Anda di halaman 1dari 11

TUGAS SISTEM IMUN

MATA KULIAH HISTOLOGI HEWAN

Disusun Oleh :
Merlin Marisan (081411433011)
Nur Laili Hidayah (081811433019)
Raden Thilawatil Aziz (081811433047)
Ayu Tri Wahyuni (081811433072)
Bimaji Ariyogo (081811433085)
Melvin Ardian Wirabrata (081811433093)
M Faizal Rakha Anggara (081811433106)
Ramadhani Jaka Samudra (081811433107)

Dosen Pengajar :
Dr. Listijani Suhargo, Dra, M.Si.

PROGRAM STUDI S1 BIOLOGI


DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2020
PEMBAHASAN

Antara respon imun non-spesifik (innate immune respone) dan spesifik


(acquired immune respone) memiliki perbedaan dalam beberapa hal yakni pada
aspek komponen seluler, komponen humoral, spesifitas kerja, pembentukan sel
memori, serta ada tidaknya perbaikan respon pada kontak berulang dengan
antigen yang sama. Berikut adalah penjelasannya secara lebih terperincinya :

a. Komponen selular
1.) Respon imun non-spesifik terdiri dari epitel (sebagai barrier terhadap
infeksi), sel – sel dalam sirkulasi dan jaringan, beberapa protein plasma,
sistem fagosit, sel natural (NK), sistem komplemen, sitokinin, protein
plasma lainnya, serta mediator peradangan.
2.) Respon imun spesifik bekerja ketika pertahanan non-spesifik gagal,
imunitas terbentuk setelah terkena antigen, imunitas hasil kerja limfosit B
dan limfosit T. Sel B matur di bone marrow, sel T matur di kelenjar
thymus. Sehingga komponen sel penting pada respon imun spesifik adalah
sel B dan sel T.
b. Komponen humoral
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar
dalam cairan darah dan limfe. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk
pertama kali, sel B pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B
plasma. Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang mengikat antigen
sehingga makrofag akan mudah menangkap dan menghancurkan patogen.
Setelah infeksi berakhir, sel B pengingat akan tetap hidup dalam waktu lama.
Serangkaian respon ini disebut respon kekebalan primer.
Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B pengingat
akan mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel B plasma yang akan
memproduksi antibodi. Respon tersebut dinamakan respon kekebalan
sekunder.
c. Spesifitas kerja
1.) Respon imun non-spesifik (innate immune respone) tidak ditunjukkan
terhadap mikroba tertentu, dan imun non-spesifik telah ada dan siap
berfungsi sejak lahir. Respon imun non-spesifik merupakan imunitas
bawaan (innate immunity) dalam arti bahwa respon terhadap zat asing
dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya tidak pernah terpapar zat
tersebut. Mekanismenya tidak menunjukkan spesifitas terhadap bahan
asing dan mampu melindungi tubuh terhadap banayk patogen potensial.
Sistem tersebut merupakan pertahanan (Ferdous et al, 2008)
2.) Respon imun spesifik (acquired immune respone) dapat timbul terhadap
antigen tertentu, terhadap mana tubuh yang telah terpapar sebelumnya.
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang
dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama kali terpajan
dengan tubuh segera dikenal oleh sistem imun spesifik. Pajanan tersebut
menimbulkan sensitasi, sehingga antigen yang sama dan masuk tubuh
untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan
(Mazengia et al, 2009).
d. Pembentukan sel memori
1.) Respon Imun non-spesifik (innate immune respone) adalah respon
independen antigen langsung, namun tidak spesifik antigen. Imunitas non-
spesifik tidak menghasilkan memori imunologis. Terdapat faktor mekanis,
kimia, dan biologis yang mempengaruhi efektifitas dan hasil respon imun
non-spesifik (Ferdous et al, 2008).
2.) Respon Imun spesifik (acquired immune respone) terdiri dari kekebalan
humoral (HMI) dan kekebalan yang diperantarai sel (CMI). Sistem ini
merespon antigen secara spesifik melalui reaksi antigen dan antibodi,
membentuk sel T dan sel B memori terhadap antigen pemaparnya. Sel-sel
sistem imun yang bereaksi spesifik dengan antigen adalah limfosit B yang
memproduksi antibodi dan limfosit T yang mengatur sintesis antibodi.
Pembentukan antibodi diawali oleh makrofag yang telah mengfragmentasi
antigen kemudian fragmen antigen tersebut dipresentasikan kepada sel
limfosit Th melalui MHC II yang terletak di permukaan makrofag. Sel Th
berinteraksi dengan APC melalui CD4 dan TCR, kemudian teraktivasi
dan berprolifearsi serta mengeluarkan sitokinin yang akan mengaktifkan
sel B yang naiv menjadi sel plasma yang akan memproduksi antibodi
spesifik terhadap antigen tersebut (Mazengia et al, 2009).
e. Ada tidaknya perbaikan respon pada kontak berulang dengan antigen yang
sama
Perbedaan antara respon imun non-spesifik (innate immune respone) dan
spesifik (acquired immune respone) dalam hal ada tidaknya perbaikan respon
pada kontak berulang dengan antigen yang sama yaitu, pada respon imun
non-spesifik tidak ada sedangkan pada respon imun spesifik memori
menetap, respon lebih cepat pada infeksi serupa berikutnya sehingga
perlindungan lebih baik pada pajanan ulang (Abul et al, 2005)

Jaringan limfoid dicirikan oleh limfosit sebagai komponen selular utama dan
serabut retikular sebagai komponen utama matriks. Selain itu antara jaringan
limfoid primer dan sekunder terdapat perbedaan dalam beberapa hal, yakni dalam
aspek tahap maturasi limfosit yang ada di dalamnya serta peranannya dalam
pengenalan antigen (self/non self). Berikut adalah penjelasannya secara lebih
terperincinya :
a. Tahap maturasi limfosit yang ada di dalamnya
Jaringan limfoid dicirikan oleh limfosit sebagai komponen seluler utama
dan serabut retikukar sebagai komponen utama matriks, perbedaan jaringan
limfoid primer dan sekunder dalam hal tahap matures limfosit yaitu, organ
yang berfungsi mengatur produksi dan diferensiasi limfosit dikenal sebagai
organ limfoid primer (Tizard, 1988).
Organ limfoid primer akan menghasilkan sel-sel limfoit yang akan
dimatangkan di organ limfoid sekunder. Organ limfoid primer terdiri atas
timus dan sumsum tulang. Sel-sel limfosit inidisebut limfosit B dan T, karena
berturut-turut mengalami proses pemasakan pada bone marrow (sumsum
tulang) dan thymus (timus). Sel-sel limfosit yang telah mengalami
pematangan akan segera memasuki peredaran darah untuk menuju organ
limfoid sekunder. Sedangkan jaringan limfoid sekunder merupakan tempat
menampung sel-sel limfosit yang telah mengalami diferensiasi dalam
jaringan sentral menjadi sel-sel yang imunokompeten yang berfungsi sebagai
komponen imunitas tubuh. Organ limfoid sekunder menangkap
mikroorganisme dan bahan-bahan asing lain dan menyediakan tempat untuk
pematangan sel yang akan digunakan dalam melawan benda-benda asing
serta menghasilkan reaksi sistem kekebalan. Jaringan limfoid yang terdapat
dalam tubuh sebagian besar tergolong dalam jaringan ini, contohnya nodus
lymphaticus, limfa dan tonsilla (Tizard, 1988).

b. Peranannya dalam pengenalan antigen (self/non self)


Jaringan limfoid primer berperan dalam pengenalan antigen self. Jaringan
limfoid primer merupakan tempat pematangan, diferensiasi, dan proliferasi
sel untuk mengenali antigen. Sedangkan jaringan limfoid sekunder berperan
dalam pengenalan antigen non self. Jaringan limfoid sekunder ini merupakan
tempat menampung sel-sel limfosit yang telah mengalami diferensiasi dalam
jaringan sentral menjadi sel-sel yang imunokompeten. Yang mana sel-sel
imunokompeten agar dapat mengenali antigen maka pada permukaan sel T
dan sel B dilengkapi dengan reseptor molekul.

Kemudian ael yang berfungsi untuk menghasilkan serat serabut retikuler


adalah sel fibroblas. Sel fibroblas merupakan suatu sel yang aktif sehingga
memiliki ciri-ciri dimana sel fibroblas memiliki sitoplasma yang cenderung lebih
banyak dan bercabang tidak beraturan selain itu sel fibroblas juga mengandung
banyak retikulum endoplasma kasar,badan golgi yang berkembang dengan baik,
memiliki ovoid besar, nukleus berwarna senderung terang atau eukromatik, dan
nukleolus yang menonjol. Sedangkan fibrosit merupakan sel yang cenderung diam
dan berukuran lebih kecil dibanding sel fibroblas. Ciri-ciri umumnya biasanya
memiliki bentuk spindel dengan proses yang lebih sedikit, retikulum endoplasma
kasar nya lebih sedikit dibanding jumlah pada sel fibroblas, dan ciri terakhir
biasanya nukleus berwarna cenderung lebih gelap dari sel fibroblas, yang
menandakan bahwa lebih heterokromatik.
a. Jaringan Limfoid Primer
1. Kelenjar Timus

Pada kelenjar timus terdapat korteks kelenjar timus. Korteks merupakan


tempat awal terbentuknya sel T yang tersusun oleh limfosit dan sel epitel retikular
yang akan berhubungan dengan bagian medulla. Pada bagian medulla terdapat sel
epitel retikukar yang lebih kasar, sedangkan sel limfositnya lebih sedikit. Pada
bagian medulla juga ditemukan Hassall’s corpus yaitu struktur seperti sarang
yang merupakan tempat berkumpulnya sel epitel retikular, medulla merupakan
tempat pembentukan sel T lanjutan.
2. Tulang Sumsum
Sel Lemak merupakan tempat untuk menyimpan lemak dan mengisi celah-
celah kosong pada tulang. Megakarosit merupakan salah satu jenis dari leukosit
yang berfungsi menyediakan pertahanan jika ada agen yang menginfeksi.
Sehingga megakarosit juga bisa dikatakan sebagai sumber untuk membentuk
trombosit. Mieloblas merupakan granulosit yang sebelumnya mengalami
granulopoesis hingga akhirnya menjadi sel band. Mieloblas memiliki inti yang
bulat dan besar memperlihatkan kromatin halus serta satu atau dua anak inti.

Pada jaringan limfoid sekunder terdapat yang namanya GALT dan BALT.
GALT dan BALT adalah asosiasi dari jaringan mukosa limfa yang berkerja pada
sistem imun untuk melindungi tubuh dari infasi, GALT terletak pada bagian sub
mukosa pada usus dalam jumlah sedikit dan terisolasi atau berkelompok. GALT
terdiri dari beberapa jenis jaringan limfa yaitu waldeyer tonsillinar ring, peyer’s
patches, lymphoid aggregates, lymphoid tissue accumulating with age in the
stomach, small lympoid aggregates in esophagus, dan jaringan limfa terdisribusi
secara difusi kedalam lanina propia usus.GALT ini mempunyai tugas
mengumpulkan antigen yang berasal dari daerah pencernakan. Payer’s patches
merupakan GALT yang paling besar peranannya. Pada Payer’s patches, antigen
dikumpulkan oleh sel epitel khusus yang disebut multi-fenestrated atau sel M.
Limfosit membentuk folikel tersusun atas sel B yang sangat rapat yang dikelilingi
oleh sedikit sel T. Lymph node, spleen, dan limfoid mukosa merupakan organ
yang berbeda namun semua organ ini memiliki tugas yang sama.

BALT termasuk dalam struktur limfoid tersier yang terdiri dari folikel di paru-
paru dan bronkus. BALT dapat ditemukan pada hampir diseluruh spesies
mamalia. BALT yang diinduksi (iBALT), merupakan jaringan limfoid ektopik
yang dibentuk setelah host peradangan atau infeksi dan dapat ditemukan di
seluruh paru-paru. Baik BALT dan iBALT mendapatkan antigen dari saluran
udara dan memulai respon imun lokal seperti mempertahankan sel-sel memori di
paru-paru.

BALT dijumpai di sepanjang bifurkasi bronkus yang berada di


bawah epitel dan umumnya terletak di antara arteri dan bronkus serta juga
terdapat di perivaskular, peribronkial, dan bahkan interstitial saluran udara bagian
bawah paru-paru. Mamalia dapat menghasilkan BALT apabila terdapat akumulasi
limfosit dan sel imun lainnya, seperti folikel limfoid dengan pusat germinal
sebagian besar berada di sel-B dan dikelilingi oleh area sel-T.

Pada sel T interfollicular, terdapat banyak sel dendritik yang menunjukkan


antigen untuk sel T dan di pusat germinal, seperti sel dendritik folikel, limfosit Th
CD4 + dan sel T CD8 +. Apabila sel T dan sel B, namun sel T tidak begitu aktif
maka untuk menjadikan BALT membutuhkan High Endothelial Venules (HEVs).
HEV ini adalah satu-satunya tempat masuknya limfosit untuk bermigrasi ke
BALT oleh pembuluh limfatik yang eferen.

b. Jaringan Limfoid Sekunder


Kelenjar getah bening adalah struktur ren kapulasi kecil yang diposisikan
bersama pembuluh limfatik untuk menyaring getah bening dan memfasilitasi
produksi antibodi. Katup di pembuluh limfatik memastikan aliran satu arah getah
bening, ditunjukkan oleh panah. Tiga wilayah utama dari kelenjar getah bening
termasuk korteks luar menerima getah bening dari limfatik aferen, paracortex
bagian dalam dimana sebagian besar limfosit yang masuk melalui HEVs, dan
medulla pusat dengan sinus konvergen pada limfatik eferen.

T
W

R R

Kapsul (C) limpa yang terhubung ke trabekula (T) memanjang kebagin


dalam organ yang seperti pulpa. Pulp merah (R) menempati sebagian besar
parenkim, dengan pulp putih (W) dibatasi untuk daerah yang lebih kecil, terutama
di sekitar arterioles pusat. Nama daerah ini limpa mengacu pada warna mereka
dalam keadaan segar: pulp merah diisi dengan sel darah dari semua jenis, terletak
baik dalam tali dan sinus; pulp putih adalah jaringan limfoid. Pembuluh darah
besar dan limfatik masuk dan meninggalkan limpa di hilum. (Perbesaran X20
Picro-Sirius-hematoxylin)
V V
V

Patch Peyer adalah kelompok folikel limfoid yang sangat besar yang terletak
di dinding ileum yang memungkinkan pemantauan mikroorganisme dalam usus.
Bagian melalui patch Peyer menunjukkan beberapa nodul limfoid (N), beberapa
dengan pusat Germinal (panah). Mukosa usus kecil dilipat menjadi banyak villi
yang memproyeksi(V). (Perbesaran X100 H&E)
DAFTAR PUSTAKA
Abul, K. A and Andrew, H. L. 2005. Cellular and Molecular Immunology.
Fifthed. Elsevier Saunders. China. P : 535.

Ferdous F, Maurice D, Scott T. 2008. Broiler chick thrombocyte respone to


lipopolysaccharide.PoultSci. 87:61-63.

Mazengia H, Gelaye E, Nega M. 2009. Evaluation of newcastle disease antibody


level after different vaccination regimes in three districts of Amhara
Region, Northwestern Ethiopia. J Infect Dis Immun 1:16-19.

Mescher, Anthony L. 2018. Junquiera’s Basic Histology: Text & Atlas. 15th.ed.
Mc. Graw-Hill Companies. Chapter 14 : Lymphoid Organ

Tizard,I. R. 1988.Pengantar Imunologi Veteriner.(Terjemahan). Universitas


Airlangga: Surabaya. 497 hal.

Anda mungkin juga menyukai