai dari protomosit yang berasal dari sumsum tulang yang kemudian
protomosit akan bermigrasi menuju timus, di dalam timus protomosit akan diproses menjadi
T-Limfosit. T-Limfosit yang terbentuk sudah memiliki kemampuan imunologis. Kemudian T-
Luinfosit meninggalkan timus menuju jaringan limfatik.
Peristiwa ini terjadi sebelum lahir dan sewaktu masih bayi. Oleh karena itu kerusakan timus
sewaktu janin akan menimbulkan kehilangan kemampuan memproses protimosit dengan
akibat kelak akan kekurangan atau kehilangan T-Limfosit.
Setelah kontak pertama dengan satu antigen melalui makrofag sekelompok T-Limfosit
tertentu dalam jaringan limfatik akan membesar diameternya, berkembang biak dan
berdiferensiasi menjadi beberapa subpopulasi. Sub populasi tersebut adalah sel-T pembunul
(killer), sel-T pembantu (T ), sel-T supresor (T ), sel -T memori, sel T amplifier, dan sel-T
hipersensitif.
2. Sel-B limfosit.
Pada manusia diduga sel-B limfosit diproduksi pada sum-sum tulang atau hati. Sel B
adalah antigen spesifik yang berproloferasi untuk merespons antigen tertentu. Sel B
berdiferensisasi menjadi sel plasma nonproliferasi yang menyintesis dan mensekresi
antibodi. Setelah berdiferensiasi dari sel-sel batang prekursor, sei B matur bermigrasi ke
organ-organ limfe perifer seperti limpa, nodus limfe. Antibodi (Imunoglobulin, Ig) adalah
suatu protein globulin yang diproduksi oleh B-Limfosit.
Sel B matur membawa molekui imunoglobulin permukaan yang terikat dengan membran
selnya. Saat diaktivasi oleh antigen tertentu dan dengan bantuan limfosit-T, sel-B akan
berdiferensiasi inelalui 2 cara:
a. Sel plasma adalan sei B yang telah terinferensiasi penuh, sel ini mampu mensintesis
dan mensekresi antibodi untuk menghancurkan antigen tertentu.
b. Sel memori B adalah sel yang tidak membelah yang berasal dari pecahan limfosit B
antigen teraktivasi. Sel memori menetap dalam jaringan limfoid dan siap merespon
antigen. Rangsang yang muncul selanjutnya dengan respon imun sekunder yang
lebih cepat dan lebih besar.
3. Makrofag.
Bila "menelan" mikroorganisme (fagositosis), atau kemudian antigen dengan telah masuk
suatu ke cara dalamyang tubuh, belummaka jelas makrofag diketahui akanakan memproses
antigen atau mikroorganisme tersebut.
Antigen yang telah diproses akan muncul pada permukaan membran sel dari makrofag dan
kemudian akan "disajikan" kepada B-Limfosit dan T-Limfosit pada jaringan limfatik, sambil
makrofagmensekresi interleukin = I yang dapat merangsang pembelahan B-Limfosit dan T-
Limfosit.
Organ-organ tersebut sudah terlihat dari gambar-gambar di atas, namun keterangan lebih lanjut
akan dibahas pada pembahasan di bawah ini:
4. Sumsum Tulang
Beberapa macam sel imun yang bersirkulasi dalam sistem imun diproduksi didalam sumsum
tulang. Sumsum tulang merupakan jaringan lemak yang mengisi rongga tulang dan sumsum
tulang tersebut terdiri dari dua tipe yaitu sumsum kuning dan merah. Sumsum yang berwarna
kuning mengisi rongga yang besar dari tulang yang besar dan terdiri dari sebagian besar sel
lemak dan beberapa sel darah yang muda. Sumsum yang berwarna merah adalah jaringan
hematopoietik tempat sel darah merah dan leukosit granula diproduksi.
Ada dua jenis limfosit yang penting, yaitu sel-B yang tumbuh dan matang dalam sumsum
tulang dan sel-T yang diproduksi dalam sumsum tulang dan matang dalam kelenjar timus.
Sel-B memproduksi antibodi yang bersirkulasi dalam saluran darah dan limfa, dan antibodi
tersebut akan menempel pada antigen asing yang memberi tanda (mengkodenya) supaya
dapat dihancurkan oleh sei imun. Sel-B adalah bagian dari jenis sel yang disebut antibodi-
mediated atau imunitas humoral. Disebut demikian karena antibodi tersebut bersirkulasi
dalam darah dan limfa.
Sel-T yang dimatangkan dalam timus juga bersirkulasi dalam darah dan limfa, dan juga untuk
menandai antigen asing, tetapi sel ini juga dapat langsung menghancurkan antigen asing
tersebut. Sel-T bertanggung jawab atas cell mediated immunity atau imunitas seluler. Sel-T
merancang, mengatur dan mengkoordinasi respons imun secara keseluruhan. Sel-T
bergantung pada molekul permukaan yang unik yang disebut Major Histocompatibility
Complex (MHC) yang membantu untuk mengenali fragmen antigen.
Antibodi yang diproduksi oleh sel-B adalah penanda dasar pada daerah khusus yang spesifik
untuk antigen target. Dengan melalui proses kimia atau sel tertentu, sel imun memilih sasaran
antigen yang dapat dihancurkannya. Dalam hal ini antibodi yang berbeda memilih antigen
yang sesuai dengannya untuk dihancurkannya. Bila mana antibodi berikatan dengan antigen,
makaakan mengaktifkan aliran 9 protein yang disebut komplement yang biasanya bersirkulasi
secara nonaktif didalam darah. Komplement tersebut merupakan partner dari antibodi, dan
sekali mereka bereaksi dengan antigen, langsung menolong untuk menghancurkan antigen
asing tersebut dan mengeluarkan dari tubuh, disamping itu tipe lain dari antibodi juga dapat
mencegah masuknya virus ke dalam sel.
2.Sel Limfosit
Seperti telah diuraikan sel limfosit mempunyai dua bentuk sel yaitu sel-T dan sel-B yang
miempunyai peran utama sebagai sel kebal. Sel-T berperan dalam sistem kekebalan selular
dan sel-B berperan dalam sistem kekebalan humoral. Sel-T mempunyai dua peranan penting
dalam sistem kekebalan. Regulator sel-T adalah sel yang merancang respons sistem
Kerjasamadiantara beberapa tipe sel imun. Helper sel-T yang disebut juga "sel-Th" (CD4+.
"T-cells) memperingatkan sel-B untuk mulai membentuk antibodi. CD4+ sel-T juga dapat
mengaktifkan sel-T dan sistem imun yang disebut sel makrofag yang mempengaruhi sel-B
untuk menentukan antibodi yans diproduksi. Sel-T sitotoksik yang disebut "sel-Tc" (CD8+ T-
cells), dapat menjadi sel pembunuh ank o dengan menyerang dan mengnancurkan sel yang
terinfeksi tersebut. Pembunuh scl-T (T-cells killer) juga disebut cytotoxic T-cells atau CTLs
(cytotoxic lymphocytes). CD4 dan CD8 mempunyai glikoprotein permukaan yang berfungsi
sebagai pelekat molekul dan juga sebagai sel-T "coreseptor" untuk antigen. CD4+ sel-T
mengenali antigen yang dipresentasikan pada permukaan makrofag dalam bentuk antigenic
peptide kompleks dengan molekul klas II MHC. Klas II molekul ditemukan pada permukaan
makrofag (dan sel-B) yang khusus mempresentasikan ank o antigen yang diperoleh dari luar
se! (eksogenik), misalnya bakteri atau antigen selular lainnya. Sedangkan CD8+ sel-T
mengenali antigen yang dipresentasikan pada permukaan ank o antigen kompleks dengan
molekul klas I MHC. Klas I molekul adalah molekul yang ditemukan pada semua sel yang
khusus, yaitu antigen yang disintesis andogen, misalnya antigen virus atau sel tumor.
2) Sel T Sitotoksik
Sel T sitotoksik merupakan sel penyerang langsung yang mampu membunuh mikroorganisme
dan pada suatu saat, bahkan membunuh sel-sel tubuh sendiri. Dengan alasan tersebut, maka
sel ini disebut sel pembunuh. Protein receptor pada permukaan sel sitotoksik menyebabkan
sel ini berikatan erat dengan organisme atau sel yang mengandung antigen spesifik.
Selanjutnya, sel tersebut membunuh sel yang diserang tadi. Setelah berikatan, Sel T sitotoksik
menyekresikan protein pembentuk lubang, yang disebut perforin, yang membuat lubang
berbentuk bulat pada membran sel yang diserang. Kemudian cairan dari ruang intersitisial
akan mengalir secara cepat kedaiam sel. Selain, sel-sel sitotoksik juga melepaskan substansi
sitotoksik secara langsung kedalam sel yang diserang. Hampir dengan segera, sel yang
diserang menjadi membengkak dan biasanya tidak lama kemudian akan terlarut. Hal yang
paling penting adalah sel pembunuh sitotoksik ini dapai terdorong keluar dari sel korban
setelah sel pembunuh membuat lubang dan mengirimkan Substansi sitotoksik, dan kemudian
pindah untuk membunuh lebih banyak sel lagi. Sesungguhnya, beberapa sel-sel pembunuh ini
dapat menetap selama berbulan-bulan dalam jaringan. Beberapa sel T sitotoksik bersifat
mematikan terhadap sel-sel jaringan yang telah diinvasi oleh virus, karena banyak partikel
virus yang terperangkap dalam membran sel jaringan dan menarik sel T sebagai respons
terhadap antigenisitas virus. Sel sitotoksik juga berperan penting dalam penghancuran sel
kanker, sel cangkok jantung, atau jenisjenis sel lain yang dianggap asing oleh tubuh orang itu
sendiri.
3) Sel T Supresor
Sel T supresor masih sedikit yang diketahui, namun sel ini mempunyai kemampuan untuk
menekan fungsi sel T sitotoksik dan sel T pembantu. Fungsi supresor ini diduga bertujuan
untuk mencegah sel sitotoksik agar tidak menyebabkan reaksiimunyang berlebihan yang
dapat merusak jaringan tubuh sendiri. Dengan alasan inilah, maka sel-sel supresor, bersama
dengan sel T pembantu, digolongkan sebagai sel T regulator. Sel T supresor mungkin
berperan penting dalam membatasi kemampuan sistem imun untuk menyerang jaringan tubuh
sendiri, yang disebut sebagai toleransi imun.
b. Immunoglobulin
Komponen glikoprotein dari immunoglobuling G adalah molekul efektor yang tersebar dalam
respons sistem imun humoral pada orang, jumlahnya sekitar 75% dari total
immunoglobulindalam plasma darah orang yang sehat. Sedangkan empat
immunoglobulinainnya yaitu IgM, IgA, IgD dan IgE hanya mengandung 25% glikoprotein
(Spiegelbert, 1974). Antibodi dari IgG menunjukkan aktivitas yang dominan selama terjadi
respons antibodi sekunder. Hal tersebut menunjukkan bahwa IgG adalah respons antibodi
yang telah matang dan merupakan kontak antibodi yang kedua dengan antigen.
Antibodi yang diproduksi pertama kali oleh sel-B adalah IgM, sekali diproduksi konsentrasi
IgM meningkat dengan cepat dalam serum darah. Beberapa jam setelah IgM diproduksi, sel-
B mulai memproduksi IgG, dan kemudian konsentrasi IgG meningkat cepat melebihi
konsentrasi IgM. Antibodi IgG ini lebih kuat untuk melawan kuman patogen karena
ukurannya yang kecil, sehingga dapat berpenetrasi ke dalam jaringan pada tempat yang
penting. Sedangkan aktivitas IgM terbatas pada saluran darah, tetapi IgM merupakan respons
antibodi pertama (antibodi primer) dalam mempertahankan tubuh terhadap antigen sampai
cukup terbentuknya IgG (antibodi sekunder).
Kedua bentuk antibodi tersebut secara terus-menerus diproduksi selama ada antigen dalam
tubuh. Antibodi yang diproduksi oleh sel-B tersebut akan meiekat pada antigen dan
dikeluarkan dari tubuh, dan antibodi lainnya yang tidak digunakan dikatabolisme dan hancur
sendiri. Setiap antibodi mempunyai kemampuan hidup yang berbeda yaitu : waktu paruh
biologi (biological half life) dari antibodi : IgG1, IgG2 dan IgG4 adalah 20 hari, IgM selama
10 hari, IgA 6 hari, dan IgD, Ig? selama 2 hari.
lgM merupakan antibodi pertama yang bersirkulasi sebagai respon awal terhadap
IgM pemaparan antigen. Berfungsi sangat efektif dalam mengaglutinasi atau
menggumpalkan antigen.
gG merupakan antibodi yang sangat banyak ditemukan pada sirkulasi. lgG
IgG melindungi tubuh dari bakteri, virus dan toksin yang beredar dalam darah dan
limfa.
Banyak ditemui pada membrane mukosa. Iga ditemukan dalam sebagian besar
lgA sekresi tubuh seperti ludah, keringat, da air mata. lgA juga terkandung didalam
kolostrum.
lgD terdapat pada permukaan limfosit B yang merupakan reseptor antigen yang
lgD diperlukan dalam memula diferensiasi sel B menjadi sel B plasma dan sel B
memori.
Ketika dipicu oleh antigen, akan menyebabkan sel membebaskan histamine dan
IgE
zat kimia lain yang menyebabkan reaksi alergi.
Kategori ini sesuai dengan jumlah limfosit-T CD4 per mikroliter darah dan memandu
tatalaksana penderita HIV remaja dan dewasa. Sistem klasifikationg direvisi juga mengizinkan
penggunaan persentase sel-T CD4. Penderita HIV sebaiknya diklasifikation berdasarkan
guidelines yang telah ada untuk di tatalaksana secara medis. Perhitungan jumlah limfosit-T CD4
sebaiknya dipakai untuk kepentingan klasifikati.
Mekanisme Pertahanan Tubuh
Antigen mengakses
kedalam tubuh
Makrofag mengadakan zntigen &
memproses pada liumfosit & melepaskan
interluken
Sel TB
Suresoe Sel2
Komplek memori di
antibody T4 simpan/di
antigen meningkatkan gunakan
aktivitas kemudian
Antigen Aktivasi
yang protein2 Memberikan
menghacur komple umpan balik
kan selular men Meningkat pada fungsi T4
langsung nya proses yang tertekan
inflamasi dan
fagositosis/ menghentinkan
Antigen
neutrofil respon
lisic sel
STRUKTUR ANTIBODI
Antibodi merupakan protein besar yang dinamakan imunoglobulin karena ditemukan dalam
fraksi globulin pada protein plasma. Setiap molekul antibodi terdiri atas 2 sub unit yang masing-
masing mengandung rantai peptida ringan & berat. Sub unit tersebut disatukan oleh suatu
hubungan kimia yang tersusun dari ikatan disulfida. Tempat ini dinamakan fragmen Fab
merupakan bagian "gembok" (lock)"yang sangat spesifik untuk suatu antigen. Fragmen Fc
memungkinkan molekul antibodi untuk mengambil bagian dalam sistem komplemen.
FUNGSI ANTIBODI
Antibodi mempertahankan tubuh terhadap berbagai penyerang (invader) melalui beberapa cara.
Antibodi juga turut meningkatkan pelepasan substansi vasoaktif, seperti histamin dan slow-
reacting substance(SRS). Kedua substansi ini merupakan mediator kimia dalamrespons
inflamasi. Antibodi juga terlibat dalam proses pengaktifan sistem komplemen Faktor-faktor yang
mempengaruhi fungsi sistem imun:
1. Usia
2. Kelainan organ lain
3. Jenis keiamin
4. Faktor-faktor psikoneuro -imunologik
5. Nutrisi
6. Obat-obatan
7. Penyakit kanker
8. Radiasi
PENYAKIT IMMUNODEFISIENSI
Penyakit Immunodefisiensi adalah sekumpulan keadaan yang berlainan, dimana sistem
kekebalan tidak berfungsi secara adekuat, sehingga infeksi lebih sering terjadi, lebih sering
berulang, luar biasa berat dan berlangsung lebih lama dari biasanya.
Jika suatu infeksi terjadi secara berulang dan berat (pada bayi baru lahir, anak-anak maupun
dewasa), serta tidak memberikan respon terhadap antibiotik, maka kemungkinan masalahnya
terletak pada sistem kekebalan. Gangguan pada sistem kekebalan juga menyebabkan kanker atau
infeksi virus, jamur atau bakteri yang tidak biasa.
DEFISIENSI NUTRISI
1. Defisiensi nutrisi dapat terjadi karena:
2. Kurangnya asupan makanan.
3. Adanya kegagalan penyerapan dan metabolisme.
4. Makin banyaknya ekskresi.
Pasien yang rentan terhadap defisiensi nutrisi adalah orang tua yang menjalankan diet ketat dan
pecandu alkohol yang menjalankan diet tidak berimbang, serta sindrom mal absorpsi.
DEFISIENSI VITAMIN A
Pada tikus defisiensi vitamin A menyebabkan sel-sel kolumnar menjadi tipe squamosa dan
berkeratinisasi, sel-sel sekretori kelenjar saliva juga menjadi sel squamosa dan berkeratinisasi.
Tapi tidak ada bukti bahwa defisiensi vitamin A pada manusia menyebabkan perubahan besar.
DEFISIENSI RIBOFLAVIN
Pada beberapa kasus terdapat stomatitis angularis berupa fissur merah pada sudut mulut, sakit,
dan membran mukosa berwarna merah mengkilap. Lidah biasanya sakit. Pengobatan dengan
pemberian riboflavin 5 mg 3 kali sehari.
DEFISIENSI NICOTINAMIDE (PELLAGRA)
Penderita akan kehilangan nafsu makan diikuti oleh glossitis atau stomatitis dan dermatitis.
Bagian ujung dan lateral margin lidah menjadi merah. Bagian dorsum lidah dilapisi bulu keabu-
abuan. Gingival margin menjadi merah, bengkak dan memborok.
DEFISIENSI VITAMIN C
Penyakit yang terjadi adalah Scurvy. Dampak utaraa adalah dermatitis dan purpura, pada kasus
berat anemia penyembuhan yang lambat pada luka dan gusi yang bengkak berdarah juga dapat
terjadi.
DEFISIENSI VITAMIN D
Pada masa pertumbuhan tulang akan menyebabkan penyakit ricket. Faktor penyebab adalah
kurangnya cahaya matahari, makanan berkabohidrat tinggi dan kemungkinan penggunaan
tepung yang terlalu banyak menyebabkan berkurangnya penyerapan kalsium.
ANOREXIA NERVOSA DAN BULLIMIA
Anorexia nervosa adalah penolakan terhadap makanan secara tegas dan terus menerus yang
berakibat pada tubuh kurus bahkan kematian. Bullimia adalah keadaan dimana seseorang setelah
makan dimuntahkan kembali. Akibatnya adalah terjadinya sialadenitis dan erosi gigi akibat
muntah yang dipaksakan.
Penyakit imunodefisiensi kongenital :
1. Penyakit dimana terdapat kadar antibodi yang rendah
Common variable immunodeficiency
Kekurangan antibodi selektif (misalnya kekurangan IgA)
Hipogammaglobulinemia sementara pada bayi
Agammaglobulinemia X-linked
2. Penyakit dimana terjadi gangguan fungsi sel darah putih
Kelainan pada limfosit T
Kandidiasis mukokutaneus kronis
Anomali DiGeorge
Kelainan pada limfosit T dan limfosit B
Ataksia-teleangiektasia
Penyakit imunodefisiensi gabungan yang berat
Sindroma Wiskott-Aldrich
Sindroma limfoproliferatif X-linked
3. Penyakit dimana terjadi kelainan pada fungsi pembunuh dari sel darah putih
Sindroma Chediak-Higashi
Penyakit granulomatosa kronis
Kekurangan leukosit glukosa-6-fosfatas dehidrogenasi
Kekurangan mieloperoksidase
4. Penyakit dimana terdapat kelainan pergerakan sel darah putih
Hiperimmunoglobulinemia E
Kelainan perlekatan leukosit
5. Penyakit dimana terdapat kelainan pada sistem komplemen
Kekurangan komplemen komponen 3 (C3)
Kekurangan komplemen komponen 6 (C6)
Kekurangan komplemen komponen 7 (C7)
Kekurangan kompleman komponen 8 (C8)
Agammaglobulinemia X-Linked
Agammaglobulinemia X-linked (agammaglobulinemia Bruton) hanya menyerang anak laki-laki
dan merupakan akibat dari penurunan jumlah atau tidak adanya limfosit B serta sangat
rendahnya kadar antibodi karena terdapat kelainan pada kromosom X.
Bayi akan menderita infeksi paru-paru, sinus dan tulang, biasanya karena bakteri (misalnya
Hemophilus dan Streptococcus) dan bisa terjadi infeksi virus yang tidak biasa di otak.
Tetapi infeksi biasanya baru terjadi setelah usia 6 bulan karena sebelumnyabayimemiliki
antibodi perlindungan di dalam darahnya yang berasai dari ibunya.
Jika tidak mendapatkan vaksinasi polio, anak-anak bisa menderita polio. Mereka juga bisa
menderita artritis.Suntikan atau infus immunoglobulindiberikan selama hidup penderita agar
penderita memiliki antibodi sehingga bisa membantu mencegah infeksi.
Jika terjadi infeksi bakteri diberikan antibiotik. Anak laki-laki penderita agammaglobulinemia
X-linked banyak yang menderita infeksi sinus dan paru-paru menahun dancenderung menderita
kanker.
PENCEGAHAN IMMUNODEFISIENSI
Hal-hal yang sebaiknya dilakukan oieh penderita penyakit immunodefisiensi antara lain:
Mempertahankan gizi yang baik
Memelihara kebersihan badan
Menghindari makanan yang kurang matang
Menghindari kontak dengan orang yang menderita penyakit menular
Menghindari merokok dan obat-obat terlarang
Menjaga kebersihan gigi untuk mencegah infeksi di mulut
Vaksinasi diberikan kepada penderita yang mampu membentuk antibodi.
Kepada penderita yang mengalami kekurangan limfosit B atau limfosit T hanya diberikan vaksin
virus dan bakteri yang telah dimatikan (misalnya vaksin polio, MMR dan BCG).
Jika diketahui ada anggota keluarga yang membawa gen penyakit immunodefisiensi, sebaiknya
melakukan konseling agar anaknya tidak menderita penyakit ini. Beberapa penyakit
immunodefisiensi yang bisa didiagnosis pada janin dengan melakukan pemeriksaan pada contoh
darah janin atau cairan ketuban:
Agammaglobulinemia
Sindroma Wiskott-Aldrich
Penyakit immunodefisiensi gabungan yang berat
Penyakit granulomatosa kronis.
Pada kebanyakan penyakit ini, orang tua atau saudara kandungnya dapat menjalani pemeriksaan
untuk menentukan apakah mereka membawa gen dari penyakit ini.