MODUL DASAR
Anggota :
1. Azka Faza Fadhila
(2011730126)
2. Dimas Hervian Putera
(2011730129)
3. Fikri Idul Haq
(2011730132)
4. Ghisqy Arsy Mulki
(2011730136)
5. Lia Dafia
(2011730148)
6. Mahasti Andrarini
(2011730154)
7. Nindya Adeline
(2011730156)
8. Rezky Pratama
(2011730159)
9. Setiani Imaningtias
(2011730162)
10. Vera Vezha
(2011730166)
Tutor: Dr. Sugiarto, Sp. PA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN AJARAN 2011/2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kapi panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya pada kelompok kami, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
PBL (Problem Based Learning) Sistem Imunologi modul dasar ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhamma SAW, keluarga serta
pengikutnya hingga akhir zaman. Amin.
Laporan ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang wajib dilakukan
setelah selesai membahas kasus PBL. Pembuatan laporan ini pun bertujuan agar kita bisa
mengetahui serta memahami dasar imunologi.Terimakasih kami ucapkan kepada tutor kami
Dr. Sugiarto yang telah membantu kami dalam kelancaran pembuatan laporan ini.
Terimakasih juga kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam mencari informasi,
mengumpulkan data, dan menyelesaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat
bagi kelompok kami pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Laporan kami bukanlah laporan yang sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangatlah kami harapkan untuk menambah kesempurnaan
laporan kami.
Tim Penyusun
I.
SKENARIO
KATA SULIT
CRP
: C-Reactive Protein protein yang dihasilkan oleh hati
pada proses
kerusakan jaringan dan peradangan.
III.
KATA/KALIMAT KUNCI
1. Anak laki-laki 5 tahun
2. Demam sejak 5 hari
3. Batuk Pilek sejak 1 minggu
4. Pem
Laboratorium:
(Leukosit:
3
130.000/mm , CRP meningkat)
IV.
4000/mm3,
Trombosit
AKAR MASALAH
BatukPilek
Anak 5 tahun
Pem
Pem Laboratorium:
Laboratorium:
Leukosit
Leukosit 4000/mm3
4000/mm3
Trombosit
Trombosit
130.000/mm3
130.000/mm3
CRP
CRP meningkat
meningkat
V. PERTANYAAN
Demam
inflamasi
Berapa
kadar
normal
penunjang
VI. JAWABAN
1. Nama : Fikri Idul Haq (2011730132)
Organ-organ yang terlibat dalam sistem imun.
A. IMUNOGLOBULIN
Imunoglobulin merupakan substansi pertama yang diidentifikasi
sebagai molekul dalam serum yang mampu menetralkan sejumlah
mikroorganisme penyebab infeksi.Molekul ini disintesis oleh sel B
dalam 2 bentuk yang berbeda, yaitu sebagai reseptor permukaan
(untuk mengikat antigen), dan sebagai antibody yang disekresikan
kedalam cairan ekstraselular.Antibodi yang disekresikan dapat
berfungsi sebagai adaptor yang mengikat antigen melalui bindingsites-nya yang spesifik; sekaligus merupakan merupakan jembatan
yang menghubungkan antigen denagn sel-sel system imun atau
mengaktivasi komlemen. Immunoglobulin (Ig) terdiri atas molekulmolekul protein yang, walaupun satu dengan yang lain memiliki
banyak persamaan dalam hal struktur dan sifat biologic, berbeda
dengan susunan asam amino yang membentuk molekul, sesuai
kelas dan fungsinya.
Immunoglobulin merupakan molekul glikoprotein yang terdiri atas
komponen
polipeptida
sebanyak
82-96%
dan
selebihnya
karbohidrat.Fungsinya, yang utama dalam respons imun adalah
meningkat dan menghancurkan antigen, namun demikian
pengikatan antigen tersebutkurang memberikan dampak yang
nyata kalau tidak disertai fungsi efektor sekunder.Fungsi efektor
sekunder yang penting adalah memacu aktivasi komplemen,
dismping itu merangsang penglepasan histamine oleh basophil atau
mastosit dalam reaksi hipersensitivitas tipe segera.
Hingga sekarang dikenal 5 kelas utama immunoglobulin dalam
serum manusia, yaitu
1. IgG
IgG merupakan immunoglobulin utama yang dibentuk atas
rangsangan antigen. IgG dapat menembus plasenta dan dapat
meningkatkan komplemen. Struktur IgG terdiri dari 4 rantai
polipeptida.2 rantai berat yang disebut rantai gamma dan 2
rantai ringan yang disebut rantai kappa atau rantai lambda.
2. IgA
IgA berfungsi dalam cairan sekresi dan diproduksi dalam jumlah
besar oleh sel plasma dalam jaringan limfoid yang terdapat
sepanjang saluran cerna, saluran nafas, dan saluran orugenital
dalam bentuk dimer.IgA di jumpai pada darah, saliva, air mata,
kolostrum dan juga dalam secret bronkus, vagina dan prostat.IgA
terdiri atas 2 rantai berat yang disebut rantai alfa dan 2 rantai
ringan yang disebut rantai kappa atau rantai lambda.IgA
sekretorik merupakan 2 unit IgA yang dihubungkan dengan suatu
polipeptida yang disebut rantai J.
3. IgM
Terdiri atas 5 unit immunoglobulin.Tiap unit terdiri dari 2 rantai
berat yang disebut rantai mikro dan 2 rantai ringan yang disebut
rantai kappa atau rantai lambda.IgM adalah immunoglobulin
yang pertama kali beraksi pada saat terjadi inflamasi akut.Selain
itu IgM juga tidak dapat menembus plasenta.
4. IgD
IgD merupakan monomer dan konsentrasinya dalam serum
hanya sedikit tetapi konsentrasinya dalam darah tali pusat cukup
tinggi. Salah satu sifat IgD yang berbeda dengan immunoglobulin
yang lain adalah bahwa IgD lebih lentur dibandingkan dengan
immunoglobulin lain karena mempunyai bagian engsel yang lebih
panjang sehingga dapat melakukan ikat-silang dengan antigen
polivalen secara tidak efesien.
5. IgE
IgE salah satu sifat terpentingnya adalah kemampuannya
melekat secara erat pada permukaan mestosit atau basophil
melalui reseptor Fc. Selain itu IgE juga dijumpai dalam cairan
sekresi.IgE kadarnya dalam darah sedikit.Kadar IgE terdiri atas 2
rantai berat yang disebut epsilon dan 2 rantai ringan yang
disebut rantai kappa dan rantai lambda.Fungsi IgE mengikat
allergen melekat pada permukaan sel Mast
3. Nama : Azka Faza Fadhila (2011730126)
penyakit.
Orang-orang
tua
yang
umumnya
menderita
kekurangan gizi makro dan mikro akan memiliki respons sistem dan fungsi
imun yang rendah. Oleh karena itu, kasus malnutrisi pada lansia
seharusnya memiliki perhatian khusus secara dini, termasuk pemberian
vaksinasi untuk pencegahan penyakit. Penyakit infeksi yang dialami oleh
lansia dapat dicegah atau diturunkan melalui upaya-upaya perbaikan gizi
karena sistem imun akan meningkat. Jika fungsi imun lansia dapat
ditingkatkan,
maka
kualitas
hidup
individu
meningkat
dan
biaya
pada
penyakit
autoimmune.
Autoantibodi
adalah
factor
menghasilkan
interleukin
10
(IL-10).
Perubahan
substansial
pada
normal
menggambarkan
berkurangnya
kemampuan
melawan
pada saat terjadi proses penuaan, maka efektifitas sistem imunitas tubuh
dapat ditingkatkan dan kemampuan melawan penyakit lebih baik lagi.
Aging juga mempengaruhi aktivitas leukosit termasuk makrofag, monosit,
neutrofil, dan eosinofil. Namun hanya sedikit data yang tersedia
menjelaskan efek penuaan terhadap sel-sel tersebut.
Jumlah dan Sub-populasi Limfosit
Aging mempengaruhi fungsi sel T dengan berbagai cara. Beberapa sel T
ditemukan dalam thymus dan sirkulasi darah yang disebut dengan sel T
memori dan sel T naive. Sel T naive adalah sel T yang tidak bergerak/diam
dan tidak pernah terpapard engan antigen asing, sedangkan sel T memori
adalah sel aktif yang terpapar dengan antigen.
Saat antigen masuk, maka sel T naive
limfosit
seperti
berkurangnya
Interleukin-2
(IL-2)
yang
tercermin dari rusaknya proses signal pada orang tua, minimnya kadar Ca
dalam tubuh, dan perubahan membran limfosit sehingga mempengaruhi
fungsi imun. Penurunan Calcium (Ca) pada orang tua mempengaruhi
perpindahan signal dengan gagalnya merangsang enzim termasuk protein
kinase
serta
menghambat
produksi
cytokines,
protein
yang
akan membelah diri menjadi lebih banyak untuk melawan antigen. Jika
produksi IL-2 sedikit atau sel T tidak dapat berespons dengan IL-2, maka
fungsi sel T rusak. Perubahan cytokine lain adalah interleukin 4, tumor
necrosis factor alpha, dan gamma interferon. Viskositas membran sel T
juga berubah pada orang tua, tetapi
Respons limfosit diatur oleh cytokine. Respons limfosit atau sel T helper
dibagi menjadi 2 jenis yaitu: 1. Th-1 dan 2. Th-2. Respons antibodi
biasanya diperoleh dari Th-2 cytokine. Perubahan produksi cytokine
merubah imunitas perantara sel (Cell Mediated Immunity) pada roang tua.
Respons limfosit pada makrofag berubah pada orang tua di mana terdapat
sensitivitas yang lebih tinggi terhadap efek inhibitor.
Penurunan fungsi sel T pada orang tua juga mempengaruhi fungsi sel B
karena sel T dan sel B bekerjasama untuk mengatur produksi antibodi. Sel
T
menginduksi
sel
untuk
hipermutasi
gen-gen
immunoglobulin,
respons IgM
Sistem
endokrin
dipengaruhi
oleh
penuaan
dan
sirkulasi
hormon-hormon
antibodi tubuh dan response sel T orang tua terhadap vaksin lebih rendah
daripada orang muda mempengaruhi efek pemberian vaksin tersebut.
Nutrisi berperan penting dalam peningkatan respons imun. Orang tua
rentan terhadap gangguan gizi buruk (undernutrition), disebabkan oleh
faktor fisiologi dan psikologi yang mempengaruhi keinginan makan dan
kondisi fisik serta ekonomi. Gizi kurang pada orang tua disebabkan oleh
berkurangnya kemampuan penyerapan zat gizi atau konsumsi makanan
bergizi yang tidak memadai. Berkurangnya asupan kalori diketahui dapat
memperlambat proses penuaan dan membantu pemeliharaan sejumlah
besar sel T naive dan tingkat IL-2. Konsumsi protein dan asam amino yang
tidak cukup mempengaruhi status imun karena berhubungan dengan
kerusakan jumlah dan fungsi imun selluler, serta
penurunan respons
antibodi.
Vitamin E dan Zn khususnya berperan penting dalam memelihara sistem
imun. Defisiensi Zn jangka panjang menurunkan produksi cytokine dan
merusak pengaturan aktivitas sel helper T. Vitamin E merupakan
treatment yang baik dalam mencegah penyakit Alzheimer, meningkatkan
kekebalan tubuh, dan sebagai antioksidan yang melindungi limfosit, otak,
dan jaringan lain dari kerusakan radikal bebas.
GENETIK
Banyak
cara
mempengaruhi
yang
dilakukan
respon
imun.
oleh
faktor-faktor
Kemampuan
berbagai
genetic
untuk
individu
untuk
merukapakan
ciri
herediter.
Penelitian
yang
berhasil
jarang
perlindungan
ditemukan
terhadap
pada
ras
lain
konsekuensi
dan
berat
memberikan
akibat
infeksi.
rantai.
Perbedaan
inilah
yang
diduga
menimbulkan
keterlibatan
gen-gen
tersebut
dalam
proses
imunopatologik.
Sedikitnya
ada
aspek
utama
6. Bertindak pesimis
Sebuah studi dari UCLA menemukan mahasiswa yang memulai semester
pertamanya dengan optimistis memiliki sel T yang lebih banyak, sehingga
dapat memperkuat respons imun dan menguatkan sel-sel pembunuh
alami di dalam tubuh. Hal ini disebabkan ia akan sedikit mengalami stres
yang membuat ia memiliki kesehatan yang baik.
7. Selalu merasa tertekan dan stres
Stres dan tekanan kronis yang diterima setiap hari tidak hanya membuat
pekerjaan menjadi tidak nyaman, tapi juga merugikan aspek kesehatan
termasuk kekebalan tubuh. Jenis stres yang dialami dapat menyebabkan
penurunan kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam melawan penyakit.
Karena itu cobalah temukan cara untuk mengurangi stres, seperti pergi ke
suatu tempat, melakukan yoga atau melakukan hal-hal yang
menyenangkan.
menunjukkan
bahwa
rutin
melakukan
aktivitas
fisik
dapat
empat
degeneratif,
penyebab
dan
utama
kematiancedera,
kankerhanya
dua
infeksi,
penyebab
penyakit
pertama
yang
tubuh. Akan tetapi, harus diingat bahwa lini pertahanan pertama adalah
menjaga agar benda asing tidak masuk, dan berbagai pertahanan
eksternal telah berkembang untuk tujuan ini.
Pertahanan eksternal bertujuan untuk melindungi dan menjadi lapisan
terluar
dari
organ-organ
dalam
tubuh
manusia.
Kulit
yang
intak
masuk
ke
tubuh
host.
Ikatan
dengan
reseptor
tersebut
menyerang,
sehingga
imunitas
adaptif
memanfaatkan
molekul pengenal yang mirip dengan kunci yang masuk ke dalam lubang
kunci yang tepat. Pengenalan awal ini membuka pintu yang pada akhirnya
membentuk respon imun sepenuhnya.
Pada sistem imun bawaan dan adaptif, reseptor-reseptor ini sangat
berbeda. Sistem bawaan memiliki jumlah reseptor yang terbatas, disebut
sebagai Pattern-Recognition Receptor (PRR), yang telah terseleksi selama
perkembangan untuk mengenali struktur yang biasanya dimiliki oleh
sekelompok organisme pathogen (PAMP); salah satu contohnya adalah
oleh
kontak
dengan
permukaan
bakteri.
Begitu
inflamasi.
Beberapa
sel
memiliki
reseptor
dalam
hati
setelah
infeksi,
yang
menyebabkan
ke
membrane
permukaan
tempat
molekul
disekresikan
untuk
berperan
sebagai
elemen
pada
keseimbangan
antara
aktivasi
dan
hambatan.
sistem
imun
terhadap
proses
inflamasi
di
skenario.
Untuk melindungi diri terhadap serangan pathogen, banyak mekanisme
efektor yang mampu melindungi tubuh terhadap antigen-antigen yang
berasal dari pathogen dan non-patogen tersebut tersebut. Dan hal ini
dapat diperankan oleh berbagai sel maupun molekul terlarut. Respons
awal dari tubuh terhadap infeksi atau kerusakan ini disebut inflamasi akut.
Respons ini non-spesifik dan merupakan lini pertahanan tubuh sistemik
pertama terhadap bahaya, terdiri atas mobilisasi mediator-mediator
imunologis, endokrin dan neurologis secara terkoordinasi, misalnya
komplemen, amine, molekul-molekul adhesi, sitokin, khemokin, hormone,
steroid, dll. Inflamasi sistemik yang disertai infeksi, disebut sepsis.
Inflamasi akut merupakan akibat umum dari dari respons imun bawaan
sedangkan respons imun didapat juga dapat meningkatkan inflamasi.
Selama respons imun berlangsung sel-sel tubuh dapat menjadi rusak oleh
sel efektor dan molekul-molekul yang berperan dalam mekanisme
imunologis, karena itu dari sudut pandang ini inflamasi dapat disebut
sebagai respons imunopatologis.
Pada
inflamasi
terjadi
peningkatan
aliran
darah
karena
adanya
INFLAMASI AKUT
Respons imun bawaan dan inflamasi terkait erat satu sama lain.
Peran sitokin dalam inflamasi juga telah diterima secara luas. Produksi
sitokin
berlebihan
dan
berkelanjutan
sebagai
respons
terhadap
ini
menginduksi
tumor
necrosis
gelombang
factor-a
produksi
(TNF-a),
sitokin
IL-1,
pro-inflamasi
IL-6,
IL-8,
yang
peran
penting
dalam
memprogram
ekspresi
dan
inflamasi
harus
dapat
menyingkirkan
pathogen
kemudian
mereda. Pada beberapa keadaan, respons imun yang terjadi tidak cukup
kuat untuk menyingkirkan pathogen. Pada keadaan lain dapat terjadi
umpan balik positif antara gelombang pro-inflamasi dini dan lambat yang
mengakibatkan respons imun yang tidak mereda. Secara klinis respons
inflamasi yang menetap bermanifestasi sebagai renjatan septik dan
kegagalan organ.
Seperti yang telah diuraikan di atas, sitokin pro-inflamasi dan antiinflamasi memegang peran penting pada inflamasi. Dalam golongan
sitokin pro-inflamasi yang sangat poten termasuk diantaranya TNF-, IL1, IL-6, IL-8, IL-18. Kadarkadar sitokin yang tinggi ini lah yang
menyebabkan demam tinggi, hipotensi, kerusakan sel endotel vaskuler
dan DIC, blood capillary leak syndrome dan kegagalan organ.
Ada sejenis sitokin lain yang berkaitan dengan inflamasi sistemik,
yaitu macrophage migration inhibitory factor (MIF). MIF merupakan sitokin
yang disekresikan oleh sel-sel imun dan kelenjar hipofisis anterior.
Sedangkan sel T merupakan sumber utama dari MIF. Disamping itu ACTH
yang diproduksi sebagai respons terhadap stres pembedahan pada
gilirannya
merangsang
menginduksi
sel-sel
hormon
sistem
imun
glukokortikoid
untuk
yang
melepaskan
MIF.
kemudian
Ekspresi
4. Madu
Protein merupakan salah satu nutrisi penting pembangun imunitas. Dan,
madu merupakan salah satu makanan sumber protein, yang mampu
menjaga stamina tubuh, jika dikonsumsi secara teratur setiap harinya.
Menurut hasil penelitian Y. Widodo, peneliti pada Pusat Penelitian dan
Pengembangan Gizi di Bogor, madu dapat membantu mengatasi
kekurangan energi protein yang banyak diderita anak-anak dan balita.
Penelitian Peter C. Molan (1992), peneliti dari Departement of Biological
Sciences, University of Waikoto, di Hamilton, Selandia Baru, membuktikan
madu mengandung zat antibiotik yang aktif melawan serangan berbagai
patogen penyebab penyakit. Beberapa penyakit infeksi dari berbagai
patogen yang dapat disembuhkan dan dihambat dengan madu secara
teratur antara lain penyakit lambung dan saluran penpencernaanan;
penyakit kulit, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), batuk dan demam,
penyakit jantung, hati, paru, dan penyakit-penyakit yang dapat
mengganggu mata, telinga, dan syaraf.
5. Omega 3
Minyak ikan adalah salah satu zat gizi yang mengandung asam lemak
kaya manfaat bagi kesehatan, karena mengandung sekitar 25% asam
lemak jenuh dan 75% asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tak jenuh
ganda di dalam minyak ikan akan membantu proses tumbuh-kembang
otak (kecerdasan), serta perkembangan indera penglihatan dan sistem
kekebalan tubuh bayi dan balita. Minyak ikan mengandung DHA dan EPA,
yang gabungan keduanya dikenal sebagai omega-3. Jenis ikan laut yang
kaya kandungan omega-3 antara lain salmon, tuna (khususnya tuna sirip
biru, tuna sirip kuning, dan albacore), sardin, herring, makerel, dan
kerang-kerangan.
6. Prebiotik
Prebiotik
dapat
menumbuhkan
bakteri
baik
dalam
sistem
penpencernaanan dan mencegah timbulnya alergi dalam tubuh anak.
Menurut Dr Zakiudin, mengkonsumsi prebiotik sangat baik dalam
memperkuat kekebalan terutama dalam saluran pencernaan. Karena bila
kekebalan saluran pencernaan baik, kekebalan tubuh secara umum juga
akan baik. Selain berfungsi memelihara bakteri baik, prebiotik juga secara
tidak langsung mampu menyeimbangkan sistem kekebalan tubuh
sekaligus menekan resiko alergi. Sumber prebiotik dapat diperoleh dari
makanan alami seperti gandum, bawang, pisang, bawang putih, madu,
dan kacang-kacangan. Ada pula yang dalam bentuk lain atau
ditambahkan dalam susu formula.
7. Meniran
Ekstrak daun meniran atau Phyllantus Niruri L, adalah salah satu obat
herbal yang telah dikembangkan menjadi obat yang membuat sistem
imun lebih aktif dan maksimal menjalankan fungsinya atau disebut
immunodulator. Obat herbal ini kini telah dikembangkan menjadi
suplemen imunitas bagi anak-anak.
8. Kalsium
Sistem imunitas bertugas mengadakan perlawanan terhadap bermacammacam kuman dan menelan berbagai benda asing yang berada dalam
tubuh. Dalam proses membasmi musuh dari luar ini, yang memberi abaaba kepada sistem imunitas untuk menangkap musuh adalah ion kalsium.
Sumber kalsium dari hewani antara lain adalah udang, daging sapi, kuning
telur, ikan, dan susu. Sedangkan, sumber kalsium dari nabati antara lain
adalah sayuran berdaun hijau seperti brokoli, daun singkong, daun
pepaya, dan bayam. Selain itu, kalsium juga banyak terkandung dalam biji
kenari, wijen, almon, kacang kedelai, dan kacang merah.
B. ASI
1. ASI Kaya Akan Zat Penting yang Dibutuhkan Oleh Bayi
Bila dibandingkan ASI dengan produk susu kalengan atau formula
untuk sang buah hati, ASI tetap terunggul dan tak terkalahkan.
Karena ASI memiliki semua kandungan zat penting yang dibutuhkan
oleh sang bayi seperti; DHA, AA, Omega 6, laktosa, taurin, protein,
laktobasius, vitamin A, kolostrum, lemak, zat besi, laktoferin and
lisozim yang semuanya dalam takaran dan komposisi yang pas
untuk bayi, oleh karenanya ASI jauh lebih unggul dibandingkan
dengan susu apapun.
2. . ASI memberikan kekebalan yang optimal untuk bayi
Karena ASI memiliki banyak keunggulan kandugan zat-zat penting
Beta-glucan.
Protein:
Yoghurt
probiotik
yang
lain.
mengandung
Meningkatkan
Lactobacillus
aktivitas
sel
acidophilus
darah
putih
dan
sehingga
tidak
Fe
(Iron).
Mempengaruhi
imunitas
humoral
dan
sellular
dan
tua,
meningkatkan
aktivitas
limfosit
dan
makrofag,
serta
dan kekurangan Se. Karena peradangan adalah ciri dari myocarditis yang
diinduksi
coxsackievirus,para ahli meneliti ekspresi mRNA untuk
beberapa peradangan
chemokine (Beck,2001), untuk mengetahui
bagaimana kekurangan Se berkaitan dengan Keshan disease. Monocyte
chemotactic protein-1mRNA (MCP-1 mRNA) diekspresiskan secara jelas
pada hari kesepuluh pada tikus yang kekurangan Se dibandingkan dengan
yang cukup Se. Peningkatan ekspresi MCP-1mRNA ini bertanggung jawab
padaperadangan yang terjadi pada tikus yang kekurangan Se. Selain
perubahan pada ekspresi MCP-1mRNA, ekspresi mRNA untuk -interferon
(-IFN) juga menurun pada tikus yang keurangan Se.
-interferon
berperan melindungi sel dari infeksi virus, dan menurunnya
-IFN
berkaitan dengan meningkatnya infeksi virus pada tikus yang kekurangan
Se. Para peneliti juga menemukan terjadi mutasi virus pada inang yang
kekurangan Se. Mutasi virus influenza juga terjadipada keadaan
kekurangan Se. Ketika terjadi perubahan genom virus, inang yang tidak
kekurangan Se pun akan rentan terhadap strain baru virus ini. Strain virus
influenza, influenza A/Bangkok/1/79, yang memiliki patogenitas
menengah, berubah menjadi virus yang lebih pathogen pada tikus yang
kekurangan Se.
E. IMUNISASI
Sistem imun pada manusia pada dasarnya dapat dibagi dua, yaitu (1)
imunitas aktif dan (2) imunitas pasif. Imunitas aktif adalah sistem
kekebalan tubuh dimana sistem tersebut terbentuk oleh tubuh sendiri
dengan cara membentuk respon dan memproduksi antibodi untuk
melawan antigen. Sedangkan imunitas pasif adalah sistem kekebalan
yang tidak dibentuk oleh tubuh sendiri, melainkan didapat dari luar, bisa
dari ibu ke janin atau langsung disuntikan antibodi pada orang yang
membutuhkan kekebalan.
Mekanisme kekebalan pasif yang didapat seseorang dari ibunya adalah
melalui plasenta dan ASI, antara lain :
Beberapa imunoglobulin seperti IgA, IgG, sedangkan IgM tidak dapat
ditranfer karena berat molekul yang besar.
Lewat ASI seperti IgA dengan kadar cukup tinggi, laktoferin, lisozim, faktor
bifidus.
Pemberian antibodi pada tubuh seseorang merupakan upaya untuk
menimbulkan kekebalan atau disebut imunisasi secara pasif. Imunisasi
pasif ini diperlukan apabila: (1) vaksin tidak tersedia, (2) pencegahan
sensitisasi Rh0 dan imunosupresi selama transplantasi jaringan, (3)
defisiensi imun. Imunisasi dengan cara ini memiliki beberapa keuntungan
yaitu : kesegeraan aksi sehingga dapat digunakan pada keadaan gawat,
kelambatan periode laten dapat dicegah, dan sangat tepat diberikan pada
orang dengan imunodefisiensi. Namun begitu, imunisasi pasif memiliki
Batuk merupakan ekspirasi eksplosif untuk mengeluarkan secret dan benda asing dari
saluran trakeobronkial. Batuk merupakan suatu gejala gangguan atau kelainan saluran napas.
Keadaan ini merupakan suatu cara pertahanan tubuh untuk mengeluarkan lendir dan benda
asing dari saluran napas. Batuk terjadi akibat rangsangan oleh zat-zat tadi. Walaupun batuk
suatu mekanisme pertahanan tubuh, tetapi bila ini berlangsung lama dan terus menerus maka
hal ini sangat mengganggu penderita. Penderita sering datang berobat ke dokter akibat gejala
batuk ini.
Ada 4 fase mekanisme batuk :
1.
Fase Iritasi
Bronkus dan trakea sangat sensitive terhadap sentuhan ringan, sehingga bila
terdapat benda asing atau penyebab iritasi lainnya walaupun dalam jumlah yang
sangat sedikit akan menimbulkan refleks batuk. Laring dan karina (tempat trakea
bercabang menjadi bronkus) adalah yang paling sensitive, dan bronkiolus terminalis
dan bahkan alveoli bersifat sensitive terhadap rangsangan bahan kimia yang korosif
seperti gas sulfur dioksida atau klorin. Impuls aferen yang berasal dari saluran
pernapasan terutama berjalan melalui nervus vagus ke medula otak. Neuron medula
ini akan menyebabkan terjadinya fase-fase berikutnya.
2.
Fase Inspirasi
Impuls aferen yang berasal dari saluran pernapasan terutama berjalan melalui
nervus vagus ke medula otak. Neuron medulla ini akan memberikan perintah balik
berupa kontraksi otot abductor, kontraksi pada kartilago di laring seperti kartilago
aritenoidea yang akan menyebabkan kontraksi diafragma sehingga terjadi kontraksi
intercostal pada abdominal. Hal ini akan menyebabkan glotis terbuka karena medula
spinalis juga merespon terjadinya inspirasi sehingga akan terjadi inspirasi yang cepat
dan dalam. Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar
antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu fungsional. Penelitian lain
menyebutkan jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50% dari tidal volume
sampai 50% dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar
volume ini. Pertama, volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan
dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume
yang besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga pengeluaran sekret
akan lebih mudah.
3.
Fase Kompresi
Pada fase ini epiglotis menutup, dan pita suara menutup erat-erat untuk
menjerat udara dalam paru. Epiglotis tertutup selama 0,2 detik. Otot-otot abdomen
berkontraksi dengan kuat mendorong diafragma, sedangkan otot-otot ekspirasi
lainnya, seperti interkostalis internus, juga berkontraksi dengan kuat. Akibatnya,
tekanan dalam paru meningkat secara cepat sampai 100mmHg atau lebih. Tertutupnya
glotis merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya dengan manuver ekspirasi
paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan yang didapatkan
bila glotis tertutup adalah 10 sampai 100% lebih besar dari pada cara ekspirasi paksa
yang lain. Batuk dapat terjadi tanpa penutupan epiglotis karena otot-otot ekspirasi
mampu meningkatkan tekanan intratoracal walaupun glotis tetap terbuka.
4.
Fase Ekspirasi
Pita suara dengan epiglotis tiba-tiba terbuka lebar, sehingga terjadilah
pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai dengan
pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Udara yang keluar akan
menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga menimbulkan
suara batuk yang kita kenal. Tentu saja, udara ini kadang-kadang dikeluarkan dengan
kecepatan 75-100 mil/jam.
Mekanisme Pilek
Alergen yang masuk tubuh melalui saluran pernafasan, kulit, saluran pencernaan dan
lain-lain akan ditangkap oleh makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cells (APC).
Setelah alergen diproses dalam sel APC, kemudian oleh sel tersebut, alergen dipresentasikan
ke sel Th. Sel APC melalui penglepasan interleukin I (II-1) mengaktifkan sel Th. Melalui
penglepasan Interleukin 2 (II-2) oleh sel Th yang diaktifkan, kepada sel B diberikan signal
untuk berproliferasi menjadi sel plasma dan membentuk IgE. IgE yang terbentuk akan segera
diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang ada dalam sirkulasi. Hal ini
dimungkinkan oleh karena kedua sel tersebut pada permukaannya memiliki reseptor untuk
IgE. Sel eosinofil, makrofag dan trombosit juga memiliki reseptor untuk IgE tetapi dengan
afinitas yang lemah.
Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang
sama, alergen yang masuk tubuh akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan
mastofit dan basofil. Ikatan tersebut akan menimbulkan influk Ca ++ ke dalam sel dan terjadi
perubahan dalam sel yang menurunkan kadar cAMP. Kadar cAMP yang menurun itu akan
menimbulkan degranulasi sel. Dalam proses degranulasi sel ini yang pertama kali dikeluarkan
adalah mediator yang sudah terkandung dalam granul-granul (preformed) di dalam
sitoplasma yang mempunyai sifat biologik, yaitu histamin, Eosinophil Chemotactic Factor-A
(ECF-A), Neutrophil Chemotactic Factor (NCF), trypase dan kinin. Efek yang segera terlihat
oleh mediator tersebut ialah obstruksi oleh histamin. Histamin menyebabkan Vasodilatasi,
penurunan tekanan kapiler & permeabilitas dan sekresi mucus (sel goblet). Sekresi mukus
yang berlebih itulah yang menghasilkan pilek.
10.
10.000-30.000/mL
Bayi 12 jam
13.000-38.000/mL
Neutrofilia : >7.000/mL
Infeksi
bakteri,
keracunan
bahan,
kimia
dan
logam
berat,
bayi dan anak-anak serta lebih dari 4000/l darah pada dewasa.
Dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti morbili, mononukleosis
infeksiosa.
Pada mononukleosis infeksiosa, yang terjadi tidak saja peningkatan
jumlah limfosit dalam darah tetapi banyak limfosit memiliki struktur
atipikal. Keadaan ini, yang di sebabkan oleh virus epstein-barr ditandai
oleh rasa lesu yang hebat, sakit tenggorokan ringan dan demam ringan.
Mononucleosis infeksiosa merupakan infeksi kronik seperti tuberkulosis,
sifilis, pertusis dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti leukemia
limfositik kronik dan makroglobulinemia primer.
3. Trombosit
Merupakan sel darah yang berperan pada proses pembekuan/
menghentikan perdarahan. Nilai normal
400.000/mL.
Trombositopeni : berkurangnya jumlah trombosit dibawah normal,
yaitu kurang dari 150 x 109 / L. Trombositopeni dapat terjadi karena
beberapa keadaan :
Penurunan produksi (megakariositopeni), terjadi bila fungsi sumsum
tulang terganggu .
Meningkatnya destruksi (megakariositosis), terjadi akibat trombosit yang
beredar berhubungan dengan mekanisme imun.
Akibat pemakaian yang berlebihan (megakariositosis), misalnya pada
DIC (Disseminated Intravasculer Coagulation), kebakaran, trauma.
Pengenceran trombosit.
Dapat terjadi oleh karena tranfusi yang dibiarkan dalam waktu singkat
dengan memakai darah murni yang disimpan sehingga dapat
mengakibatkan kegagalan hemostatik pada resipien.
Trombositosis : meningkatnya jumlah trombosit pada peredaran
darah diatas normal, yaitu lebih dari 400 x 109 / L. Pada trombositosis
apabila
rangsangan-rangsangan
yang
menyebabkan
trombositosis
lain,
seperti
d. Urin
e. CSP (Cairan Serebrospinal)
f. Pemeriksaan protein fase akut dan komplemen
3. Pemeriksaan Limfosit
Ada dua cara untuk menilai limfosit, yaitu dengan memeriksa
kuantitas dan fungsi sel.
a. Pemeriksaan Kuantitas dan Fenotipe
Neutropenia dan limfositopenia yang berat dapat diketahui
dengan mudah melalui pemeriksaan jumlah dan hitung jenis
leukosit.
b. Pemeriksaan Fungsi
Digunakan untuk menguji transformasi limfosit, Leucocyte
Migration Inhibition Test, Pemeriksaan sitotoksitas, Uji
Proliferasi, Mixed Lymphocte Culture (Reaction), dan Plaque
Forming Cell.
4. Pemeriksaan Fungsi Neutrofil dan Monosit
REFERENSI