Disusun Oleh :
Merlin Marisan (081411433011)
Nur Laili Hidayah (081811433019)
Raden Thilawatil Aziz (081811433047)
Ayu Tri Wahyuni (081811433072)
Bimaji Ariyogo (081811433085)
Melvin Ardian Wirabrata (081811433093)
M Faizal Rakha Anggara (081811433106)
Ramadhani Jaka Samudra (081811433107)
Dosen Pengajar :
Dr. Listijani Suhargo, Dra, M.Si.
a. Komponen selular
1.) Respon imun non-spesifik terdiri dari epitel (sebagai barrier terhadap
infeksi), sel – sel dalam sirkulasi dan jaringan, beberapa protein plasma,
sistem fagosit, sel natural (NK), sistem komplemen, sitokinin, protein
plasma lainnya, serta mediator peradangan.
2.) Respon imun spesifik bekerja ketika pertahanan non-spesifik gagal,
imunitas terbentuk setelah terkena antigen, imunitas hasil kerja limfosit B
dan limfosit T. Sel B matur di bone marrow, sel T matur di kelenjar
thymus. Sehingga komponen sel penting pada respon imun spesifik adalah
sel B dan sel T.
b. Komponen humoral
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar
dalam cairan darah dan limfe. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk
pertama kali, sel B pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B
plasma. Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang mengikat antigen
sehingga makrofag akan mudah menangkap dan menghancurkan patogen.
Setelah infeksi berakhir, sel B pengingat akan tetap hidup dalam waktu lama.
Serangkaian respon ini disebut respon kekebalan primer.
Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B pengingat
akan mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel B plasma yang akan
memproduksi antibodi. Respon tersebut dinamakan respon kekebalan
sekunder.
c. Spesifitas kerja
1.) Respon imun non-spesifik (innate immune respone) tidak ditunjukkan
terhadap mikroba tertentu, dan imun non-spesifik telah ada dan siap
berfungsi sejak lahir. Respon imun non-spesifik merupakan imunitas
bawaan (innate immunity) dalam arti bahwa respon terhadap zat asing
dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar zat
tersebut. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifitas terhadap bahan
asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banayk patogen potensial.
Sistem tersebut merupakan pertahanan (Ferdous et al, 2008)
2.) Respon imun spesifik (acquired immune respone) dapat timbul terhadap
antigen tertentu, terhadap mana tubuh yang telah terpapar sebelumnya.
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang
dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali terpajan
dengan tubuh segera dikenal oleh sistem imun spesifik. Pajanan tersebut
menimbulkan sensitasi, sehingga antigen yang sama dan masuk tubuh
untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan
(Mazengia et al, 2009).
d. Pembentukan sel memori
1.) Respon Imun non-spesifik (innate immune respone) adalah respon
independen antigen langsung, namun tidak spesifik antigen. Imunitas non-
spesifik tidak menghasilkan memori imunologis. Terdapat faktor mekanis,
kimia, dan biologis yang mempengaruhi efektifitas dan hasil respon imun
non-spesifik (Ferdous et al, 2008).
2.) Respon Imun spesifik (acquired immune respone) terdiri dari kekebalan
humoral (HMI) dan kekebalan yang diperantarai sel (CMI). Sistem ini
merespon antigen secara spesifik melalui reaksi antigen dan antibodi,
membentuk sel T dan sel B memori terhadap antigen pemaparnya. Sel-sel
sistem imun yang bereaksi spesifik dengan antigen adalah limfosit B yang
memproduksi antibodi dan limfosit T yang mengatur sintesis antibodi.
Pembentukan antibodi diawali oleh makrofag yang telah mengfragmentasi
antigen kemudian fragmen antigen tersebut dipresentasikan kepada sel
limfosit Th melalui MHC II yang terletak di permukaan makrofag. Sel Th
berinteraksi dengan APC melalui CD4 dan TCR, kemudian teraktivasi
dan berprolifearsi serta mengeluarkan sitokinin yang akan mengaktifkan
sel B yang naiv menjadi sel plasma yang akan memproduksi antibodi
spesifik terhadap antigen tersebut (Mazengia et al, 2009).
e. Ada tidaknya perbaikan respon pada kontak berulang dengan antigen yang
sama
Perbedaan antara respon imun non-spesifik (innate immune respone) dan
spesifik (acquired immune respone) dalam hal ada tidaknya perbaikan respon
pada kontak berulang dengan antigen yang sama yaitu, pada respon imun
non-spesifik tidak ada sedangkan pada respon imun spesifik memori
menetap, respon lebih cepat pada infeksi serupa berikutnya sehingga
perlindungan lebih baik pada pajanan ulang (Abul et al, 2005)
Jaringan limfoid dicirikan oleh limfosit sebagai komponen selular utama dan
serabut retikular sebagai komponen utama matriks. Selain itu antara jaringan
limfoid primer dan sekunder terdapat perbedaan dalam beberapa hal, yakni dalam
aspek tahap maturasi limfosit yang ada di dalamnya serta peranannya dalam
pengenalan antigen (self/non self). Berikut adalah penjelasannya secara lebih
terperincinya :
a. Tahap maturasi limfosit yang ada di dalamnya
Jaringan limfoid dicirikan oleh limfosit sebagai komponen seluler utama
dan serabut retikukar sebagai komponen utama matriks, perbedaan jaringan
limfoid primer dan sekunder dalam hal tahap matures limfosit yaitu, organ
yang berfungsi mengatur produksi dan diferensiasi limfosit dikenal sebagai
organ limfoid primer (Tizard, 1988).
Organ limfoid primer akan menghasilkan sel-sel limfoit yang akan
dimatangkan di organ limfoid sekunder. Organ limfoid primer terdiri atas
timus dan sumsum tulang. Sel-sel limfosit inidisebut limfosit B dan T, karena
berturut-turut mengalami proses pemasakan pada bone marrow (sumsum
tulang) dan thymus (timus). Sel-sel limfosit yang telah mengalami
pematangan akan segera memasuki peredaran darah untuk menuju organ
limfoid sekunder. Sedangkan jaringan limfoid sekunder merupakan tempat
menampung sel-sel limfosit yang telah mengalami diferensiasi dalam
jaringan sentral menjadi sel-sel yang imunokompeten yang berfungsi sebagai
komponen imunitas tubuh. Organ limfoid sekunder menangkap
mikroorganisme dan bahan-bahan asing lain dan menyediakan tempat untuk
pematangan sel yang akan digunakan dalam melawan benda-benda asing
serta menghasilkan reaksi sistem kekebalan. Jaringan limfoid yang terdapat
dalam tubuh sebagian besar tergolong dalam jaringan ini, contohnya nodus
lymphaticus, limfa dan tonsilla (Tizard, 1988).
Pada jaringan limfoid sekunder terdapat yang namanya GALT dan BALT.
GALT dan BALT adalah asosiasi dari jaringan mukosa limfa yang berkerja pada
sistem imun untuk melindungi tubuh dari infasi, GALT terletak pada bagian sub
mukosa pada usus dalam jumlah sedikit dan terisolasi atau berkelompok. GALT
terdiri dari beberapa jenis jaringan limfa yaitu waldeyer tonsillinar ring, peyer’s
patches, lymphoid aggregates, lymphoid tissue accumulating with age in the
stomach, small lympoid aggregates in esophagus, dan jaringan limfa terdisribusi
secara difusi kedalam lanina propia usus.GALT ini mempunyai tugas
mengumpulkan antigen yang berasal dari daerah pencernakan. Payer’s patches
merupakan GALT yang paling besar peranannya. Pada Payer’s patches, antigen
dikumpulkan oleh sel epitel khusus yang disebut multi-fenestrated atau sel M.
Limfosit membentuk folikel tersusun atas sel B yang sangat rapat yang dikelilingi
oleh sedikit sel T. Lymph node, spleen, dan limfoid mukosa merupakan organ
yang berbeda namun semua organ ini memiliki tugas yang sama.
BALT termasuk dalam struktur limfoid tersier yang terdiri dari folikel di paru-
paru dan bronkus. BALT dapat ditemukan pada hampir diseluruh spesies
mamalia. BALT yang diinduksi (iBALT), merupakan jaringan limfoid ektopik
yang dibentuk setelah host peradangan atau infeksi dan dapat ditemukan di
seluruh paru-paru. Baik BALT dan iBALT mendapatkan antigen dari saluran
udara dan memulai respon imun lokal seperti mempertahankan sel-sel memori di
paru-paru.
T
W
R R
Patch Peyer adalah kelompok folikel limfoid yang sangat besar yang terletak
di dinding ileum yang memungkinkan pemantauan mikroorganisme dalam usus.
Bagian melalui patch Peyer menunjukkan beberapa nodul limfoid (N), beberapa
dengan pusat Germinal (panah). Mukosa usus kecil dilipat menjadi banyak villi
yang memproyeksi(V). (Perbesaran X100 H&E)
DAFTAR PUSTAKA
Abul, K. A and Andrew, H. L. 2005. Cellular and Molecular Immunology.
Fifthed. Elsevier Saunders. China. P : 535.
Mescher, Anthony L. 2018. Junquiera’s Basic Histology: Text & Atlas. 15th.ed.
Mc. Graw-Hill Companies. Chapter 14 : Lymphoid Organ