Thymus
1. Pengertian kelenjar thymus
Kelenjar Timus adalah suatu organ limfoid simetris bilateral yang terdiri atas
dua lobus berbentuk piramid, yang terletak di bagian anterior mediastinum superior.
Perkembangan timus yang maksimal dicapai kira-kira pada saat pubertas, dan timus
kemudian mengalami suatu proses involusi pelahan digantikannya parenkim oleh
jaringan lemak dan fibrosa yang lambat laun akan menurun fungsi imun pada masa
dewasa (W.A Newman, 2010).
Struktur anatomi dari dua lobus yang sama dari kelenjar timus, dapat dengan
mudah membuat perbedaan antara daerah pusat dan perifer yang masing-masing
disebut dengan medula dan korteks. Namun, komponen utama ketiga ialah lapisan
pelindung yang mengelilingi korteks perifer, yang disebut dengan kapsul luar. Baik
secara struktural dan fungsional berbagai jenis sel, hadir dalam organ, ditugaskan
dengan fungsi yang berbeda untuk mengembangkan limfosit T, dan diberi nama
sebagai hematopoietik dan sel-sel stroma. Yang sel T, yang diproduksi di dalamnya,
disediakan dengan wilayah tertentu yang dapat memungkinkan mereka menyerang
pada zat-zat asing yang berbahaya, yang disebut dengan reseptor.
Arteri pada kelenjar timus adalah arteri medula. Arteri tersebut memasuki
timus melalui simpai kemudian bercabang memasuki organ bagian dalam, yang
mengikuti serta jaringan ikat. Anteriol keluar untuk memasuki parenkim disepanjang
perbatasan antara kortex dan medula . aretriol ini bercabang menjadi kapiler yang
memasuki kortex dengan jalan melengkung dan akhirnya sampai di medula kemudian
mencurahkan isinya kedalam venula. Medula disuplai oleh kapiler, yaitu cabang-
cabang arteriol pada perbatasan kortex medula. Kapiler medula mencurahkan isinya
kedalan venula, yang juga menerima kapiler yang kembali ke daerah kortex. Vena
medula memasuki septa jaringan ikat dan meninggalkan timus melalui simpainya.
Timus tidak memiliki pembuluh limfe aferen dan tidak membentuk saringan
bagi cairan limfe seperti kelenjar getah bening. Pembulu limfe terdapat pada dinding
pembuluh darah dan jaringan ikat septa
Kelenjar timus memiliki lobus yang dibungkus oleh suatu kapsul jaringan ikat
yaitu tempat trabekula berasal. Trabekula masuk kedalam organ dan membagi
kelenjar timus menjadi banyak lobulus yang tidak utuh. Setiap lobulus terdiri dari
korteks yang terpulas gelap dan medula terpulas terang. Karena lobulus tidak utuh,
medula memperlihatkan kontinuitas diantara lobulus yang berdekatan. Pembuluh
darah masuk kedalam kelenjar timus melalui kapsul jaringan ikat dan trabekula.
Korteks setiap lobulus mengandung limfosit yang tersusun padat yang tidak
membentuk modulus limpoid. Sebaliknya, medula mengandung limfosit lebih sedikit
tetapi mempunyai epitteiocytus reticularis yang lebih banyak. Medula juga
mengandung banyak corpusculum thymicum merupakan ciri khas kelnjar timus.
Histologi kelnjar timus bervariasi bergantung pada usia individu. Kelenjar timus
berkembang mencapai puncaknya segera setelah lahir. Pada saat pubertas, kelenjar
timus mengalami involusi atau menunjukan tanda-tanda regresi dan degenerasi secara
bertahap. Akibatnya produksi limfosit menurun dan corpus culum thymicum menjadi
lebih menonjol selain itu parenkim atai bagian seluler kelenjar secara bertahap
digantikan oleh jaringan ikat longgar dan sel adiposa. Akumulasi jaringan adiposa
dan tanda infolusi dini pada kelnjar timus bergantung pada usia individu.
Kelenjar timus merupakan organ lembut yang terletak di atas jantung tepat
setelah leher pada rongga dada bagian atas. Kelenjar timus dibagi menjadi dua lobus
yang dikelilingi oleh kapsul fibrosa.
Korteks
Kortek kelenjar timus merupakan bagian luar yang disusun oleh limfosit
dan sel epitel retikular yang akan berhubungan dengan bagian medulla.
Korteks merupakan tempat awal terbentuknya sel T.
Medulla
Pada bagian medulla sel epitel retikularnya lebih kasar, sedangkan sel
limfositnya lebih sedikit. Pada bagian medulla juga ditemukan Hassall’s
corpus yaitu struktur seperti sarang yang merupakan tempat
berkumpulnya sel epitel retikular, medulla merupakan tempat
pembentukan sel T lanjutan.
5. Epidemiologi
Pada pasien yang berusia lebih muda dari 20 tahun atau lebih tua dari 40
tahun, lebih kurang sepertiga dari kanker timus yang diderita merupakan tumor ganas.
Sementara itu, pada pasien yang berusia 20-49 tahun, sekitar setengah dari kanker
timus yang diderita merupakan tumor ganas.
Penyebab dan faktor risiko dari kanker kelenjar timus belum diketahui.
Sampai saat ini, kanker kelenjar timus hanya dapat diperkirakan dicetuskan atau
berhubungan dengan kondisi tertentu, seperti:
e) Lain-lain, misalnya:
f) Usia
h) Radiasi
Sampai saat ini, belum ada faktor risiko lingkungan atau gaya hidup
tertentu yang terkait erat dengan timoma atau thymic carcinoma.
Tanda dari kanker timus ialah terjadinya perbesaran kelenjar timus, baik
terlihat maupun tidak. Untuk gejala, sebagian besar timoma (50%) tidak memberikan
keluhan atau gejala, terutama pada masa awal penyakit. Umumnya kanker ini sering
ditemukan secara tidak sengaja saat dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti
rontgen atau CT-scan pada dada yang ditujukan untuk mencari kelainan lain di
rongga dada.
Gejala yang timbul dapat diakibatkan penekanan struktur sekitar oleh tumor
yang semakin membesar atau menyebar. Selain itu, gejala juga dapat timbul secara
tidak langsung akibat kondisi lain, seperti penyakit myasthenia gravis atau penyakit
autoimun lainnya (disebut juga sindrom paraneoplastik). Sindrom paraneoplastik
merupakan sindrom dengan gejala yang diakibatkan oleh senyawa yang dikeluarkan
tumor atau akibat respon imun abnormal terhadap tumor. Sindrom tersebut dapat
mengganggu fungsi normal berbagai bagian tubuh dan dapat menjadi pertanda tumor
ganas.
Walaupun jarang, kelenjar timus dapat menekan pembuluh darah besar pada
daerah rongga dada. Seseorang dikatakan mengalami sindrom vena kava superior,
apabila kelenjar timus sudah menekan pembuluh darah besar. Pada sindrom vena
kava superior, pembuluh darah besar yang membawa darah kotor balik dari daerah
kepala terhambat alirannya, sehingga dapat menyebabkan gejala seperti berikut:
Segera konsultasi ke dokter bila terjadi sindrom ini. Sindrom ini merupakan
kondisi serius yang membutuhkan perhatian medis dan tatalaksana segera.
Kanker kelenjar timus juga dapat menyebar pada beberapa kasus. Umumnya
kanker ini menyebar ke lapisan pembungkus paru-paru (pleura) atau jantung
(perikardium). Kurang dari 7% dapat disertai penyebaran di luar rongga dada,
misalnya kelenjar limfe, hati, ginjal, otak, atau tulang. Penyebaran pada organ-organ
tersebut dapat mencetuskan gejala spesifik terhadap organ tersebut. Misalnya saja
penyebaran pada hati dapat menimbulkan gejala kuning, dan penyebaran pada tulang
dapat menyebabkan sakit tulang.
8. Diagnosis
Anamnesis
Dokter akan menanyakan berbagai hal dimulai dari keluhan yang mungkin
dirasakan, riwayat perjalanan penyakit, riwayat penyakit sebelumnya, terapi
yang pernah dijalani maupun riwayat keluarga. Adanya pertanyaan lain yang
mungkin ditanyakan, misalnya:
a. Pembedahan
b. Radioterapi
d. Terapi hormonal
e. Kortikosteroid
f. Timoma
10. Pencegahan
Dikarenakan belum ditemukan penyebab dan faktor risiko yang pasti dari
kanker kelenjar timus, maka belum diketahui cara pasti untuk mencegah kanker ini.
Dikarenakan adanya dugaan hubungan antara kanker kelenjar timus dengan paparan
radiasi di dada, menghindari paparan radiasi merupakan salah satu cara untuk
mencegah timbulnya kanker ini.
Hingga saat ini, belum jelas apakah olahraga, mengonsumsi makanan tertentu,
atau mengonsumsi suplemen nutrisi dapat menurunkan risiko kanker kelenjar timus.
Namun tidak ada salahnya bila kita selalu menerapkan pola hidup sehat seperti tidak
merokok, makan makanan yang sehat dan bergizi, aktivitas fisik yang teratur, dan
mempertahankan berat badan yang sehat. Pola hidup yang sehat akan memberikan
dampak positif yang dapat menurunkan risiko kanker kelenjar timus maupun kanker
lainnya.
Belum terdapat pemeriksaan untuk deteksi dini kanker kelenjar timus. Hampir
separuh dari pasien yang menderita timoma atau thymic carcinoma tidak memiliki
gejala ketika tumor ditemukan. Timoma lebih sering ditemukan secara tidak sengaja
saat dilakukan rontgen atau CT-scan. Walaupun demikian, kanker ini terkadang dapat
ditemukan secara dini. Karena sering terdapat kaitan antara kanker kelenjar timus
dengan penyakit autoimun, maka apabila seseorang memiliki penyakit kelainan
autoimun, ada baiknya untuk memeriksakan diri ke dokter untuk deteksi dini.
Beberapa pemeriksaan untuk mendeteksi respon pengobatan akan diulang
untuk mengetahui seberapa baik respon pengobatan. Pemeriksaan pasca pengobatan
juga akan dilakukan secara berkala untuk melihat perubahan yang terjadi pada tubuh
pasien.
Tindakan bedah yang dilakukan dalam terapi kanker juga memiliki risiko,
walaupun kecil. Kerusakan saraf pada daerah rongga dada dapat terjadi saat
pembedahan, menyebabkan kelumpuhan sementara maupun menetap pada diafragma.
Hal tersebut dapat menyebabkan pasien mengalami sesak nafas. Apabila terjadi
kerusakan persarafan lambung, maka pasien dapat mengalami kesulitan dalam
pengosongan lambung (proses pencernaan).
Daftar pustaka