Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH ILMU BIOMEDIK DASAR

MATERI IMUN NON SPESIFIK

KELOMPOK 6
DIVA SHABRINA SALSABILA (22031048)
NURUL KAMAL (22031060)
BUNGA FITRI WAHYUNINGSIH (22031066)

ADITYA PRATAMA (22031061)


NANDA MEIZATUL (22031065)

DOSEN FASILITATOR
Ns. Sandra,M. Kep.,Sp.Kep.M.B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS HANG TUAH PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Sistem Imun Non
Spesifik dari Mata Kuliah Ilmu Biomedik Dasar.
Makalah ini telah kami susun semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga memperlancar pembuatannya. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Dari semua itu, kami sadar masih banyak kekurangan baik dari segi kalimat
maupun tata bahasa, oleh karena itu kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata, kami berharap
agar makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi kepada pembaca
sekalian

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..............................................................................................1
DAFTAR
ISI..............................................................................................................2
BAB I : Pendahuluan
 A.Latar Belakang......................................................................................................3
B.Rumusan Masalah.................................................................................................4
C.Tujuan...................................................................................................................4
BAB II : Pembahasan
Sistem Imun Non
Spesifik.........................................................................................5
 1.Pertahanan Fisik/Mental........................................................................................5
2.Pertahanan Biokimiawi..........................................................................................6
3.Pertahanan Humoral..............................................................................................7
4.Pertahanan Seluler.................................................................................................8
 BAB III : Penutup
A.Kesimpulan.........................................................................................................12
B.Saran...................................................................................................................12
Daftar Pustaka..........................................................................................................13
2
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Lingkungan di sekitar manusia mengandung berbagai jenis unsur mikroba
patogen, misalnya bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasit yang dapat
menyebabkan infeksi pada manusia. Mikroba dapat hidup ekstraseluler, melepas
enzim dan menggunakan makanan yang banyak mengandung gizi yang
diperlukannya. Mikroba lain menginfeksi sel pejamu dan berkembang biak
intraseluler dengan menggunakan sumber energi sel pejamu. Baik mikroba
ekstraseluler maupun intraseluler dapat menginfeksi subyek lain, menimbulkan
penyakit dan kematian, tetapi banyak juga yang tidak berbahaya bahkan berguna
untuk pejamu.
Infeksi yang terjadi pada manusia normal umumnya singkat dan jarang
meninggalkan kerusakan permanen. Hal ini disebabkan tubuh manusia memiliki
suatu sistem yaitu sistem imun yang melindungi tubuh terhadap unsur-unsur
patogen. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas,
melindungi tubuh dari infeksi bakteri, virus, fungus, protozoa dan parasit serta
menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel yang sehat
dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Sistem imun yang sehat
adalah jika dalam tubuh bisa membedakan antara diri sendiri dan benda asing yang
masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada benda asing yang memicu respons
imun masuk ke dalam tubuh (antigen) dikenali maka terjadilah proses pertahanan
diri.
Sistem imun dapat dibagi menjadi menjadi dua yaitu sistem imun non-spesifik dan
sistem imun spesifik. Mekanisme imunitas spesifik timbul atau bekerja lebih
lambat dibanding imunitas non spesifik. Pembagian sistem imun dalam sistem
imun spesifik dan non-spesifik hanya dimaksudkan untuk mempermudah
pengertian saja. Sebenarnya antara kedua sistem imun tersebut terjadi kerja sama
yang erat, yang satu tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Pada makalah ini akan
dijelaskan tentang sistem imun spesifik dan sistem imun non-spesifik, pembagian
serta mekanisme kerja masing-masing secara ringkas
3
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Imunitas?
2. Apa itu sistem imun Non Spesifik?

C. TUJUAN
Untuk mengetahui sistem imun non-spesifik dan mekanisme kerja sistem imun
non-spesifik.
4
BAB II
SISTEM IMUN NON SPESIFIK
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. Sementara sistem
imun itu sendiri adalah sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi
terhadap infeksi. Reaksi yang dikoordinasi sistem imun tersebut terhadap mikroba
disebut respons imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan
keutuhannya terhadap bahaya yang ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan
hidup (Bratawidjaja dan Rengganis, 2009).
Sistem imun berdasarkan fungsinya terdiri dari 2 tipe, yaitu respon imun alamiah
atau non-spesifik (innate immunity) dan respon imun adaptif atau spesifik
(acquired immunity). Respon imun non-spesifik dan spesifik pada kenyataannya
tidak terjadi secara terpisah, tetapi terjadi dengan saling melengkapi dan
mempengaruhi satu sama lain (Darwin, 2005).
A)Sistem Imun Non-Spesifik (Innate Immunity)
Sistem imun non-spesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam
menghadapi serangan berbagai mikroorganisme, karena dapat memberikan respon
langsung terhadap antigen. Sistem tersebut disebut non-spesifik karena tidak
ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu. (Bratawidjaja dan Rengganis, 2009).
Sebagai elemen pertama dari sistem imun untuk menemukan agen penyerang,
respon imun non-spesifik diaktifkan lebih cepat daripada respon imun spesifik
namun dengan durasi yang lebih singkat (Delves and Ivan, 2000).
Komponen-kompenen sistem imun non-spesifik terdiri atas:
a. Pertahanan fisik/mekanik
b. Pertahanan biokimiawi
c. Pertahanan humoral
d. Pertahanan selular (Baratawidjaya dan Rengganis, 2009)
a)Pertahanan Fisik/Mekanik
Dalam sistem pertahanan fisik atau mekanik ini, kulit, selaput lendir, silia saluran
napas, batuk dan bersin akan mencegah masuknya berbagai kuman patogen ke
dalam tubuh. Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar dan selaput lendir yang
rusak oleh asap rokok akan meninggikan risiko infeksi (Baratawidjaja dan
Rengganis, 2009). Menurut Baratawidjaja dan Rengganis (2010), mekanisme
imunitas non-spesifik terhadap bakteri pada tingkat sawar fisik seperti kulit atau
permukaan mukosa:
1. Bakteri yang bersifat simbiotik atau komensal yang ditemukan pada kulit
menempati daerah terbatas pada kulit dan menggunakan hanya sedikit nutrient,
sehingga kolonisasi kolonisasi oleh mikroorganisme patogen sulit terjadi.
2. Kulit merupakan sawar fisik efektif dan pertumbuhan bakteri dihambat sehingga
agen patogen yang menempel akan dihambat oleh pH rendah dari asam laktat yang
terkandung dalam sebum yang dilepas kelenjar keringat.
3. Sekret dipermukaan mukosa mengandung enzim destruktif seperti lisozim yang
menghancurkan dinding sel bakteri.
4. Saluran napas dilindungi oleh gerakan mukosiliar sehingga lapisan mukosa
secara terus menerus digerakkan menuju arah nasofaring.
5. Bakteri ditangkap oleh mukus sehingga dapat disingkirkan dari saluran napas.
6. Sekresi mukosa saluran napas dan saluran cerna mengandung peptida
antimikrobial yang dapat memusnahkan mikroba pathogen.
7. Mikroba patogen yang berhasil menembus sawar fisik dan masuk ke jaringan
dibawahnya dapat simusnahkan dengan bantuan komplemen dan dicerna oleh
fagosit.
b)Pertahanan Biokomiawi
Pertahanan biokimiawi adalah seperti asam hidroklorida dalam lambung, enzim
proteolitik dalam usus, serta lisozim dalam keringat, air mata, dan air susu
(Baratawidjaja dan Rengganis, 2009). Lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan
air susu ibu, melindungi tubuh terhadap berbagai kuman postif-Gram oleh karena
dapat menghancurkan lapisan  peptidoglikan dinding bakteri. Air susu ibu juga
mengandung laktooksidase dan asam neuraminik yang mempunyai sifat
antibakterial terhafap E.koli dan stafilokokus (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).
c)Pertahanan Humoral
1)Komplemen
Sistem komplemen tersusun lebih dari 20 protein plasma. Sistem ini mempunyai
fungsi antimikroba non-spesifik dan merupakan sistem aplikasi yang efektif untuk
memperkuat mekanisme pertahanan non-spesifik dan spesifik (Wahab dan Julia,
2002). Berbagai bahan seperti antigen dan kompleks imun dapat mengaktivsi
komplemen sehingga menghasilkan berbagai mediator yang mempunyai sifat
biologi yang aktif, yang menyebabkan lisis bakteri atau sel, memproduksi mediator
pro-inflamasi yang dapat memperkuat proses dan solubilisasi kompleks antigen-
antibodi. Komplemen memiliki 3 jalur, yaitu jalur klasik, alternatif dan membrane
attack pathwan. (Darwin, 2005).
2)Interferon
Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein yang diproduksi makrofag yang
diaktifkan, sel NK dan berbagai sel tubuh yang mengandung nukleus dan dilepas
sebagai respons terhadap infeksi virus. IFN mempunya sifat antivirus dan dapat
menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi virus menjadi resisten terhadap
virus. Di samping itu,IFN juga adapat mengaktifkan sel NK. Sel yang diinfeksi
virus atau menjadi ganas akan menunjukkan perubahan pada  permukaannya yang
akan dikenal dan dihancurkan sel NK. Dengan demikian penyebaran virus dapat
dicegah (Baratawidjaja dan Rengganis, 2010).
3)C-Reactive Protein
CRP merupakan salah satu protein fase akut, termasuk golongan  protein yang
kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons imunitas non-
spesifik. CRP mengikat berbagai mikroorganisme yang membentuk kompleks dam
mengaktifkan komplemen jalur klasik. Pengukuran CRP berguna untuk menilai
aktivitas penyakit inflamasi. CRP dapat meningkat 100x atau lebih dan  berperan
pada imunitas non-spesifik yang dengan bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai
molekul antara lain fosforilkolin yang ditemukan  pada permukaan bakteri/jamur
dan dapat mengaktifkan komplemen (jalur klasik). CRP juga mengikat protein C
dari pneumokok dan  berupa opsonin. Peningkatan sintesis CRP akan
meningkatkam viskositas plasma sehingga laju endap darah juga akan meningkat.
Adanya CRP yang tetap tinggi menunjukan infeksi yang persisten (Baratawidjaja
dan Rengganis, 2009).
d)Pertahanan Seluler
1)Fagosit
Sel utama yang berperan dalam pertahanan nons-pesifik adalah sel mononuklear
(monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear atau granulosit. Sel-sel ini
berperan sebagai sel yang menangkap antigen, mengolah dan selanjutnya
mempresentasikannya kepada sel T, yang dikenal sebagai sel penyaji atau APC.
Kedua sel tersebut berasal dari sel asal hemopoietik. Granulosit hidup pendek,
mengandung granul yang berisikan enzim hidrolitik. Beberapa granul berisikan
pula laktoferin yang bersifat bakterisidal (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).
9
2)Makrofag
Monosit ditemukan dalam sirkulasi, tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit
dibanding neutrofil. Monosit bermigrasi ke jaringan dan di sana  berdiferensiasi
menjadi makrofag yang seterusnya hidup dalam  jaringan sebagai makrofag
residen. Sel kuppfer adalah makrofag dalam hati, histiosit dalam jaringan ikat,
makrofag alveolar di paru, sel glia di otak, dan sel langerhans di kulit. Makrofag
dapat hidup lama, mempunyai beberapa granul dan melepas  berbagai bahan,
antara lain lisozim, komplemen, interferon dan sitokin yang semuanya memberikan
kontribusi dalam pertahanan nonspesifik dan spesifik (Mardjono dan Shidarta,
2006). 3)
 Sel NK (Natural Killer) Jumlah sel NK sekitar 5-15% dari limfosit dalam sirkulasi
dan 45% dari limfosit dalam jaringan. Sel tersebut berfungsi dalam imunitas
nonspesifik terhadap virus dan sel tumor. Secara morfologis sel NK merupakan
limfosit dengan granul besar. Ciri-cirinya yaitu memiliki  banyak sekali sitoplasma
(limfosit T dan B hanya sedikit), granul sitoplasma azurofilik, pseudopodia dan
nukleus eksentris (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009). Pertemuan antara hospes
dengan benda asing menimbulkan respon elemen fagosit ke daerah tempat benda
asing tersebut masuk.
Hal ini dapat terjadi sebagai bagian dari respon inflamatoris.
1.Inflamasi
Setelah ancaman injuri jaringan, terjadi perluasan seluler dan sistematik, dimana
hospes mencaba unutuk menormalkan dan memelihara homeostatis dari
lingkungan yang merugikan. Bersamaan dengan respon inflamatoris timbul
beberapa kejadian sistematik yang melibatkan demam dan beberapa fenomena
hematologik. Respon demam ini diduga menggambarkan peningkatan aktifitas
metabolik setelah injuri. Mekanisme terjadinya demam diduga akibat lepasnya
pirogen endogen dari leukosit hospes. Kenaikan angka leukosit pada saat infeksi
bakteri atau ada injuri jaringan.
2.Fagositosis
Sekali begerak sel-sel fagositosis melakukan serangan pada sasarannya dengan
proses yang disebut fagositosis yaitu suatu upaya multiphase yang memerlukan
langkah-langkah sebagai berikut: pengenalan (recognition) dari benda yang akan
dicerna, gerakan ke arah obyek (kemotaksis), perlekatan, penelanan (ingestion)
intraseluler oleh mekanisme mikroba-mikroba. Banyak mikroorganisme
menghasilkan faktor kemotaksis yang menarik sel-sel fagositosit. Kerusakan dalam
kemotaksis mungkin menyebabkan kerentangan yang luar biasa terhadap infeksi
tertentu (Wahab dan Julia, 2002).
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan
oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja
dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh  juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat
berkembang dalam tubuh. Jika sistem ini terlalu aktif akan terjadi autoimunitas
seperti alergi atau hipersensitivitas. Sistem imun non-spesifik merupakan
pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme,
karena dapat memberikan respon langsung terhadap antigen.
SARAN
Setelah mengetahui teori dasar tentang imunologi, sistem imun non spesifik kita
diharapkan mampu meningkatkan atau mempertahankan kekebalan tubuh kita
dengan menjalankan gaya hidup yang sehat agar terhindar dari berbagai macam
infeksi.

DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/documents/sistem-imun-spesifik-dan-non-spesifik-
55cf4a76cf9c7.html http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/
123456789/67530/Chapter%20I.pdf?sequence=5&isAllowed=y http://
eprints.undip.ac.id/43998/2/Josephine_Rahma_G2A009055_BabIKTI.pdf 
 

Anda mungkin juga menyukai