PROSES IMUNITAS
DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
NS. H.A.KADIR,M.Kes
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Proses Imunitas ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penilis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit,
radiasi matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian
ini adalah tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat.
Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan tubuh, sistem kekebalan
tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk
menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negatif, bagaimanapun, dapat
menekan system pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, dan
mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksut dengan imunitas
2. Apa saja respon imunitas
3. Apa yang dimaksut dengan limposit B
4. Apa yang dimaksut dengan limposit T
5. Apa saja penyakit imun
6. Apa yang dimaksut dengan pertahanan eksternal
7. Seperti apa contoh askep imunitas
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksut dengan imunitaas
2. Mengetahui apa saja respon imunitas
3. Mengetahui tentang limposit B
4. Mengetahui tentang limposit T
5. Mengetahiu apa saja penyakit imun
6. Mengetahui apa itu pertahanan eksternal
7. Mengetahui seperti apa askep imunitas
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.4 Respon imun spesifik
4
dengan sel T-sitotoksik (T-cytotoxic), juga berfungsi untuk
menghancurkan mikroorganisme intraseluer yang disajikan melalui MHC
secara langsung. Selain menghancurkan mikroorgnime secara langsung,
sel T-sitotosik, juga menghasilkan gamma interferon yang mencegah
penyebaran Mikroorganisme kedalam sel lainnya.
5
heterogen dan memiliki daya ingat atau memory. Adanya sifat spesifik
akan membutuhkan berbagai polpulasi sel atau zat yang dihasilkan
(antibodi) yang berbeda satu sama lain, sehingga menimbulkan sifat
heterogenitas.
2.5 Limposit B
Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun spesifik humoral yang
akan menghasilkan antibodi. Antibodi dapat ditemukan di serum darah,
berasal dari sel B yang mengalami proliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel
plasma. Fungsi utama antibodi sebagai pertahanan terhadap infeksi
ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya. 1 Sel B
memiliki reseptor yang spesifik untuk tiap-tiap molekul antigen dan dapat
dideteksi melalui metode tertentu melalui marker seperti CD19, CD21 dan
MHC II.
Limfosit B, terdiferensiasi menjadi :
a. Sel limfosit B memori : menyimpan mengingat antigen yang pernah
masuk ke dalam tubuh.
b. Sel limfosit plasma : sel pembentuk antibody
c. Sel limfosit B pembelah : menghasilkan sel limfosit B dalam ju mlah
banyak dan cepat
6
d) Immunoglobulin G/IgG : untuk menembus placenta membawa kekebalan
dari ibu ke janin yaitu pada masa 20 minggu pertama.
e) Immunoglobulin M/IgM : merupakan antibodi pertama yang
menyerang antigen.
2.6 Limfosit T
Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang diketahui
sebagai limfosit dan memainkan peran utama pada kekebalan selular. Sel T
mampu membedakan jenis patogen dengan kemampuan berevolusi sepanjang
waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh terpapar patogen. Hal ini
dimungkinkan karena sejumlah sel T teraktivasi menjadi sel T memori
dengan kemampuan untuk berkembangbiak dengan cepat untuk melawan
infeksi yang mungkin terulang kembali. Kemampuan sel T untuk mengingat
infeksi tertentu dan sistematika perlawanannya, dieksploitasi sepanjang
proses vaksinasi, yang dipelajari pada sistem kekebalan tiruan.
Respon yang dilakukan oleh sel T adalah interaksi yang terjadi antara
reseptor sel T (bahasa Inggris: T cell receptor, TCR) dan peptida MHC pada
permukaan sel sehingga menimbulkan antarmuka antara sel T dan sel target
yang diikat lebih lanjut oleh molekul co-receptor dan co-binding. Ikatan
polivalen yang terjadi memungkinkan pengiriman sinyal antar kedua sel.
Sebuah fragmen peptida kecil yang melambangkan seluruh isi selular,
dikirimkan oleh sel target ke antarmuka sebagai MHC untuk dipindai oleh
TCR yang mencari sinyal asing dengan lintasan pengenalan antigen. Aktivasi
sel T memberikan respon kekebalan yang berlainan seperti produksi antibodi,
aktivasi sel fagosit atau penghancuran sel target dalam seketika. Dengan
demikian respon kekebalan tiruan terhadap berbagai macam penyakit
diterapkan.
7
Sel T atau T-cells merupakan salah satu tipe dari darah putih yang
berperan sebagai antibodi pada tubuh. Sel T bekerjasama dengan makrofag
untuk menyerang virus atau bakteri. Tidak seperti makrofag yang menyerang
benda-benda asing secara umum, sel T menyerang virus secara spesifik.
8
Fungsi: Terlibat dalam penghancuran langsung sel-sel yang telah menjadi
kanker atau terinfeksi virus.
Sel T sitotoksik mengandung butiran (kantung yang berisi enzim
pencernaan atau zat kimia lainnya) sehingga mereka memanfaatkan
menyebabkan sel target untuk pecah dalam proses yang disebut apoptosis.
2. Sel T Pembantu atau T Helper ( sel CD4 + T)
Fungsi: mengendapkan produksi antibodi oleh sel B dan juga memproduksi zat
yang mengaktifkan sel T sitotoksik dan sel darah putih yang dikenal sebagai
makrofag.
5. Sel T memory
Fungsi : membantu sistem kekebalan tubuh mengenali antigen yang
sebelumnya ditemukan dan meresponsnya dengan lebih cepat dan untuk jangka
waktu yang lebih lama.
9
Sel-sel imunokompeten agar dapat mengenali antigen maka pada
permukaan sel T dan sel B dilengkapi dengan reseptor molekul. Reseptor
antigen pada permukaan limfosit T berbentuk heterodimer dengan molekul
CD3, sedangkan pada permukaan limfosit B terdapat sebagai molekul
imunoglobulin.
10
Penyakit dan gangguan sistem kekebalan tubuh yang dikategorikan
tergantung dari aktivitas sistem kekebalan tubuh itu sendiri. Sistem kekebalan
tubuh yang terlalu aktif berpotensi banyak untuk membahayakan kesehatan,
dari pada sistem kekebalan tubuh yang kurang aktif. Berikut ini adalah daftar
gangguan sistem kekebalan tubuh, tergantung pada aktivitas sistem kekebalan
tubuh.
11
jalan ini. Jika kulit dapat ditembus oleh patogen, maka pada bagian tersebut
akan terjadi infeksi penyakit sehingga terjadi peradangan. Nah, disaat inilah
kemudian tubuh akan mulai merespon dimana aliran darah yang membawa
banyak sel darah putih meningkat. Akibatnya, suhu pada daerah yang
terinfeksi akan meningkat pula. Disini, sel darah putih akan bekerja membunuh
patogen sehingga muncul benjolan yang sering dinamakan sebagai bisul
(abses). Di dalam bisul atau abses terdapat nanah yang berisi patogen/antigen
yang telah hancur dan bercampur dengan serum darah putih. Selain kulit, juga
ada membran mukosa yang terdapat pada saluran kelamin, pernapasan atau
saluran pencernaan yang dapat menghalangi bakteri masuk ke dalam tubuh.
Apakah bentuk perlawanan kulit dan membran mukosa hanya itu saja?
tidak hanya itu. Kulit dan membran mukosa juga akan melakukan perlawanan
terhadap patogen dalam bentuk senyawa kimiawi. Misalnya, sekresi oleh
kelenjar lemak dan kelenjar keringat pada kulit membuat keasaman (pH)
permukaan kulit pada kisaran 3–5. Kondisi tersebut cukup asam dan mencegah
banyak mikroorganisme berkoloni di kulit kita. Air liur, air mata dan sekresi
mukosa (mukus) yang disekresikan jaringan epitel dan mukosa dapat
melenyapkan banyak bibit penyakit yang potensial. Proses sekresi ini
mengandung lisozim yaitu suatu enzim yang dapat menguraikan dinding sel
bakteri. Selain itu, bakteri flora normal tubuh pada epitel dan mukosa dapat
juga mencegah koloni bakteri patogen (Fictor Ferdinand,Hal.204-205).
Adakah contoh perlawan lainnya? ada. Perlawanan ini antara lain lambung
yang memproduksi asam lambung (HCl) untuk membunuh kuman-kuman
yang masuk bersama makanan yang kita makan, keasaman pada vagina dan
urin yang dapat menghambat pertumbuhan bibit penyakit tertentu, refleks
batuk atau bersin yang berfungsi mencegah debu masuk ke dalam paru-paru
atau gerakan peristaltik pada usus yang mendorong bibit penyakit yang ada di
dalam usus sehingga segera dapat keluar bersama feses atau kotoran.
12
2.9 Asuhan keperawatan pada pasien dengan alergi makanan
a. Pengertian/Definisi
1. Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu
makanan yang dicetuskan oleh reaksi spesifik pada sistem imun
dengan gejala yang spesifik pula.
2. Alergi makanan adalah kumpulan gejala yang mengenai banyak
organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi terhadap bahan
makanan.
3. Dalam beberapa kepustakaan alergi makanan dipakai untuk
menyatakan suatu reaksi terhadap makanan yang dasarnya adalah
reaksi hipersensitifitas tipe I dan hipersensitifitas terhadap makanan
yang dasaranya adalah reaksi hipersensitifitas tipe III dan IV.
b. Etiologi
Faktor yang berperan dalam alergi makanan kami bagi menjadi 2 yaitu :
1. Faktor Internal
Imaturitas usus secara fungsional (misalnya dalam fungsi-fungsi
asam lambung, enzym-enzym usus, glycocalyx) maupun fungsi-
fungsi imunologis (misalnya : IgA sekretorik) memudahkan
penetrasi alergen makanan. Imaturitas juga mengurangi
kemampuan usus mentoleransi makanan tertentu.
Genetik berperan dalam alergi makanan. Sensitisasi alergen dini
mulai janin sampai masa bayi dan sensitisasi ini dipengaruhi oleh
kebiasaan dan norma kehidupan setempat.
13
Mukosa dinding saluran cerna belum matang yang menyebabkan
penyerapan alergen bertambah.
2. Fakor Eksternal
Faktor pencetus : faktor fisik (dingin, panas, hujan), faktor psikis
(sedih, stress) atau beban latihan (lari, olah raga).
Contoh makanan yang dapat memberikan reaksi alergi menurut
prevalensinya.
c. Patofisiologi
Saat pertama kali masuknya alergen (ex. telur ) ke dalam tubuh
seseorang yang mengkonsumsi makanan tetapi dia belum pernah terkena
alergi. Namun ketika untuk kedua kalinya orang tersebut mengkonsumsi
makanan yang sama barulah tampak gejala – gejala timbulnya alergi
pada kulit orang tersebut.Setelah tanda – tanda itu muncul maka antigen
akan mengenali alergen yang masuk yang akan memicu aktifnya sel T
,dimana sel T tersebut yang akan merangsang sel B untuk mengaktifkan
antibodi ( Ig E ). Proses ini mengakibatkan melekatnya antibodi pada sel
mast yang dikeluarkan oleh basofil. Apabila seseorang mengalami
paparan untuk kedua kalinya oleh alergen yang sama maka akan terjadi 2
hal yaitu,:
1. Ketika mulai terjadinya produksi sitokin oleh sel T. Sitokin
memberikan efek terhadap berbagai sel terutama dalam menarik sel –
14
sel radang misalnya netrofil dan eosinofil, sehingga menimbulkan
reaksi peradangan yang menyebabkan panas.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny “ R” DENGAN ALERGI MAKANAN
DI POLI ANAK RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA
1. BIODATA
Nama : An “R’
Umur : 11 tahun
15
Agama : Kristen
Pendidikan : SD kelas 6
Pekerjaan : pelajar
Alamat : Jl. Duku setro 5/4 sidoarjo
Nama ibu : Ny “W”
Umur : 49 tahun
Pekerjaan : IRT
Agama : kristen
Pendidikan : S1
Alamat : Jl. Duku setro 5/4 sidoarjo
2. KELUHAN UTAMA
Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya pada saat ini tanggal 18-04-2013
waktunya suntik terapi (imonoterapi).
16
Ibu pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang mempunyai
riwayat alergi, juga tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti
jantung, asma, hipertensi,. Penyakit menular seperti hepatitis, TBC herpes,
dan HIV/AIDS.
7. DATA PSIKOLOGI
Ibu pasien mengatakan cemas dengan kondisi ankanya apabila alerginya
kambuh lagi.
8. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kedaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
17
b. TTV
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x/mnt
Suhu : 36, 8 0 c
RR : 24 x/mnt
BB : 35 kg
TB : 140 cm
c. Pemeriksaan fisik
1. Inspeksi
Muka : terlihat bintik-bintik merah, tidak ada lesi.
Mata : conjungtiva merah mudah, seklera putih,
simetris.
Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak ganguan
pernafasan.
Mulut : simetris, tidak labiokisis dan palatokisis.
Telingga : simetris, tidak ada serumen, tidak ada
gangguan pendengaran.
Thorak : simetris tidak ada retraksi pada dinding dada.
Abdomen : tidak ada pembesaran pada perut.
Ekstermitas atas : tidak gangguan pada ekstermitas atas, jumlah
jari-jari lengkap, tidak odem.
Ekstermitas bawah : tidak ada gangguan pada ekstermitas bawah,
jumlah jari-jari lengkap, tidak odem pada ekstermitas bawah.
2. Palpasi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan
limfe, tidak ada nyeri tekan.
Thorax :tidak ada benjolan / odem paru (efusi
pleura), tidak ada nyeri tekan
Abdomen : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran organ ginjal dan hati
18
Ekstermitas atas : tidak ada benjolan/odem, tidak ada nyeri
tekan
Ekstermitas bawah : tidak ada benkolan/odem, tidak ada nyeri
tekan
3. Auskultasi
4. Perkusi
Reflek patella : +/+
9. Analisa data
alergi
19
pasien sedikit susah tidur tidur
karena perasaan yang cemas
DO : pasien terlihat lemas Gelisah
raut muka kusut
Pola tidur
Terapi :
Suntikan 3 minggu botol II
18-04-2013 CII 0,1 cc
20
atau bentol- anaknya
bentol dan melakukan Makanan yang
odema imunoterapi bergizi dapat
alergi membentu proses
2.Tidak percepatan
terdapat tanda 4. Anjurkan penyembuhan anak
urtikaria ibu untuk
member
3.Kerusakan makanan
integritas kulit yang tidak
berkurang menyebabkan
alergi
4.Suhu anak
normal 36-37 5. Anjurkan
0C ibu untuk
memeberi
makanan
yang bergizi
kepada
ankanya
21
perkembangan yang alami
pada pasien .
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.
Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi
terhadap infeksi disebut sistem imun. Reaksi yang dikoordinasi sel-sel,
molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respons
22
imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan
kebutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan
dalam lingkungan hidup, menjaga keseimbangan dari komponen tubuh,
memantau ke seluruh bagian tubuh.
Mekanisme efektor dalam respon imun spesifik dapat dibedakan menjadi :
1. Respon imun seluler
2. Respon imun humoral
Limfosit B atau sel B berperan dalam sistem imun spesifik humoral
yang akan menghasilkan antibodi. Antibodi dapat ditemukan di serum
darah, berasal dari sel B yang mengalami proliferasi dan berdiferensiasi
menjadi sel plasma. Fungsi utama antibodi sebagai pertahanan terhadap
infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisasi toksinnya.
Sel T adalah sel di dalam salah satu grup sel darah putih yang
diketahui sebagai limfosit dan memainkan peran utama pada kekebalan
selular. Sel T mampu membedakan jenis patogen dengan kemampuan
berevolusi sepanjang waktu demi peningkatan kekebalan setiap kali tubuh
terpapar patogen.
Penyakit imunitas :
1. Sistem kekebalan tubuh kurang Aktif bisa menyebabkan :
Immune Deficiency Conditions
SCID (Severe Combined Immunodeficiency)
AIDS
23
Sistem pertahanan tubuh nonspesifik eksternal merupakan sistem
pertahanan tubuh terluar atau sistem yang pertama akan menerima
serangan dari antigen atau patogen, yakni organisme yang dapat
menyebabkan penyakit seperti bakteri, jamur atau virus. Sistem
pertahanan ini diperankan oleh kulit dan membran mukosa yang
menghasilkan lendir, air liur, air mata dan sekresi mukosa (mukus).
Diagnose dari asuhan keperawatan diatas didapatkan : Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan inflamasi dermal, intra dermal
sekunder
3.1 SARAN
Asuhan keperawatan pada tugas ini masih perlu penyempurnaan
supaya bisa digunakan sebagai acuan untuk melakukan tindakan asuhan
keperawatan. Oleh karena itu kami berharap atas sumbangan kritk dan
saran untuk perbaikan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Kresno, Siti Boedina. 2001. Imunologi: diagnosis dan prosedur laboratorium edisi
keempat. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran.
Baratawidjaja, Karnen Garna dan Renggani Iris. 2010. Imunologi Dasar Edisi ke
Sembilan. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran.
24
Corwin, Elizabeth J. 2010. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Buku Kedokteran.
Munasir, Zakiudin. 2001. Respons Imun terhadap Bakteri. Sari Pediatri, Vol. 2,
No. 4, Maret 2001. Diambil dari : http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-4-4.pdf (22
April 2017).
25