Anda di halaman 1dari 44

SISTEM IMUNOLOGI

IMUNITAS adalah mengacu pada respons protektivuh yang spesifik terhadap benda asing atau
mikroorganisme yang menginvasinya. Imunopatologierarti ilmu tentang penyakit yang terjadi
akibat disfungsi dalam sistem imun, struktur sistem imun.
Konsep Umum Sistem Imunitas
Struktur Dan Fungsi Sistem Imun
Pada hakekatnya sistem imnitas terbentuk dari :
1. Sel-sel darah putih
2. Sumsum tulang
3. Jaringan limfoid yang mencakup
4. Kelenjar timus
5. Kelenjar limfe
6. Lien
7. Tonsil serta
8. Adenoid.
Di antara sel-sel darah putih yang terlibat dalam imunitas terdapat limfosit B (sel B) dan
limfosit T (sel T). Kedua jenis sel ini berasal dari limfoblast yang dibuat dalam sumsum tulang.
Limfosit B mencapai maturitasnya dalam sumsum tulang dan kemudian memasuki sirkulasi
darah. Limfosit T bergerak dari sumsum tulang ke kelenjar timus tempat sel-sel tersebut
mencapai maturitasnya menjadi beberapa jenis sel yang dapat melaksanakan berbagai fungsi
yang berbeda.
Struktur lainnya adalah kelenjar limfe, lien, tonsil, dan adenoid. Kelenjar limfe yang
tersebar di seluruh tubuh menyingkirkan benda asing dari sistem limfe sebelum benda asing
tersebut memasuki aliran darah dan juga berfungsi sebagai pusat untuk proliferasi sel imun. Lien
yang tersusun dari pulpa rubra dan alba bekerja seperti saringan. Tonsil dan adenoid serta
jaringan limfatik mukoid lainnya, mempertahankan tubuh terhadap serangan mikroorganisme.
Untuk lebih jelasnya kita lihat pada review anatomi fisiologierikut ini:
Anatomi & Fisiologi.
1. Organ-organ dalam Sistem Imun (Organ Limfoid)
Organ limfoid terdiri dari kelenjar limfe, tonsil, spleen (limpa), kelenjar thymus, dan sumsum
tulang.
a. Kelenjar limfe berukuran 1-25 mm, ditemukan sepanjang pembuluh limfatik dan
dinamakan sesuai dengan tempatnya. Kapsul mengelilingi 2 region yang disebut kortex
dan medulla yang terdiri dari limfosit.
b. Tonsil: jaringan limfatik yang tidak berkapsul berlokasi di sekitar faring. Dikenal tonsil
faringeal atau adenoid, berfungsi seperti kelenjar limfe. Tonsil menghadapi ankoy
pertama karena dekat hidung dan mulut.
c. Spleen: berada di region kiri atas rongga abdomen. Limfe dibersihkan kelenjar limfe,
darah dibersihkan spleen, limfosit T matur di thymus, dan leukosit dibuat di bone
marrow.
2. Berdasarkan fungsinya
a. Organ Limfoid Primer : organ yang terlibat dalam sintesis/ produksi sel imun, yaitu
kelenjar timus dan sumsum tulang, dan kemungkinan hati. Sumsum tulang menghasilkan
limfosit T, dan limfosit B. Sel B mengalami kematangan di dalam sumsum Tulang dan
kemudian memasuki sirkulasi. Sel T bergerak ke kelenjar Timus yang merupakan tempat
pematangan sel T ke dalam beberapa tipe sel yg berbeda, yang mampu melakukan
beberapa fungsi.
1) Kelenjar Timus.
Terletak di bagisan posterior toraks terhadap sternum dan melapisi bagian atas
jantung. Warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas 2 lobus. Pada bayi yang baru
lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10gram atau lebih sedikit. Ukurannya
bertambah pada usia remaja, beratnya 30-40 gr dan kemudian menyusut lagi. Timus
merupakan jaringan limfatik yang terletak sepaniang trakea di rongga dada bagian
atas. Hormon yg diproduksi kelenjar ini meliputi : 6 peptida, yang secara kolektif
disebut timosin. Fungsi timosin adalah :
a) Mengendalikan perkembangan sistem imun dependen timus dengan menstimulasi
diferensiasi dan proliferasi sel Limfosit T.
b) Timosin mungkin berperan dalam penyakit Immunodefisiensi kongenital, seperti
agammaglobulinemia yaitu ketidakmpuan total untuk memproduksi antibodi.
c) Memproses limfosit muda (protimosit) menjadi T-Limfosit.
Kelenjar Timus terletak = di dalam mediastinum di belakang os sternum, dan di dalam torak
kira-kira setinggi bifurkasi trakea. Warnanya kemerah-merahan dan terdiri dari 2 lobus.
Kelenjar timus hanya dijumpai pada anak dibawah 18 tahun.
Fungsi kelenjar timus adalah:
1) Mengaktifkan pertumbuhan badan.
2) Mengurangi aktifitas kelenjar kelamin.
Timus adalah "sarang" yang berlokasi dimedia stinum bagian atas. Timus berkembang sampai
masa pubertas, dan setelah itu ia akan menyusut atau digantikan oleh jaringan lemak.
Kelenjar timus normalnya berfungsi secara efektif sepanjang umur manusia, namun fungsinya
menurun seiring usia. Akibatnya, insiden autoimun dan pertumbuhan sel-sel ganas meningkat.
Tetapi sejumlah nukleoprotein (asam timunokleat) mengambil alih beberapa fungsi timus.
Selain itu kelenjar timus berinteraksi dengan gonad dalam mempengaruhi pertumbuhan
tubun. Perkembangan seluruh sistem limfatik diputuskan dan di atur olch timus. Timus
(bersama-sama dengan sumsum tulang) adalah organ imunitas yang utama. Tahun 1961,
Miller dkk menemukan manfaat utama dari kelenjar timus dalam pematangan imunulogi.
Mereka membuktikan tikus yang baru lahir tidak mengalami perkembangan imunitas setelah
kelenjar timus mereka dieksisi. Ini artinya faktor selular dan hormonal timus menjadi
perantara bagi pematangan sistem imunologisehingga sel-sel imun menjadi sel yang siap
berperang. Perkembangan limfosit T dari sel induk yang ada disumsum tulang belakang juga
melalui keienjar timus. Sekitar 3% "pre-thymus lymphocytes" akan bermigrasi ketimus
sebelum melanjutkan perjalanan kesairkulasi darah. Sisanya yang ada dikelenjar timus adalah
yang terbaik untuk ditatar agar mengenali sel-sel yang ada ditubuh. Setelah proses
pematangan selesai, sel-sel imun ditempatkan disistem limfatik (kelenjar gatah bening,
dinding usus, limpa, dan sumsum tulang). Limfosit dilepaskan disirkulasi darah dan akan
mengenali permukaan sel-sel seseorang sebagai milik mereka. Faktor-faktor HLA (Human
Limpocyte Antigen Markers) berintegrasi dipermukaaan sel ditubuh manusia dan masing-
masing orang memiliki karakterberbeda (identitas HLA). Limfosit-limfosit timus (limfosit T)
mengenali sel tubuh mereka karna imformasi yang ditempelka pada mereka selama
perjalanan merekasinggaditimus. Sub kelompok dari limfosit T akan terus menerus terbentuk
melaluikontakdengan timosit (hormon timus), misalnya sel-sel T helper, jika perlu (aksi
defensif) produk ini akan memproduksi imuno globin yang spesifik melawan agen-agen
asing.
Limfosit sel B tidak akan sanggup mengubah diri mereka menjadi immunoglobulin yang
memproduksi sel-sel plasma jika tidak ada sel-sel T-helper atau faktor timus. Sel-sel T-
supresor memiliki efek penghambat padalimfosit-limfosit sehingga tidak telalu banyak
antibodi yang terbentuk. Penyakit autoimun, atau penyakit imun yang kompleks akan sulit
sekali dijelaskan tanpa adanya sel-sel supresor ini.
Kelenjar timus dengan hormon-hormonnya yang spesifik, pusat pengaturan reaksi pertahanan
tubuh. Tanpa timus (misalnya yang dibuang atau rusak karena radiasi), limfosit T tidak bisa
bekerja. Kerja timus menurun setelah masa pubertas berakhir.
Setelah 5 dekade, artinya saat manusia memasuki usia 50 tahun, timus menyusut menjadi
residu yang amat kecil. Penurunan aktivitas timus menjadi salah satu latar belakang
berkembanganya penyakit-penyakit degeneratif, penyakit ganas, dan penyakit autoimun.
Faktor-faktor penurunan kinerja timus menjadi penyebab pertahanan tubuh mulai kendor.
2) Sum-Sum Tulang.
Sum-sum tulang adalah tempat produksi untuk semua elemen darah yang dibentuk:
eritrosit, granulosit, monosit, limfosit, dan megakariosit. Semua sel darah muncul dari sel
progenitor umum yang disebut sel stem.
Kelompok sel induk dapat memperbaiki diri: untuk setiap sel induk yang masuk
diferensiasidan kelompok maturasi, sel lain kembali ke kelompok sel induk. Kondisi yang
menyebabkan destruksi kelompok sel induk menimbulkan terjadinya aplasia sum-sum. Sel
induk dapat pleuripotensial (tidak bekerja) atau unipotensial (bekerja). Sum-sum tulang juga
termasuk jaringan limfatik karena memproduksi protimosit yang akan diproses pada timus
untuk menjadi T-limfosit atau B-limfosit.
Sumsum Tulang Belakang
Sumsum tulang adalah jaringan lunak yang ditemukan pada rongga interior tulang yang
merupakan tempat produksi sebagian besar sel darah baru. Di dalam sumsum tulang, semua
sel darah berasal dari satu jenis sel yang disebut sel stem. Jika sebuah sel stem membelah,
yang pertama kali terbentuk adalah sel darah merah yang belum matang (imatur), sel darah
putih atau sel yang membentuk trombosit (megakariosit). Kemudian jika sel imatur
membelah, akan menjadi matang dan pada akhirnya menjadi sel darah merah, sel darah putih
atau trombosit. Bone marrow atau sumsum tulang, tempat utama atau central pembuat sel-sel
darah termasuk juga sel imun.
a. Bone marrow merupakan tempat pembuatan leukosit. Namun pembentukan disini tidak
sampai pematangan.
b. Di bone marrow, sel yang terbentuk masih belum mampu menghadapi atau memproses
benda asing yang masuk ke dalam tubuh kita. Ketika se! itu masuk ke peredaran darah,
sudah ada sel yang masak tapi sebagian yang lainnya belum. Ada sebagian sel yang harus
melalui kelenjar getah bening atau kelenjar limfe untuk mematangkan sel itu sendiri.
Bahkan ada sel yang belum matang di jaringan.
c. Jika leukosit yang terbentuk belum matang semua maka belum siap melawan benda asing.
Kesiapannya tergantung waktu dan tempat sel itu akan matang.
d. Tubuh kita memproteksi dirinya sendiri dari berbagai benda asing yang masuk ke tubuh
kita, bisa berupa jaringan (transplantasi), makhluk hidup (virus, bakteri). Transplantasi itu
disebut allograf karena berasal dari sesama jenis manusia tapi berbeda individu.
e. Bone marrow berkembang menjadi stem sel yang akhirnya berkembang lagi menjadi dua
bagian, yaitu limphoid progenitor dan myeloid progenitor. Myeloid progenitor contohnya
adalah macrofag.
f. Sistem imun akan rusak total jika bone marrow dirusak dengan radiasi. Percobaan
dilakukan pada mencit, (mencit tidak sama dengan tikus) karena mencit (mouse) lebih
cenderung mirip manusia dibandingkan dengan binatang lainnya seperti marmut ataupun
tikus.

3. Limpa (Lien)
Limpa adalah sebuah kelenjar berwarna ungu tua yang terletak di sebelah kiri abdomen di
daerah hipogastrium kiri di bawah iga ke-9, 10, dan 11. Limpa berdekatan pada fundus
dan permukaan luarnya menyentuh diafragma, limpa menyentuh ginjal kiri, belokan
kolon dikiri atas, dan ekor pankreas. Limpa terdiri atas jalinan struktur jaringan ikat.
Diantara jalinan-jalinan itu terbentuk isi limpa atau pulpa yang terdiri atas jaringan limfe
dan sejumlah besar sel darah.
Limpa dibungkus kapsul terdiri atas jaringan kolagen dan elastis dan beberapa serabut
otot halus. Serabut otot halus ini berperan seandainya ada sangat kecil bagi fungsi limpa
manusia. Dari kapsul itu keluar tajuk-tajuk yang disebut trabekulae yang masuk kedalam
jaringan limpa dan membaginya ke dalam beberapa bagian.
Pembuluh darah limpa masuk dan keluar melalui hilum yang berada di permukaan dalam.
Pembuluh-pembuluh darah itu menuangkan isinya langsung ke dalam pulpa sehingga
organ-organ darahnya lain yang dapat dipisahkan bercampur pembuluh dengan darah.
Unsur-unsur Disini limpa tidak terdapat dan tidak sistem seperti kapilerpada dewasa,
tetapi darah langsung berhubungan dengan sel-sel limpa. Bagian dalam limpa
mengandung :
a) Pulpa merah yang terdiri dari sinusoid yang mengandung darah. Dinding sinusoid
mengandung banyak makrofag. Fungsi pulpa merah adalah memfagositosis bakteri
dan sel-sel darah yang sudah tua, juga sebagai reservoar darah.
b) Pulpa putih yang terdiri dari kumpulan limfosit. Fungsi pulpa putih adalah produksi
limfosit dan antibodi.
c) Serat-serat retikuler.
Fungsi Limpa : Sewaktu masa janin limpa membentuk sel darah merah dan mungkin masih
tetap bekerja pada orang dewasa bila fungsi sumsum tulang rusak. Sel darah merah yang sudah
usang dipisahkan dari sirkulasi. Limpa juga menghasiikan Limfosit. Diperkirakan limpa juga
berguna menghasilkan sel darah putih dan trombosit. Sebagai bagian besar dari sistem retikulo-
endotelial limpa juga terlibat dalam perlindungan terhadap penyakit. Dan menghasilkan zat-zat
antibodi. Limpa bukanlah sesuatu yang harus ada untuk hidup. Dalam beberapa keadaan pada
anemia hemolitik, limpa diangkat melalui operasi splenektcmi dan hasil dari tindakan ini ialah
bahwa kerapuhan sel darah merah berkurang dan dapat memperingan penyakit. Anatomi limpa
bisa di lihat dari gambar sebelah:
 Kelenjar limfe besar.
 Terletak di sebelah kiri abdomen (hipogastrium kiri).
 Berdekatan fundus gaster, menyentuh diafragma.
Kesimpulan Fungsi Limpa adalah:
a) membentuk sel darah merah.
b) menghasilkan limfosit.
c) pembongkaran sel darah merah,sel darah putih & trombosit.
d) bagian dari RES.
Limpa adalah kelenjar tanpa saluran (ductless) yang berhubungan erat dengan sistem sirkulasi
dan berfungsi menghancurkan sel darah merah tua. Limpa termasuk salah satu organ sistem
limfoid, selain timus, tonsil, dan kelenjar limfe. Sistem limfoid berfungsi untuk melindungi
tubuh dari kerusakan akibat zat asing. Sel-sel pada sistem ini dikenal dengan sel imunokompeten
yaitu sel yang mampu membedakan sel tubuh dengan zat asing dan menyelenggarakan inaktivasi
atau perusakan benda-benda asing. Sel imuno kompeten terdiri atas ;
sel utama bergerak, yakni sel limfosit dan makrofag, dan
sel utama menetap, yakni retikuloendotel dan sel.

4. Tonsil
Tonsil merupakan dua kumpulan jaringan limfosit yang terletak dikanan dan kiri faring di
antara tiang-tiang lengkung fauses. Tonsil dijelajahi pembuluh darah dan pembuluh limfe dan
mengandung banyak limfosit. Permukaan tonsil ditutupi membran mukosa yang bersambung
dengan bagian bawah faring. Permukaan ini penuh dengan lekukan, dan ke dalam lekukan
yang banyak ini sejumlah besar kelenjar penghasil mukus menuangkan sekresinya. Mukus ini
mengandung banyak limfosit dengan demikian tonsil bekerja sebagai garis depan pertahanan
dalam infeksi yang tersebar dari hidung, mulut, tenggorokan. Fungsinya memproduksi
limfosit dan antibodi yang kemudian akan masuk ke dalam cairan limfe. Jumlah tonsil ada 3,
yaitu : tonsil faringeal, tonsil platina, tonsil lingualis.
Tonsil/amandel secara anatomi terlihat pada gambar sebelah :
 Terdiri atas jaringan limfe
 Terletak di antara dua tiang fause (lengkung langit-langit).
 Banyak terdapat persediaan limfosit

5. Kelenjar limfe atau nodus limfe


Kecil, lonjong atau seperti kacang dengan suatu lekukan yang disebut hilus, dan terletak di
pepanjang pembuluh limfe. Diameternya 0,1 - 2,4 cm. Kerjanya sebagai penyaring dan
dijumpai di tempat-tempat terbentuknya limfosit.
Kelompok-kelompok utama terdapat di dalam leher, aksila, toraks, abdomen, dan lipatan
paha. Sebuah kelenjar limfe mempunyai pinggiran yang cembung dan cekung.
Pinggiran yang cekung disebut hilum, sebuah kelenjar terdiri atas jaringan fibrus, di sebelah
luar, jaringan limfe terbungkus kapsul fibrus. Disini keluar tajuk-tajuk dari jaringan otot dan
fibrus, yaitu trabekulae, diantara trabekula terdapat kumpulan limfosit. Masuk ke dalam
kelenjar dan membentuk sekat-sekat.
Ruang diantaranya berisi jaringan kelenjar, yang mengandung banyak sel darah putih atau
limfosit. Kelenjar limfe memproduksi limfosit dan antibodi yang keluar melalui pembuluh
eferen, akhirnya masuk ke dalam peredaran darah. Limfosit dibagi menjadi T-limfosit dan B-
limfosit. Kelenjar limfe tersebar di seluruh tubuh, dan banyak terdapat di daerah lipatan paha,
ketiak, leher, dan di dalam perut.
6. Cairan Limfe (Sistem Limfatik)
Suatu cairan yang transparan, berwarna kekuningan, memiliki berat jenis 1,015-1,023 dan
terdapat di dalam pembuluh lim?e. Cairan ini terdiri dari air, glukosa, dan garam; kira-kira
sama dengan plasma darah. Cairan limfe mengandung limfosit dan antibodi, dan sedikit
granulosit, tetapi tidak mengandung trombosit sehingga cairan ini sangat lambat membeku.
Cairan limfe masuk ke dalam kelenjar limfe melalui beberapa pembuluh aferen. Di dalam
kelenjar limfe, cairan limfe mengalir di dalam rongga sinus yang dilapisi oleh makrofag (sel-
sel fagosit raksasa). Makrofag ini berfungsi untuk memfagositosis atau membersihkan cairan
iimfe dari mikroorganisme, sel yang rusak dan zat asing lainnya. Cairan limfe ini kemudian
akan keluar melalui pembuluh aferen yang terletak di kilus.
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan limfa
atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah yang keluar
dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian dikumpulkan
oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan dikembalikan ke dalam
sistem sirkulasi.
a. Susunan limfe
Mirip plasma, kadar protein lebih kecil, penambahan oleh kelenjar limfe menjadikan
kadar limfosit tinggi.
Komponen sistem yang lain : saluran limfe dan kelenjar limfe (nodus llimfe.
Bersama organ limpa, hati dan sumsum tulang membentuk Retikulo-Endotelial Sistem
(RES)
b. Fungsi
Mengembalikan cairan & protein dari jaringan ke sirkulasi darah.
Mengangkut limfosit.
Membawa lemak emulsi dari usus.
Menyaring & menghancurkan mikroorganisme untuk menghindarkan penyebaran.
Menghasilkan zat antibodi.
c. Kelenjar getah bening /nodus limfe
Kecil lonjong seperti kacang.
Terdapat di sepanjang pembulun.
Kerja : penyaring.\
Banyak dijumpai di tempat pembentuk limfosit.
Kelompok utama terdapat di axila/ketiak, leher, thorak, abdomen, lipat paha.
d. Pembuluh/saluran limfe
Serupa vena kecil.
Banyak katup.
Pembuluh terkecil terdiri selapis endothelium.
Khilus/lakteal=pembuluh limfe khusus dijumpai dalam vili usus kecil.
Ada 2 saluran utama :
Duktus torasiku : mengalirkan dari seluruh tubuh selain bagian kanan,
Duktus limfe kana : mengalirkan dari kanan kepala dan leher, lengan kanan dan dada
kanan.
Demikianlah penjelasan organ limfoid primer, selanjutnya berdasarkan fungsi adalah
organ limfoid sekunder.
e. Organ Limfoid Sekunder : organ yang tercakup adalah limpa, nudos limfe, dan
jaringan limfoid yang berhubungan dengan usus (Galt-associated lymphoid tissue)
[GALT) organ yang berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses-proses reaksi
imun.
Hasil Sekresi dan fungsinya pada Organ Limfoid

1. Sel T-Limfosit.
Sel T-limfosit berasai dari protomosit yang berasal dari sumsum tulang yang kemudian
protomosit akan bermigrasi menuju timus, di dalam timus protomosit akan diproses menjadi
T-Limfosit. T-Limfosit yang terbentuk sudah memiliki kemampuan imunologis. Kemudian T-
Luinfosit meninggalkan timus menuju jaringan limfatik.
Peristiwa ini terjadi sebelum lahir dan sewaktu masih bayi. Oleh karena itu kerusakan timus
sewaktu janin akan menimbulkan kehilangan kemampuan memproses protimosit dengan
akibat kelak akan kekurangan atau kehilangan T-Limfosit.
Setelah kontak pertama dengan satu antigen melalui makrofag sekelompok T-Limfosit
tertentu dalam jaringan limfatik akan membesar diameternya, berkembang biak dan
berdiferensiasi menjadi beberapa subpopulasi. Sub populasi tersebut adalah sel-T pembunul
(killer), sel-T pembantu (T ), sel-T supresor (T ), sel -T memori, sel T amplifier, dan sel-T
hipersensitif.

a. Sel-T pembunuh (killer).


Sel-T pembunuh yang telah terbentuk meninggalkan jaringan limfatik menuju tempat
dimana antigen terdapat dan menghancurkan antigen-antigen tersebut secara langsung,
menghasilkan suatu protein limfokin yang berfungsi :
1) Memperkuat daya fagositosis makrofag.
2) Menarik makrofag ke daerah infeksi.
3) Menarik granulosit
4) Mengikut sertakan limfosit lain yang belum aktif menjadi aktif seperti sel-T
pembunuh.
b. Sel-T pembantu (helper-T,)
Fungsinya adalah untuk:
1) Menghasilkan interleukin-2 yang menyebabkan sel-T pembunuh lebih cepat
berkembang biak.
2) T dan zat kimia yang diproduksinya sangat diperlukan oleh B-Limfosit (sel plasma)
untuk memproduksi antibodi.
c. Sel-T supresor (T3)
Fungsinya adalah untuk mengurangi produksi antibodi oleh sel plasma dengan cara
menghambat aktivitas T, atau sel plasma, Mengurangi keaktifan dari sel-T pembunuh.
Dalam keadaan normal fungsi sel T supresor biasanya terlaksana setelahinfeksi mereda,
supresor ini sangat penting karena antibodi dan sel-T pembunuh yang terlalu aktif
kemungkinan besar dapat merusak sel-sel tubuh yang sehat.
d. Sel-T memori
Sel-T memori diproduksi untuk "mengingat" antigen yang telah masuk ke dalam tubuh.
Bila kelak suatu antigen yang sama menyerang tubuh kembali maka dengan adanya sel-T
memori, akan menjadi respon sekunder yang lebih cepat dan kuat.

2. Sel-B limfosit.
Pada manusia diduga sel-B limfosit diproduksi pada sum-sum tulang atau hati. Sel B
adalah antigen spesifik yang berproloferasi untuk merespons antigen tertentu. Sel B
berdiferensisasi menjadi sel plasma nonproliferasi yang menyintesis dan mensekresi
antibodi. Setelah berdiferensiasi dari sel-sel batang prekursor, sei B matur bermigrasi ke
organ-organ limfe perifer seperti limpa, nodus limfe. Antibodi (Imunoglobulin, Ig) adalah
suatu protein globulin yang diproduksi oleh B-Limfosit.
Sel B matur membawa molekui imunoglobulin permukaan yang terikat dengan membran
selnya. Saat diaktivasi oleh antigen tertentu dan dengan bantuan limfosit-T, sel-B akan
berdiferensiasi inelalui 2 cara:
a. Sel plasma adalan sei B yang telah terinferensiasi penuh, sel ini mampu mensintesis
dan mensekresi antibodi untuk menghancurkan antigen tertentu.
b. Sel memori B adalah sel yang tidak membelah yang berasal dari pecahan limfosit B
antigen teraktivasi. Sel memori menetap dalam jaringan limfoid dan siap merespon
antigen. Rangsang yang muncul selanjutnya dengan respon imun sekunder yang
lebih cepat dan lebih besar.
3. Makrofag.
Bila "menelan" mikroorganisme (fagositosis), atau kemudian antigen dengan telah masuk
suatu ke cara dalamyang tubuh, belummaka jelas makrofag diketahui akanakan memproses
antigen atau mikroorganisme tersebut.
Antigen yang telah diproses akan muncul pada permukaan membran sel dari makrofag dan
kemudian akan "disajikan" kepada B-Limfosit dan T-Limfosit pada jaringan limfatik, sambil
makrofagmensekresi interleukin = I yang dapat merangsang pembelahan B-Limfosit dan T-
Limfosit.

Sel-Sel Pertahanan Tubuh


Sistem kekebalan tubuh adalah suatu organ kompleks yang memproduksi sel-sel khusus yang
dibedakan dengan sistem peredaran darah dari sel darah merah (eritrosit), tetapi bekerja sama
dalam melawan infeksi penyakit ataupun masuknya benda asing kedalam tubuh (sebagai
antigen). Semua sel imun mempunyai bentuk dan jenis sangat bervariasi dan bersirkulasi dalam
sistem imun dan diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sedangkan kelenjar limfa
adalah kelenjar yang dihubungkan satu sama lain oleh saluran limfa yang merupakan titik
pertemuan dari sel-sel sistem imun yang mempertahankan diri dari benda asing yang masuk
kedalam tubuh. Limfa (spleen) adalah organ yang penting tempat sel imun berkonfrontasi
dengan mikroba asing, sedangkan kantung-kantung organ limfoid yang terletak diseluruh
cbbagian tubuh seperti : sumsum tulang, timus, tonsil, adenoid dan apendiks juga merupakan
jaringan limfoid.

Organ-organ tersebut sudah terlihat dari gambar-gambar di atas, namun keterangan lebih lanjut
akan dibahas pada pembahasan di bawah ini:

4. Sumsum Tulang
Beberapa macam sel imun yang bersirkulasi dalam sistem imun diproduksi didalam sumsum
tulang. Sumsum tulang merupakan jaringan lemak yang mengisi rongga tulang dan sumsum
tulang tersebut terdiri dari dua tipe yaitu sumsum kuning dan merah. Sumsum yang berwarna
kuning mengisi rongga yang besar dari tulang yang besar dan terdiri dari sebagian besar sel
lemak dan beberapa sel darah yang muda. Sumsum yang berwarna merah adalah jaringan
hematopoietik tempat sel darah merah dan leukosit granula diproduksi.
Ada dua jenis limfosit yang penting, yaitu sel-B yang tumbuh dan matang dalam sumsum
tulang dan sel-T yang diproduksi dalam sumsum tulang dan matang dalam kelenjar timus.
Sel-B memproduksi antibodi yang bersirkulasi dalam saluran darah dan limfa, dan antibodi
tersebut akan menempel pada antigen asing yang memberi tanda (mengkodenya) supaya
dapat dihancurkan oleh sei imun. Sel-B adalah bagian dari jenis sel yang disebut antibodi-
mediated atau imunitas humoral. Disebut demikian karena antibodi tersebut bersirkulasi
dalam darah dan limfa.
Sel-T yang dimatangkan dalam timus juga bersirkulasi dalam darah dan limfa, dan juga untuk
menandai antigen asing, tetapi sel ini juga dapat langsung menghancurkan antigen asing
tersebut. Sel-T bertanggung jawab atas cell mediated immunity atau imunitas seluler. Sel-T
merancang, mengatur dan mengkoordinasi respons imun secara keseluruhan. Sel-T
bergantung pada molekul permukaan yang unik yang disebut Major Histocompatibility
Complex (MHC) yang membantu untuk mengenali fragmen antigen.
Antibodi yang diproduksi oleh sel-B adalah penanda dasar pada daerah khusus yang spesifik
untuk antigen target. Dengan melalui proses kimia atau sel tertentu, sel imun memilih sasaran
antigen yang dapat dihancurkannya. Dalam hal ini antibodi yang berbeda memilih antigen
yang sesuai dengannya untuk dihancurkannya. Bila mana antibodi berikatan dengan antigen,
makaakan mengaktifkan aliran 9 protein yang disebut komplement yang biasanya bersirkulasi
secara nonaktif didalam darah. Komplement tersebut merupakan partner dari antibodi, dan
sekali mereka bereaksi dengan antigen, langsung menolong untuk menghancurkan antigen
asing tersebut dan mengeluarkan dari tubuh, disamping itu tipe lain dari antibodi juga dapat
mencegah masuknya virus ke dalam sel.

2.Sel Limfosit

Seperti telah diuraikan sel limfosit mempunyai dua bentuk sel yaitu sel-T dan sel-B yang
miempunyai peran utama sebagai sel kebal. Sel-T berperan dalam sistem kekebalan selular
dan sel-B berperan dalam sistem kekebalan humoral. Sel-T mempunyai dua peranan penting
dalam sistem kekebalan. Regulator sel-T adalah sel yang merancang respons sistem
Kerjasamadiantara beberapa tipe sel imun. Helper sel-T yang disebut juga "sel-Th" (CD4+.
"T-cells) memperingatkan sel-B untuk mulai membentuk antibodi. CD4+ sel-T juga dapat
mengaktifkan sel-T dan sistem imun yang disebut sel makrofag yang mempengaruhi sel-B
untuk menentukan antibodi yans diproduksi. Sel-T sitotoksik yang disebut "sel-Tc" (CD8+ T-
cells), dapat menjadi sel pembunuh ank o dengan menyerang dan mengnancurkan sel yang
terinfeksi tersebut. Pembunuh scl-T (T-cells killer) juga disebut cytotoxic T-cells atau CTLs
(cytotoxic lymphocytes). CD4 dan CD8 mempunyai glikoprotein permukaan yang berfungsi
sebagai pelekat molekul dan juga sebagai sel-T "coreseptor" untuk antigen. CD4+ sel-T
mengenali antigen yang dipresentasikan pada permukaan makrofag dalam bentuk antigenic
peptide kompleks dengan molekul klas II MHC. Klas II molekul ditemukan pada permukaan
makrofag (dan sel-B) yang khusus mempresentasikan ank o antigen yang diperoleh dari luar
se! (eksogenik), misalnya bakteri atau antigen selular lainnya. Sedangkan CD8+ sel-T
mengenali antigen yang dipresentasikan pada permukaan ank o antigen kompleks dengan
molekul klas I MHC. Klas I molekul adalah molekul yang ditemukan pada semua sel yang
khusus, yaitu antigen yang disintesis andogen, misalnya antigen virus atau sel tumor.

Pengolahan Pendahuluan Terhadap Limfosit T dan B


Walaupun semua limfosit tubuh berasal dari sel stem yang membentuk limfosit di masa
embrio, sel stem ini sendiri tidak mampu membentuk limfosit T teraktivasi atau antibodi
secara langsung. Sebelum dapat melakukan hal itu, sel stem tersebut harus berdiferensiasi
lebih lanjut di tempat pengolahan yang tepat sebagai berikut :
a. Limfosit T Diolah Lebih Dulu di Kelenjar Timus
Limfosit T, setelah pembentukannya di sumsum tulang, mula-mula bermigrasi ke kelenjar
timus. Disini, limfosit T membelah secara cepat dan pada waktu yang bersamaan
membentuk keanekaragaman yang ekstrem untuk bereaksi melawan berbagai antigen
spesifik. Artinya, tiap satu limfosit di kelenjar timus membentuk reaktivitas yang spesifik
untuk melawan satu antigen. Kemudian limfosit berikutnya membentuk spesifisitas
terhadap antigen yang lain. Hal ini terus berlangsung sampai terdapat ribuan jenis limfosit
timus dengan reaktivitas spesifik untuk melawan ribuan jenis antigen. Berbagai tipe
limfosit T yang telah diproses ini sekarang meninggalkan timus dan menyebar ke seluruh
tubuh melalui darah untuk mengisi jaringan limfoid disetiap tempat.
Timus juga memastikan bahwa setiap limfosit T yang meninggalkan timus tidak akan
bereaksi terhadap protein atau antigen lain yang berasal dari jaringan tubuh sendiri, kalau
tidak, limfosit T akan bersifat mematikan bagi jaringan tubuh dalam waktu beberapa hari
saja. Timus menyeleksi limfosit T yang akan dilepaskan, yaitu mula-mula dengan cara
mencampurkan limfosit dengan semua “antigen-sendiri” yang spesifik yang berasal dari
jaringan tubuh sendiri. Jika limfosit T bereaksi, maka limfosit ini akan dihancurkan dan
difagositosis, tetapi yang tidak bereaksi akan dilepaskan, inilah yang terjadi pada 90% sel.
Jadi, yang akhirnya dilepaskan hanyalah sel-sel yang bersifat non-reaktif terhadap antigen
tubuhnya sendiri-limfosit hanya bereaksi terhadap antigen dari sumber diluar tubuh, seperti
dari bakteri, toksin, atau bahkan jaringan yang ditransplantasikan dari orang lain. Sebagian
besar proses pengolahan limfosit T dalam timus berlangsung beberapa saat sebelum bayi
lahir dan selama beberapa bulan setelah lahir. Sesudah melewati periode ini, bila dilakukan
pengangkatan kelenjar timus maka akan menurunkan (tetapi tidak menghilangkan) sistem
imun limfosit-T. Namun, pengangkatan kelenjar timus beberapa bulan sebelum lahir dapat
mencegah pembentukan semua imunitas yang diperantarai sel.
Karena tipe imunitas seluler ini terutama bertanggung jawab untuk penolakan terhadap
organ yang ditransplantasikan, seperti jantung dan ginjal, maka kita dapat mentransplantasi
organ dengan sedikit sekali kemungkinan penolakan jika timus pada seekor hewan
diangkat sebelum lahir (tetapi masih dalam masa yang memungkinkan).
b. Aktivasi Helper Sel-T
Fungsi utama dari sel-T adalah membantu (helper/inducer) dan membunuh (cytotoxic/
suppressor). Aktivasi dari sel-T akan mensekresi interleukin-2 (IL-2 faktor pertumbuhan
sel-T) yang akan merangsang produksi reseptor IL-2 dan proliferasi sel-T. Sel-T helper
(Th) juga mensekresi I-4, IL-5 dan IL-6 (faktor pertumbuhan sel-B) yang merangsang
proliferasi dan maturasi dari sel-B. Sel-T cytotoxic (Tc) membunuh sel yang
permukaannya diekspresi oleh sintesis antigen seperti pada infeksi bakteri atau tumor.
Antigen asing yang masuk dalam tubuh dipagosit oleh sel makrofag, kemudian diproses
dan terbentuk fragmen antigen yang akan berkombinasi dengan protein klas II MHC pada
permukaan sel makrofag. Antigen-protein (klas I MHC) dari kombinasi tersebut
mempengaruhi helper sel-T untuk menjadi aktif. Reseptor yang bersirkulasi dalam darah
akan mempengaruhi sitotoksik se!-T mengaktifkan sitotoksik sel-T sehingga sitotoksik sel-
T menyerang sel yang terinfeksi tersebut dan menghancurkannya.
Sel-T reseptor (TCRs) untuk antigen adalah molekul seperti antibodi (antibodi like
molecule) yang berlokasi pada saat sel-T mengalami kedewasaan DNA, yang mengatur
pengkodean segmenuntuk menghasilkan beberapa reseptor yang diperlukan guna
mengenali sejumlah antigen yang berbeda-beda. TCRs terdiri dari dua variabel rantai
(alfa/beta, atau gamma/delta) yang berhubungan satu dengan lainnya, menempel erat pada
permukaan yang menyediakan tempat perlekatan antigen. Sel-T mengenali antigen protein
yang dipresentasikan oleh TCR dalam bentuk peptide antigen yang menyatu dengan klas I
atau kals II molekul MCH.
Seperantigen, disebut demikian karena kapasitasnya sebagai pengaktif secara serentak
sejumlah besar sel-T. Secara normal seperantigen mengambil jalan pintas dalam
pemrosesan MCH, yang rantai dewasa biasanya betha sehingga ini di identifikasikan dari
antigen merupakan ikatan TCR dan lebih superantigen-klas pengikatan baik sebagai ikatan
daripada antigen sintesis secara II ikatan MCH eksogenus secara langsung rantai kompleks
normal. bakteri terhadap alfa mengaktifkan dengan Dua antigen,molekul kelompok rantai
misalnya sejumlah betha protein super antigen eksotoksin kompleks klas ikatan II
stafilokokki dan group A streptokokki dan juga sintesis endogenus superantigen murine
retrovirus.
b. Beberapa sel tipe Sel T dan berbagai fungsinya
Kita telah mengetahui dengan jelas ada banyak tipe sel T.Sel ini di golongkan dalam tiga
kelompok utama (1) Sel T pembantu, (2) Sel sitotoksik dan (3) Sel T supresor. Fungsi tiap-
tiap sl ini memang benar-benar berbeda.
1) Sel T Pembantu-perannya dalam seluruh pengaturan imunitas Sel T pembantu, sejauh ini
merupakan sel T yang jumlahnya paling banyak, biasanya meliputi lebih dari tiga
perempat jumlah sel T. Seperti yang ditunjukkan oleh namanya, sel-sel ini membantu
untuk melakukan fungsi sistem imun denganbanyak cara.Pada kenyataanya, sel-sel ini
bertindak sebagai pengatur utama bagi seluruh fungsi imun, sel ini melakukan hal tersebut
dengan membentuk serangkaian mediator protein yang disebut limfokin, yang berkerja
pada sel-sel lain dari sistem imun dan sel-sel dalam sumsum tulang. Limfokin yang
ponting yang disekresikan oleh sel T pembantu adalah sebagai berikut :
a) Interleukin-2
b) Interleukin-5
c) Interluekin-3
d) Interleukin-6
e) Interleukin-4

Faktor perangsang-koloni granulosit-monosit interferon-y


Fungsi Pengaturan Spesifik Oleh Limfokin
Bila terdapat limfokin yang berasal dari sel T pembantu, maka sistem imun yang tersisa
hampir menjadi lumpuh. Pada kenyataannya, sel T pembantulah yang diinaktivasi atau
dihancurkan oleh virus Acquired immuno deficiency syndrom (AIDS), yang membuat tubuh
hampir secara total tidak terlindungi terhadap penyakit infeksi, oleh karena itu menimbulkan
yang sekarang dikenal dengan efek melemahkan dan mematikan akibat AIDS. Beberapa
fungsi pengaturan Spesifik adalah sebagai berikut :
a) Perangsangan pertumbuhan dan proliferasi sel T sitotoksik dan sel T supresor bila tidak
ada sel T pembantu, klon untuk membantu memproduksi sel T sitotoksik dan sel T
supresor diaktifkan sedikit sekali oleh sebagian besar antigen. Limfokin interleukin-2
khususnya memilki efek perangsangan yang sangat kuat dalam menyebabkan pertumbuhan
dan poliferasi sel T sitotoksik dan sel T supresor. Selain itu, beberapa limfokin lain
muemiliki efek potensial yang lebih sedikit.
b) Perangsangan pertumbuhan dan diferensiasi sel B untuk membantu sel plasma dan
antibodi. Kerja langsung antigen untuk menghasilkan pertumbuhan sel B, proliferasi,
pembentukan sel plasma, dan sekresi antibodi juga lemah tanpa “bantuan” sel-T pembantu.
Hampir semua interleukin berperan serta dalam respon sel B tetapi khususnya interleukin
4, 5, dan 6. Pada kenyataannya, ketiga interleukin ini memiliki efek yang kuat pada sel B,
sehingga interleukin tersebut disebut sebagai faktor perangsang sel B atau faktor
pertumbuhan sel B.
c) Aktivasi Sistem Makrofag
Limfokin juga memengaruhi makrofag. Pertama, limfokin memperlambat atau
menghentikan migrasi makrofag setelah makrofag secara kemotaktik tertarik ke dalam
area jaringan yang meradang, dengan demikian menyebabkan pengumpulan makrofag
dalam jumlah yang banyak. Kedua, limfokin tersebut mengaktifkan makrofag untuk
melakukan fagositosis yang lebih efisien, sehingga memungkinkan makrofag untuk
menyerang dan menghancurkan organisme atau agen perusak jaringan lainnya dalam
jumlah yang lebih banyak.
d) Efek Perangsangan umpan balik terhadap sel pembantu
Beberapa limfokin, khususnya interleukin-2 memiliki efek umpan balik positif yang
langsung merangsang aktivasi sel T pembantu itu sendiri. Kerja ini berlaku sebagai suatu
penguat, dengan cara semakin memperkuat respons sel pembantu selanjutnya dan juga
respon imun keseluruhan dalam melawan antigen yang masuk.

2) Sel T Sitotoksik
Sel T sitotoksik merupakan sel penyerang langsung yang mampu membunuh mikroorganisme
dan pada suatu saat, bahkan membunuh sel-sel tubuh sendiri. Dengan alasan tersebut, maka
sel ini disebut sel pembunuh. Protein receptor pada permukaan sel sitotoksik menyebabkan
sel ini berikatan erat dengan organisme atau sel yang mengandung antigen spesifik.
Selanjutnya, sel tersebut membunuh sel yang diserang tadi. Setelah berikatan, Sel T sitotoksik
menyekresikan protein pembentuk lubang, yang disebut perforin, yang membuat lubang
berbentuk bulat pada membran sel yang diserang. Kemudian cairan dari ruang intersitisial
akan mengalir secara cepat kedaiam sel. Selain, sel-sel sitotoksik juga melepaskan substansi
sitotoksik secara langsung kedalam sel yang diserang. Hampir dengan segera, sel yang
diserang menjadi membengkak dan biasanya tidak lama kemudian akan terlarut. Hal yang
paling penting adalah sel pembunuh sitotoksik ini dapai terdorong keluar dari sel korban
setelah sel pembunuh membuat lubang dan mengirimkan Substansi sitotoksik, dan kemudian
pindah untuk membunuh lebih banyak sel lagi. Sesungguhnya, beberapa sel-sel pembunuh ini
dapat menetap selama berbulan-bulan dalam jaringan. Beberapa sel T sitotoksik bersifat
mematikan terhadap sel-sel jaringan yang telah diinvasi oleh virus, karena banyak partikel
virus yang terperangkap dalam membran sel jaringan dan menarik sel T sebagai respons
terhadap antigenisitas virus. Sel sitotoksik juga berperan penting dalam penghancuran sel
kanker, sel cangkok jantung, atau jenisjenis sel lain yang dianggap asing oleh tubuh orang itu
sendiri.
3) Sel T Supresor
Sel T supresor masih sedikit yang diketahui, namun sel ini mempunyai kemampuan untuk
menekan fungsi sel T sitotoksik dan sel T pembantu. Fungsi supresor ini diduga bertujuan
untuk mencegah sel sitotoksik agar tidak menyebabkan reaksiimunyang berlebihan yang
dapat merusak jaringan tubuh sendiri. Dengan alasan inilah, maka sel-sel supresor, bersama
dengan sel T pembantu, digolongkan sebagai sel T regulator. Sel T supresor mungkin
berperan penting dalam membatasi kemampuan sistem imun untuk menyerang jaringan tubuh
sendiri, yang disebut sebagai toleransi imun.

c. Limfosit B Diolah Lebih Dulu Dihati dan Sumsum Tulang


Pengolahan limfosit B yang rinci lebih sedikit diketahui dari pada proses pengolahan limfosit
T. Pada manusia, limfosit B diketahui diolah lebih dulu di hati selama periode pertengahan
kehidupan janin, dan sumsum tulang selama masa akhir kehidupanjanin dan setelah lahir.
Limfosit B berbeda dengan limfosit T dalam dua hal: pertama, berbeda dengan seluruh sel
yang membentuk reaktivitas terhadap antigen, seperti yang terjadi pada limfosit T limfosit B
secara aktif mensekresikan antibodi yang merupakan bahan reaktif. Bahan ini berupa molekul
protein besar yang mampu berikatan dengan bahan antigenik dan menghancurkannya. Kedua,
limfosit B bahkan memiliki banyak keanekaragaman dari pada limfosit T, jadi membentuk
banyak sekali sampai berjuta-juta antibodi tipe limfosit B dengan berbagai reaktivitas yang
spesifik. Setelah dioiah lebih dulu, limfosit B, seperti juga limfosit T, bermigrasi ke jaringan
limfoid di seluruh tubuh, tempat limfosit B tersebut menempati daerah yang berdekatan
dengan limfosit T tetapi sedikit lebih jauh.
Aktivasi Sel-B Untuk Memproduksi Antibodi
Sel-B digunakan sebagai salah satu reseptor untuk mengikat antigen dengan jalan
memfagositosis dan memprosesnya. Kemudian sel-B memperlihatkan fragmen antigen
tersebut yang terikat oleh protein klas II MHC pada permukaannya. Bentuk ikatan tersebut
kamudian mengikat sel-T helper yang aktif. Proses pengikatan tersebut menstimuli terjadinya
transformasi dari sel-B menjadi sel plasma yang akan mensekresi antibodi.
5. SEL-NK (NATURAL KILLER CELLS)
Sel-NK adaiah sel limfoid yang ditemukan didalam darah dan organ limfoid perifer, yang
mampu membunuh sel yang terinfeksi virus atau sel tumor tanpa melibatkan sistem imun dan
restriksi MHC. Sel-NK juga disebut sebagai granuler limfosit yang besar atau sel nul karena
ditandai dengan absennya penanda permukaan yang khas seperti sel-T dan sel-B. Sel-NK juga
mampu mengahancurkan (menghaluskan) sel target dengan kontak langsung tanpa perantara
antibodi atau Antibodi Dependent Cellurer Cytotoxic (ADCC). Sei-NK mempunyai reseptor
permukaan untuk IgG Fc dan membunuh sel target yang dilapisi oleh antibodi spesifik dan
melekat pada reseptor Fc seperti pada ADCC. Sel-NK dan sel-T membentuk molekul porus
disebut perforin atau cytolysin yang secara struktural dan fungsional mirip dengan C9 dari
sistem komplemen melekat pada permukaan membran sel dan terbentuk terowongan
transmembran yang menyebabkan kematian sel target secara osmotika.
SEL MAKROFAG
Jaringan yang membentuk makrofag terdapat dalam darah sebagai monosit dan didistribusi
secara luas ke seluruh tubuh dalam sistem fagositik mononuclear (dalam sistem
retikuloendotelial). Makrofag berfungsi ganda, yaitu sebagai imunitas alamiah (nonspesifik
fagositosis dan menghancurkan kuman pathogen) dan imunitas spesifik (pemprosesan dan
presentasi antigen). Makrofag juga mensekresi produk biologi secara aktif, diantaranya
adalah IL-1 yang mengatur tugas sel-T dan sel-B dan memobilisasi sistem pertahan tubuh
lainnya. Makrofag juga diaktifkan oleh sekresi interferon gamma yang disekresi oleh sel-T.
Makrofag juga mensekresi faktor nekrosis tumor (tumor nekrosis faktor-TNF), yang
membunuh sel tumor, dan begitu juga sebagai reseptor Fc untuk mediator IgG mediate
ADCC.
SEL DENDRITIK DAN LENGERHANS
Sel dendritik (DCs) adalah sel yang profesional dalam pembentukan antigen presenting cells
(APCs) yang mengaktifkan secara bertahap sistem kekebalan alamiah (natural immunity), dan
langkah awal dalam penyediaan mediated limfosit serta respon imun. Sel dendritik mepunyai
waktu yang lama dalam proses sitoplasmik, pengikatan dan melokalisasi antigen, memproses
dan mempresentasikan sel-T dan sel-B seagai kompleks fragmen imunogenik peptide dengan
molekul MHC, dan mengekspresi stimulator signal yang diperlukan untuk aktivasi sel-T dan
sel-B. PCs dapat bermigrasi dari jaringan nonlimfoid kejaringan limfoid, yang teriihat pada
kulit (sel Langerhans) dan lokasi lain serta dalam area'sel-T dari jaringan limfoid
(interdigitating cells).

Mekanisme Pertahanan Tubuh


Limfosit T dan Antibodi Limfosit B Bereaksi Secara Sangat Spesefik Terhadap Antigen
Spesefik peran Klon Limfosit
Bila Antigen spesifik melakukan kontak dengan limfosit T dan B di dalam jaringan
Limfoid, maka limfosit T tertentu menjadi teraktivasi untuk membentuk sel T teraktivasi dan
limfosit B tertentu menjadi teraktivasi untuk membentuk antibodi. Sel T yang teraktivasi dan
antibodi ini kemudian beraksi dengan sangat spesifik terhadap antigen tipe tertentu yang
mencetuskan pembentukan sel imun tadi. Mekanisme spesifitas ini adalah sebagai berikut.
Jutaan Tipe limfosit yang spesifik disimpan dalam jaringan limfoid.
Terdapat berjuta-juta calon limfosit T dan B yang disimpan dalam jaringan limfe. Sel-sel
ini mampu membentuk antibodi atau jenis sel T yang sangat spesifik. Masing-masing limtosit ini
hanya mampu membentuk satu jenis antibodi atau jenis sel T dengan satu macam spesifitas.
Begitu limfosit yang spesifik diaktifkan oleh antigennya, maka ia akan berkembang biak dengan
cepat dan membentuk banyak sekali limfosit turunan. Bila limfosit ini adalah limfosit B, maka
keturunanya kemudian akan mengyekresikan antibodi spesifik yang kemudian bersirkulasi
keseluruh tubuh dan bila limfosit tersebut adalah limfosit T, maka keturunannya adalah sel T
spesifik yang tersensitisasi yang akan dilepaskan kedalam jaringan limfe dan diangkut kedalam
darah, kemudian disirkulasikan ke seluruh cairan jaringan dan kembali kedalam limfe, kadang-
kadang sirkulasi yang terus-menerus dalam sirkulasi ini terjadi berbulan-bulan atau bertahun-
tahun.
Sistem Limfe Yang Bisa Membantu Tubuh Melawan Infeksi
1. Limfosit berperan dalam pembentukan imunitas didapat
Imunitas didapat merupakan produk limfosit tubuh.Orang-orang yang memiliki cacat genetik
berupa kekurangan limfosit atau limfositnya telah rusak akibat radiasi atau bahan kimia, tidak
dapat membentuk imunitas didapat. Dan dalam waktu beberapa hari setelah lahir, pasien
seperti ini meninggal akibat infeksi bakteri yang fulminan kecuali bila diobati dengan
tindakan yang hebat. Oleh karena itu, jelaslah bahwa limfosit sangat penting untuk
kelangsungan hidup manusia.
Limfosit paling banyak ditemukan dalam nodus limfe,namun dapat juga dijumpai dalam
jaringan limfoid khusus, seperti limfe, daerah submukosa saluran cerna, timus, dan sumsum
tulang. Jaringan limfoid tersebar di lokasi-lokasi yang sangat menguntungkan di dalam tubuh
untuk menahan invasi organisme atau toksin sebelum menyebar lebih luas. Pada kebanyakan
kasus, mula-mula agen yang menginvasi akan masuk kedalam ke dalam cairan jaringan dan
kemudian dibawa melalui pembuluh limfe kenodus limfe atau jaringan
Limfoid yang lain. Contohnya jaringan limfoid di dinding jaringan cerna akan terpajan secara
langsung dengan antigen yang masuk melalui anus. Jaringan limfoid di tenggorokan dan
faring (tonsil dan adenoid) terletak pada tempat yang tepat untuk menahan antigen yang
masuk melalui saluran pernapasan bagian atas. Jaringan limfoid di nodus limfe terpajan
dengan antigen yang menginvasi jaringan perifer tubuh dan akhirnya,jaringan limfoid
dilimpa, timus, dan sumsum tulang berperan penting khususnya dalam agen genetik yang
berhasil mencapai sirkulasi darah.
2.Dua macam limfosit yang menimbulkan imunitas yang “diperantarai sel” dan imunitas
“humoral” -limfosit T dan B
Sebagian besar limfosid dalam jaringan limfoid normal tampak serupa di bawah mikroskop,
namun sel-sel tersebut jelas dapat dibedakan dalam 2 kelompok besar. Kelompok pertama
yaitu limfosit T, bertanggung jawab dalam pembentukan limfosit teraktivasi yang dapat
membentuk imunitas diperantarai sel, dan kelompok lain yaitu Limfosit B bertanggung jawab
dalam pembentukan antibodi yang memberikan Imunitas humoral.
Saat embrio, kedua macam limfosit ini berasal dari sel stem hematopoietik pluripoten yang
membentuk limfosit sebagai salah satu hasil dari diferensiasi sel terpenting. Hampir semua
limfosit yang terbentuk akhirnya berada dalam jaringan limfoid. Namun sebelum sampai,
limfosit berdiferensiasi lebih lanjut atau berproses diolah dengan cara sebagai berikut:
“Limfosit yang dipersiapkan untuk membentuk limfosit T teraktivasi, mula-mula berimigrasi
ke kelenjar timus dan diclah lebih dulu disana, sehingga limfosit tersebut disebut limfosit “T”
untuk menunjukan peranan kelenjar timus. Limfosit ini bertanggung jawab untuk membentuk
imunitas yang deperantarai sel. Kelompok limfosit yang lain-Limfosit B yang dipersiapkan
untuk membentuk antibodi mula-mula diolah lebih dulu di hati selama masa pertengahan
kehidupan janin, kemudian diolah di sumsum tulang pada masa akhir janin dan sesudah lahir.
Kelompok sel ini mula-mula ditemukan di burun, yang mempunyai organ pengolahan khusus
yaitu bursanfabricius “B”, dan hertanggung jawab untuk imunitas humoral.
Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem kekebalan tubuh adalah adalah suatu organ kompleks yang memproduksi sel-sel
khusus yang dibedakan dengan sistem peredaran darah dari sel darah merah (eritrosit), tetapi
bekerjasama dalam melawan infeksi penyakit ataupun masuknya benda asing ke dalam tubuh
(sebagai antigen). Semua sel imun mempunyai bentuk dan jenis yang sangat bervariasi dan
bersirkulasi dalam sistem imun dan diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow).
Sedangkan kelenjar limfa adalah kelenjar yang dihubungkan satu sama lain oleh saluran limfa
yang merupakan titik pertemuan dari sel-sel sistem imun yang mempertahankan diri dari
benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Limfa (spleen) adalah organ yang penting tempat
sel imun berkonfrontasi dengan mikroba asing, sedangkan kantung-kantung organ limfoid
yang terletak di seluruh bagian tubuh seperti sumsum tulang, timus, tonsil, adenoid, dan
appendix juga merupakan jaringan limfoid. Walaupun sudah dijelaskan di atas, namun pada
kesimpulan ini diharapkan gambar-gambar berikut bisa membantu pembaca lebih memahami.
Sel T
Sel T berperan dalam sistem kekebalan selular. Sel T mempunyai dua peranan penting dalam
sistem kekebalan.
1) Regulator sel-T
Adalah sel yang merancang respons sistem kerja sama diantara beberapa tipe sel imun.
2) Helper sel-T
Disebut juga "sel-Th" (CD4+ T-cells) memperingatkan sel-B untuk mulai membentuk
antibodi.
CD4+ sel-T juga dapat mengaktifkan sel-T dan sistem imun yang disebut sel makroag yang
mempengaruhi sel-B untuk menentukan antibodi yang diproduksi.
Sel T mengenali target bukan diri sendiri, seperti patogen, hanya setelah antigen (fragmen kecil
patogen) telah diproses dan disampaikan pada kombinasi dengan reseptor "sendiri" yang".
disebut molckul major histocompatibility complex (MHC).
Terdapat dua subtipe utama sel T: sel T pembunuh dan sel T pembantu.
a. Sel T Pembunuh
Sel T pembunuh sub-grup dari sel T yang membunuh sel yang terinfeksi dengan Sel T
pembunuh adalah virus (dan patogen lainnya), atau merusak dan mematikan patogen.
Seperti sel B, tiap tipe sel T mengenali antigen yang berbeda. Sel T pembunuh diaktivasi
ketika reseptor sel T mereka melekat pada antigen spesifik pada kompleks dengan reseptor
kelas I MHC dari sel lainnya. Pengenalan MHC ini: kompleks antigen dibantu oleh
coreseptor pada sel T yang disebut CD8. Sel T lalu berkeliling pada tubuh untuk mencari sel
yang reseptor I MHC mengangkat antigen. Ketika sel T yang aktif menghubungi sel lainnya,
sitotoksin dikeluarkan yang membentuk pori pada membran plasma sel, membiarkan ion, air
dan toksin masuk. Hal ini menyebabkan sel mengalami apoptosis Sel T pembunuh penting
untuk mencegah replikasi virus. Aktivasi sel T dikontrol dan membutuhkan sinyal aktivasi
antigen/MHC yang sangat kuat, atau penambahan aktivasi sinyal yang disediakan oleh sel T
pembantu.
b. Sel T pembantu
Sel T pembantu mengatur baik respon imun bawaan dan adaptif dan membantu menentukan
tipe respon imun mana yang tubuh akan membuat pada patogen khusus. Sel tersebut tidak
memiliki aktivitas sitotoksik dan tidak membunuh sel yang terinfeksi atau membersihkan
patogen secara langsung, namun mereka mengontrol respon imun dengan mengarahkan sel
lain untuk melakukan tugas tersebut.
Sel T pembantu mengekspresikan reseptor sel T yang mengenali antigen melilit pada
molekul MHC kelas II. MHC: antigen kompleks juga dikenali oleh reseptor sel pembantu
CD4 yang merekrut molekul didalam sel T yang bertanggung jawab untuk aktivasi sel T. Sel
T pembantu memiliki hubungan lebih lemah dengan MHC: antigen kompleks dari pada
pengamatan sel T pembunuh, berarti banyak reseptor (sekitar 200-300) pada sel T pembantu
yang harus dililit pada MHC: antigen untuk mengaktifkan sel pembantu, sementara sel T
pembunuh dapat diaktifkan dengan pertempuran molekul MHC : antigen Aktivasi sel T
pembantu juga membutuhkan durasi pertempuran lebih lama dengan sel yang memiliki
antigen. Aktivasi sel T pembantu yang beristirahat menyebabkan dikeluarkanva sitokin yang
memperluas aktivitas banyak tipe sel. Sinyal sitokin yang diproduksi oleh sel T pembantu
memperbesar fungsi mikrobisidal makrofag dan aktivitas sei T pembunuh.
Aktivasi sel T pembantu menyebabkan molekul diekspresikan pada permukaan sel T, seperti
CD154), yang menyediakan sinyal stimulasi ekstra yang dibutuhkan untuk mengaktifkan sel
B yang memproduksi antibodi.
Sel B
Respon imun ini melibatkan suatu senyawa kimia yang disebut sebagai antibodi. Antibodi
dihasilkan oleh sei limfosit B yang akan aktif jika mengenali antigen yang terdapat pada
permukaan sel pathogen. Antibodi akan menyerang pathogen sebelum pathogen tersebui
menyerang sel-sel tubuh. Terdapat 3 jenis sel B yaitu:
a. Sel B plasma. Mensekresikan antibodi ke sirkulasi tubuh. Setiap antibodi bersifat spesifik
terhadap satu jenis antigen. Masa hidup selama 4-5 hari.
b. Sel B memori. Masa hidup lama dalam darah. Sel ini akan mengingat suatu antigen dan
akan merespon dengan cepat ketika terjadi infeksi kedua
c. Sel B pembelah. Berfungsi untuk menghasilkan sel B dalam jumlah banyak.
Gambar di atas menunjukkan. Sel B dan sel T bersama mengenali antigen dengan jumlah
yang tidak terbatas, tetapi masing-masing individu hanya mengenali satu antigen
(perhatikan adanya perbedaan bentuk reseptor antigen antara keenam sel B diatas). Ketika
suatu antigen berikatan dengan sel B atau sel T, sel tersebut akan memperbanyak diri dan
membentuk klon sel yang sama. proliferasi sel-sel ini akan membentuk sel-sel plasma dan
sel-sel memori. Sel B mengidentifikasi patogen ketika antibodi pada permukaan melekat
pada antigen asing. Antigen/antibodi kompleks ini diambil oleh sel B dan diprosesi oleh
proteolisis ke peptid. Sel B lalu menampilkan peptid antigenik pada permukaan molekul
MHC kelas II. Kombinasi MHC dan antigen menarik sel T pembantu yang cocok, yang
melepas limfokin dan mengaktifkan sel B. Sel B yang aktif lalu mulai membagi
keturunannya (sel plasma) mengeluarkan jutaan kopi limfa yang mengenali antigen itu.
Antibodi tersebut diedarkan pada plasma darah dan limfa, melilit pada patogen menunjukan
antigen dan menandai mereka untuk dihancurkan oleh aktivasi komplemen atau untuk
penghancuran oleh fagosit. Antibodi juga dapat menetralisir tantangan secara langsung
dengan melilit toksin bakteri atau dengan mengganggu dengan reseptor yang digunakan
virus dan bakteri untuk menginfeksi sel.

SEL-SEL YANG LAIN


a. Antibodi gambar kosong
Antibodi merupakan respon terhadap gangguan dari luar yang dibentuk oleh sekelompok sel
limfosit B. Antibodi tersusun atas suatu serum globulin yang disebut dengan
Immunoglobuling). Sebuah molekul antibodi umumnya miengandung dua tempat pengikatan
antigen yang spesifik. Perhatikan struktur antibodi dibawah ini dan cara pelekatannya
terhadap antigen.
Sebuah antibodi terbuat dari dua rantai berat dan dua rantai ringan. Variasi unik daerah
membuat antibodi mengenali antigen yang cocok.
Gambar. antibodi akan berikatan dengan epitop pada permukaan antigen. pada gambar ini,
tiga molekul antibodi yang berbeda bereaksi dengan epitop yang berbeda pada molekul
antigen besar yang sama.

b. Immunoglobulin
Komponen glikoprotein dari immunoglobuling G adalah molekul efektor yang tersebar dalam
respons sistem imun humoral pada orang, jumlahnya sekitar 75% dari total
immunoglobulindalam plasma darah orang yang sehat. Sedangkan empat
immunoglobulinainnya yaitu IgM, IgA, IgD dan IgE hanya mengandung 25% glikoprotein
(Spiegelbert, 1974). Antibodi dari IgG menunjukkan aktivitas yang dominan selama terjadi
respons antibodi sekunder. Hal tersebut menunjukkan bahwa IgG adalah respons antibodi
yang telah matang dan merupakan kontak antibodi yang kedua dengan antigen.
Antibodi yang diproduksi pertama kali oleh sel-B adalah IgM, sekali diproduksi konsentrasi
IgM meningkat dengan cepat dalam serum darah. Beberapa jam setelah IgM diproduksi, sel-
B mulai memproduksi IgG, dan kemudian konsentrasi IgG meningkat cepat melebihi
konsentrasi IgM. Antibodi IgG ini lebih kuat untuk melawan kuman patogen karena
ukurannya yang kecil, sehingga dapat berpenetrasi ke dalam jaringan pada tempat yang
penting. Sedangkan aktivitas IgM terbatas pada saluran darah, tetapi IgM merupakan respons
antibodi pertama (antibodi primer) dalam mempertahankan tubuh terhadap antigen sampai
cukup terbentuknya IgG (antibodi sekunder).
Kedua bentuk antibodi tersebut secara terus-menerus diproduksi selama ada antigen dalam
tubuh. Antibodi yang diproduksi oleh sel-B tersebut akan meiekat pada antigen dan
dikeluarkan dari tubuh, dan antibodi lainnya yang tidak digunakan dikatabolisme dan hancur
sendiri. Setiap antibodi mempunyai kemampuan hidup yang berbeda yaitu : waktu paruh
biologi (biological half life) dari antibodi : IgG1, IgG2 dan IgG4 adalah 20 hari, IgM selama
10 hari, IgA 6 hari, dan IgD, Ig? selama 2 hari.

Kelima Kelas Immunoglobulin (ig)

lgM merupakan antibodi pertama yang bersirkulasi sebagai respon awal terhadap
IgM pemaparan antigen. Berfungsi sangat efektif dalam mengaglutinasi atau
menggumpalkan antigen.
gG merupakan antibodi yang sangat banyak ditemukan pada sirkulasi. lgG
IgG melindungi tubuh dari bakteri, virus dan toksin yang beredar dalam darah dan
limfa.
Banyak ditemui pada membrane mukosa. Iga ditemukan dalam sebagian besar
lgA sekresi tubuh seperti ludah, keringat, da air mata. lgA juga terkandung didalam
kolostrum.
lgD terdapat pada permukaan limfosit B yang merupakan reseptor antigen yang
lgD diperlukan dalam memula diferensiasi sel B menjadi sel B plasma dan sel B
memori.
Ketika dipicu oleh antigen, akan menyebabkan sel membebaskan histamine dan
IgE
zat kimia lain yang menyebabkan reaksi alergi.

PRODUKSI PERTAHANAN TUBUH

Kategori Limfosit-T CD4

Limfosit-T CD4 dibagi menjadi 3 dan didefinisikan sebagai berikut :


 Kategori 1 : 500 sel/l
 Kategori 2 : 200-499 sel/l
 Kategori 3 : <200 sel/l

Kategori ini sesuai dengan jumlah limfosit-T CD4 per mikroliter darah dan memandu
tatalaksana penderita HIV remaja dan dewasa. Sistem klasifikationg direvisi juga mengizinkan
penggunaan persentase sel-T CD4. Penderita HIV sebaiknya diklasifikation berdasarkan
guidelines yang telah ada untuk di tatalaksana secara medis. Perhitungan jumlah limfosit-T CD4
sebaiknya dipakai untuk kepentingan klasifikati.
Mekanisme Pertahanan Tubuh

Antigen mengakses
kedalam tubuh
Makrofag mengadakan zntigen &
memproses pada liumfosit & melepaskan
interluken

Sel-sel B Sel helperinducer Sel-T


Limfosit
T4
beraktifitas
berpoliferasi
Sel-sel
T8 dan
plasma
berdiferansasi
Melepaskan limfokin
T8 TM
Dibentuk
antibody Sitokosi

Sel TB
Suresoe Sel2
Komplek memori di
antibody T4 simpan/di
antigen meningkatkan gunakan
aktivitas kemudian

Antigen Aktivasi
yang protein2 Memberikan
menghacur komple umpan balik
kan selular men Meningkat pada fungsi T4
langsung nya proses yang tertekan
inflamasi dan
fagositosis/ menghentinkan
Antigen
neutrofil respon
lisic sel

PROTEIN (SISTEM KOMPLEMEN


Sistem komplemen adalah protein dalam serum darah yang bereaksi berjenjang yang dianggap
merupakan bagian dari sistem kekebalan turunan. Walaupun demikian, beberapa antibodi dapat memicu
beberapa protein komplemen sehingga aktivasi sistem komplemen juga merupakan bagian dari sistem
kekebalan humoral. Enzim untuk membantu sistem kekebalan selular dan sistem kekebalan humoral
untuk melindungi tubuh dari infeksi. Protein komplemen tidak secara khusus bereaksi terhadap antigen
tertentu, dan segera teraktivasi pada proses infeksi awal dari patogen.
Protein komplemen di dalam serum darah merupakan prekursor enzim yangdisebut zimogen.
Zimogen pertama kali ditcmukan pada saluran pencernaan, sebuahproteaseyang disebut
pepsinogen dan bersifat proteolitik. Pepsinogen dapat teriris sendiri menjadi pepsin saat
terstimulasi derajat keasaman pada lambung
Protein hasil irisan zimogen berguna bagi :
 peningkatan respon antibodi dan memori imunologis
 proses lisis
 pembersihan kompleks imun dan sel apoptotik
 proses kemotaksis
 mediator peradangan seperti mastosit untuk memicu proses degranulasi analfilaktosin IgE.
Mediator yang dilepaskan saat komplemen diaktifkan
 Cl qrs dengan meningkatkan permeabilitas vaskuler
 C2 dengan mengaktifkan kinin
 C3a & C5a dengan kemotaksis mengarahkan leukosit juga sebagai anafilaktosin >
mempengaruhi mastosit
 C4b dengan opsonin
 C-5-6-7 dengan kemotaksis
 C 8-9 dengan melepas sotilisin dengan menghancurkan sel
 CRP dengan melapisi antigen dengan antibodi supaya mudah dan cepat di makan fagosit
Sistem Getah Bening
Sistem getah bening adalah bagian vital pada sistem kekebalan, sepanjang kelenjar
thimus, tulang rawan, limpa, amandel, hati, usus, dan tambalan peyer pada usus kecil. Sistem
getah bening adalah jaringan pada batang getah bening dihubungkan dengan pembuluh darah
getah bening. Sistem ini mengangkut getah bening. Cairan yang mengandung oksigen, protein,
dan nutrisi lain yang terus merembes melalui dinding tipis pada kapiler ke dalam jaringan tubuh
untuk menutrisi mereka. Beberapa cairan ini memasuki pembuluh darah getah bening untuk
segera kembali ke aliran darah. Cairan tersebut juga mengangkut zat-zat asing (seperti bakteri),
sel kanker, dan sel mati atau rusak yang kemungkinan hadir di jaringan menuju pembuluh getah
bening. Getah bening juga mengandung banyak sel darah putih. Semua bahan diangkut oleh
getah bening melalui setidaknya satu batang getah bening, dimana zat-zat asing bisa disaring
keluar dan dihancurkan sebelum cairan kembali ke aliran darah. Pada batang getah bening, sel
darah putih bisa berkumpul, berinteraksi satu sama lain dan antigen, dan menghasilkan reaksi
kekebalan terhadap zat-zat asing. Batang getah bening mengandung penghubung pada jaringan
dimana limfosit dikemas dengan ketat. Mikroorganisme yang sangat berbahaya disaring melalui
penghubung, kemudian diserang oleh limfosit dan macrophages (yang juga ada pada batang
getah bening). Batang getah bening seringkali diikat di daerah dimana pembuluh darah getah
bening bercabang, seperti leher, ketiak, dan kunci paha.

Jenis -jenis Kekebalan Tubuh


1) Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif adalah suatu keadaan di mana kekebalan terhadap penyakit terjadi relatif
sementara, disebabkan oleh pemberian antibodi (Ab) terhadap penyakit tersebut, di mana Ab
tersebut di buat oleh hospes lain dan bukan dari hospes yang bersangkutan. Karena molekul
Ab berkurang secara teratur dan tidak dibuat Ab yang baru, maka perlindungan pasif
berlangsung tidak terlalu lama (hanya beberapa minggu saja). Tetapi di lain pihak mekanisme
perlindungan segera bekerja setelah pernberian Ab, tidak ada masa menunggu (untuk
membentuk Ab), seperti pada proses pembentukan kekebalan aktif. Antibodi tersebut
perannya terbatas pada infeksi kuman yang invasif, di mana imunisasi pasif jarang berguna
pada jenis penyakit ini. Di lain pihak bila suatu penyakit yang agennya memproduksi toksin
(seperti: difteri, tetanus, botulinum), pemberian antitoksin secara pasif sangat berguna, karena
sejumlah besar antitoksin dapat segera tersedia untuk menetralisir toksin yang bersangkutan.
Pada infeksi virus tertentu seperti campak dan hepatitis A, antibodi khusus yang diberikan
ialah "globulin gamma" yang diambil dari manusia normal (globulin imun usp), dapat di
berikan pada penderita selama masa inkubasi sehingga menghasilkan pembatasan replikasi
virus dan mencegah atau dapat meringankan gejela klinis. Kekebalan pasif yang dipindahkan
dari ibu kepada janin yang dikandungnya, melindungi bayi yang baru dilahirkan selama
bulan-bulan pertama masa hidupnya terhadap infeksi penyakit yang ada. Kekebalan tersebut
dapat diperkuat oleh Ab yang disalurkan melalui air Susu ibu (kolostrum: 1-14 hari setelah
melahirkan), akan tetapi kekebalan ini berangsur menghilang pada usia 4-6 bulan.
2) Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif adalah keadaan imunitas yang terjadi dalam tubuh seseorang setelah kontak
secara efektif dengan antigen asing (misalnya kuman, produk kuman, protein asing). Kontak
efektif tersebut dapat berupa infeksi (klinis/subklinis), penyuntikan kuman yang dimatikan
(vaksin hidup), dan produk kuman (toksin atau toksoid). Dalam kondisi tersebut, tubuh secara
aktif menghasilkan Ab, juga sel-sel tubuh secara aktif belajar bereaksi terhadap benda asing.
Kekebalan aktif ini terbentuk secara lambat dan akan melindungi terhadap penyakit yang
bersangkutan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Ada beberapa mekanisme
proses terbentuknya kekebalan yang telah banyak dipelajari yaitu: kekebalan humoral dan
kekebalan seluler.
d. Kekebalan Humoral
Pembentukan Ab secara aktif terhadap antigen kuman ataupun produk yang dihasilkan
dapat menimbulkan resitansi karena:
 Menetralisasi toksin atau hasil-hasil sel
 Memiliki efek bakterisidal langsung ataupun efek litik dengan komplemen
 Menahan kemampuan infektif kuman atau virus
 Mengagiutinasi kuman sehingga mudah difagositase
 Mengkompromisasi kuman yaitu: menggabungkan dengan antigen permukaan yang
biasanya menggangu fagositase, sehingga membantu mencerna kuman.
b. Kekebalan Seluler
Walaupun Ab yang terbentuk sebagai respons terhadap antigen asing, tetapi banyak
kejadian Ab tersebut berperan sangat kecil dalam pertahanan tubuh terhadap serangan sel.
Sehingga dalam hal ini pertahanan tubuh dipegang oleh respons kekebalan yang diatur
oleh sel dan sangat kompleks, dan terjadi penggabungan segi imunologik khusus dan tidak
khusus. Sel limfoid yang tergantung pada timus (sel-T) dan sel yang sedang beredar,
mengenali benda asing dan memulai suatu rangkaian respons yang meliputi reaksi
peradangan mononuklear, perusakan sitosolik sel yang menyerang (kuman, sel
transplantasi atau sel tumor). Pada proses tersebut terjadi "pengaktifan sel makrofag" yang
bersifat fagositik yang merusak sel kuman dalam sel tersebut, sehingga terjadi reaksi
hipersensitifitas yang lambat dalam jaringan. Dalam proses tersebut sel kuman/sel asing
ditahan pada lokasi masuknya sehingga menahan untuk menyebar (TB). Kemampuan sel
fagosit tersebut (inti polimorf, makrofag, retikuloendetelial) ditingkatkan, sehingga sel
yang sudah dimakan (difagosit) kemudian dimatikan, terutama pada makrofag yang aktif.
Di samping itu kondisi lingkungan biokimiawi dalam jaringan dibuat tidak
menguntungkan bagi perkembangbiakan dan penyebaran kuman.
3) Pengaruh Genetik Terhadap Kekebalan
Timbulnya kekebalan alamiah cenderung didapat pada keadaan penyakit khas yang memiliki
komponen genetik. Kepekaan terhadap penyakit ada hubungannya dengan gen yang erat
kaitannya dengan histokompatibilit?tama (MHC= MajorHistocompability Complex atau
HLA= Human Leucocyte Antigen Complex) yang kompleks, terutama pada daerah HLA-D
(Human Leucocyte Antigen-D) yang terdapat pada lengan pendek dari kromosom 6 pada
manusia. Gen pada lokasi tersebut terlibat dalam kelainan yang diduga memiliki komponen
imunologik. Oleh sebab itu diduga lokasi tersebut mengandung gen "respons imun" (Ri).
Suatu contoh adalah hubungan khusus antara HLA-B27 dengan spondilitas ankilosa dan
artritis pada anak. Demikian juga dengan hubungan multipel sklerosis dengan HLA-Dw2 dan
diabetes yang timbul pada masa anak anak dengan HLA-B8 jarang terjadi. Dasar dari
hubungan antara gen khusus ini dengan penyakit khusus sampai sekarang masih belum jelas.
Dari beberapa hasil penelitian kemungkinan yang terjadi adalah:
a. Antigen HLA dapat bekerja sebagai penerima permukaan sel untuk virus atau toksin.
b. Antigen HLA dapat digabungkan dalam suatu protein pembungkus virus.
c. Antigen HLA sendiri mungkin tidak secara langsung bertanggung jawab tetapi dapat
dihubungkan dengan gen respons imun yang menentukan kepekaan
d. Antigen HLA dapat bereaksi silang dengan antigen kuman, virus atau lain penyebab,
untuk merangsang "respons autoimun".
Dari hal tersebut jelaslah bahwa perhatian khusus diarahkan pada sifat genetik yang
menghubungkan kepekaan penyakit pada antigen sebagai kata histokompatibilit utama . yang
berhubungan denganKata histocompatibility pada awalnya digunakan dari MHC adalah
pengenalan sel sendiri atau sel transplantasi jaringan, jadi fungsi utama yang bukan miliknya.
Istilah Istilah Penyakit Dalam Imunitas
Kelainan yang berhubungan dengan autoimunitas adalah penyakit dimana respons imun protektif
yang normal secara paradoksal berbalik melawan atau menyerang tubuh sendiri sehingga terjadi
kerusakan jaringan. Contohnya: penyakit SLE, Addison.
Kelainan yang berhubungan dengan hipersensitivitas adalah suatu keadaan dimana tubuh
memproduksi respons yang tidak tepat atau yang berlebihan terhadap antigen spesifik contohnya
asma.
Kelainan yang berhubungan dengan imunodefisiensi dapat dikategorikan sebagai kelainan
primer dimana defisiensi terjadi akibat perkembangan jaringan atau sel-sel imun yang tidak tepat
& umumnva bersifat genetik atau kelainan sekurider dimana defisiensi terjadi akibat gangguan
pada sistem imun Yang sudah berkembang, contohnya AIDS.
Tipe atau Jenis Sistem Imun
Ada 2 tipe umum imunitas, yaitu:
1. lmunitas alami (natural) -> merupakan kekebalan non spesifik sudah ditemukan pada saat
lahir.
2. lmunitas didapat (akuisita) -> merupakan kekebalan yang terbentuk sesudah lahir.
Imunitas Alami (Natural/Non Spesifik)
Imunitas alami akan memberikan respon nonspesifik terhadap setiap penyerang asing
tanpa memperhatikan komposisi penyerang tersebut.
Mekanisme alami mencakup sawar (barier) fisik dan kimia, kerja sel-sel darah putih dan respon
irflamasi. Sawar fisik mencakup kulit serta membran mukosa yang utuh sehingga
mikroorganisme patogen dapat dicegah agar tidak masuk dalałn tubuh.
Silia pada traktus respiratorius bersama respon batuk serta bersin yang bekerja sebagai filter dan
membersihkan saluran napas atas dari mikroorganisme patogen sebelum mikroorganisme dapat
menginvasi tubuh lebih lanjut. Sawar kimia seperti getah lambung yang asam, enzim, dalam air
mata serta air liur (saliva) dan substansi dalam sekret kelenjar sebasea serta lakrimalis, bekerja
dengan cara non spesifik untuk menghancurkan bakteri dan jamur.
Granulosit akan memerangi serbuan benda asing pada toksin dengan melepaskan mediator sel,
seperti histamin, bradikinin serta prostaglandin.
Imunitad Didapat (Akuisita/Spesifik)
Imunitas yang didapat (acquired immunity) terdiri atas respon imun yang tidak dijumpai pada
saat lahir tetapi akan diperoleh kemudian dalam hidup seseorang. Biasanya terjadi setelah
seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respon imun yang
bersifat protektif. Limfosit B berperan dalam sistem imun spesiflk humoral. Bila sel B
dirangsang benda asing, sel akan berproliferasi & berdefetensiasi menjadi sel plasma yang dapat
membentuk antibodi.
Imunitas didapat ada 2 tipe yaitu aktif dan pasif:
1. Imunitas didapat yang aktifyaitupertahananimunologiakandibentukolehtubuhorang yang
dilindungi oleh imunitas tersebut. imunitas ini umumnya berlangsung selama bertahun-tahun
atau bahkan seumurhidup.
2. Imunitas didapat yang pasif yaitu imunitas temporer yang ditransmisikan dari sumber lain
yang sudah dimiliki kekebalan setelah menderita sakit atau menjalani imunisasi.
Pertahanan Sistem Imun
Ketika tubuh diserang atau diinvasi oleh bakteri atau virus atau mikroorganisme patogen lainnya.
Ada 3 macam cara yang dilakukan untuk mempertahankan dirinya sendiri yaitu:
1. Respon imun fagositik
2. Respon imun humoral atau antibodi
3. Respon imun seluler
Respon imun fagositik
Garis pertama pertahanan yang berupa respon imun fagositik meliputi sel-sel darah putih
(granulosit dan makrofag) yang dapat memakan partikel-partikelasing.
Sel-sel ini akan bergerak ke tempat serangan dan kemudian menelan serta menghancurkan
mikroorganisme penyerang tersebut.
Respon imun humoral
Respon protektivang kedua yaitu respon imun humorai (respon antibodi), mulai bekerja dengan
terbentuknya limfosit yang dapat mengubah dirinya menjadi sel-sel plasma yang menghasi!kan
antibodi. Antibodi ini merupakan protein yang sangat spesifik diangkut dalam aliran darah dan
memiliki kemampuan untuk melumpuhkan penyerangnya.
Respon imun seluler
Mekanisme pertahanan yang ketiga, yaitu respon imun seluler, juga melibatkan limfosit yang di
samping mengubah dirinya menjadi sel plasma, juga dapat berubah menjadi sel-sel T sitotoksik
khususnya yang dapai menyerang mikroorganisme patogen itu sendiri.
Antigen adalah bagian dari mikroorganisme penyerang atau penginvasi yang menstimulasi
pembentukan antibodi.
STADIUM RESPON IMUN
Ada 4 stadium yang batasnya jelas dalam suatu respon imun, yaitu :
1. Stadium pengenalan
Dasar setiap reaksi imun adalah pengenalan (recognition). Stadium ini merupakan
kemampuan dari sistem imunitas untuk mengenali antigen sebagai unsur yang asing atau
bukan bagian dari dirinya sendiri dengan dimakan merupakan kejadian pendahulu dalam
setiap reaksi imun. Tubuh harus mengenali penyerang sebagai unsur asing sebelum dapat
beraksi terhadap penyerang tersebut. Tubuh akan melaksanakan tugas pengenalan
(recognition) dengan menggunakan nodus limfatikus dan limfosit sebagai pengawas
(surveilans). Secara terus menerus nodus limfatikus akan melepaskan limfosit berukuran kecil
ke dalam aliran darah. Limfosit ini akan berpatroli untuk mengawasi jaringan dan pembuluh
limfe yang mengalirkan cairan limpe dari daerah-daerah yang dilayani oleh nodus limfatikus.
Pada dasarnya nodus limfatikus dan limfosil membentuk sistem kekebalan.
2. Stadium Proliferasi(memperbanyak diri)
Limiosit yang beredar dan mengandung pesan antigenik akan kembali ke nodus limfatikus
terdekat. Begitu berada dalam nodus limfatikus, limfosit yang sudah disensitisasi akan
menstimulasi sebagian limfosit non aktif (dormant) yang menghum nodus tersebut untuk
membesar, membelah din, mengadakan proliferasi dan berdiferensiasi menjadi limfosit T atau B.
Pembesaran nodus limfatikus dalam Ieher yang menyertai sakit Ieher merupakan salah satu
contoh dari respon imon.
3. Stadium Respon
Limfosit yang sudah berubah akan berfungsi dengan cara humoral dan seluler.
 Respon humoral inisiai
Produksi antibodi oleh limfosit B. Humoral mengacu kepada kenyataan bahwa antibodi
dilepas ke dalam aliran darah dan dengan demikian akan berdiam di dalam plasma atau fraksi
darah yang berupa cairan.
 Respon seluler inisial
Limposit yang sudah disensitisasi dan kembali ke nodus limfatikus akan bermigrasi ke daerah
nodus limfatikus, tempat sel-sel tersebut menstimulasi Iimfosit yang berada dalam nodus ini
untuk merjadi sel-sel yang akan menyerang langsung mikroba dan bukan menyerangnya
Iewat kerja antibodi.
Limfosit yang sudah ditransformasikan ini dikenal sebagai sel-sel T sitotoksik
4. Stadium Efektor
Antibodi dari respon humoral atau sel T sitotoksik dari respon seluler akan menjangkau
antigen dan terangkai dengan antigen tersebut pada permukaan objek yang asing.
Perangkaian ini memulai seri kejadian yang pada sebagian besar kasus akan mengakibatkan
penghancuran mikroba yang menginvasi tubuh atau netralisasi toksin secara total.
Kejadian tersebut meliputi interaksi antibodi (imunitas humoral), komplemen dan kerjaa sel-
sel T sitotoksik (imunitas seluler).
ANTIGEN
adaiah suatu substansi yang mempunyai kemampuan merangsang respon imun. Antigen
(imunogen) adalah bagian dari mikoorganisme penyerang atau penginvasi yang menstimulasi
pernbentukan antibodi.
ANTIBODI
Produksi limfosit B, yang disimpan dalam nodus limfatikus, dibagi lagi menjadi ribuan klon
yang masing-masing bersifat responsif terhadap suatu kelompok tunggal antigen dengan
karakteristik yang hampir idenak.
Pesan antigenik yang dibawa kembali ke nodus limfatikus akan menstimulasi klon spesifik
limfosit B untuk membesar, membelah diri, memperbanyak diri (berproliferasi) dan
berdeferensiasi menjadi sel-sel plasma yang dapat memproduksi antibodispesifikterhadap
antigen tersebut.

STRUKTUR ANTIBODI
Antibodi merupakan protein besar yang dinamakan imunoglobulin karena ditemukan dalam
fraksi globulin pada protein plasma. Setiap molekul antibodi terdiri atas 2 sub unit yang masing-
masing mengandung rantai peptida ringan & berat. Sub unit tersebut disatukan oleh suatu
hubungan kimia yang tersusun dari ikatan disulfida. Tempat ini dinamakan fragmen Fab
merupakan bagian "gembok" (lock)"yang sangat spesifik untuk suatu antigen. Fragmen Fc
memungkinkan molekul antibodi untuk mengambil bagian dalam sistem komplemen.
FUNGSI ANTIBODI
Antibodi mempertahankan tubuh terhadap berbagai penyerang (invader) melalui beberapa cara.
Antibodi juga turut meningkatkan pelepasan substansi vasoaktif, seperti histamin dan slow-
reacting substance(SRS). Kedua substansi ini merupakan mediator kimia dalamrespons
inflamasi. Antibodi juga terlibat dalam proses pengaktifan sistem komplemen Faktor-faktor yang
mempengaruhi fungsi sistem imun:
1. Usia
2. Kelainan organ lain
3. Jenis keiamin
4. Faktor-faktor psikoneuro -imunologik
5. Nutrisi
6. Obat-obatan
7. Penyakit kanker
8. Radiasi
PENYAKIT IMMUNODEFISIENSI
Penyakit Immunodefisiensi adalah sekumpulan keadaan yang berlainan, dimana sistem
kekebalan tidak berfungsi secara adekuat, sehingga infeksi lebih sering terjadi, lebih sering
berulang, luar biasa berat dan berlangsung lebih lama dari biasanya.
Jika suatu infeksi terjadi secara berulang dan berat (pada bayi baru lahir, anak-anak maupun
dewasa), serta tidak memberikan respon terhadap antibiotik, maka kemungkinan masalahnya
terletak pada sistem kekebalan. Gangguan pada sistem kekebalan juga menyebabkan kanker atau
infeksi virus, jamur atau bakteri yang tidak biasa.
DEFISIENSI NUTRISI
1. Defisiensi nutrisi dapat terjadi karena:
2. Kurangnya asupan makanan.
3. Adanya kegagalan penyerapan dan metabolisme.
4. Makin banyaknya ekskresi.
Pasien yang rentan terhadap defisiensi nutrisi adalah orang tua yang menjalankan diet ketat dan
pecandu alkohol yang menjalankan diet tidak berimbang, serta sindrom mal absorpsi.
DEFISIENSI VITAMIN A
Pada tikus defisiensi vitamin A menyebabkan sel-sel kolumnar menjadi tipe squamosa dan
berkeratinisasi, sel-sel sekretori kelenjar saliva juga menjadi sel squamosa dan berkeratinisasi.
Tapi tidak ada bukti bahwa defisiensi vitamin A pada manusia menyebabkan perubahan besar.
DEFISIENSI RIBOFLAVIN
Pada beberapa kasus terdapat stomatitis angularis berupa fissur merah pada sudut mulut, sakit,
dan membran mukosa berwarna merah mengkilap. Lidah biasanya sakit. Pengobatan dengan
pemberian riboflavin 5 mg 3 kali sehari.
DEFISIENSI NICOTINAMIDE (PELLAGRA)
Penderita akan kehilangan nafsu makan diikuti oleh glossitis atau stomatitis dan dermatitis.
Bagian ujung dan lateral margin lidah menjadi merah. Bagian dorsum lidah dilapisi bulu keabu-
abuan. Gingival margin menjadi merah, bengkak dan memborok.
DEFISIENSI VITAMIN C
Penyakit yang terjadi adalah Scurvy. Dampak utaraa adalah dermatitis dan purpura, pada kasus
berat anemia penyembuhan yang lambat pada luka dan gusi yang bengkak berdarah juga dapat
terjadi.
DEFISIENSI VITAMIN D
Pada masa pertumbuhan tulang akan menyebabkan penyakit ricket. Faktor penyebab adalah
kurangnya cahaya matahari, makanan berkabohidrat tinggi dan kemungkinan penggunaan
tepung yang terlalu banyak menyebabkan berkurangnya penyerapan kalsium.
ANOREXIA NERVOSA DAN BULLIMIA
Anorexia nervosa adalah penolakan terhadap makanan secara tegas dan terus menerus yang
berakibat pada tubuh kurus bahkan kematian. Bullimia adalah keadaan dimana seseorang setelah
makan dimuntahkan kembali. Akibatnya adalah terjadinya sialadenitis dan erosi gigi akibat
muntah yang dipaksakan.
Penyakit imunodefisiensi kongenital :
1. Penyakit dimana terdapat kadar antibodi yang rendah
 Common variable immunodeficiency
 Kekurangan antibodi selektif (misalnya kekurangan IgA)
 Hipogammaglobulinemia sementara pada bayi
 Agammaglobulinemia X-linked
2. Penyakit dimana terjadi gangguan fungsi sel darah putih
 Kelainan pada limfosit T
Kandidiasis mukokutaneus kronis
Anomali DiGeorge
 Kelainan pada limfosit T dan limfosit B
Ataksia-teleangiektasia
Penyakit imunodefisiensi gabungan yang berat
Sindroma Wiskott-Aldrich
Sindroma limfoproliferatif X-linked
3. Penyakit dimana terjadi kelainan pada fungsi pembunuh dari sel darah putih
 Sindroma Chediak-Higashi
 Penyakit granulomatosa kronis
 Kekurangan leukosit glukosa-6-fosfatas dehidrogenasi
 Kekurangan mieloperoksidase
4. Penyakit dimana terdapat kelainan pergerakan sel darah putih
 Hiperimmunoglobulinemia E
 Kelainan perlekatan leukosit
5. Penyakit dimana terdapat kelainan pada sistem komplemen
 Kekurangan komplemen komponen 3 (C3)
 Kekurangan komplemen komponen 6 (C6)
 Kekurangan komplemen komponen 7 (C7)
 Kekurangan kompleman komponen 8 (C8)

Agammaglobulinemia X-Linked
Agammaglobulinemia X-linked (agammaglobulinemia Bruton) hanya menyerang anak laki-laki
dan merupakan akibat dari penurunan jumlah atau tidak adanya limfosit B serta sangat
rendahnya kadar antibodi karena terdapat kelainan pada kromosom X.
Bayi akan menderita infeksi paru-paru, sinus dan tulang, biasanya karena bakteri (misalnya
Hemophilus dan Streptococcus) dan bisa terjadi infeksi virus yang tidak biasa di otak.
Tetapi infeksi biasanya baru terjadi setelah usia 6 bulan karena sebelumnyabayimemiliki
antibodi perlindungan di dalam darahnya yang berasai dari ibunya.
Jika tidak mendapatkan vaksinasi polio, anak-anak bisa menderita polio. Mereka juga bisa
menderita artritis.Suntikan atau infus immunoglobulindiberikan selama hidup penderita agar
penderita memiliki antibodi sehingga bisa membantu mencegah infeksi.
Jika terjadi infeksi bakteri diberikan antibiotik. Anak laki-laki penderita agammaglobulinemia
X-linked banyak yang menderita infeksi sinus dan paru-paru menahun dancenderung menderita
kanker.

Common Variable Immunodeficiency


Immunodefisiensi yang berubah-uban terjadi pada pria dan wanita pada usia berapapun, tetapi
biasanya baru muncul pada usia 10-20 tahun. Penyakit ini terjadi akibat sangat rendahnya kadar
antibodi meskipun jumlah limfosit B-nya normal. Pada beberapa penderita limfosit T berfungsi
secara normal, sedangkan pada penderita lainnya tidak.
Sering terjadi penyakit autoimun, seperti penyakit Addison, tiroiditis dan artritis rematoid.
Biasanya terjadi diare dan makanan pada saluran pencernaan tidak diserap dengan baik.
Suntikan atau infus immunoglobulindiberikan selama hidup penderita. Jika terjadi infeksi
diberikan antibiotik.
Kekurangan Antibodi Selektif
Pada penyakit ini, kadar antibodi total adalah normal, tetapi terdapat kekurangan antibodi jenis
tertentu. Yang paling sering terjadi adalah kekurangan IgA. Kadang kekurangan IgA sifatnya
diturunkan, tetapi penyakit ini lebih sering terjadi tanpa penyebab yang jelas.Penyakit ini juga
bisa timbul akibat pemakaian fenitoin (obat anti kejang).
Sebagian besar penderita kekurangan IgA tidak mengalami gangguan atau hanya mengalami
gangguan ringan, tetapi penderita lainnya bisa mengalami infeksi pernafasan menahun dan
alergi. Jika diberikan transfusi darah, plasma atau immunoglobulin yang mengandung IgA.
beberapa penderita menghasilkan antibodi anti-IgA. yang bisa menyebabkan reaksi alergi yang
hebat ketika mereka menerima plasma atau immunoglobulin berikutnya. Biasanya tidak ada
pengobatan untuk kekurangan IgA. Antibiotik diberikan pada mereka yang mengalami infeksi
berulang.
Penyakit Immunodefisiensi Gabungan Yang Berat
Penyakit immunodefisiensi gabungan yang berat merupakan penyakit immunodefisiensi yang
paling serius. Terjadi kekurangan limfosit B dan antibodi, disertai kekurangan atau tidak
berfungsinya limfosit T. sehingga penderita tidak mampu melawan infeksi secara adekuat.
Sebagian besar bayi akan mengalami pneumonia dan thrush (infeksi jamur di mulut); diare
biasanya baru muncul pada usia 3 bulan. Bisa juga terjadi infeksi yang lebih serius, seperti
pneumonia pneumokistik jika tidak diobati, biasanya anak akan meninggal pada usia 2 tahun.
Antibiotik dan immunoglobulin bisa membantu, tetapi tidak menyembuhkan. Pengobatan terbaik
adalah pencangkokan sumsum tulang atau darah dari tali pusar.
Sindroma Wiskott-Aldrich
Sindroma Wiskott-Aldrich hanya menyerang anak laki-laki dan menyebabkan eksim, penurunan
jumlah trombosit serta kekurangan limfosit T dan limfosit B yang menyebabkan terjadinya
infeksi berulang. Akibat rendahnya jumlah trombosit, maka gejala pertamanya bisa berupa
kelainan perdarahan (misalnya diarc berdarah). Kekurangan limfosit T dan limfosit B
menyebabkan anak rentan terhadap infeksi bakteri, virus dan jamur. Sering terjadi infeksi saluran
pernafasan. Anak yang bertahan sampai usia 10 tahun, kemungkinan akan menderita kanker
(misalnya limfoma dan leukemia).
Pengangkatan limpa seringkali bisa mengatasi masalah perdarahan, karena penderita memiliki
jumlah trombosit yang sedikit dan trombosit dihancurkan di dalam limpa. Antibiotik dan infus
immunoglobulin bisa membantu penderita, tetapi pengobatan terbaik adalah dengan
pencangkokan sumsum tulang.
Ataksia-Telangiektasia
Ataksia-telangiektasia adalah suatu penyakit keturunan yang menyerang sistem kekebalan dan
sistem saraf. Kelainan pada serebelum (bagian otak yang mengendalikan koordinasi)
menyebabkan pergerakan yang tidak terkoordinasi (ataksia). Kelainan pergerakan biasanya
timbul ketika anak sudah mulai berjalan, tetapi bisa juga baru muncul pada usia 4 tahun. Anak
tidak dapat berbicara dengan jelas, otot-ototnya lemah dan kadang terjadi keterbelakangan
mental.
Telangiektasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pelebaran kapiler (pembuluh darah yang
terlihat di mata, telinga, bagian pinggir hidung dan lengan. Sering terjadi pneumonia, infeksi
sangat kecil) di kulit dan mata. Telangiektasi terjadi pada usia 1-6 tahun, biasanya paling jelas
bronkus dan infeksi sinus yang bisa menyebabkan kelainan paru-paru menahun. Kelainan pada
sistem endokrin bisa menyebabkan ukuran buah zakar yang kecil, kemandulan diabetes. Banyak
anak-anak yang menderita kanker, terutama leukemia, kanker otak dan kanker lambung.
Antibiotik dan suntikan atau infus immunoglobulinesa membantu mencegah infeksi tetapi tidak dapat
mengatasi kelainan saraf. Ataksia-telangiektasia biasanya berkembang menjadi kelemahan otot yang
semakin memburuk, kelumpuhan, demensia dan kematian.
Sindroma Hiper-1gE
Sindroma hiper-IgE (sindroma job-Buckley) adalah suatupenyakitimmunodefisiensiyang ditandai dengan
sangat tingginya kadar antibodiIgEdaninfeksibakteristafilokokusberulang. Infeksi bisa menyerang
kulit,paru-paru,sendiatauorganlainnya.Banyakpenderitayang memiliki tulang yang lemah sehingga sering
mengalami patah tulang.Beberapapenderita menunjukkan gejala-gejala alergi, seperti eksim, hidung
tersumbat dan asma.
Antibiotik diberikan secara terus menerus atau ketika terjadi infeksi stafilokokus. Sebagai lindakan
pencegahan diberikan antibiotik trimetoprim-sulfametoksazol.
Penyakit granulomatosa kronis
Kebanyakan menyerang anak laki-iaki dan terjadi akibat kelainan pada sel-sel darah putih yang
menyebabkan terganggunya kemampuan mereka untuk membunuh bakteri dan jamur tertentu. Sel darah
putih tidak menghasilkan hidrogen peroksida, superoksida dan zat kimia lainnya yang membantu
melawan infeksi.
Gejala biasanya muncul pada masa kanak-kanak awal, tetapi bisa juga baru timbul pada usia belasan
tahun. Infeksi kronis terjadi pada kulit, paru-paru, kelenjar getah bening, mulut, hidung dan usus. Bisa
terjadi abses di sekitar anus, di dalam tulang dan otak. Kelenjar getah bening cenderung membesar dan
mengering. Hati dan limpa membesar serta pertumbuhan anak menjadi lambat.
Antibiotik bisa membantu mencegah terjadinya infeksi. Suntikan gamma interferon setiap minggu bisa
menurunkan kejadian infeksi. Pada beberapa kasus, pencangkokan sumsum tulang berhasil
menyembuhkan penyakit ini.
Hipogammaglobulin Sementara Pada Bayi
Pada penyakit ini, bayi memiliki kadar antibodi yang rendah, yang mulai terjadi pada usia 3-6 bulan.
Keadaan ini lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang lahir prematur karena selama dalam kandungan,
mereka menerima antibodi ibunya dalam jumlah yang lebih sedikit.
Penyakit ini tidak diturunkan, menyerang anak laki-laki dan anak perempuan. Biasanya hanya
berlangsung selama 6-18 bulan.
Sebagian bayi mampu membuat antibodi dan tidak memiliki masalah dengan infeksi, sehingga tidak
diperlukan pengobatan. Beberapa bayi (terutama bayi prematur) sering mengalami infeksi. Pemberian
immunoglobulinsangat efektif untuk mencegah dan membantu mengobati infeksi. Biasanya diberikan
selama 3-6 bulan. Jika perlu, bisa diberikan antibiotik.
Anomali DiGeorge
terjadi akibat adanya kelainan pada perkembangan janin. Keadaan initidak diturunkan dan bisa
menyerang anak laki-laki maupun anak perempuan. Anak-anak tidak T memiliki yang normal. kelenjar
Tanpa thymus, limfosit yang merupakan T, penderita kelenjar tidak dapat yang penting melawan untuk
infeksi perkembangan dengan baik Limfosit. Segera setelah lahir, akan terjadi infeksi berulang.
Beratnya gangguan kekebalan sangat bervariasi. Kadang kelainannya bersifat parsial dan fungsi
limfosit T akan membaik dengan sendirinya. Anak-anak memiliki kelainan jantung dan
gambaran wajah yang tidak biasa (telinganya lebih rendab, tulang rahangnya kecil dan menonjol
serta jarak antara kedua matanya lebih lebar). Penderita juga tidak memiliki kelenjar paratiroid,
sehingga kadar kalium darahnya rendah dan segera setelah lahir seringkali mengalami kejang.
Jika keadaannya sangat berat, dilakukan pencangkokan sumsum tulang. Bisa juga dilakukan
pencangkokan kelenjar thymus dari janin atau bayi baru lahir (janin yang mengalami
keguguran). Kadang kelainan jantungnya lebih berat daripada kelainan kekebalan sehingga perlu
dilakukan pembedahan jantung untuk mencegah gagal jantung yang berat dan kematian. Untuk
mengatasi rendahnya kadar kalsium dalam darah diperlukan intervensi supaya kadar kalsium
darah bisa normal.
Kandidiasis Mukokutaneus Kronis
Kandidiasi mukokutaneus kronis terjadi akibat buruknya fungsi sel darah putih, yang
menyebabkan terjadinya infeksi jamur candida yang menetap pada bayi atau dewasa mada jamur
bisa menyebabkan infeksi mulut (thrush), infeksi pada kulit kepala, kulit dan kuka. Penyakit ini
lebih sering ditemukan pada anak perempuan dan beratnya bervariasi. Beberapa penderita
mengalami hepatitis dan penyakit paru-paru menahun. Penderita lainnya memiliki kelainan
endokrin (seperti hipoparatiroidisme).
Infeksi internal oleh Candida jarang terjadi. Biasanya infeksi bisa diobati dengan obat anti jamur
nistatin atau klotrimazol. Infeksi yang lebih berat memerlukan obat anti-jamur yang lebih kuat
(misalnya ketokonazol per-oral atau amfoterisin B intravena). Kadang dilakukan pencangkokan
sumsum tulang.
Penyebab Penyakit Immunodefisiensi
Immunodefisiensi bisa timbul sejak seseorang dilahirkan (immunodefisiensi kongenital) atau
bisa muncul di kemudian hari. Immunodefisiensi kongenital biasanya diturunkan. Terdapat lebih
dari 70 macam penyakit immunodefisiensi yang sifatnya diturunkan (herediter). Pada beberapa
penyakit, jumlah sel darah putihnya menurun: pada penyakit lainnya, jumlah sel darah putih
adalah normal tetapi fungsinya mengalami gangguan. Pada sebagian penyakit lainnya, tidak
terjadi kelainan pada sel darah putih, tetapi komponen sistem kekebalan lainnya mengalami
kelainan atau hilang.
Immunodefisiensi yang didapat biasanya terjadi akibat suatu penyakit. Immunodefisiensi yang
didapat lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan immunodefisiensi kongenital. Beberapa
penyakit hanya menyebabkan gangguan sistem kekebalan yang ringan, sedangkan penyakit
lainnya menghancurkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Pada infeksi HIV yang
menyebabkan AIDS, virus menyerang dan menghancurkan sel darah putih yang dalam keadaan
normal melawan infeksi virus dan jamur.
Berbagai keadaan bisa mempengaruhi sistem kekebalan. Pada kenyataannya. hampir setiap
penyakit serius menahun menyebabkan gangguan pada sistem kekebalan. Orang yang memiliki
kelainan limpa seringkali mengalami immunodefisiensi. Limpa membantu menjerat dan
menghancurkan bakteri dan organisme infeksius.
lainnya yang masuk ke dalam peredaran darah. Limpa merupakan salah satu tempat
pembentukan antibodi. Jika limpa diangkat atau mengalami kerusakan akibat penyakit (misalnya
penyakit sel sabit), maka bisa terjadi gangguan sistem kekebalan. Jika tidak memiliki limpa,
seseorang (terutama bayi) akan sangat peka terhadap infeksibakteri tertentu (misalnya
Haemophilus influenzae, Escherichia coli dan Streptococcus). Selain vaksin yang biasa
diberikan kepada anak-anak, seorang anak yang tidak memiliki limpa harus mendapatkan vaksin
pneumokokus dan meningokokenak kecil yang tidak memiliki limpa harus terus menerus
mengkonsumsi antibiotik selama 5 tahun pertama. Semua orang yang tidak memiliki limpa,
harus segera mengkonsumsi antibiotik begitu ada demam sebagai pertanda awal infcksi.
Malnutrisi (kurang gizi) juga bisa secara serius menyebabkan gangguan sistem kekebalan. Jika
malnutrisi menyebabkan berat badan kurang dari 80% berat badan ideal, maka biasanya akan
terjadi gangguan sistem kekebalan yang ringan. Jika berat badan turun sampai kurang dari 70%
berat badan ideal, maka biasanya terjadi gangguan sistem kekebalan yang berat. Infeksi (yang
sering terjadi pada penderita kelainan sistem kekebalan) akan mengurangi nafsu makan dan
meningkatkan kebutuhan metabolisme tubuh, sehingga semakin memperburuk keadaan
malnutrisi. Beratnya gangguan sistem kekebalan tergantung kepada beratnya dan lamanya
malnutrisi dan ada atau tidak adanya penyakit. 'ika malnutrisi berhasil diatasi, maka sistem
kekebalan segera akan kembali normal.
Beberapa penyebab dari immunodefisiensi yang didapat:
1. Penyakit keturunan dan kelainan metabolisme
 Diabetes
 Sindroma Down
 Gagal ginjal
 Malnutrisi\
 Penyakit sel sabit
2. Bahan kimia dan pengobatan yang menekan sistem kekebalan
 Kemoterapi kanker
 Kortikosteroid
 Obat immunosupresan
 Terapi penyinaran
3. Infeksi
 Cacar air
 Infeksi sitomegalovirus
 Campak Jerman (rubella kongenital)
 Infeksi HIV (AIDS)
 Mononukleosis infeksiosa
 Campak
 Infeksi bakteri yang berat
 Infeksi jamur yang berat
 Tuberkulosis yang berat
4. Penyakit darah dan kanker
 Agranulositosis
 Semua jenis kanker Anemia aplastic
 Histiositosis
 Leukemia
 Limfoma
 Mielofibrosis
 Mieloma
5. Pembedahan dan trauma
 Luka bakar
 Pengangkatan limpa
6. Lain-lain
 Sirosis karena alkohol
 Hepatitis kronis
 Penuaan yang normal
 Sarkoidosis
 Lupus eritematosus sistemik.
Gejala Penyakit Immunodefisiensi
Sebagian besar bayi yang sehat mengalami infeksi saluran pernafasan sebanyak 6 kali atau lebih
dalam 1 tahun, terutama jika tertular oleh anak lain. Bayi dengan gangguan sistem kekebalan,
biasanya menderita infeksi bakteri berat yang menetap, berulang atau menyebabkan komplikasi.
Misalnya infeksi sinus, infeksi telinga menahun dan bronkitis kronis yang biasanya terjadi
setelah demam dan sakit tenggorokan. Bronkitis bisa berkembang menjadi pneumonia Kuin dan
selaput lendir yang melapisi mulut, mata dan alat kelamin sangat peka terhadap infeksi.
Thrush (suatu infeksi jamur di mulut) disertai luka di mulut dan peradangan gusi, bisa
merupakan pertanda awal dari adanya gangguan sistem kekebalan. Peradangan mata
(konjungtivitis), rambut rontok, eksim yang berat dan pelebaran kapiler dibawah kulit juga
merupakan pertanda dari penyakit immunodefisiensi. Infeksi pada saluran pencernaan bisa
menyebabkan diare, pembentukan gas yang berlebihan dan penurunan berat badan.
Infeksi yang menetap atau berulang, atau infeksi berat oleh mikroorganisme yang biasanya tidak
menyebabkan infeksi berat, bisa merupakan petunjuk adanya penyakit immunodefisiensi.

Petunjuk lainnya adalah:


 Respon yang buruk terhadap pengobatan
 Pemulihan yang tertunda atau pemulihan tidak sempurna
 Adanya jenis kanker tertentu
 Infeksi oportunistik (misalnya infeksi Pneumocystis cranii yang tersebar luas atau infeksi
jamur berulang).
Pemeriksaariksaan laboratorium dilakukan untuk mengetahui:
 Jumlah sel darah putih
 kadar antibodi/immunoglobulin
 Jumlah limfosit T
 kadar komplemen.

PENGOBATAN PENYAKIT IMMUNODEFISIENSI


Jika ditemukan pertanda awal infeksi, segera diberikan antibiotik. Kepada penderita sindroma
Wiskott-Aldrich dan penderita yang tidak memiliki limpa diberikan antibiotik sebagai tindakan
pencegahan sebelum terjadinya infeksi.Untuk mencegah pneumonia seringkali digunakan
trimetoprim-sulfametoksazol. Obat-obat untuk meningkatkan sistem kekebalan (contohnya
levamisol, inosipleks dan hormon thymus) belum berhasil mengobati penderita yang sel darah
putihnya sedikit atau fungsinya tidak optimal. Peningkatan kadar antibodi dapat dilakukan
dengan suntikan atau infus immunoglobulineang biasanya dilakukan setiap bulan. Untuk
mengobati penyakit granulomatosa kronis diberikan suntikan gamma interferon.
Pencangkokan sel-sel thymus dan sel-sel lemak hati janin masih bersifat eksperimentale kadang
hai ini membantu penderita anomali DiGeorge. Pada penyakit immunodefisiensi gabungan yang
berat yang disertai kekurangan adenosin deaminase, kadang dilakukan terapi sulih enzim. Jika
ditemukan kelainan genetik, maka terapi genetik memberikan hasil yang menjanjikan.
Pencangkokan sumsum tulang kadang bisa mengatasi kelainan sistem kekebalan kongenital yang
berat. Prosedur ini biasanya hanya dilakukan pada penyakit yang paling berat, seperti penyakit
immunodefisiensi gabungan yang berat.
Kepada penderita yang memiliki kelainan sel darah putih tidak dilakukan transfusi darah kecuali
jika darah donor sebelumnya telah disinar, karena sel darah putih di dalam darah donor bisa
menyerang darah penderita sehingga terjadi penyakit serius yang bisa berakibat fatal (penyakit
graft-versus-host).

PENCEGAHAN IMMUNODEFISIENSI
Hal-hal yang sebaiknya dilakukan oieh penderita penyakit immunodefisiensi antara lain:
 Mempertahankan gizi yang baik
 Memelihara kebersihan badan
 Menghindari makanan yang kurang matang
 Menghindari kontak dengan orang yang menderita penyakit menular
 Menghindari merokok dan obat-obat terlarang
 Menjaga kebersihan gigi untuk mencegah infeksi di mulut
 Vaksinasi diberikan kepada penderita yang mampu membentuk antibodi.
Kepada penderita yang mengalami kekurangan limfosit B atau limfosit T hanya diberikan vaksin
virus dan bakteri yang telah dimatikan (misalnya vaksin polio, MMR dan BCG).
Jika diketahui ada anggota keluarga yang membawa gen penyakit immunodefisiensi, sebaiknya
melakukan konseling agar anaknya tidak menderita penyakit ini. Beberapa penyakit
immunodefisiensi yang bisa didiagnosis pada janin dengan melakukan pemeriksaan pada contoh
darah janin atau cairan ketuban:
 Agammaglobulinemia
 Sindroma Wiskott-Aldrich
 Penyakit immunodefisiensi gabungan yang berat
 Penyakit granulomatosa kronis.
Pada kebanyakan penyakit ini, orang tua atau saudara kandungnya dapat menjalani pemeriksaan
untuk menentukan apakah mereka membawa gen dari penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai