Anda di halaman 1dari 27

IMUNOLOGI

SISTEM KOMPLEMEN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4

DINA RISKI MULIA 2010070150003

MONA REVAL LIJU 2010070150008

ELNY SUSMITA 2010070150013

WULAN DIRA RAHMADANI 2010070150021

ARAHMAN 2010070150022

NISA ARDIANA 2010070150030

MAULIDA SAPUTRI 2010070150034

WIDYA AMANDA 2010070150037

PROGRAM STUDI : S1 FARMASI KLINIS

DOSEN PENGAMPU : apt. EKA DESNITA,M.Farm

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

PADANG

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang atas rahmat-Nya dan karunia-Nya.
Kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Adapun tema dari Makalah adalah
“SISTEM KOMPLEMEN IMUNOLOGI”.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ibu Dosen yang
telah memberikan tugas kepada kami, kami juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka
kritik dan saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat
berguna bagi kami khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Padang,oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 3
BAB 1 ........................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 4
1.1 Latar belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan masalah ........................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 5
BAB 2 ........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN........................................................................................................................... 6
2.1 Defenisi imunologi........................................................................................................... 6
2.2 Defenisi komplemen........................................................................................................ 6
2.2 sistem komplemen dan komponennya ............................................................................ 7
2.3 fungsi komplemen........................................................................................................... 9
2.4 Aktivitas komplemen ..................................................................................................... 10
BAB 3 ...................................................................................................................................... 13
PENUTUP ................................................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 14

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pada mulanya imunologi merupakan cabang mikrobiologi yang mempelajari

respons tubuh, terutama respons kekebalan terhadap penyakit infeksi. Imunologi

adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup kajian

mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme.

Imunologi antara lain mempelajari peranan sistem imum baik dalam keadaan

sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi karakteristik

fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun.

Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung

mikroba pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit

infeksi pada manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks.

Oleh karena itu respon imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba

patogen juga berbeda. Umumnya gambaran biologic spesifik mikroba menentukan

mekanisme imun mana yang berperan untuk proteksi. Begitu juga respon imun

terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau bakteri intraseluler

mempunyaikarakteriskik tertentu pula.

Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi

matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah

tantangan lain untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi

oleh system pertahanan tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan

cukup lengkap kebutuhan gizi untuk menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan

4
negattif, bagaimanapun, dapat menekan system pertahanan tubuh, system

kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.

Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit

serta makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative

dapat mangativasi komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan

jaringan yang terjaddi ini adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan

tubuh untuk mengeliminasi bakteri. Sitokin juga merangsang demam dan sintesis

protein.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan imunologi?

2. Apa yang dimaksud dengan komplemen?

3. Bagaiamana sifat dan fungsi dari komplemen?

4. Jelaskan dan papar struktur dari komplemen?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui lebih jauh tentang imunologi

2. Mengetahui tentang system komplemen imunologi

3. Memahami fungsi dari komplemen imunologi

5
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi imunologi

Imunologi adalah ilmu yang mencakup kajian mengenai semua aspek sistem

imun (kekebalan) pada semua organisme. Imunologi memiliki berbagai penerapan

pada berbagai disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin

seperti : malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi (penyakit autoimun,

hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft); karakteristik fisik, kimiawi,

dan fisiologis komponen-komponen sistem imun. Imunologi juga di katakan

sebagai suatu bidang ilmu yang luas yang meliputi penelitian dasar dan penerapan

klinis , membahas masalah antigen, antibodi, dan fungsi – fungsi berperantara sel

terutama yang berhubungan dengan imunitas terhadap penyakit, reaksi biologik

yang bersifat hipersensitif, alergi dan penoloakan jaringanasing.

2.2 Defenisi komplemen

Komplemen merupakan salah satu molekul humoral dari imunitas innate/ non

spesifik, walaupun perannya juga terlibat di imunitas spesifik. Komplemen

membentuk suatu sistem yang disebut sistem komplemen merupakan salah satu

sistem enzim yang diketahui terdapat lebih dari 30 molekul yang terlarut maupun

yang terikat sel (Kindt et al., 2007). Komplemen memnbetuk suatu sistem protein

di plasma yang mengatifkan suatu reaksi proteolitik yang berantai (cascade) pada

permukaan mikroba (antigen), namun tidak terjadi pada permukaan sel host

(penyimpangan). Komplemen ini akan melapisi permukaan

6
mikroba tersebut dengan fragmen yang dikenali dan berikatan dengan reseptor

fagosit (makrofag). Reaksi berantai ini juga meghasilkan/ melepaskan peptida-

peptida (fragmen) kecil yang berperan untuk proses inflamasi (Janeway et al.,

2001). Molekul komplemen ini bersifat labil atau terdegradasi terhadap suhu panas

(> 56°C) yang dibedakan dari komponen serum lainnya yaitu antibodi yang lebih

tahan panas (Isenman et al., 2013). Komplemen beraksi sebagai sistem perondaan

yang cepat dan efisien, sehingga dapat membedakan pengaruh sel host yang sehat

dan sel host yang telah mengalami perubahan serta membedakan bahan asing yang

menyusup ke dalam host (Ricklin et al., 2010).

Komplemen beredar di darah dalam kondisi yang tidak aktif. Ketika dirasa

terjadi ancaman bahan asing oleh sistem imun, komplemen akan aktif dan sistem

komplemen secara keseluruhan akan teraktivasi. Sistem komplemen merupakan

serangkaian dan kumpulan komponen komplemen di dalamnya. Satu persatu

komponennya akan teraktivasi dengan reaksi yang berantai (cascade). Disamping

perannya dalam eliminasimirkroba, komplemen yang teraktivasi juga berperan pada

proses yang beragam seperti maturasi sinaps, cleareance kompleks imun (ikatan

antigen-antibodi), angiogenesis, mobilisasi sel progenitor atau stem cell

hematopoietik (HSCP = Hematopoietik Stem Cell Progenitor), regenerasi jaringan

dan metabolism lipid.

2.2 sistem komplemen dan komponennya

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa komplemen membentuk suatu

sistem. Sistem komplemen sebagai satu kesatuan memiliki peran masing-masing di

dalamnya, ada yang berperan sebagai efektor, reseptor dan regulator. Seperti

layaknya suatu sistem pemerintahan, didalamnya ada yang berperan sebagai

7
eksekutif, yudikatif dan legislatif.

Sistem komplemen merupakan sistem enzimatis, dan menyebabkan aktivasinya

berantai. Dikatakan sebagai sistem enzimatis karena salah satu komponen

komplemen yang aktif akan berperan sebagai enzim, dan memecah komplemen

lain sebagai substrat sehingga menghasilkan produk berupa fragmen peptida kecil

(komplemen dengan fungsi biologis tertentu

1. Komplemen Efektor

Efektor secara umum dapat diartikan sebagai molekul yang mengatur aktivitas biologikal

dan dapat berperan sebagai sinyal dari suatu reaksi berantai. Komplemen sebagai efektor

juga memiliki peran yang sama, diantaranya sebagai sinyal agar reaksi aktivasi komplemen

dapat berjalan berurutan (cascade). Sebagian besar komponen komplemen berperan sebagai

efektor, baik komplemen yang berperan sebagai enzim, substrat, maupun produk yang

dihasilkan dari sistem enzimatis tersebut Komplemen Reseptor Komunikasi antara sel dan

molekul disekelilingnya diperankan oleh banyak perantara, salah satunya adalah reseptor.

Komponen komplemen yang aktif dan menjalankan fungsinya juga memerlukanreseptor

untuk berikatan dengan sel yang membantu menjalankan fungsinya, contoh : komplemen

C3b yang salah satu fungsinya sebagai opsonin (membantu fagositosis) memerlukan bantuan

sel fagosit (contoh : makrofag) untuk menjalankan fungsinya. Komunikasi komplemen C3b

dengan makrofag akan terjalin jika terdapat reseptor CR1 pada permukaan makrofag

tersebut.

2. Komplemen Regulator

Komplemen merupakan suatu sistem yang berantai, yang aktivasinya terjadi

terus menerus selama sistem imun mengenali adanya bahan asing (antigen) di

dalam tubuh host. Akhir dari aktivasi komplemen melalui jalurnya masing-masing

akan mencetuskan terjadinya pelisisan membran pathogen.Aktivasi sistem

komplemen yang terus menerus ini perlu di atur oleh komponen komplemen yang
8
berperan sebagai regulator/ pengatur. Jika suatu individu tidak memiliki atau

defisiensi dari komplemen regulator, maka dapat menimbulkan suatu kondisi

patologis, seperti penyakit autoimun. Sebagai contoh C1 INH sebagai komplemen

yang berperan dalam inhibitor komplemen C1 sehingga menghambat aktivasi

enzimatis dari C1r dan C1s, yang selanjutnya jugaakan menghambat aktivasi C2,ds.

2.3 fungsi komplemen

Aktivitas utama dari sistem komplemen adalah untuk mengubah membran dan

mengikat antigen melalui pengikatan kovalen dari fragmennya yang sedang aktif

(Atkinson, 2013). Komplemen juga memiliki fungsi sentral pada inflamasi

menyebabkan kemotaksis pada fagosit, aktivasi sel mast dan fagosit, opsonisasi dan

lisis sel pathogen, juga sebagai clearance kompleks imun (Male et al., 2006)

Setelah aktivasi awal, berbagai komponen komplemen berinteraksi melalui reaksi

berantai yang diatur sedemikian rupa, untuk menjalankan fungsi utamanya, yaitu :

1. Lisis sel, bakteri atau virus.

2. Opsonisasi, yang mendukung fagositosis antigen tertentu.

3. Berikatan dengan reseptor komplemen spesifik pada sel dari


sistem imun,memicu fungsi sel spesifik, inflamasi, mensekresi molekul

immunoregulatory.

Clearence kompleks imun, yaitu menyingkirkan kompleks imun dari

sirkulasidan lalu mengendapkannya pada limpa atau hepar (Kindt et al. et al.

2007).

9
2.4 Aktivitas komplemen

Komplemen ada dalam keadaan inaktif, untuk menjadi aktif harus ada yang

mengaktifkan. Aktivasi komplemen melalui 3 jalur, jalur klasik, alternatif dan

lektin. Aktivasi dari ketiga jalur dibedakan berdasarkan aktivatornya. Pada jalur

klasik, aktivasi. terjadi karena adanya ikatan antara antigen dan antibodi selanjutnya

akan berikatan dengan komplemen C1, dst. Jalur alternatif diaktifkan oleh

komponen asing, baik berupa patogenmaupun non patogen. Dan jalur Lektin

diaktifkan molekul karbohidrat (manosa) yang ada dipermukaan antigen tersebut.

Reaksi berantai terakhir dari masing- masing ketiga jalur tersebut akan mengawali

terjadinya suatu proses pelisisan membran target atau disebut dengan Membrane-

Attack Complec (MAC).

a. Jalur Klasik

Aktivasi komplemen jalur klasik umumnya diawali dnegan pembentukan

kompleks antigen-antibodi soluble/ terlarut, atau ikatan antara antibodi terhadap

antigen pada target tertentu, seperti sel bakteri (Ag). Pembentukan ikatan Ag-Ab

menginduksi perubahan konformasi dari Fc (Fragmen

crystallizable) immunoglobulin (biasanya IgM dan IgG) yang selanjutnya

memapar komponen komplemen C1, yaitu C1q (Kindt et al., 2007). Jalur Klasik

berlanjut dengan menempelnya C1 (C1q) dengan bagian Fc dari imunoglobulin

(setelah antibodi berikatan dengan antigen). Beberapa bakteri dari genus

Mycoplasma, RNA virus, dan komponen lipid A dari endotoksin bakteri dapat

mengaktifkan C1q dan memicu full cascade komplemen. Molekul endogen seperti

kristal asam urat, deposit amyloid, DNA, ataupun komponen dari sel yang telah

rusak (apoptosis) juga dapat mengaktifkanC1q. C1q disintesis di retina, dan otak

10
(Johnston, 2011).

b. Jalur Alternatif

Jalur Alternatif dari sistem komplemen ini merupakan jalur pintas atau shortcut.

Dikatakan jalur Alternatif atau jalur pintas karena menghasilkan C5b produk yang

sama dari yang dihasilkan oleh jalur Klasik. Jalur ini dicetuskan oleh semua bahan-

bahan yang dianggap asing oleh host (contoh : baik bakteri gram positif maupun

gram negatif).

Pada jalur Alternatif, C3 merupakan komplemen yang mengandung ikatan

thioester yang tidak stabil dan dapat mengalami hidrolisis spontan menjadi C3a

yang lepas dan menyebar (sebagai anafilatoksin) dan C3b. Komplemen C3b dapat

berikatan dengan antigen permukaan asing, seperti sel bakteri atau partikel virus

atau bahkan sel host itu sendiri. Sebagian besar membran sel mamalia mengandung

konsentrasi tinggi sialic acid yang berperan dalam inaktivasi spontan ikatan C3b

pada sel host. Jika terjadi kesalahan dalam target aktivasi komplemen, dan sel

normal host yang menjadi target, tidak akan terjadi kerusakan yang berkelanjutan.

c. Jalur Lektin

Jalur Lektin dan jalur Klasik hanya berbeda pada awal, yaitu pada tahap

pengenalan dan aktivasi oleh bahan asingnya (aktivator). Pada jalur Klasik

dibutuhkan antibodi untuk mengaktifkan jalur, sedangkan pada jalur Lektin tanpa

keberadaan antibodi pun mampu teraktivasi. Lektin merupakan suatu protein yang

mengenali dan berikatan secara spesifik dengan karbohirat yaitu manosa. Beberapa

istilah lain digunakan untuk jalur Lektin ini adalah jalur Mannan – Binding Lektin

(MBL) (Kindt et al., 2007).

Jalur Mannan – Binding Lektin megikat karbohidrat sederhana manosa dan N-

11
acetyl gucosamine yang berada di dinding sel pada kebanyakan pathogen, termasuk

yeast, bakteri, virus, dan fungi. Ikatan dengan manosa menyebabkan perubahan

bentuk MBL yang menginduksi aktivasi autokatalitik pada MASPs, enzim ini

dapat memecah C4 dan C2 untuk berlanjut ke aktivasi berikutnya seperti pada jalur

Klasik (Male et al., 2006).

Jalur Lektin seperti jalur Alternatif, tidak tergantung antibodi untuk aktivasinya,

tetapi mekanismenya lebih mirip dengan jalur Klasik karena setelah tahap aktivasi

melalui aksi C4 dan C2 untuk memproduksi C5 konvertase. Jalur Lektin ini

diaktifkan oleh ikatan manosa dan Lektin (MBL), yaitu yang berasal dari residu

manosa di karbohidrat atau glikoprotein pada permukaan mikroorganisme termasuk

genus strain Salmonella, Listeria, Neisseria, atau juga pada spesies Cryptococcus

neoformans dan Candida albicans (Kindt et al., 2007)

12
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komponen komplemen dapat mengalami defisiensi terkait kelainan genetik.

Defisiensi homozigot pada komponen jalur klasik seperti C1q, C1r, C1s, C2 dan

C4 menunjukkan gejala yang ditandai dengan peningkatan penyakit yang

berhubungan dengan kompleks imun seperti Sistemik Lupus Eritematosus,

glumerolunefritis, dan vaskulitis. Defisiensi tersebut menegaskan pentingnya reaksi

pada awal sistem komplemen yaitu pada pembentukan C3b, dan peran penting C3b

pada solubilisasi dan clearance kompleks imun.Lebih lanjut, pada penyakit

kompleks imun, individu dengan defisiensi komplemen tersebut lebih rentan

mengalami infeksi pyogenik(bakteri yang menghasilkan pus) yang berulang, seperti

Streptococci dan Staphylococci (Kindt, 2012).

13
DAFTAR PUSTAKA

Atkinson JP. 2013. Complement System. Kelley's Textbook of Rheumatology , 9th

Edition. Chapter 23.

Isenman DE, R. Mandle, and MC. Caroll. 2013. Complement and

ImmunoglobulinBiology. Immunologic Basis of Hematology. Chapter 22.

Janeway CA., P. Travers, M. Walport, and ML. Shlomchik. 2001.

Immunobiology, 5th edition, The Immune System in Health and Disease, New

York :Garland Science.

Johnston RB., 2011. Complement System, Nelson Textbook of Pediatrics , 19th

Edition. Chapter 4

Johnston RB., 2011. Disorder and Complement System, Nelson Textbook of

Pediatrics ,19th Edition. Chapter 128

Kindt, TJ., RA. Goldby, BA. Osbrne ang J. Kuby. 2007. Immunology.

Leslie RGQ., 2001. Complement Receptors. Encyclopedia of Life Science.

NaturePublishing Group.

Male D., J. Bronstoff, DB. Roth, and I. Roitt. 2006. Immunology. 7 th Ed. Sullivan

and Grumach, 2014, Middleton's Allergy; Principles and Practice

, 8th ed. Ricklin D., G. Hajishengallis, K. Yang, and JD. Lambris. 2010.

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai