Anda di halaman 1dari 5

Organ dan jaringan limfoid dibagi dalam dua kelompok utama, yaitu organ limfoid primer

seperti timus, ekivalen bursa fabricius dan sumsum tulang.yang berfungsi sebagai embriogenesis
dari sel-sel imunologik, dan organ limfoid sekunder seperti, kelenjar limfe, limfa dan jaringan
limfoid lainnya, yang bereaksi aktif terhadap stimulasi antigen. Kelenjar timus, dianggap sebagai
organ limfoid utama dalam imunogenesis dan menjadi pusat pengendalian aktivitas organ serta
jaringan limfoid yang lainnya (Suardana, 2017).
Menurut fungsinya, sistem limfoid dibagi dalam dua kompartemen yaitu :
a. Kompartemen sentral
Merupakan tempat terjadinya diferensiasi sel-sel yang mampu beraksi
dengan antigen.
b. Kompartemen perifer
Sebagai tempat terjadinya reaksi sel-sel limfoid dengan antigen. Rangsangan untuk maturasi sel
pada kompartemen sentral tidak diketahui secara pasti, namun diduga proliferasinya dipengaruhi
oleh hormon timus dan dapat terjadi tanpa stimulasi antigen. Sebaliknya, maturasi sel pada
kompartemen perifer terjadi atas stimulasi antigen (Suardana, 2017).
Organ Limfoid Primer
a. Kelenjar Timus
Kelenjar timus terletak dibagian depan mediastinum, terbagi dalam dua lobus dan banyak
lobulus yang masing-masing terdiri atas korteks dan medula. Sel induk pluripoten yang
merupakan cikal bakal sel T, masuk kedalam timus lalu berproliferasi menjadi sel yang disebut
dengan timosit. Proses diferensiasi limfosit didalam timus, dipengaruhi oleh epitel timus dan sel
dendritik yang berasal dari
sumsum tulang (interdigitating cells). Sel dendritik ini mengekspresikan MHC kelas II dalam
jumlah banyak dan diduga berperan dalam mendidik limfosit T untuk mengenal antigen diri
(self). Dalam proses maturasi ini sel T menjadi imunokompeten. Dua sampai tiga hari, setelah sel
induk masuk kedalam timus, limfosit meninggalkan timus lalu masuk kedalam sirkulasi dan
selanjutnya menetap didalam organ limfoid perifer (Suardana, 2017).
b. sumsum tulang dan ekivalen bursa fabrisius
Spesies unggas, mempunyai organ limfoid primer yang berasal dari epitel usus janin yang
disebut dengan bursa fabrisius. Sel induk pluripoten yang memasuki bursa fabrisius
berdiferensiasi menjadi sel B yang mampu membentuk antibodi. Organ semacam ini tidak
dijumpai pada mamalia, akan tetapi diketahui bahwa sel B pada mamalia berdiferensiasi dalam
sumsum tulang dan dalam organ limfoid perifer. Selain tempat pematangan sel B, sumsum
tulang juga mengandung sel T matang dan plasmosit. Dengan demikian, sumsum tulang
disamping sebagai organ limfoid primer, juga berfungsi sebagai organ limfoid sekunder
(Suardana, 2017).
Sistem imun alamiah (Innate immunity) adalah pertahanan tubuh yang mempunyai sifat
tidak spesifik dan merupakan pertahanan pertama. Imunitas alami berfungsi sebagai system
pertahanan terdepan pada awal terjadinya infeksi penyakit (Akrom, 2018).
Organ dan jaringan penyusun system imunitas disebut dengan organ dan jaringan limfoid.
Organ dan jaringan penyusun system imun dibagi menjadi 2 yaitu organ dan jaringan limfoid
primer dan sekunder (Akrom, 2018). Berikut karakteristik dari organ limfoid primer :
- Komponen yg terlibat : Sumsum tulang, liver fetus, timus
- Proliferasi dan diferensiasi : Tak tergantung antigen
- Produk : Sel B dan sel T yang imunokompetens
- Fungsi atau peran : Maturasi dan perkembangan sel B dan sel T
Organ limfoid primer yang fiingsi utamanya adalah embriogenesis dan sel-sel yang berfungsi
dalam respons imun (Akrom, 2018).
Organ limfoid primer
Dua organ limfoid primer adalah sumsum tulang dan timus. Leukosit dan sel-sel lain yang
berperan dalam respons imun dibentuk dari stem cell dalam sumsum tulang. Sel B mengalami
maturasi dan diferensiasi
dalam sumsum tulang sedangkan sel T mengalami maturasi dan diferensiasi dalam kelenjar
timus, karena itu kedua organ itu disebut sebagai organ limfoid primer.
- Kelenjar timus
Kelenjar timus terletak di bagian depan mediastinum, terbagi dalam 2 lobus dan banyak
lobulus yang masing-masing terdiri ataskorteks dan medula. Sel induk pluripoten yang
merupakan cikal bakal sel T, masuk ke dalam timus lalu berproliferasi menjadi sel yang
disebut timosit. Timosit dalam timus berada dalam berbagai stadium maturasi. Bagian
korteks lebih banyak mengandung sel yang muda, sedangkan di bagian medula terdapat
lebih banyak sel yang matang. Proses yang terjadi dalam perkembangan sel T dalam
kelenjar timus adalah:
a. pembentukan berbagai reseptor sel T
b. seleksi sel T fungsional aktif yang dapat mengenal antigen tertentu yang
dipresentasikan melalui MHC
c. pemusnahan sel T autoreaktif melalui apoptosis
d. diferensiasi subpopulasi sel yang mengekspresikan CD4CD8. Proses diferensiasi
limfosit dalam timus dipengaruhi oleh epitel timus dan sel dendritik yang berasal dan sumsum
tulang (interdigitating cells). Sel dendritik mi mengekspresikan MHC kelas II dalam jumlah
banyak dan diduga berperan dalam mendidik limfosit T untuk mengenal antigen din (self)
(Akrom,2018).
Dalam proses maturasi sel T menjadi imunokompeten. Hanya sel T matang yang
kompeten untük melaksanakan fungsinya sebagai Thelper dan T-sitotoksik yang akan
meninggalkan timus dan masuk ke dalam sirkulasi darah dan hal ini terjadi dua sampai 3 han
setelah sel induk masuk ke dalam timus. Limfosit itu selanjutnya menetap dalam organ limfoid
perifer (Akrom,2018).
Gambar Jaringan retikuloendotelial, limfonodi dan pembuluh limpa (Akrom, 2018).

- Sumsum tulang dan ekivalen bursa fabnsius


Di samping timus, burung mempunyai organ limfoid primer berasal dan epitel usus janin. Sel
induk pluripoten yang memasuki bursa fabrisius berdiferensiasi menjadi sel B yang mampu
membentuk antibodi.
Organ semacam mi tidak dijumpai pada mamalia, diketahui bahwa sd B pada mamalia
berdiferensiasi dalam sumsum tulang dan dalam organ limfoid perifer. Proliferasi dan maturasi
dalam sumsum tulang dipengaruhi oleh sitokin yang disebut sebagai colony stimulating factors
(CFS). Faktor pertumbuhan hemopoetik diproduksi oleh sd stroma dan makrofag dalam sumsum
tulang, sehingga sumsum tulang
menghasilkan lingkungan yang sesuai untuk hemopoesis. Faktor pertumbuhan juga diproduksi
oleh limfosit yang diaktivasi oleh antigen sehingga merangsang pertumbuhan sel untuk
menggantikan sel rusak akibat reaksi imunologik. Sitokin yang merangsang proliferasi dan
maturasi berbagai lineage berbeda-beda. Selain tempat pematangan sel B, dalam sumsum tulang
juga terdapat sel T matang dan plasmosit, sehingga dengan demikian sumsum tulang di samping
sebagai organ limfoid primer juga berfungsi sebagai organ limfoid sekunder (Akrom, 2018).
Sistem imunitas tubuh atau sistem imun merupakan suatu sistem yang sangat kompleks dengan
berbagai mekanisme dalam usaha mempertahankan homeostasis dan kesehatan tubuh. Respon
imunitas tubuh membutuhkan sel leukosit yang berasal dari sel stem pada sumsum tulang. Pada
leukosit terdapat agen imun utama yaitu sel-sel limfosit. Sel-sel limfosit menempati organorgan
tertentu yang disebut sebagai organ limfoid (Oktafiani dkk, 2013).
Organ limfoid merupakan organ yang berfungsi memproduksi dan menyimpan sel-sel imun
seperti leukosit dan makrofag. Sel-sel penyusun organ limfoid memiliki indeks mitosis yang
tinggi. Jika indeks mitosis suatu sel tinggi maka proses ploriferasi pada sel tersebut tergolong
sangat cepat. Radiasi lebih mudah mencederai sel pada saat sel tersebut memasuki fase
mitosisnya, sehingga sel-sel pada organ limfoid digolongkan sangat radiosensitive terhadap
paparan radiasi. Radiasi dapat menurunkan tingkat proliferasi sel-sel pada organ limfoid
(Oktafiani dkk, 2013).

Pengaruh Radiasi Gamma Terhadap Jumlah Leukosit, Prosentase Limfosit pada Organ Limfoid
dan Histologi Hepar Mencit (Mus muculus) yang Telah Diberi Ekstrak Meniran (Phyllantus
niruri L.)

Fitri Oktafiani1)*, Drs. Unggul P. Juswono M.Sc2), dr. Kusharto, M.Pd 3)

1) Mahasiswa Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Brawijaya Malang


(oktafianifitri@gmail.com) 2) Dosen Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya,
Malang 3) Dosen Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Brawijaya, Malang

Anda mungkin juga menyukai